41 LAMPIRAN
Lampiran 1.Hasil Identifikasi Tumbuhan
43 Lampiran 3. Rotan Jernang
Gambar 7 Pohon Rotan Jernang pada Pohon Rambatan Keterangan : A : Pohon Rotan Jernang
B : Pohon Karet
Gambar 8 Buah Rotan Jernang
Lampiran 3. (lanjutan)
45 Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik
1
2
3
4
5
Gambar 11 Mikroskopik serbuk simplisia kulit buah rotan jernang perbesaran 10 x 40
Keterangan :
1. Parenkim Mesokarp 2. Hablur kalsium oksalat 3. Sel batu
4. Hablur kalsium oksalat yang terdapat pada parenkim 5. Berkas pengangkut bentuk spiral
Lampiran 5. Perhitungan Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia 1. Perhitungan Penetapan Kadar Air
47 Lampiran 5. (Lanjutan)
2. Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air
% Kadar sari larut dalam air = x 100%
Lampiran 5.(Lanjutan)
3. Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol
49 Lampiran 5. (Lanjutan)
4. Perhitungan Penetapan Kadar Abu Total
% Kadar Abu Total = x 100%
Lampiran 5. (Lanjutan)
5. Perhitungan Penetapan Kadar Abu Tidak LarutAsam
51 Lampiran 6. Bagan Alur Penelitian
Dipisahkan dari tangkainya Dikupas kulit buahnya
Dirajang-rajang Ditimbang
Dikeringkan dalam lemari pengering Ditimbang
Dihaluskan (diblender) Ditimbang
Buah rotan jernang
Kulit buah rotan jernang
Berat basah 980 g
Berat kering 820 g
Beratserbuk750 g
8. Pemeriksaan Makroskopik 9. Pemeriksaan Mikroskopik 10. Penetapan Kadar Air
11. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air 12. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol 13. Penetapan Kadar Abu Total
14. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
6. Pemeriksaan Alkaloid 7. Pemeriksaan Flavonoid 8. Pemeriksaan Tanin 9. Pemeriksaan Glikosida 10. Pemeriksaan Saponin 11. Pemeriksaan
Steroid/Triterpenoid
Lampiran 6.(Lanjutan)
Dimasukkan ke dalam wadah Ditambahkan etanol 96% hingga serbuk terendam
Dibiarkan selama lima hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk
Disaring
Dimaserasi ulang menggunakan etanol 96%
Dibiarkan selama duahari terlindung daricahaya, sambil sesekali diaduk
Diuapkan dengan rotavapor(suhu 40oC)
Diuji aktifitas anti mutagenik Dilakukan skrining fitokimia
Serbuk Simplisia
Maserat Ampas
Maserat Ampas
Ekstrak kental (62,78 g)
Hasil + Hasil (Alkaloid, Flavonoid,
53
Lampiran 7. Bagan Pembuatan Preparat/Apusan Sumsum Tulang Femur Mencit
Dibunuh dengan cara dislokasi leher
Diambil salah satu tulang femurnya, dan dipotong pada bagian pangkal dan ujungnya
Pada salah satu ujung tulang femur, tusukkan jarum syringe yang telah diisi dengan 0,3 ml serum darah sapi, lalu diaspirasi sum-sum tulangkedalammikrotube
Disentrifuge dengan kecepatan 1.200 rpm selama 5 menit
Dibuang bagian supernatan
Diambil dengan menggunakan mikropipet Ditaruh pada salah satu ujung sisi objek glass, dan dioleskan hingga menyebar menggunakan objek glass yang lain
Dibiarkan hingga kering
Difiksasi menggunakan methanol selama 10 menit
Diwarnai dengan Giemsa-Metanol (20% v/v) selama 30 menit
Dicuci dengan air yang mengalir
Dikeringkan pada suhu kamar selama satu malam Mencit
Endapan / seluntuk dibuat apusan
Apusuan Sumsum tulang femur mencit
Lampiran 8. Alat-alat
55 Lampiran 8(Lanjutan)
Gambar 14 Oral sonde dan spuit
Gambar 15 Mikroskop Boeco BM-180 dan Lensa
Lampiran 9 Hewan Percobaan
Gambar 16 Mencit Jantan
57 Lampiran 10. Contoh perhitungan dosis
Contoh perhitungan dosis unuk mencit dengan berat badan 25 g dengan dosis ekstrak etanol kulit buah rotan jernang 5 mg/kg bb
Dosis = 5 mg/kg bb
Konsentrasi suspensi ekstrak yang dibuat 0,1% =
ml
Jumlah obat yang disuntikkan = 0,125ml mg/ml
Digunakan syringe 1 ml dengan skala 100, maka 1 skala = 0,01 ml Maka suspense yang diberikan = 12,5skala
ml
Lampiran 11. Hasil Pengamatan Apusan Menggunakan Mikroskop
A B
C D
59
Lampiran 12. Jumlah Sel Mikronukleus Pada SumsumTulang Femur Mencit Tabe l3 Jumlah mikronukleus dalam 200 sel eritrosit polikromatik
Kelompok Perlakuan Jumlah sel mikronukleus
Mencit1 Mencit2 Mencit3 Mencit4 Mencit5
I Suspensi CMC
1% 23 20 21 24 20
II
Suspensi CMC 1%, Induksi EEKBRJ dosis 5
mg/kg bb, Induksi dengan
Siklofosfamid
59 54 55 53 51
IV
Suspensi EEKBRJ dosis
10 mg/kg bb, Induksi dengan
Siklofosfamid
37 34 36 35 33
V
Suspensi EEKBRJ dosis
15 mg/kg bb, Induksi dengan
Siklofosfamid
27 25 26 24 25
Lampiran 13. Hasil Analisis Statistik Menggunakan SPSS 22 Tabel 4 Uji Deskriptif
Descriptives
jumlahmikronukleus
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum Lower
jumlahmikronukleus
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 7294,640 4 1823,660 495,560 ,000
Within Groups 73,600 20 3,680
61 Lampiran 13. (lanjutan)
Tabel 6 Uji Normalitas
Tests of Normality
perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Jumlahmikronukleus Kontrol Normal ,229 5 ,200* ,867 5 ,254
Penginduksi ,136 5 ,200* ,987 5 ,967
EEKBRJ 5 mg/kg
bb ,220 5 ,200
* ,956 5 ,777
EEKBRJ 10
mg/kg bb ,136 5 ,200
* ,987 5 ,967
EEKBRJ 15
mg/kg bb ,237 5 ,200
* ,961 5 ,814
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 13. (lanjutan) Tabel 7 Uji Post Hoc Tuckey
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlahmikronukleus
Tukey HSD
(I)
perlakuan (J) perlakuan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Penginduksi Kontrol Normal 44,40000* 1,21326 ,000 40,7695 48,0305
EEKBRJ 5 mg/kg bb 11,60000* 1,21326 ,000 7,9695 15,2305