• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi wakalah dalam lembaga keuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "implementasi wakalah dalam lembaga keuan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS INDIVIDU

IMPLEMENTASI WAKALAH DALAM LKS Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : FiqhMu’amalah

Dosen Pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Disusunoleh:

Ruri dian lestari (1502100305)

Kelas: A

PROGRAM STUDI S1-PERBANKAN SYARIAH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI JURAI SIWO METRO STAIN JURAI SIWO METRO

(2)

IMPLEMENTASI WAKALAH DALAM ELEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

A. PENDAHULUAN

Makalah ini membahas tentang implementasi wakalah dalam lembaga keuangan

syariah, kajian tentang wakalah penting untuk disajikan pada kelas perbankan

syariah, karena di dalam suatu instansi akan diperlukan wakalah, sebab wakalah itu

sendiri berarti perwakilan, setiap manusia pasti di bebani oleh berbagai hak dan

kewajiban. Seorang dapat memiliki tanggug jawab untuk menunaikan kewajibannya

itu secara langsung. Demikian pula dengan hal ini semakin terasa manfaatnya,

terutama dalam lapangan meuamalat yang menuntut akan setiap pemilik hak atau

setiap pemikul tanggung jawab.

Kajian dalam makalah ini berdasarkan kajian dalam buku dan jurnal yang

berkaitan langsung dnegan masalah wakalah.

Pembahasan dalam makalah ini dimulai dari implementasi wakalah dalam

lembaga keuangan dan diteruskan dengan berakhirnya wakalah.

B. IMPLEMENTASI WAKALAH DALAM LKS

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa

kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti

pembukuan L/C, inkaso, transfer uang, penitipan, anjak piutang, wali amanat,

investasi resakdaa syariah, pembiayaan rekening Koran syariah, asuransi syariah.

Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap

hukum.1

Wakalah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wakalah disertao upah atau

imbalan, dan wakalah tanpa imbalan. Kedua jeis wakalah di perbolehkan, namim

dalam wakalah jeis pertama berlaku ketentuan ijarah. Artinya, penerima wewenang

pelimpahan berkewajiban mengerjakan pekerjaan yang dilimpahkan sampai selesai.

Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah saw ketika beliau mengutus karyawannya

untuk mengambil shadaqah serta memperlakukannya layaknya karyawan.

1 Pasal 8 huruf e,f,h,j dan I syarat keputusan direksi BI no. 32/34/kep/dr tentang bank umum

(3)

Sedangkan dalam wakalah jenis kedua berlaku hukum kebiasaan. Artinya, imbalan

kalau ada, disesuaikan dengan adat kebiasaan dan tidak diberlakukan akad ijarah.2

Dalam wakalah terkandung nilai al-mu’awanat (pertolongan) dan al-musyarakat

(kerjasama). Pihak pertama yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk

mengerjakan sesuatu oleh dirinya sendiri tetapi karena sebab tertentu ia tidak

sempat mengerjakannyam dan oleh karenanya ia mendelegasikan pihak lain untuk

mengerjakan pekerjaan itu dengan atau tanpa imbalan. Disini terjadi proses saling

membantu dan kerjasama antar pihak yang terkait, yaitu saling memenuhi hajat

hidup mereka. Ini adalah nilai kemanusiaan yang dapat mengangkat harkat dan

martabat manusia, dan secara ekonomi merupakan sarana untuk meningkatkan

taraf hidup. Orang yang menerima pelimpahan wewenang dapat berdiri sejajar

dengan pemberi wewenang karena ia bertindak untuk dan atas nama pemberi

wewenang. Dalam akad al-wakalat bi al-ujrat, penerima pelimpahan wewenang

memperoleh imbalan, sedangkan pemberi wewenang terbantu sebagian

pekerjaannya. Inilah salah satu cirri khas dan keistimewaan hukum islam, yaitu

kemanusiaan yang mendapatkan manusia sebagai subjek dan objek hukum. Dasar

hukum wakalah diantaranya ialah QS.al-kahfi (18) : 19, QS. Yusuf (12) : 55, dan

riwayat Abu dawud dan al-Tirmidzi dari hakim bin Hizam.3

Dalam konteks perbankan syariah, dasar hukum wakalah adalah UU No. 10

tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, pasal 1

ayat (13) tentang prinsip syariah; UU No. beberapa Peraturan Bnak Indonesia (PBI)

yang juga sebagai dasar hukum akad berdasarkan prinsip syariah yang telah

disebuut terdahulu. Menurut UU, wakalah adalah akad pemberian kuasa kepada

penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi kuasa.4

Wakalah dalam praktik LKS biasanya terkait dnegan akad lain yang dilakukan

oleh nasabah. Misalnya dalam akad pembiayaan murabahah, pihak LKS mewakilkan

kepada nasabah untuk mencari barang yang akan dibeli dengan pembiayaan tersebut. Begitu juga dalam akad salam, istisna’, ijarah dan akad lainnya yang menuntut adanya perwakilan pihak LKS oleh nasabah.

Selain praktik wakalah diatas, di Lembaga Keuangan Syariah umumnya ada

jenis produk yang menggunakan akad wakalah. Jenis-jenis produk pelayanan jasa

2Wah ah al juhai i, se agai a a dikutip oleh ata g a d. Haki , fi ih pe a ka sya iah , ( a du g : refika aditama, 2011), 273

3 Hadis nabi, ibid,.

(4)

yang menggunakan akad wakalah antara lain L/C (leter of credit), transfer, kliring,

RTGS, inkaso dan pembiayaan gaji.5

Wakalah

dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada

bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan

L/C(

Letter Of Credit Import Syariah & Letter

Of Credit Eksport Syariah),

Inkaso dan

Transfer uang, Penitipan,

Anjak

Piutang (

Factoring

), Wali Amanat, Investasi

Reksadana Syariah,

Pembiayaan Rekening Koran Syariah,

Asuransi

Syariah.

Bank

dan nasabah yang

dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum.

Dalam pelaksanaannya di perbankan syariah akad

Wakalah

memiliki berbagai bentuk

dalam pelayanan jasa perbankan yang dapat berbentuk sebagai berikut:

6

1. Kiriman uang (transfer)

Pelayanan jasa kiriman uang merupakan bentuk pelayanan jasa yang

diberikan oleh bank atas permintaan nasabah untuk mengirimkan sejumlah uang

tertentu.

Dilihat dari nominalnya, kiriman yang dibedakan menjadi dua jenis:

a. Kiriman uang dengan nominal kecil, transfer dengan nominal yang

nilainya kurang dari Rp.100.000.000,-. Transfer ini dapat dilakukan

melalui lembaga kliring setempat dan atau melalui RTGS (Real Time

Gross Sattlement) yaitu transfer dengan sistem elektronik.

b. Kiriman uang dengan nominal besar. Transfer dengan jumlah nominal

Rp.100.000.000,- dan atau lebih, maka pelaksanaan transfer harus

melalui RTGS. RTGS merupakan kegiatan pengiriman uang melalui

sistem elektronik yang telah disiapkan oleh Bank Indonesia. Transfer

sejumblah besar tidak boleh dilakukan melalui lembaga kliring setempat.7

Contoh akad wakalah dalam transfer uang

Wesel Pos / Western Union

Dalam transfer wesel pos / Western Union, uang tunai diberikan

secara langsung dari Al-Muwakkil kepada Al-Wakil, dan Al-Wakil memberikan

5As a ya, akad da p oduk a k sya iah, se agai a a dikutip oleh i a ustofa, fi ih ua alah ko te po e , Jaka ta : ajag afi do pe sada, 6, h. 214

6

Indah Nuhyatia,

Penerapan Dan Aplikasi Akad Wakalah Pada Produk JasaBank

Syariah dalam

Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2., 2013, H.105-106

(5)

uangnya secara langsung kepada nasabah yang dituju. Berikut adalah

(6)

Transfer uang melalui suatu bank

Pada transfer melalui bank, Al-Muwakkil memberikan uangnya secara tunai

atau memberi kuasa untuk mendebet rekeningnya kepada bank yang merupakan

Al-Wakil, selanjutnya bank tidak menyerahkan uang tunai tersebut secara langsung

kepada penerima uang, tapi bank mengirimkan uang tersebut dengan mengkredit

rekening penerima. Berikut adalah skema trasfer uang melalui bank.

Transfer melalui ATM

Kemudian ada juga proses transfer uang dimana pendelegasian untuk mengirimkan uang, tidak secara langsung uangnya diberikan dari Al-Muwakkil kepada bank sebagai Al-Wakil. Dalam skema ini, Nasabah Al-Muwakkil meminta bank untuk mendebet rekening tabungannya, dan kemudian meminta bank untuk menambahkan di rekening nasabah yang dituju sebesar pengurangan pada rekeningnya sendiri. Yang sangat sering terjadi saat ini adalah proses yang ketiga ini, dimana nasabah bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin ATM.

Berikut adalah proses pentransferan uang untuk skema ini:8

2. Kliring

Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar

peseta klirig baik atas nama peserta maupu atas nama nasabah peserta yang

(7)

perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. 9 kliring merupakan jasa perbankan yang diberikan dalam rangka penagihan waekat antar bank yang

berasal dari wilayag kliring yang sama. Warkat yang dapat dilakukan dalam

transaksi kliring anatara lain : cek, bilyet, giro dan surat berharga lainnya.

Biasanya proses kliring memakan waktu satu hari pada umumnya.10 Warkat

merupakan alat pembayaran non tuai yang diperhitugkan atas beban nasabah

dan atau untuk keuntungan rekening atas bank.

3. Inkaso

Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh perusahaan atau

perorangan untuk menagihkan, atau memintakan persetujuan pembayaran

(ekseptasi) atau menyerahkan begitu saja kepada pihak yang bersangkutan

(tertarik) di tempat lain (dalam atau luar negeri) atas surat-surat berharga, dalam

rupiah atau valuta asing seperti wesel, cek, kuitansi, surat aksep (promissory

notes), dan lain-lain.11 Inkaso merupakan jasa penagihan yang diberikan oleh

bank terhadap warkat kliring dan atau surat berharga yang diterbitkan oleh bank

yang berada di luar wilayah kliring. Warkat yang di inkasokan sama halya

dengan warkat kliring antara lain: cek, bilyet giro, dan warkat lainnya yang

dipersamakan dengan itu. Kegiatan ini memakan waktu lima hari kerja. 12 bentuk

wakalah dalam inkaso adalah adanya pemberian otoritas oleh pihak tertentu

kepada pihak bak untuk melakukan penagihan. Artinya bank mewakili pihak yang

memberikan perwakilan kepadanya.

4. Intercity clearing

Merupakan sarana penagihan antar warkat maupu surat berharga yang

diterbitkan oleh bak yang berasal dari luar wilayah kliring, itercity clearing

merupakan pengembangan dari mekanisme inkaso dalam hal penyelesaian

transaksi antar kota yang lebih efesien. Itercity clearing bertujuan untuk

meingkatkan efesiensi dalam penyelesaian transaksi cek atau bilyet giro antar

kota. Dengan demikian, cek atau bilyet giro yang di terbitkan oleh suatu antar

bank dapat di kliringkan di wilayah kliring maupu spanjag cek atau bilyet giro

tersebut masih di terbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai anggota

9 Bank Indonesia, sistem kliring nasional bank Indonesia, sebagaimana dikutip oleh imam mustofa, ibid,. 215

10Ismail, ibid,.

(8)

intercity clearing dan selama terdapat kantor cabang dari bank penerbit yang

menjadi peserta kliring.13

5. Letter of credit

Letter of credit dapat di definisikan sebagai jaminan bersyarat yang diberikan

oleh bank yang menerbitkan L/C (issuing bank atau opening bank) untuk

membayar wesel yang ditarik oleh berficiary sepanjang memenuhi persyaratan

yang ditetapkan dalam L/C dan mengacu pada UCP 600. Letter of credit adalah

jasa bank yang diberikan kepada masyarakat unyk memperlancar pelayanan

arus barang, baik arus barang dalam negeri (ekspor-impor). Letter of credit juga

merupakan dengan documentary credit.14

Bentuk perwakilan dalam LC digunakan oleh nasabah untuk proses

pengimporan barang melalui bank. Dalam hal ini bank diminta nasabah untuk

meyimpan daa pembelian dalam bentuk deposit untuk kemudian bank sebagai

wakil medatangkan asset sesuai dengan kriteria yang di kehendaki nasabah.

Untuk ini bak berhak meminta fee. Bentuk wakalah dalam model operasional

seperti ini adalah asabah mewakilkan kepada bank untuk bertindak atas nama

nasabah dalam penyimpanan dana dan mendatangkan barang yang dipesan

nasabah.

Contoh Akad Wakalah bil Ujrah (letter of credit ekspor)

(9)

Contoh Akad Wakalah bil Ujrah(letter of credit impor)

a. Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor.

b. Bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit L/C (issuing bank), selanjutnya dibayarkan kepada eksportir setelah dikurangi ujrah. c. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal,

bukan dalam prosentase.

6. Payment

Merupakan pelayanan jasa yang diberikan oleh bank dalam melaksanakan

pembayaran untuk kepentingan nasabah. Bank akan mendapat fee atas

pelayanan jasa yang diberikan. Beberapa pelayanan jasanya adalah:

a. Pembayaran telepon

b. Pembayaran rekening listrik

c. Pembayaran pajak dan lain sebagainya15

7. Investasi Reksadana Syariah

Akad untuk transaksi Investasi Reksadana Syariah ini menggunakan akad

Wakalah dan Mudharabah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah

Nasional Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001. Akad Wakalah ini memiliki definisi

dimana pemilik modal memberikan kuasa kepada manajer investasi agar

memiliki kewenangan untuk menginvestasikan dana dari pemilik modal.

(10)

8. Pembiayaan Rekening Koran Syariah

Akad untuk transaksi pembiayaan rekening koran syariah ini menggunakan akad Wakalah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 30/DSN/VI/2002. Akad Wakalah ini memiliki definisi dimana bank memberikan kuasa kepada nasabah untuk melakukan transaksi yang diperlukan.

9. Asuransi Syariah

Akad untuk Asuransi syariah ini menggunakan akad Wakalah bil Ujrah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 52/DSN-MUI/III/2006. Akad Wakalah bil Ujrah ini memiliki definisi dimana pemegang polis memberikan kuasa kepada pihak asuransi untuk menyimpannya dan menginvestasikan premi yang dibatyarkan ke dalam tabungan maupun ke dalam produk investasi seperti sukuk, saham dan reksadana syariah.

Dalam skema ini, pihak asuransi berperan sebagai Al-Wakil dan pemegang

polis sebagai Al-Muwakil.16

(11)

Bank syariah dapat memberikan jasa wakalah, yaitu sebagai wakil dari nasabah

sebagai pemberi kuasa (muwakil) untuk melakukan sesuatu (taukil).

Dalam hal ini, bak akan mendapatkan upah atau biaya administrasi atas jasa

tersebut. Sebagai contoh, bank dapat menjadi wakil untuk melakukan pembayaran

tagihan listrik atau telepon kepada perusahaan listrik atau telepon. Contoh lai adalah

bank mewakili sekolag atau universitas sebagai penerima biaya SPP dari para

pelajar untuk biaya studi.17

MEWAKILKAN UNTUK BERJUAL BELI

Seseorang mewakilkan orang lain untuk menjual sesuatu tanpa adanya

ikatan harga tertentu, pembayarannya tunai (kontan) atau berangsur, di kampong

atau di kota maka wakil yang mewakili tidak boleh menjualnya dengan seenaknya

saja. Dia harus menhual sesuai dengan harga pada umumnya dewasa itu sehingga

dapat dihindari ghubun (kecurangan), kecuali bila penjualan tersebut di ridhai oleh

yang mewakilkan.

Penegertian mewakilkan secara mutlak bukan berarti seorang wakil dapat

bertindak semena-mena, tetapi maknanya dia berbuat untuk melakukan jual beli

yang dikenal di kalangan para pedagang dan untuk hal yang lebih berguna bagi

yang mewakilkan.

Abu hanafiah berpendapat bahwa wakil tersebut boleh menjual sebagaimana

kehendak wakil itu sendiri. Kontan atau angsur seimbang dengan harga kebiasaan

maupun tidakm baik kemungkinan adanya kecurangan maupun tidak, baik dengan

(12)

uang Negara yang bersangkutan maupun dengan uang Negara lai, inilah pengertian

mutlak menurut Imam Abu Hanafiah.

Jika perwakilan bersifat terikat, wakil berkewajiban mengikuti apa saja yang

telah di tentukan oleh orang yang mewakilkan, ia tidak boleh menyalahinya, kecuali

kepada yang lebih buat orang yang mewakilkan. Bila dalam persyaratan ditentukan

bahwa benda itu harus dijual dengan harga Rp. 10.000,- kemudian dijual dengan

harga yang lebih tinggi, misalnya Rp. 12.000,- atau dalam akad ditentukan bahwa

barang itu boleh dijual dengan angsuran, kemudian barang tersebut dijual secara

tunai, maka penjualan ini sah menurut padangan Abu Hanafiah.

Bila yang mewakili menyalahi aturan-aturan yang telah disepakati ketika

akad, penyimpangan tersebut dapat merugikan pihak yang mewakilkan, maka tindakan tersebut bathil meurut pandangan Mazhab Syafi’i. menurut hanafi tindakan itu terhantung pada kerelaan orang yang mewakilkan. Jika yang mewakilkan

membilehkannya, maka menjadi sah, bila tidak meridhainya maka menjadi batal.

Imam Malik berpendapat bahwa wakil mempunyai hak membeli benda-beda

yang diwakilkan kepadanya, umpanya tuan Amir boleh membeli kerbau tersebut

meskipun dia telah menjadi wakil dari penjual. Sementara itu, menurut Abu

Hanafiah, al-Syafi’I dan Ahmad dalam salah satu riwayatnya yang paling jelas, wakil

itu tidak boleh menjadi pembeli sebab menjadi tabi’at manusia. Bahwa wakil tersebut ingin membeli sesuatu untuk kepentingannya dengan harga yang lebih murah,

sedangkan tujuan orang yang memberikan kuasa (mewakilkan) bersungguh untuk

mendapat tambahan.18

(13)

AKHIR AL-WAKALAH

Akad al-wakalah akan berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut:

1. Matinya salah seorang diri yang berakad karena salah satu syarat sah akad

adalah orag yang berakad masih hidup.

2. Bila salah seseorang berakad itu gila, karena syarat sah akad salah satunya

orang yang berakad mempunyai akal

3. Dihentikannya pekerjaan yang dimaksud, karena jika telah berhenti dalam

keadaan seperti ini al-wakalah tidak berfungsi lagi

4. Pemutusan oleh orag yang mewakilkan terhadap wakil meskipun wakil belum mengetahui (pendapat syafi’I dan hambali). Menurut Mazhab hanafi wakil wajib mengetahui putusan yang mewakilkan. Sebelum ia mengetahui hal itu,

tindakannya itu tak ubah seperti sebelum diputuskan untuk segala hukumya.

5. Wakil memutuskan sediri, menurut mazhab hanafi tidak perlu orang yang

mewakilkan mengetahui pemutusan dirinya atau tidak perlu kehadirannya

agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.19

6.

Penerima kuasa mengundurkan diri dengan sepengetahuan pemberi kuasa

7.

Gugurnya hak pemilikan atas barang bagi pemberi kuasa

20

8. Berwakalah bisa juga terjadi pada jual beli, dan hal ini termasuk yang selalu

terjadi. Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana ketentuanya kalau

sekiranya seseorang mewakilkan dirinya sebagai si penjual kepada pihak lain

sedangkan pihak lai yang mewakili itu bertindak pula sebagai pembeli

sekaligus untuk dirinya? Sesuai dengan ketentuan bahwa wakalah itu

berlaku mutlak, maka hal semacam itu diperbolehkan dan di izinkan.

Kemutlakan yag dimaksud disini bukanlah berarti bahwa pihak yag menerima

kuasa boleh berbuat sesuka hatiya, tetapi ia tetap wajib berpedoman kepada

prinsi-prinsip kewajaran. Oleh sebab itu, pihak yag menerima kuasa, sebagai

penjual, boleh membelli sesuatu yang dikuasakan kepadanya sepanjang hal

itu tidak merugikan hak sipenjual atas benda yag dikuasakan dan

19 Ibid, 237

(14)

dipercayakan kepadanya. Memang diakui bahwa jumhur ulama melarang

adanya jual beli yag demikian. Akan tetapi, larangan tersebut lebih

disebabkan oleh tindakan pembeli, yang sekaligus sebagai penjual, yang

bisa merugikan pihak yang member kuasa.

9. Untuk menutup uraian ini, perlu dikemukakan bahwa wakalh bukanlah akad

yang berlaku abadi tetapi bisa menjadi batal atau dibatalkan. Dalam hal ini,

ada beberapa hal yang menyebabkan wakalah itu menjadi batal dan

berakhir, yakni: pertama, bila salah satu pihak yang terkandung dalam akad

wakalah itu sudah selesai pelaksaaannya atau dihentikan maksud dari

pekerjaan tersebut. Ketiga, diputuskannya wakalah tersebut oleh salah satu

pihak yang berwakalah, baik pihak pemberi kuasa ataupun pihak yang

menerima kuasa, dan terakhir hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa

atas sesuatu objek yang dikuasakan.21

(15)

C. PENUTUP

Dengan demikian perlu dikemukakan bahwa wakalah bukanlah akad yang

berlaku abadi, tetapi bisa menjadi batal atau dibatalkan. Ada beberapa hal yang

menyebabkan wakalah itu menjadi batal dan berakhir, yakni: pertama, bila salah

satu pihak yang berakad wakalah itu wafat atau gila. Kedua, apabila maksud yang

terkandung dalam akad wakalah itu sudah selesai pelaksanaanya atau dihentikan

maksud dari pekerjaan tersebut. Ketiga, diputuskannya wakalah tersebut oleh salah

satu pihak yang berwakalah, baik pihak pemberi kuasa ataupun pihak yang

menerima kuasa, dan terakhir hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa atas

sesuatu objek yang dikuasakan.

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan

kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,

seperti pembukuan L/C (Letter Of Credit Import Syariah & Letter Of Credit Eksport

Syariah),Inkaso dan Transfer uang, Penitipan, Anjak Piutang (Factoring), Wali

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis

Model pembelajaran integrated (terpadu) mempunyai ciri khusus yakni memadukan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda tetapi inti topiknya sama. Pada model

Adapun Reni (2001) juga menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai

Dua tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1913, Niels Bohr menyempurnakan model atom Rutherford, secara umum, atom tersusun dari inti atom yang berisi proton,

Tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum saat ini, yang bermuara

Paper ini membahas mengenai peristiwa jatuhnya Nokia dan naiknya Samsung sebagai penguasa pasar telepon seluler di dunia, dinamika kepimpinan yang terjadi dalam

Dengan adanya hasil penelitian terdahulu bisa dimengerti yaitu terdapat adanya hasil belajar siswa model pembelajaran snowball throwing dimana snowball throwing ini

Penggunaan model pembelajaran Modified Free Inquiry (MFI) disertai Peer Tutoring lebih efektif dibanding metode Modified Free Inquiry (MFI) terhadap prestasi belajar