• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang - Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza ArbuskulaDan Interval Penyiraman Terhadap PertumbuhanBibit Pulai (Alstonia Scholaris)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Latar Belakang - Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza ArbuskulaDan Interval Penyiraman Terhadap PertumbuhanBibit Pulai (Alstonia Scholaris)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pulai (Alstonia scholaris) merupakan jenis tanaman kehutanan yang memiliki banyak manfaat. Tanaman ini mampu tumbuh baik pada lahan kritis dan lahan marginal sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. Kebutuhan akan kayu jenis ini semakin meningkat, dikarenakan semakin berkurangnya jenis kayu yang berasal hutan alam. Kayu pulai dimanfaatkan dalam bahan industri kerajinan tangan dan juga dimanfaatkan dalam bidang farmasi.

Pertumbuhan tanaman pulai dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku air. Pembibitan tanaman pulai memerlukan penyiraman yang dilakukan setiap hari. Penyiraman ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air di awal pertumbuhan bibit. Penyiraman yang dilakukan sebaiknya menggunakan sedikit air dan waktu penyiraman tidak perlu dilakukan setiap hari.

Pemanfaatan mikoriza akhir-akhir ini sering digunakan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kehutanan. Potensi dari adanya simbiosis cendawan mikoriza arbuskula dengan tanaman sangat penting untuk dimanfaatkan bagi kepentingan budidaya, terutama pada saat pembibitan maupun penanaman di lapangan. Setiadi (1998) menyatakan pengaruh tersebut berupa meningkatkan penyerapan hara tanah dan ketahanan akar terhadap kekeringan, menjaga akar dari serangan penyakit, memasok tambahan hormon tumbuh dan ZPT, serta manfaat dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen akar.

(2)

2

air akan mengganggu pertumbuhan tanaman pulai tersebut. Pembibitan tanaman pulai dengan sumber daya air yang terbatas, memerlukan komponen penahan air yang dapat menyimpan air dalam waktu cukup lama. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis melakukan penelitian aplikasi cendawan mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan bibit pulai (Alstonia scholaris).

Tujuan Penelitian

Menguji respon pertumbuhan bibit pulai (Alstonia scholaris) dengan pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan interval penyiraman.

Hipotesis Penelitian

1. Terjadi peningkatan pertumbuhan bibit pulai dengan pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA).

2. Terjadi peningkatan pertumbuhan bibit pulai dengan interval penyiraman. 3. Terjadi peningkatan pertumbuhan bibit pulai dengan penggunaan Cendawan

Mikoriza Arbuskula dan interval penyiraman.

Manfaat Penelitian

(3)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Pulai (Alstonia scholaris)

Pohon pulai merupakan tanaman yang toleran terhadap berbagai jenis tanah dan habitat. Pulai termasuk tanaman keras dan berkayu. Sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan menurut Heyne (1987) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dycotyledonae Ordo : Apocynales Marga : Apocynaceae Genus : Alstonia

Spesies : Alstonia scholaris (L.) R. Br

Gambar 1. Pohon pulai (Alstonia scholaris)

Penyebaran dan Morfologi Pulai (Alstonia scholaris)

(4)

4

Kepulauan Solomon. Diintroduksi ke Amerika Utara sebagai tanaman hias. Toleran terhadap berbagai-macam tanah dan habitat, dijumpai sebagai tanaman kecil yang tumbuh di atas karang atau bagian tajuk dari hutan primer dan sekunder. Banyak dijumpai di dataran rendah/pesisir dengan curah hujan tahunan 1000-3800 mm. Juga dijumpai pada ketinggian diatas 1000 m dpl. Salah satu sifat tanaman ini dapat tumbuh di atas tanah dangkal. Pulai tidak tumbuh pada sebaran alami yang suhunya kurang dari 8ºC, yang menunjukkan jenis ini tidak tahan udara dingin (Jøker, 2001).

Pohon pulai (Alstonia scholaris) memiliki bentuk daun mirip dengan daun kamboja, dan bunga warna kuning yang indah. Batangnya lurus, tegak, berkayu, bulat, percabangan simpodia, putih kotor dan mengandung banyak getah berwarna putih, rasa getahnya sangat pahit. Rasa pahit tersebut didapatkan pula pada akar, kulit batang dan daunnya. Akar pohon pulai merupakan akar tunggang dan berwarna cokelat (Rauf, 2009).

Pulai umumnya dapat mencapai tinggi 20 hingga 25 m dan diameter 40 hingga 60 cm. Pulai memiliki pertumbuhan yang sangat baik dan dapat

(5)

berbentuk pita, berwarna putih kehijauan. Biji bulat, kecil, dan berwarna putih (Heyne 1987).

Kegunaan dan Manfaat Pulai (Alstonia scholaris)

Kayunya tidak awet, hanya memungkinkan untuk konstruksi ringan di dalam ruangan, atau untuk industri pulp dan kertas. Di Patana (Srilanka)

digunakan untuk kayu bakar dan dikelola dengan daur pendek (6-8 tahun), tetapi kurang baik dijadikan arang. Kulitnya mengandung alkaloid sebagai bahan obat. Kayunya banyak digunakan untuk papan tulis sekolah, sehingga dinamakan scholaris (Jøker, 2001).

Tanaman pulai digunakan sebagai obat tradisional di kawasan Asia. Di Kamboja, kulit kayu digunakan untuk melancarkan menstruasi dan untuk

mengobati malaria kronis, pembesaran limpa dan ganguan hati. Di Indonesia, tanaman ini digunakan untuk menghentikan diare, mengobati diabetes dan menyembuhkan wasir. Rebusan daun muda diminum untuk mengobati beri-beri.

Pucuk daun disangrai dengan kelapa digunakan untuk mengobati stomatitis. Di Malaysia, tanaman ini digunakan untuk mengobati malaria. Getah tanaman

(6)

6

Vietnam, kulit kayu digunakan untuk mengobati malaria, pembesaran limpa, sedangkan daun digunakan untuk melancarkan ASI (Wiart, 2006).

Tanah Ultisol

Ultisol memiliki kelas tekstur yang bervariasi dari berlempung halus sampai berliat. Reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH 4,1-4,8). Kandungan bahan organik di lapisan atas yang tipis umumnya rendah sampai sedang, dan lapisan bawah sangat rendah, dan ratio C/N tergolong rendah. Kandungan P potensial sangat rendah sampai rendah di semua lapisan tanah. Jumlah basa dapat tukar tergolong sangat rendah di semua lapisan. KTK tanah di semua lapisan termasuk rendah dan KB sangat rendah. Dengan demikian potensi kesuburan ultisol dinilai sangat rendah sampai rendah (Damanik et al., 2010).

Jenis tanah ultisol menurut Soepardi (1983) mempunyai kelemahan untuk digunakan sebagai medium pertumbuhan bibit. Pada umumnya tanah ini mengandung bahan organik sedikit. Keadaan ini menyebabkan aerasi tanah kurang baik sehingga perkecambahan akar tanaman kurang sempurna. Sifat kemasaman tanah yang kuat, kurang menguntungkan tanaman karena tanah banyak mengandung Al, Fe, dan Mn yang bersifat racun bagi tanaman.

Cekaman Kekeringan dan Ketersediaan Hara

(7)

cekaman air, secara umum akan mengalami penurunan pertumbuhan yang tidak normal dibandingkan tanaman yang tidak kekurangan air.

Kemampuan akar menyerap hara dipengaruhi oleh daya serap akar, kemampuan mentranslokasikan dari akar ke daun, dan kemampuan memperluas sistem perakarannya. Menurut Marschner (1995), di bawah beberapa kondisi iklim, ketersediaan hara pada lapisan permukaan tanah (top soil) banyak mengalami kemunduran selama musim pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena rendahnya kandungan air tanah yang menjadi faktor penghambat bagi transfor hara ke permukaan akar. Kekeringan tanah menurunkan proses mineralisasi unsur-unsur hara yang terikat secara organik dan menurunkan transfer unsur hara oleh aliran massa dan difusi serta akhirnya dapat mengurangi ketersediaan hara pada permukaan tanah.

Ketersediaan Air Bagi Tanaman

Air merupakan bagian yang sangat penting dalam tanaman. Karena adanya kebutuhan air yang tinggi dan pentingnya air, tumbuhan memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang. Setiap kali air menjadi terbatas, pertumbuhan berkurang dan biasanya berkurang pula hasil panen tanaman budidaya. Jumlah hasil panen ini dipengaruhi oleh genotipe yang kekurangan air, dan tingkat perkembangan (Gardner et al., 1991).

(8)

8

Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

Asosiasi simbiotik antara jamur dan sistem perakaran tanaman tingkat

tinggi memiliki istilah yaitu mikoriza yang secara harfiah berarti akar jamur (Rao, 1994). Mikoriza ditemukan pertama kali oleh Greek, yang disebut

akar jamur (fungus root), namun dipublikasikan oleh A. B. Frank 1885 (Richard 1987). Mikoriza merupakan suatu struktur khas pada sistem perakaran

yang terbentuk sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza) dari tumbuhan tingkat tinggi.

CMA adalah salah satu tipe cendawan mikoriza dan termasuk ke dalam golongan endomikoriza. CMA termasuk ke dalam kelas Zygomycetes, dengan ordo Glomales yang mempunyai 2 sub-ordo, yaitu Gigasporaceae mempunyai 2 genus, yaitu Gigaspora dan Scutellospora. Glomaceae mempunyai 4 famili, yaitu famili Glomaceae dengan genus Glomus dan Sclerocystis, famili Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan Entrophospora, Paraglomaceae dengan genus Paraglomus dan Archaeosporaceae dengan genus Arshaeospora (INVAM 2004).

Peranan Cendawan Mikoriza Arbuskula

(9)

Penelitian mengenai pengaruh CMA terhadap pertumbuhan tanaman telah banyak dilakukan, baik tanaman pertanian maupun tanaman kehutanan dan perkebunan. Menurut hasil penelitian Maryadi (2002) melaporkan bahwa tanaman jati berasosiasi baik dengan CMA. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa genus di perakaran tanaman jati. Genus yang ditemukan adalah Glomus, Scelerocistys, dan Gigaspora.

Penelitian Widiastuti et al. (2002) menunjukkan bahwa keefektifan pupuk dan serapan P meningkat secara nyata dengan inokulasi CMA pada bibit kelapa sawit di tanah masam. Selain berpengaruh terhadap serapan P, pemberian CMA pada bibit kayu manis menurut Delvian (2006) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan, bobot kering, rasio tajuk akar, dan persentase akar terinfeksi. Widyati (2007) menyatakan bahwa CMA mempunyai peran ganda terhadap tanaman inangnya meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan

optimasi inokulasi rhizobium dan BPF (bakteri pelarut fosfat) pada bibit A. crassicarpa 4 bulan di persemaian. Pemberian mikoriza pada lahan bekas

tambang batubara yang dilakukan Ulfa et al. (2006) menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap pertumbuhan pulai darat (Alstonia sp.) akan tetapi berpengaruh terhadap persentase hidup tanaman untuk hidup.

Gambar

Gambar 1. Pohon pulai ( Alstonia scholaris)

Referensi

Dokumen terkait

proses fermentasi tempe ini diduga memiliki kemampuan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan Rhizopus oligosporus dan menghasilkan enzim proteolitik yang dapat memecah

Total kran umum yang direncanakan berdasarkan standar/kriteria penyediaan air pedesaan yaitu 100 jiwa/kran umum, maka untuk memenuhi kebutuhan 2939 jiwa penduduk

Berdasarkan latar belakang di atas maka Tujuan Program ini adalah menghasilkan Model Scientific Hybrid Learning menggunakan aplikasi Brilian (Buku model, modul

The fact that triphenyltin(IV) chlorobenzoate derivative have shown the highest anticorrosion ability was in line with other data relating to the number of carbon atom present in

Hal tersebut berarti koefisien korelasi variabel peran orang tua dalam pendidikan seks tentang kehamilan dengan sikap terhadap seks bebas pada remaja kelas XI di SMAN 2

 Energi getaran yang diserap DVA tipe dual-beam dapat dijadikan sebagai sumber energi listrik daya rendah, yakni dengan menambahkan material piezoelectric, PZT yang

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah serta inayah kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

Pengembangan usaha yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan potensi sumber daya yang dimiliki di Kabupaten Pati, Salah satunya adalah pengembangan usaha yang ada di