• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perancangan Lansekap 2.1.1 Definisi Lansekap - Kajian Elemen Lanskap Sekolah Dasar Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perancangan Lansekap 2.1.1 Definisi Lansekap - Kajian Elemen Lanskap Sekolah Dasar Di Kota Medan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan Lansekap

2.1.1 Definisi Lansekap

Sebuah rancangan arsitektur haruslah memperhatikan kondisi alam sekitar, elemen-elemen alam seperti topografi, vegetasi dan margasatwa, iklim, tanah dan air haruslah di perhatikan dalam perencanaan sebuah tapak (Katanesse,1980 dalam Susanti, 2000). Pengertian lansekap yang banyak di persepsikan oleh para ahli perancang dan para ahli kebun ialah kenampakan asli dan aspek estektika (Naveh, 1984). Kier (1979) mengartikan lansekap sebagai hubungan antara komponen biotik dan abiotik, termasuk komponen yang berpengaruh terhadap manusia, yang terdapat di dalam suatu sistem yang menyeluruh dan membutuhkan analisa dan konsep yang terpadu. Neef (1967) (dalam Klink, et. al. 2002) memberi pengertian lanskap adalah keharmonisan stuktur dan proses yang di tandai dari sifat karakter sebagian permukaan bumi

(2)

perencanaan antara manusia dan lingkungan yang mencakup semua elemen alam, baik yang buatan maupun yang alamiah, dengan memperhatikan aspek estetika untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan.

2.1.2 Elemen Lansekap

Dalam merancang sebuah taman agar dapat berfungsi secara maksimal dan estetis, perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemen-elemennya (Arifin, 2006). Menurut Sulistyantara (2002) elemen taman, atau di sebut juga unsur taman, adalah apa saja yang berkaitan dengan taman. Elemen taman dapat dibedakan berdasarkan karakter menjadi :

1)Material Lunak (soft material)

Terdiri dari tanaman dan satwa yang ada di lahan maupun yang diadakan pada taman. Manusia juga dapat dipandang sebagai elemen lunak yaitu yang berkepentingan langsung (pemilik) maupun yang tidak langsung. Dalam merencanakan taman, unsur manusia (sosial) sangat perlu di perhatikan.

2)Material Keras (hard material)

Kelompok ini mencakup semua elemen taman yang sifat/karakternya keras dan tidak hidup seperti : tanah, batuan, pekerasan/paving, jalan setapak, pagar, bangunan taman, dan bangunan rumah. Elemen ini juga memunculkan karakter yang kaku, keras, gersang dan sebagainya.

(3)

1) Hard Material : perkerasan, beton, jalan, paving block, gazebo, pagar, dan pergola

2) Soft Material : tanaman dengan berbagai sifat dan karakternya

3) Street Furniture : elemen pelengkap dalam tapak, seperti bangku taman, lampu taman, kolam, dan sebagainya

Menurut Hakim (1993) pembagian elemen lansekap didasari oleh unsur tata hijau dalamnya, yaitu :

A. Elemen Keras (hard material) yang berupa perkerasan, bangunan dan sebagainya. Dalam pembentukan perkerasan, dua hal yang perlu di perhatikan adalah fungsi dan estetika (Hakim & Utomo 2003).

1. Fungsi, yaitu kegunaan dan pemanfaatan serta waktu pemakaian pada siang atau malam hari

2. Estetika, yaitu bentuk desain, ukuran/patokan umum, material (bentuk, tekstur, dan warna), keamanan konstruksi, pola (pattern)

B. Elemen Lunak (soft material) yang berupa tanaman. Pemilihan jenis tanaman didasari oleh fungsi dan peletakan tanaman. Adapun fungsi tanaman terbagi sebagai berikut :

a. Pengendali Pandangan

- Menahan silau yang berasal dari matahari, lampu, pantulan sinar dari perkerasan

(4)

- Menghalangi pandangan dari hal – hal yang tidak menyenangkan seperti sampah, galian, pembangunan, dan sebagainya.

b. Pembatas Fisik

- Mengendalikan pergerakan manusia dan hewan, sebagai penghalang dan mengarahkan pergerakan manusia dan hewan

c. Pengendali Iklim

- Menyerap panas dari sinar matahari dan memantulkannya sehingga menghasilkan suhu yang lebih rendah

- Menahan, menyerap, dan mengalirkan angin dengan memperhatikan tinggi, bentuk, jenis, dan kepadatan/lebar.

- Mengendalikan kelembaban d. Pengendali Suara

- Menyerap kebisingan bagi daerah yang memerlukan ketenangan. Kombinasi lebih dari satu jenis tanaman akan lebih efektif menyerap kebisingan.

e. Penyaring Bau dan Debu f. Pemberi Udara Segar g. Pencegah Erosi

- Mengikat tanah sehingga memperkokoh tanah dan tahan terhadap aliran air di dalam tanah dan tiupan angin.

(5)

- Membantu kelestarian hewan sebagai sumber makanan bagi hewan dan sebagai tempat perlindungan hewan

i. Nilai Estetis

- Menambah kualitas lingkungan dari segi warna, bentuk, tekstur, dan skala

- Meningkatkan nilai estetis taman dengan kombinasi beberapa tanaman dan juga elemen lansekap lainnya

- Menciptakan pola (pattern) bayangan pada dinding, lantai dan sebagainya yang dapat berubah-ubah akibat dipengaruhi angin dan waktu.

- Menciptakan suatu pemandangan yang menarik dari pola bayangan tanaman dan refleksi dari air yang ada di kolam

- Mempertinggi kualitas lingkungan dengan memilih dan menempatkan beberapa jenis tanaman saja dan mengelompokkannya

2.2 Teori Perkembangan Anak

Dalam penelitian tesis Weaver (2000) perkembangan anak dibagi ke dalam empat aspek. Rumusan tahapan perkembangan anak usia 7 – 12 tahun adalah sebagai berikut :

1) Perkembangan Fisik

- Pertumbuhan perlahan dan terus – menerus.

(6)

- Mampu olah raga fisik dan atletik berupa bersepeda, berenang, skating, bermain baseball, tenis, basket, dan lain - lain.

- Pengendalian yang lebih atas tubuh, memungkinkan anak untuk duduk dan memperhatikan dalam beberapa waktu.

- Menguasai keterampilan motorik halus, seperti mengikat tali sepatu, mengancing baju, menulis huruf kursif (tegak bersambung), dan mengetik. - Bisa menggunakan tangan secara mandiri/bebas.

- Dapat bekerja pada detail kerajinan halus dan memainkan alat musik. 2) Perkambangan Bahasa

- Memori dan logika lebih baik.

- Kosa kata, sintaks, dan tata bahasa terus meningkat. - Lebih terampil dalam belajar membaca dan menulis. 3) Perkembangan Kognitif

- Dapat menerapkan cara/tindakan logis untuk masalah yang berhubungan dengan dunia nyata secara pribadi

- Memahami konservasi (pemeliharaan atau perlindungan), kemampuan mempertimbangkan, dan perubahan

- Dapat mengurutkan dan mengelompokkan - Memiliki pemahaman yang baik tentang angka

- Dapat mempelajari aturan dalam sebuah permainan, tetapi hanya dapat menggunakan satu langkah pada satu waktu (tidak bisa melihat kemungkinan langkah ke depan)

(7)

- Harga diri yang meningkat

- Rasa percaya diri yang berkembang - Teman sebaya menjadi sangat penting - Pola pertemanan mulai muncul

2.2.1 Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Pada umumnya anak dengan usia antara 6 – 12 tahun menjalani tahapan awal dalam pendidikan yaitu menjadi siswa sekolah dasar. Siswa sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri. Karakter menurut KBBI adalah watak, tabiat atau sifat-sifat kejiwaan. Poedjawijatna (2003) mengatakan karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Karakteristik siswa adalah merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalah kehidupannya setiap saat. Perbuatan manusia tidak akan lepas dari kondrat, dan sifat, serta bentuknya yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa dipungkiri bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda (Hanurawan, 2007).

Karakteristik anak usia sekolah dasar menurut Sumantri dan Sukmadinata (dalam Wardani, 2012), yaitu: (1) senang bermain; (2) senang bergerak; (3) senang bekerja dalam kelompok; dan (4) senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung

1. Senang bermain.

(8)

sebaiknya menggunakan metode yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal belajar sebaiknya di susun dengan bergantian antara pelajaran yang serius seperti matematika, agama, dengan pelajaran yang sarat dengan unsur permainan seperti olah raga, keterampilan dan seni budaya.

2. Senang bergerak.

Berdasarkan perkembangan fisik menurut Weaver (2000) anak hanya dapat duduk diam dan memperhatikan beberapa waktu saja, oleh karena itu sebaiknya merancang metode belajar yang memungkinkan anak untuk berpindah atau bergerak. Anak–anak yang disuruh untuk duduk diam untuk waktu yang lama akan merasakannya sebagai siksaan. Rata-rata anak menghabiskan 40 menit/hari di halaman sekolah untuk melakukan aktifitas fisik (Dessing, et.al, 2013). Sebagian besar permainan anak–anak membutuhkan pergerakan yang signifikan, seperti berkejar-kejaran, menangkap bola, dan sebagainya.

3. Anak senang bekerja dalam kelompok.

Masa pencapaian perkembangan anak 6 – 12 tahun juga ditandai dengan teman sebaya menjadi sangat penting. Dalam pertemanannya dengan teman– teman sebaya, anak belajar proses sosialisasi. Aktifitas–aktifitas yang berkelompok juga mulai sering muncul dalam kegiatan sehari–harinya seperti dalam hal belajar dan bermain.

4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.

(9)

mampu mempertimbangkan dan dapat membentuk konsep – konsep mengenai angka, ruang, waktu, dan sebagainya. Bagi anak penjelasan/teori mengenai sesuatu akan lebih dimengerti jika dilakukan sendiri atau mempraktekannya.

2.3 Kompetensi Pendidikan Sekolah Dasar

Pendidikan di sekolah dasar harus melayani kebutuhan pendidikan anak agar dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal. Dalam menyelenggarakan pendidikan, sekolah dasar memiliki indikator atau tolak ukur yang dinilai dari kompetensi dasar peserta didik untuk mencapai standar kompetensi yang telah di tentukan. Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi kelulusan mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.

Benyamin Bloom pada tahun 1956 mengemukakan tiga tujuan pendidikan, yang disebut Taksonomi Bloom, tersebut yaitu afektif sebagai ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, kognitif sebagai ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) atau pengetahuan, dan psikomotorik sebagai ranah yang berkaitan dengan keterampilan dan berhubungan dengan aktifitas fisik.

Table 2.1 Karateristik Penilaian Kelompok Mata Pelajaran

No Kelompok

Mata Pelajaran Mata Pelajaran Aspek yang Dinilai

1 Agama dan Akhlak Mulia Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif

2 Kewarganegaraan dan Kepribadian

Pendidikan

Kewarganegaraan Afektif dan Kognitif

3 Jasmani Olahraga dan

Kesehatan Penjas Orkes

(10)

4 Estetika Seni Budaya Afektif dan Psikomotorik

5 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Matematika IPA, IPS, Bahasa ,TIK

Afektif, Kognitif, dan/atau Psikomotorik (Sumber : Depdiknas, 2009)

Dari segi sarana dan prasarana sekolah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 mengenai sarana dan prasarana untuk sekolah dasar mensyaratkan adanya tempat bermain/berolahraga. Tempat tersebut, yang berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan kegiatan ekstrakurikuler, berupa ruang terbuka yang sebagian di tanami pohon penghijau. Termpat tersebut juga dilengkapi dengan sarana, seperti tiang bendera beserta benderanya, peralatan bola voli, peralatan senam, peralatan atletik, perlengkapan seni budaya, peralatan keterampilan, pengeras suara dan tape recorder.

2.4. Hubungan Desain Lansekap dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Dasar

(11)

Jamestown. Dari tabel 2.1, aspek - aspek yang dapat di akomodasi oleh desain lansekap adalah :

1) Aksesibiliti, bagi anak aksesibilitas berarti aman di lalui dan bebas penghalang/rintangan, membuatnya menjadi mudah di mengerti oleh anak. (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Aksesibiliti (Sumber : Weaver, 2000)

2) Gambar dan penanda, dapat melampaui kata–kata yang tertulis, seperti gambar yang menceritakan sebuah cerita, kata–kata sederhana ataupun detail. (Gambar 2.2)

Gambar 2.2 Gambar dan Penanda (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

(12)

seperti bak pasir, tumbuhan, mainan kecil dan peralatan lainnya. (Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Kemampuan Memanipulasi (Sumber : Let The Children Play, 2011)

4) Stimulasi Panca Indra, anak – anak belajar dengan baik ketika mereka menikmati dalam menyelidiki dunia dengan panca indra mereka sendiri (Fowler, 1993 dalam Weaver, 2000). Juga berinteraksi dengan elemen - elemen yang mereka nyaman terhadapnya. (Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Stimulasi Panca Indra

(13)

Perkembangan Fisik Perkembangan Kognitif Perkembangan Sosial/Psikologi

M

Retret dan Poin yang

Dipisah • • •

Misteri & Rasa Ingin

Tahu • • • • • • •

Tabel 2.2 Potensi Hubungan antara Pertimbangan Desain, Konsep Perkembangan dan Bermain

(14)

5) Tantangan yang Aman, tantangan adalah resiko yang dapat dilihat oleh anak dan memilih untuk dilakukan atau tidak. Anak – anak harus mengambil resiko untuk menantang keterampilan dan keberanian mereka. (Play For All Guidelines, 1992 dalam Weaver, 2000). (Gambar 2.5)

Gambar 2.5 Tantangan yang Aman (Sumber : Physical Education, 2009)

6) Tantangan yang Meluluskan, tantangan yang aman harus ideal bagi anak dan memiliki beberapa level kesulitan untuk setiap kegiatannya seperti balok/papan keseimbangan dan jaring kargo dengan berbagi ketinggian. (Gambar 2.6)

(15)

7) Pengalaman Ruang, lansekap harus menyediakan bagian yang melatih anak mengenai tempat, seperti diatas/dibawah, didalam/diluar, ke atas/ke bawah, kanan/kiri, kedalaman, dan arah. Jenis elemen ruang adalah tempat yang tinggi untuk melihat berbagai kegiatan, ruang dengan ukuran yang berbeda untuk merangkak, naik, turun, melewati sesuatu, tempat untuk jatuh, melompat dan mendarat dengan aman dan serangkaian pengalaman mendaki. (Gambar 2.7)

Gambar 2.7 Pengalaman Ruang (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

8) Mistery & Rasa Ingin Tahu, membiarkan anak – anak bertanya – tanya apa yang ada di depan atau di sudut untuk menambah pengalamannya. (Gambar 2.8)

(16)

9) Bukti Penyelesaian, penyelesaian yang dapat dibuktikan secara visual seperti memanjat sesuatu yang tinggi, dapat dilihat semua orang, suatu tanda pada titik penyelesaian seperti bell atau lonceng, atau dapat melihat sesuatu yang hanya bisa dilihat dari ketinggian (Play For All Guidelines, 1992 dalam Weaver 2000). (Gambar 2.9)

Gambar 2.9 Bukti Penyelesaian

(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)

10)Kelanjutan Pengalaman, memberikan kesempatan bagi anak untuk melanjutkan pengalamannya dari rumah ke sekolah, seperti permainan puzzle, buku mewarnai harus tersedia. (Gambar 2.10)

(17)

11)Landmark yang Permanen, memberikan keakraban, keamanan dan identitas.

Menjadi focal point dan sebagai orienatasi atau penanda arah bagi anak – anak. (Gambar 2.11)

Gambar 2.11 Landmark yang Permanen

(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)

12)Keanekaragaman dalam Lanskap, karena kebutuhan seiring perkembangan anak selalu berubah – ubah, lansekap harus dapat mengakomodasinya. Menyusun ulang, memutar atau memindakan elemen – elemen taman adalah salah satu cara agar lanskap menjadi tetap “baru” bagi anak – anak. (Gambar 2.12)

Gambar 2.12 Keanekaragaman dalam Lanskap (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

(18)

yang berkelompok, daerah duduk yang tertutup, dan tempat kecil yang terlindungi. (Gambar 2.13)

Gambar 2.13 Interaksi Sosial

(Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

14)Berbagai Ukuran Ruang Sosial, merekomendasikan ruang dalam lansekap dengan furniture ukuran anak – anak, serta area privat, semi-privat, dan publik bagi anak – anak untuk berinteraksi. (Gambar 2.14)

2.14 Berbagai Ukuran Ruang Sosial (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)

(19)

Gambar 2.15 Retret dan Titik Pemisah

(Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)

16)Ruang yang Tidak Terdefinisi, bidang yang tidak memiliki tujuan tertentu dapat menjadi apa pun yang diinginkan anak, sehingga mendorong imajinasinya dalam bermain. Ruang terbuka harus cukup besar, bahkan untuk menampung permainan yang paling enerjik sekalipun.

17)Lingkungan Alam, anak – anak sebaiknya harus dapat berdekatan dengan berbagai vegetasi dan satwa liar di habitatnya. (Gambar 2.16)

Gambar 2.16 Lingkungan Alam (Sumber : Acar, 2013)

(20)

2.5 Kriteria Desain Lanskap Sekolah Dasar

Sebuah organisasi yang memperhatikan fasilitas pada ruang luar sekolah dasar umum tahun 2010 di Columbia, 21st Century School Fund, mengidentifikasikan elemen kunci dari halaman sekolah yang sehat, aman dan kaya akan ilmu. Kualitas halaman sekolah merupakan tempat yang sangat penting bagi sekolah dasar karena aktifitas di ruang luar sangat penting untuk pertumbuhan, kesehatan, pendidikan dan kesenangan anak-anak (21st Century School Fund, 2011) (Gambar 2.17). Halaman sekolah yang baik di dukung oleh beberapa hal, yaitu perkembangan anak yang sehat, pembelajaran yang berkualitas, pemenuhan kebutuhan komunitas dan lingkungan yang berkelanjutan.

Gambar 2.17 Pelajar di Halaman Sekolah yang Baik (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.5.1 Perkembangan Anak yang Sehat

(21)

a. Permainan yang Berhubungan dengan Panca Indra

Anak-anak menikmati ketika mereka menggunakan sentuhan, penglihatan, penciuman, rasa dan pendengaran saat mereka bermain dengan aktif. Berbagai peralatan bermain yang berbeda, tekstur permukaan, pohon, semak dan tanaman mengajak anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka dan sesuai dengan kemampuan mereka. (Gambar 2.18)

Gambar 2.18 Area Bak Pasir (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

b. Permainan Sosial

(22)

Gambar 2.19 Waktu Bermain yang Bebas (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

c. Permainan yang Berhubungan dengan Khayalan

Tempat yang mengajak anak-anak dalam permainan fantasy dapat meningkatkan keterampilan seperti kreaktivitas, komunikasi dan pemecahan masalah. Halaman sekolah dapat menciptakan permainan imajiner dengan fitur yang dapat memunculkan imajinasi tetapi tidak terlalu di rancang, meninggalkan banyak ruang dan material untuk improvisasi. (Gambar 2.20)

Gambar 2.20 Fitur-fitur untuk Memanjat atau Tempat Duduk (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

d. Gerakan yang Aktif

(23)

membawa anak-anak ke luar ruangan ketika halaman sekolah menarik untuk dikunjungi. Selain jenis permukaan yang kasar untuk kegiatan lompat tali dan basket, penting untuk memiliki daerah berumput untuk olah raga lapangan yang terorganisir atau hanya permainan yang tidak serius. (Gambar 2.21)

Gambar 2.21 Permainan Ayunan (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

e. Menjelajahi Lingkungan Alami

Setiap anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai jenis rumput, semak, tanaman, serangga, pohon dan bahan-bahan alami yang ditanam dengan sebaik-baiknya di halaman sekolah. (Gambar 2.22)

(24)

2.5.2 Pembelajaran yang Berkualitas

Kegiatan di luar ruangan dapat memperluas pengalaman belajar dan mendorong permainan yang tidak terstruktur dan interaksi sosial. Ruang luar harus di gunakan secara teratur untuk kegiatan-kegiatan kelas di ruang luar, pendekatan ilmu lingkungan, kebun sekolah dan pembelajaran mengenai gizi dan pendidikan jasmani. Kegiatan di luar ruangan juga berkontribusi terhadap pembelajaran dangan meningkatkan fokus dan perhatian anak-anak setelah mereka kembali ke dalam ruangan.

a. Pembelajaran di Luar Ruang

Ruang kelas di luar dibutuhkan untuk berbagai kegiatan yang dibimbing oleh guru yang membutuhkan ruangan lebar dan tidak sesuai untuk di dalam ruangan, seperti percobaan sains, proyek seni atau pembelajaran langsung ilmu lingkungan. Siswa juga menikmatin memiliki tempat yang tenang untuk membaca dengan bebas, menulis atau menggambar. Ruang di luar dapat juga menampung kegiatan acara theater dan drama yang tidak terencana. (Gambar 2.23)

(25)

b. Ilmu Lingkungan

Pengajaran ilmu lingkungan yang efektif sering berisi tentang pengalaman ruang luar yang rumit. Hanya ada beberapa contoh yang mempelajari perkembangan tanaman atau pengamatan serangga atau pembelajaran tentang erosi. (Gambar 2.24)

Gambar 2.24 Pelajaran Pembiakan Lebah (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

c. Pendidikan Fisik

(26)

Gambar 2.25 Jalur Lari Kecil dan Lapangan Voly (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

d. Kebun Sayur Sekolah

Kebun sekolah adalah cara yang menyenangkan untuk anak-anak dan keluarga untuk menghargai bagaimana makanan tumbuh. Ketika anak memiliki kesempatan untuk menanam dan memanen buah-buahan dan sayuran, mereka mendapatkan pembelajaran langsung mengenai gizi dan mulai memahami pentingnya pertanian. (Gambar 2.26)

Gambar 2.26 Memelihara Rak-rak Kebun dengan Gang yang Lebar (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

e. Desain Tempat Bermain untuk Semua Kalangan

(27)

dengan perbedaan jarak yang rendah dapat menampung semua anak. (Gambar 2.27)

Gambar 2.27 Area Bermain yang Mudah di Akses (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.5.3 Pemenuhan Kebutuhan Komunitas

Halaman sekolah yang berkualitas tinggi dapat berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan komunitas masyarakat. Halaman tersebut dapat menyediakan ruang hijau, matahari, keteduhan dan habitat alami yang menyenangkan bagi masyarakat sekitar yang dekat dengan sekolah. Sekolah penting sebagai dengan taman masyarakat, kebun masyarakat dan tempat pertemuan masyarakat sekitar. (Gambar 2.28)

(28)

Gambar 2.28 Latihan Baseball di Minggu Sore (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

Halaman sekolah yang terawat dapat menarik pengguna yang bertanggung jawab dalam membantu memastikan keselamatan publik. Sekolah dengan daerah bermain di luar yang terlihat dari jalan secara tidak langsung dapat diawasi oleh lingkungan sekitar dan menjadi tempat yang aman. (Gambar 2.29)

Gambar 2.29 Pohon Peneduh Tempat Bermain (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

(29)

Gambar 2.30 Deretan Rumah, Jalan dan Area Parkir di Sekitar Sekolah (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.5.4 Lingkungan yang Berkelanjutan

(30)

Gambar 2.31 Menanam Pohon di Tempat Baru (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)

2.6 Kesimpulan

Gambar

Gambar 2.1 Aksesibiliti
Gambar 2.3 Kemampuan Memanipulasi
Gambar 2.6 Tantangan yang Meluluskan   (Sumber : Physical Education, 2009)
Gambar 2.7 Pengalaman Ruang  (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siti Masthuroh ( 2011 ), “ Pengembangan Model Pembelajaran Lompat Jauh Dalam Penjasorkes Melalui kajian Lingkungan Persawahan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Kotakan 1

Hasil analisis data menunjukan Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik dapat meningkatkan aktivitas fisik peserta didik di kelas I Sekolah dasar

Di sisi lain, tidak adanya peraturan khusus yang mendukung guru dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dalam upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap

Dampak Kekerasan Seksual Terhadap Perkembangan Anak (Studi Kasus Anak Korban Kekerasan Seksual Di Yayasan Pusaka Indonesia Sumatera Utara).. Departemen Ilmu Kesejahteraan

1) Ekologi yaitu lingkungan fisik seperti gedung, bangku, kursi, alat elektronik, dan lain-lain. Sekolah adalah lingkungan sosial bagi anak/siswa, dimana di dalam sekolah

Pengembangan bahan ajaruntuk mencegah bahaya rokok, minuman keras, dan NAPZA bagi kesehatan di kelas V SD diharapkan dapat mendukung proses pembelajaran

Berdasarkan data hasil observasi secara keseluruhan dapat dianalisa bahwa upaya kepala sekolah meningkatkan kualitas guru Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran di

Pola pikir arsitektur modern yang melawan hal konvensional serta mengikuti perkembangan globalisasi sama halnya dengan Gedung pemerintahan di Kota Bandung yang kini terus berkembang