• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Tebal Bibir Atas Dan Tebal Dagu Berdasarkan Analisis Holdaway Pada Mahasiswa Fkg Usu Ras Deutro Melayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan Sudut Interinsisal Dengan Tebal Bibir Atas Dan Tebal Dagu Berdasarkan Analisis Holdaway Pada Mahasiswa Fkg Usu Ras Deutro Melayu"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan ortodonti modern merupakan tujuan yang digunakan untuk mencapai suatu keselarasan estetika wajah, keseimbangan struktural pada wajah dan fungsional pengunyahan.2 Penampilan wajah pasien yang lebih seimbang dan harmonis selalu menjadi tuntutan dan keluhan yang selalu disampaikan oleh pasien mengenai perawatan ortodonti. Kesuksesan yang harus dicapai dalam perawatan ortodonti adalah bagaimana keseimbangan dan keharmonisan wajah pasien menjadi lebih baik dari sebelumnya. Inklinasi dan angulasi gigi anterior yang baik harus sesuai dengan kriteria oklusi normal sehingga kondisi harmonis dan seimbang ini dapat tercapai dalam perawatan ortodonti. 6

Untuk mencapai semua tujuan tersebut perlu dilakukan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat agar semua tujuan tercapai.2 Posisi bibir sangat mempengaruhi penampilan wajah seseorang sedangkan posisi bibir ditentukan juga oleh inklinasi gigi anterior. Inklinasi gigi insisivus sentral ditetapkan melalui pengukuran derajat kemiringan/angulasi gigi pada sefalogram lateral melalui analisis sefalometri.1,6

2.1 Sefalometri

(2)

sebagai sarana yang sangat berguna untuk mengevaluasi keadaan klinis misalnya membantu menentukan diagnosis, merencanakan perawatan, menilai hasil perawatan dalam bidang ortodonti. Untuk mendapatkan sefalogram yang terstandar diperlukan prosedur pembuatan sefalogram yang sama.13

Sefalometri mempunyai beberapa kegunaan yakni:3,13

a. Membantu mendiagnosis dengan mempelajari struktur dental, skeletal dan jaringan lunak dari struktur kraniofasial

b. Menegakkan diagnosa/analisis kelainan kraniofasial. c. Untuk mempelajari tipe wajah.

d. Klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta tipe wajah. e. Untuk evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat (progress reports). f. Pembuatan rencana perawatan.

g. Perkiraan arah pertumbuhan.

h. Sebagai alat bantu dalam riset yang melibatkan regio kraniodentofasial

2.2 Sudut Interinsisal

(3)

Gambar 1. Sudut Interinsisal.

Sudut inklinasi insisivus yang lebih besar dari normal berarti gigi dalam keadaan protrusif, sedangkan sudut inklinasi yang lebih kecil dari normal berarti retrusif. Keadaan normal dari sudut inklinasi insisivus adalah 130o.7 Menurut Graber dan Vanarsdall, posisi gigi insisivus merupakan salah satu karakteristik maloklusi yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan perawatan. Sedangkan menurut Ricketts dkk., posisi gigi insisivus bawah merupakan kunci utama dalam menentukan rencana perawatan karena posisi akhir gigi insisivus bawah terhadap A-Pog dapat mempengaruhi profil jaringan lunak wajah dan stabilitas hasil perawatan.2

(4)

2.3 Analisis Jaringan Lunak

Jaringan lunak merupakan faktor penting yang dapat mengubah penampilan estetika wajah. Keberhasilan perawatan ortodonti sering dikaitkan dengan perbaikan penampilan wajah termasuk profil jaringan lunak. Analisis jaringan lunak mencakup penilaian terhadap adaptasi jaringan lunak dan profil tulang dengan mempertimbangkan ukuran, bentuk, dan postur bibir seperti terlihat pada sefalometri lateral.9

Bidang ortodonsia sangat membutuhkan profil jaringan lunak wajah karena mempunyai peranan yang penting dalam diagnosis dan perawatan ortodonti. Profil yang seimbang adalah bila bibir atas, bibir bawah, dan dagu terletak pada satu garis vertikal yang melalui subnasal.14 Analisis jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode langsung pada jaringan lunak, radiografi sefalometri, dan fotometri. Analisis profil wajah dengan metode sefalometri umumnya dilakukan dengan menggunakan bantuan garis dan bidang refrensi intrakranial yang sangat bervariasi, seperti garis Sela Tursika-Nasion (S-N) dan bidang Frankfort Horizontal.15

Dari sefalogram lateral dapat dilakukan analisis jaringan lunak. Penggunaan titik-titik jaringan lunak pada sefalometri (Gambar 2) sebagai berikut:9,13

a. Nasion kulit (N’) : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung

b. Pronasale ( P / Pr ) : titik paling anterior dari hidung

c. Subnasale (Sn) : titik septum nasal berbatasan dengan bibir atas

d. Labrale superior (Ls) : titik perbatasan mukokutaneus dari bibir atas

e. Sulcus Labial Superior (Sls) : titik tercekung di antara Sn dan Ls

f. Stomion superior ( Stms) : titik paling bawah dari vermillion bibir atas

g. Stomion inferior ( Stmi) : titik paling atas dari vermillion bibir bawah

h. Labrale inferior (Li) : titik perbatasan dari membran bibir bawah

i. Inferior Labial Sulcus (Ils): titik paling cekung di antara Li dan Pogonion

j. Pogonion kulit (Pog’) : titik paling anterior pada jaringan lunak dagu

(5)

Gambar 2. Titik-titik yang digunakan pada profil jaringan lunak.9

2.3.1 Analisis Menurut Holdaway

Analisis Holdaway dalam menentukan keseimbangan dan keharmonisan profil jaringan lunak menggunakan garis Harmoni (garis H).11 Garis H diperoleh dengan menarik garis dari titik Pogonion (Pog’) ke Labrale superior (Ls).12 Analisis profil jaringan lunak yang dilakukan Holdaway berbeda dengan Ricketts dimana Holdaway tidak menggunakan puncak hidung sebagai titik penentuan analisisnya (Gambar 3).11

Analisis Holdaway melakukan 11 analisis untuk memperoleh profil jaringan lunak yang seimbang dan harmonis yaitu terdiri dari :16

1. Tebal bibir atas 2. Strain bibir atas 3. Sudut fasial

4. Kurvatura bibir atas 5. Besar sudut H

(6)

7. Jarak puncak hidung ke garis H 8. Kedalaman sulkus labialis superior 9. Kedalaman sulkus labialis inferior 10. Jarak bibir bawah ke garis H 11. Tebal dagu

Menurut Jacobson dan Vlachos, analisis Holdaway lebih terperinci, jelas dan luas pembahasannya tentang analisis profil jaringan lunak.4

Gambar 3. Analisis jaringan lunak wajah menurut Holdaway (H line).15

2.3.1.1 Tebal Bibir Atas

Pengukuran tebal bibir atas diukur dari 2 mm dibawah titik A skeletal ke bagian luar kulit labialis superior. Idealnya tebal bibir atas adalah berkisar 14 mm (Gambar 4).4,16

2.3.1.2 Strain Bibir Atas

(7)

tebal bibir atas yaitu idealnya sekitar 12 mm (Gambar 4). Jika strain bibir atas mencapai setengah dari tebal bibir atas maka sebaiknya insisivus sentralis atas diretraksi ke palatinal.4,16

Gambar 4. Tebal bibir atas dan strain bibir atas.4

2.3.1.3 Sudut Fasial

Sudut fasial merupakan sudut yang terbentuk oleh perpotongan garis

Frankfurt dengan garis N’-Pog yang membentuk sudut A (Gambar 5). Sudut fasial

yang ideal adalah berkisar antara 90o sampai 92o. Apabila sudut fasial lebih kecil dari 90o menunjukkan profilnya cembung karena letak titik Pog’ lebih ke posterior sedangkan sudut fasial lebih besar dari 92o menunjukkan profil cekung karena letak Pog’ lebih ke anterior.4,16

2.3.1.4 Kurvatura Bibir Atas

(8)

mm pada kelompok bibir tebal masih dapat diterima. Pada kelompok bibir tipis menunjukkan kurvatura bibir atas lebih datar sedangkan pada kelompok bibir tebal menunjukkan lebih dalam.4,16

Gambar 5. Sudut fasial dan kurvatura bibir atas.4

2.3.1.5 Sudut H

(9)

Kecembungan skeletal diukur dari titik A ke garis Nasion-Pogonion skeletal (N-Pog) (Gambar 6).10 Titik A adalah titik tercekung antara spina nasalis anterior dengan puncak prosessus alveolar maksila.3 Dikatakan dengan tegas bahwa kecembungan skeletal tidak termasuk pengukuran jaringan lunak namun sangat berguna dalam penentuan kecembungan wajah skeletal yang ideal jika jarak antara garis N-Pog ke titik A sekitar -2 mm sampai +2 mm.4,16

Gambar 6. Sudut H dan kecembungan skeletal.4

2.3.1.7 Jarak Puncak Hidung ke Garis H

Menurut Holdaway, jarak puncak hidung ke garis H (Pr-H) idealnya adalah sebesar 6 mm. Tetapi, Holdaway masih memberi batas maksimal sampai 12 mm, terutama pada anak usia 14 tahun. Meskipun ukuran hidung penting dalam gambaran keseimbangan wajah (Gambar 7).4,16

2.3.1.8 Kedalaman Sulkus Labialis Superior

Sulkus labialis superior terletak pada titik tercekung antara titik Sn dengan

(10)

superior (Sls) 3 mm pada bibir yang pendek atau tipis maka hal ini masih dapat diterima. Begitu juga pada bibir panjang atau tebal apabila dijumpai hasil pengukuran sebesar 7 mm, maka hal ini masih dianggap hasil yang seimbang (Gambar 7).4,16

2.3.1.9 Kedalaman Sulkus Labialis Inferior

Sulkus labialis inferior terletak pada titik tercekung antara titik Labrale

inferior (Li) dengan titik Pog’.3 Profil jaringan lunak seseorang untuk kedalaman

sulkus labialis inferior dikatakan harmonis dan seimbang jika kedudukan sulkus

labialis inferior terhadap garis H sama seperti kedalaman sulkus labialis superior

yaitu mendekati 5 mm (Gambar 7).4,16

2.3.1.10 Jarak bibir Bawah ke Garis H

Bibir bawah paling anterior umumnya terletak pada titik Labrale inferior (Li). Jarak bibir bawah ke garis H diukur dari titik Li ke garis H dengan arah horizontal.3 jarak bibir bawah ke garis H idealnya adalah 0 mm atau garis H menyinggung titik Li. Namun demikian menurut Holdaway masih dapat dikatakan harmonis dan seimbang jika jarak Li ke garis H dalam batasan -1 mm sampai dengan +2 mm. Tanda negatif menunjukkan letak titik Li dibelakang garis H, sebaliknya dikatakan positif jika terletak di depan garis H (Gambar 7).4,16

2.3.1.11 Tebal Dagu

(11)

Gambar 7. Jarak puncak hidung ke garis H, kedalaman sulkus- labialis superior, jarak bibir bawah ke garis H, kedalaman sulkus labialis inferior, dan tebal dagu.4

2.4 Suku Deutro-Melayu

(12)

Gambar

Gambar 1. Sudut Interinsisal.
Gambar 3. Analisis jaringan lunak wajah menurut
Gambar 4. Tebal bibir atas dan strain bibir atas.4
Gambar 5. Sudut fasial dan kurvatura bibir atas.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel 2 terlihat bahwa hubungan signifikan antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar lengkung gigi hanya terdapat pada lengkung gigi

Distribusi profil lateral wajah pada subjek masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu di USU berdasarkan jenis kelamin pada subjek laki-laki dan

Oleh karena itu, penulis ingin melihat seberapa jauh hubungan sudut interinsisal dengan profil jaringan lunak wajah menurut analisis Holdaway pada mahasiswa ras campuran Proto

Hubungan sudut interinsisal terhadap profil jaringan lunak pasien. RSGMP

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar sudut interinsisal (sudut yang terbentuk antara gigi seri atas dan bawah) pada mahasiswa FKG USU ras campuran antara

Analisis skeletal berkaitan dengan maksila dan mandibula, analisis gigi melibatkan kaitan gigi insisivus rahang atas dan rahang bawah, sedangkan analisis jaringan lunak untuk

Panjang lengkung gigi diukur dari pertengahan gigi insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus dan puncak tonjol disto-bukal gigi

Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu dalam arah transversal (lebar interkaninus, intermolar