Resiko Tingkat Bunga pada Bank Perkreditan Rakyat Di Indonesia 2015-2016
Nurhasanah
Universitas Trilogi
1. Latar Belakang Masalah
Permasalahan - permasalahan seputar kondisi ekonomi kian hari kian meningkat, sifatnya pun semakin komplek, seperti permasalahan akan pengiriman uang ke berbagai daerah, kebutuhan akan jasa penyimpanan uang dan barang berharga lainnya, kebutuhan akan penyedia jasa peminjaman uang, dan lain-lain. Latar belakang persoalan-persoalan kebutuhan tersebut, muncullah suatu bentuk badan usaha berupa bank ataupun lembaga keuangan lainnya yang memberikan jasa seputar kegiatan perekonomian. Dengan adanya bank tersebut perekonomian semakin berkembang pesat, hal ini karena perkembangan perekonomian tidaklah lepas dari suatu bank. Bank sendiri adalah suatu badan usaha yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam penyaluran dananya, tidak semata-mata memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik bank tetapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat.
Bank merupakan lembaga yang berusaha untuk menyalurkan kredit sebanyak-banyaknya, begitu juga dengan BPR. BPR adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam sistem perbankan di Indonesia Bank Perkreditan Rakyat diberi peran yang penting, yaitu memberikan pelayanan perbankan kepada usaha kecil atau usaha mikro dan sektor informal, terutama di daerah pedesaan. Dengan membantu dalam memberikan pelayanan perbankan khususnya dalam pemberian pinjaman untuk menciptakan pekerjaan
mandiri kepada rakyat kecil yang bekerja dalam sektor informal di kota maupun di daerah pedesaan, Bank Perkreditan Rakyat berperan dalam membantu menciptakan lapangan kerja baru, pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan.
memberikan jasa layanan simpanan dan kredit seperti layaknya bank umum, tetapi BPR tidak meberikan layanan giro ataupun kegiatan valuta asing dan asuransi. Keuntungan yang diperoleh bank dari penyaluran kredit tersebut berasal dari selisih antara bunga kredit dan bunga simpanan yang merupakan sumber pendapatan bank yang utama. Akan tetapi, BPR memiliki tingkat suku bunga yang tidak terlalu tinggi. Dalam hal ini kredit
BPR wajib melaksanakan langkah-langkah yang tepat saat melaksanakan mekanisme penyaluran dan pencairan kredit yaitu : tahap-tahap permohonan, investigasi, analisis, keputusan persetujuan atau penolakan permohonan, pencairan kredit, administrasi, pengawasan dan pembinaan serta pelunasan kredit. Permasalahan dalam pemberian perkreditan ini adalah permasalahan multikriteria dimana bank harus tetap
memperhatikan prinsip kehati-hatiannya dalam melakukan penyaluran kredit dan harus memperhatikan azas-azas perkreditan yang sehat agar tidak menimbulkan suatu resiko.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan saya menulis ini supaya saya dan kalian yang membacanya lebih paham tentang Bank Perkreditan Rakyat
3. Literatur (Isi dan Pembahasan)
Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat perubahan suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh pada Bank tersebut.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi suku bunga domestik suatu Negara: Kondisi ekonomi global.
Stabilitas ekonomi dalam negeri.
Stabilitas sosial dan politik dalam dan luar negeri.
Kebijakan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga yang disubsidi pemerintah, di satu sisi sangat membantu usaha mikro kecil dan menengah yang kesulitan mengakses kredit perbankan akibat terkendala bank teknis. Namun, dalam jangka panjang KUR dengan suku bunga rendah bisa mengancam Bank Perkreditan Rakyat (BPR) karena akan kesulitan
akan semakin besar," ujarnya. Selain itu, rencana pemerintah menurunkan suku bunga KUR dari 9% menjadi 5% per tahun juga akan mengancam BPR. Kredit BPR akan semakin tidak laku, karena rata-rata bunga yang diberikan BPR di atas 10% per tahun. Jadi, resiko tingkat bunga yang dihadapi Bank Perkreditan Rakyat yaitu suku bunga yang menuru mengakibatkan Bank Perkreditan Rakyat tidak laku atau banyak nasabah yang tidak ingin meminjam uang
atau bertaransaksi di Bank Perkreditan Rakyat. Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat perubahan suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh pada Perusahaan atau Bank
Ada 3 faktor yang mempengaruhi suku bunga domestik suatu negara :
Kondisi ekonomi global.
Stabilitas ekonomi dalam negeri.
Stabilitas sosial dan politik dalam dan luar negeri.
Model (APT) sebagai Produk Domestik Bruto dan Tingkat Suku Bunga atas tingkat pengembalian saham pada periode 2008-2010. Dengan menggunakan regresi berganda, Hasilnya menunjukkan bahwa CAPM dan APT. Berdasarkan koefisien . Ahli keuangan telah mengembangkan dua pendekatan untuk memprediksi. Kembalinya investasi berdasarkan risikonya atau menggunakan variabel serta faktor-faktor tertentu dari makro ekonomi. Mereka melakukan Pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Teori Harga Arbitrase (APT).
4. Rekomendasi Pada Bank Tentang Manajemen Resiko Tingkat Bunga
BCA telah mengimplementasikan kerangka Dasar Manajemen Risiko secara terpadu yang dituangkan dalam Kebijakan Dasar Manajemen Resiko. Rekomendasi Bank BCA tentang manajemen resiko tingkat bunga itu merupakan Komponen utama kewajiban BCA yang sensitif terhadap pergerakan tingkat suku bunga adalah simpanan nasabah, sedangkan aset BCA yang sensitif adalah Obligasi Pemerintah, suratsurat berharga, dan kredit yang
diberikan. ALCO secara berkala memantau perkembangan pasar dan menyesuaikan tingkat suku bunga simpanan dan kredit yang diberikan. BCA menentukan tingkat suku bunga
simpanan berdasarkan kondisi pasar dan persaingan dengan memantau pergerakan tingkat suku bunga acuan dan suku bunga yang ditawarkan oleh bank pesaing.
kesimpulan yang berbeda Di antara penelitian terdahulu yang memberi kesimpulan yang berbeda antara lain:
1) Delly, periode 2001 sampai 2006, hasil penelitian menggunakan Standar deviasi diketahui bahwa model CAPM lebih banyak akurat dibandingkan model APT dalam memprediksi return kredit.
2) Gancar Premananto Candra dan Muhammad Madyan melakukan penelitian di tahun 1991-2001. Ada perbedaan yang signifikan antara keakuratan model CAPM dengan model APT dalam memprediksi return kredit pada Bank selama krisis ekonomi, dimana model CAPM lebih akurat dibanding model APT.
3) H. Jamal Zubairi dan Shazia Farooq melakukan penelitian ini di tahun 2004-2009.
Kesimpulannya, penelitian ini menjelaskan bahwa CAPM dan model APT tidak
menunjukkan hasil yang valid pemulihan harga minyak, gas dan pupuk. Dengan kedua teori tersebut adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Teori Harga Arbitrase (APT), serta kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing model dalam memprediksi stok kembali
Kemudian berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, Penulis tertarik untuk menjadikannya sebagai topik peran dalam penelitian.
6. References
Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model
(CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia
Stock Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3,
2015, pp. 184-189
Adi,Muhammad Kur dengan bunga murah bisa megancam BPR 2016/02/25/362416