• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien

yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan

Dina Rasmita

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)

Judul : Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Nama : Dina Rasmita

Jurusan : Program Sarjana Keperawatan Tahun : 2008-2009

Pembimbing Penguji 1

(Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS) (Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS) NIP: 19710305 200112 2 001 NIP: 19710305 200112 2 001

Penguji 2

(Iwan Rusdi, S.Kp, MNS) NIP: 19730909 200003 1 001

Penguji 3

(Anna Kasfi, S.Kep, Ns)

Fakultas Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan.

(3)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Skripsi, 12 Agustus 2009

Dina Rasmita

Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

x + 70 halaman + 6 tabel + 1 skema + 6 lampiran

Abstrak

Spiritualitas merupakan hal yang sangat penting pada saat individu menderita suatu penyakit dibandingkan pada saat-saat lain dalam kehidupan. Pasien ICU dengan kondisi distress spiritualitas yang dialami sangat memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU yang dilakukan oleh perawat dan keluarga. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2009. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Jumlah sampel terdiri dari 30 orang perawat ICU dan 32 orang keluarga pasien ICU yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,7% perawat dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU dengan baik, sedangkan 53,1% keluarga pasien kurang baik dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perawat dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU dengan baik, sedangkan keluarga tidak dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU dengan baik.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya serta segala nikmat yang tidak terhingga yang diberikanNya. Shalawat dan salam tercurahkan untuk Rasulullah SAW, keluarga, dan para sahabat Rasulullah SAW. Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS dan Ibu Salbiah S.Kp, M.Kep sebagai dosen penguji II dan Ibu Anna Kasfi, S.Kep, Ns sebagai dosen penguji III yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

(5)

6. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

7. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan izin penelitian.

8. Emilia Khairani Madjid sebagai Kapokja ICU yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian di ICU.

9. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung.

10. Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2005 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teristimewa kepada kedua orang tua ku tercinta yang selalu membimbing, menghibur, mendoakan, dan memberikan motivasi.

12. Kepada seluruh keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi kepada penulis.

Semoga bantuan dan kebaikan serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal sholeh dan mendapat ridho dari Allah SWT.

Medan, Agustus 2009

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas ... 7

1.2 Karakteristik Spiritualitas... 8

1.3 Fungsi Spiritualitas ... 10

(7)

2.1 Pasien ICU ... 16

2.2 Kebutuhan Spiritualitas Pasien ICU ... 17

2.3 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien ICU ... 18

2.3.1 Pemenuhan Spiritualitas Oleh Perawat ... 19

2.3.2 Pemenuhan Spiritualitas Oleh Keluarga ... 19

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian ... 21

2. Definisi Operasional ... 22

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 24

2. Populasi & Sampel Penelitian ... 24

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 26

5. Instrumen Penelitian ... 27

6. Uji Validitas & Reliabilitas Instrumen ... 28

7. Pengumpulan Data ... 29

8. Analisis Data ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 34

(8)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ... 63 2. Saran ... 63

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 22 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi

Perawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Bulan Juni-Juli Tahun 2009 ... 35 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi

Keluarga Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Bulan Juni-Juli Tahun 2009... 36 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan

Spiritualitas Oleh Perawat pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Bulan Juni-Juli Tahun 2009... 40 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan

Spiritualitas Oleh Keluarga pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Bulan Juni-Juli Tahun 2009... 44 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan tentang Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Hasil Uji Reabilitas

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(12)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Skripsi, 12 Agustus 2009

Dina Rasmita

Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

x + 70 halaman + 6 tabel + 1 skema + 6 lampiran

Abstrak

Spiritualitas merupakan hal yang sangat penting pada saat individu menderita suatu penyakit dibandingkan pada saat-saat lain dalam kehidupan. Pasien ICU dengan kondisi distress spiritualitas yang dialami sangat memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU yang dilakukan oleh perawat dan keluarga. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2009. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Jumlah sampel terdiri dari 30 orang perawat ICU dan 32 orang keluarga pasien ICU yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,7% perawat dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU dengan baik, sedangkan 53,1% keluarga pasien kurang baik dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perawat dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU dengan baik, sedangkan keluarga tidak dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU dengan baik.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dampak sakit dan hospitalisasi menyebabkan perubahan peran, emosional, dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan melakukan aktivitas secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005). Sebagaimana hal ini terjadi pada pasien yang dirawat di ruang ICU yaitu pasien memerlukan perawatan secara intensif dan sangat bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila kondisi tersebut tidak ditangani dan berlangsung terus menerus dapat menyebabkan distress spiritualitas yang membuat pasien kehilangan kekuatan dan harapan hidup (Taylor, Lilis, & Le Mone, 1997). Distress spiritualitas yang dialami oleh pasien ICU yaitu pasien tidak mampu melaksanakan praktik keagamaan, terisolasi dari orang-orang yang dibutuhkannya, mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikan kekuatan, harapan dan arti kehidupan, bertanya tentang arti kehidupan, mencari dukungan dari keluarga dan teman, tidak dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang dibutuhkannya ( O’ Brien, 1999).

(14)

Association (1992 dalam Hawari, 2002) bahwa spiritualitas dapat meningkatkan koping individu ketika sakit dan mempercepat proses penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. David, Elizabeth, & Martha (2005) menyatakan bahwa spiritualitas mempengaruhi penyembuhan pada pasien gagal jantung yang dirawat di ruang perawatan intensif. Koenig (2001) menyatakan bahwa 90% pasien bertumpu pada spiritualitas yang dapat memberikan kenyamanan dan kekuatan selama menjalani penyakit serius.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat dilakukan oleh perawat dan keluarga. Pada kenyataannya bahwa perawat dan keluarga kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar perawat merasa tidak mampu memberikan perawatan spiritualitas kepada klien (Piles, 1990 dalam Carpenito, 2000). Perawat menganggap bahwa spiritualitas merupakan masalah pribadi yang merupakan hubungan individu dengan penciptaNya dan perawat memandang bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien bukan tanggung jawabnya melainkan tanggung jawab keluarga dan tokoh agama (Boyle & Andrews, 1989 dalam Carpenito, 2000).

(15)

bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas lebih baik diserahkan kepada rohaniawan rumah sakit. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa orang keluarga menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan hubungan dengan Tuhan dan praktik keagamaan. Salah seorang keluarga menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang paling sering dilakukan oleh keluarga ketika menjenguk pasien ke ruangan dengan berdoa. Selain itu, sebagian besar keluarga tidak dapat melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan baik karena jam kunjungan keluarga terbatas. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritualitas yang merupakan bagian integral dalam kehidupan klien. Perawat berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas klien yaitu dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien tersebut walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritualitas atau keagamaan yang sama (Hamid, 1999).

(16)

Berdasarkan studi pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.

2. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh perawat ?

2. Bagaimana pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh keluarga ?

3. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh perawat.

2. Mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh keluarga.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Pendidikan Keperawatan

(17)

dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Selain itu, perlu diadakannya seminar yang terkait dengan asuhan keperawatan spiritualitas pada pasien.

4.2 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi penting dan pedoman bagi para perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan agar tidak mengabaikan perawatan spiritualitas pada pasien.

4.2 Penelitian Keperawatan

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas

1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3 Fungsi Spiritualitas

1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

2. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien ICU 2.1 Pasien ICU

2.2 Kebutuhan Spiritualitas Pasien ICU

(19)

1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas

Spiritualitas merupakan aspek kepribadian manusia yang memberi kekuatan dan mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya. Spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia hidup di dunia. Spiritualitas amat penting bagi keberadaan manusia. Spiritualitas mencakup aspek non fisik dari keberadaan seorang manusia (Young & Koopsen, 2005).

Menurut Mickley, et al (1992 dalam Hamid, 1999) menyatakan bahwa spiritualitas sebagai suatu multidimensi yang terdiri dari dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan. Sementara itu Stoll (1989 dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995) menyatakan bahwa spiritualitas merupakan suatu konsep dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal merupakan hubungan individu dengan Tuhan Yang Maha Esa yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal merupakan hubungan seseorang dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Spiritualitas merupakan suatu dimensi yang berhubungan dengan menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan yang berkaitan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Burkhardt, 1993 dalam Hamid, 1999).

(20)

kebutuhan akan makna, tujuan, cinta, keterikatan, dan pengampunan (Kozier, et al, 1995).

1.2 Karakteristik Spiritualitas

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada individu didasarkan pada kebutuhan spiritualitas individu yang terdiri dari kebutuhan spiritualitas yang berkaitan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan lingkungan (Bukhardt 1993 dalam Kozier, Erb, & Blais, 1995).

1.2.1 Hubungan dengan Tuhan

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan dengan Tuhan dapat dilakukan melalui doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari individu dan memberikan ketenangan pada individu (Kozier, et al, 1995). Selain itu, doa dan ritual agama dapat membangkitkan harapan dan rasa percaya diri pada seseorang yang sedang sakit yang dapat meningkatkan imunitas (kekebalan) tubuh sehingga mempercepat proses penyembuhan (Hawari, 2002).

1.2.2 Hubungan dengan diri sendiri

(21)

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran logis. Kepercayaan memberikan kekuatan pada individu dalam menjalani kehidupan ketika individu mengalami kesulitan atau penyakit (Taylor, Lilis, & Le Mone, 1997; Kozier, et al, 1995).

2. Harapan

Harapan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan dengan orang lain dan Tuhan yang didasarkan pada kepercayaan. Harapan berperan penting dalam mempertahankan hidup ketika individu sakit (Kozier, et al, 1995).

3. Makna Kehidupan

Makna kehidupan merupakan suatu hal yang berarti bagi kehidupan individu ketika individu memiliki perasaan dekat dengan Tuhan, orang lain, dan lingkungan. Individu merasakan kehidupan sebagai sesuatu yang membuat hidup lebih terarah, memiliki masa depan, dan merasakan kasih sayang dari orang lain (Puchalski, 2004; Kozier, et al, 1995).

1.2.3 Hubungan dengan orang lain

(22)

1.2.4 Hubungan dengan lingkungan

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu dengan lingkungan. Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Kozier, et al, 1995).

1.3 Fungsi Spiritualitas

Spiritualitas mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hidup pada individu. Spiritualitas berperan sebagai sumber dukungan dan kekuatan bagi individu. Pada saat stres individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti. Melaksanakan ibadah, berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas dan merupakan suatu perlindungan bagi individu (Taylor, et al, 1997).

(23)

bahwa spiritualitas dapat meningkatkan imunitas yaitu kadar interleukin-6 (IL-6) seseorang terhadap penyakit sehingga dapat mempercepat penyembuhan bersamaan dengan terapi medis yang diberikan.

Menurut Benson, efek spiritualitas terhadap kesehatan sekitar 70-90 persen dari keseluruhan efek pengobatan Hal ini menunjukan bahwa pasien yang berdasarkan perkiraan medis memiliki harapan sembuh 30 persen atau bahkan 10 persen ternyata bisa sembuh total. Dalam hal ini bahwa spiritualitas berperan penting dalam penyembuhan pasien dari penyakit (Young & Koospen, 2005). Selain itu, spiritualitas dapat meningkatkan imunitas, kesejahteraan, dan kemampuan mengatasi peristiwa yang sulit dalam kehidupan (Koenig, et al, 1997 dalam Young & Kooospen, 2005).

Pada individu yang menderita suatu penyakit, spiritualitas merupakan sumber koping bagi individu. Spiritualitas membuat individu memiliki keyakinan dan harapan terhadap kesembuhan penyakitnya, mampu menerima kondisinya, sumber kekuatan, dan dapat membuat hidup individu menjadi lebih berarti (Pulchaski, 2004).

(24)

spiritualitas, individu menemukan tujuan, makna, kekuatan, dan bimbingan dalam perjalanan hidup.

1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

Menurut Taylor, et al (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi spiritualitas seseorang yaitu

1.4.1 Perkembangan

Setiap individu memiliki bentuk pemenuhan spiritualitas yang berbeda-beda sesuai dengan usia, jenis kelamin, agama, dan kepribadian individu. Spiritualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia dan berhubungan dengan proses perubahan dan perkembangan pada manusia. Semakin bertambah usia, individu akan memeriksa dan membenarkan keyakinan spiritualitasnya (Taylor, et al, 1997). Menurut Westerhoff’s (1976 dalam Kozier, et al, 1995), perkembangan spiritualitas berdasarkan usia terdiri dari yaitu :

1. Pada masa anak-anak, spiritualitas pada masa ini belum bermakna pada dirinya. Spiritualitas didasarkan pada perilaku yang didapat yaitu melalui interaksi dengan orang lain seperti keluarga. Pada masa ini, anak-anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan mengikuti ritual atau meniru orang lain.

(25)

3. Pada masa dewasa awal, spiritualitas pada masa ini adanya pencarian kepercayaan diri, diawali dengan proses pernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab dan timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaan.

4. Pada masa dewasa pertengahan dan lansia, spiritualitas pada masa ini yaitu semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya. Perkembangan spiritualitas pada tahap ini lebih matang sehingga membuat individu mampu untuk mengatasi masalah dan menghadapi kenyataan. 1.4.2 Budaya

Setiap budaya memiliki bentuk pemenuhan spiritualitas yang berbeda-beda. Budaya dan spiritualitas menjadi dasar seseorang dalam melakukan sesuatu dan menjalani cobaan atau masalah dalam hidup dengan seimbang (Taylor, et al, 1997).

Pada umumnya seseorang akan mengikuti budaya dan spiritualitas yang dianut oleh keluarga. Individu belajar tentang nilai moral serta spiritualitas dari hubungan keluarga. Apapun tradisi dan sistem kepercayaan yang dianut individu, pengalaman spiritualitas merupakan hal yang unik bagi setiap individu (Hamid, 1999).

1.4.3 Keluarga

(26)

pandangan hidup. Dari keluarga, individu belajar tentang Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri. Keluarga memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan sipitualitas karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dengan individu (Hidayat, 2006; Taylor, et al, 1997).

1.4.4 Agama

Agama sangat mempengaruhi spiritualitas individu. Agama merupakan suatu sistem keyakinan dan ibadah yang dipraktikkan individu dalam pemenuhan spiritualitas individu. Agama merupakan cara dalam pemeliharaan hidup terhadap segala aspek kehidupan. Agama berperan sebagai sumber kekuatan dan kesejahteraan pada individu (Potter & Perry, 2005).

1.4.5 Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif mempengaruhi spiritualitas seseorang. Pengalaman hidup mempengaruhi seseorang dalam mengartikan secara spiritual terhadap kejadian yang dialaminya. Pengalaman hidup yang menyenangkan dapat menyebabkan seseorang bersyukur atau tidak bersyukur. Sebagian besar individu bersyukur terhadap pengalaman hidup yang menyenangkan (Taylor, et al, 1997).

1.4.6 Krisis dan Perubahan

(27)

1.4.7 Isu Moral Terkait dengan Terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada agama yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medik seringkali dapat dipengaruhi oleh pengajaran agama, misalnya sirkumsisi, transplantasi organ, pencegahan kehamilan, sterilisasi. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan (Taylor, et al, 1997).

1.4.8 Asuhan Keperawatan yang Kurang Sesuai

Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritualitas klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat menghindar untuk memberikan asuhan keperawatan spiritualitas. Hal tersebut terjadi karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritualitas, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritualitas dalam keperawatan atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien bukan merupakan tugasnya tetapi tanggung jawab pemuka agama (Taylor, et al, 1997).

(28)

2. Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien ICU 2.1 Pasien ICU

Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang sakit gawat bahkan dalam keadaan terminal yang sepenuhnya tergantung pada orang yang merawatnya dan memerlukan perawatan secara intensif. Pasien ICU yaitu pasien yang kondisinya kritis sehingga memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi, berkelanjutan, dan memerlukan pemantauan secara terus menerus (Hanafie, 2007; Rabb, 1998).

Pasien ICU tidak hanya memerlukan perawatan dari segi fisik tetapi memerlukan perawatan secara holistik. Kondisi pasien yang dirawat di ICU (Hanafie, 2007; Rabb, 1998) yaitu (1 ) Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus secara terus menerus, seperti pasien dengan gagal napas berat, pasien pasca bedah jantung terbuka, dan syok septik (2) Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi seperti pasien pasca bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit jantung, paru, dan ginjal (3) Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi-komplikasi dari penyakitnya seperti pasien dengan tumor ganas dengan komplikasi infeksi dan penyakit jantung.

(29)

harapan dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian, menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian didukung dengan tanda-tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur dan tekanan darah meningkat (Hidayat, 2006).

2.2 Kebutuhan Spiritualitas Pasien ICU

Kebutuhan spiritualitas adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Menurut Hamid (1999) bahwa kebutuhan spiritual yaitu kebutuhan akan arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan berhubungan serta kebutuhan mendapatkan pengampunan.

Ketika penyakit menyerang seseorang, kekuatan spiritualitas sangat berperan penting dalam proses penyembuhan. Selama sakit, individu menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain. Individu yang menderita suatu penyakit mengalami distress spiritualitas. Distress spiritualitas menyebabkan individu mencari tahu sesuatu yang terjadi pada dirinya yang menyebabkan individu merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain (Potter & Perry, 2005).

(30)

kehilangan hubungan dengan Tuhan dan hidup tidak berarti. Perasaan-perasaan tersebut menyebabkan seseorang menjadi stres dan depresi berat menurunkan kekebalan tubuh dan akan memperberat kondisinya (Young & Koopsen, 2005). Pada pasien yang dirawat di ruang ICU memiliki kebutuhan spiritualitas berupa doa dari keluarga, teman, dan sahabat. Selain itu, pasien membutuhkan kehadiran orang yang dicintai dan kehadiran orang-orang yang merawat pasien. Kehadiran orang tersebut dapat memberikan dukungan, merasakan apa yang dirasakan, selalu berada disamping pasien, dan merawat pasien dengan tulus (Zerwekh, 1997 dalam Young & Koopsen, 2005). Hal ini juga didukung oleh O’ Brien (1999) bahwa kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU yaitu menginginkan adanya dukungan dari keluarga, ketenangan dari gangguan suara di ruangan, berinteraksi dengan orang-orang yang dibutuhkannya, dan dapat melaksanakan praktik keagamaan seperti beribadah dan berdoa.

2.3 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien ICU

2.3.1 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Oleh Perawat

Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat membantu pasien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan bukan hanya sembuh dari penyakit tertentu. Asuhan keperawatan yang diberikan tidak hanya berfokus pada perawatan fisik, tetapi perawatan secara holistik.

(31)

yang diyakini pasien, memberikan privacy untuk berdoa, memberi kesempatan pada pasien untuk berinteraksi dengan orang lain (keluarga atau teman) (Young & Koopsen, 20005; Hamid, 1999). Selain itu, perawat dapat memberikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas kepada pasien yaitu dengan memberikan dukungan emosional, membantu dan mengajarkan doa, memotivasi dan mengingatkan waktu ibadah sholat, mengajarkan relaksasi dengan berzikir ketika sedang kesakitan, berdiri di dekat klien, memberikan sentuhan selama perawatan (Potter & Perry, 2005).

2.3.2 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Oleh Keluarga

Menurut Duval (1972 dalam Setiadi, 2008) bahwa keluarga merupakan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dari setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan orang terdekat dari individu ketika sakit. Peran keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu mengambil keputusan dalam kesehatan, ikut merawat anggota keluarga yang sakit, dan memodifikasi lingkungan (Friedman, 1998).

Keluarga mempunyai fungsi-fungsi yang terdiri dari fungsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan fungsi pelestarian lingkungan (Setiadi, 2008). Keluarga berperan dalam memberikan kasih sayang kepada anggota keluarga, memberikan kenyamanan pada anggota keluarga baik secara fisik maupun psikis, dan membina praktik keagamaan dalam kehidupan sehari-hari (Friedman, 1998).

(32)
(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU. Pasien yang dirawat di ruang ICU mengalami distress spiritual yaitu pasien mengalami ketidakseimbangan antara nilai hidup, tujuan hidup, keyakinan, hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Hidayat, 2006).

Pasien yang dirawat di ruang ICU memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritualitas yaitu hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan lingkungan (Bukhardt, 1993 dalam Kozier, et al, 1995). Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU dapat dilakukan oleh perawat dan keluarga berdasarkan kebutuhan spiritualitasnya yang berkaitan hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan lingkungan. Perawat merupakan orang yang sering berinteraksi dengan pasien selama 24 jam di rumah sakit, sedangkan keluarga merupakan tempat pertama kali individu belajar tentang Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri (Taylor, et al, 1997).

(34)

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Variabel Definisi Operasional berisikan 16 pertanyaan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang

(35)
(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas oleh perawat dan keluarga pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah perawat di ICU dan keluarga dari pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2.2 Sampel

(37)

sehingga besar sampel untuk keluarga yaitu 32 orang. Teknik pengambilan sampel untuk keluarga dengan purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu keluarga dari pasien yang dirawat di ruang ICU Dewasa dan Pasca Bedah dengan lama perawatan ≥ 3 hari, keluarga yang paling sering menjenguk pasien, dapat membaca dan menulis, dapat berbahasa Indonesia dengan baik, bersedia menjadi responden.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Alasan peneliti memilih rumah sakit ini sebagai tempat penelitian yaitu : 3.1 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan dengan stándar kelas rumah sakit tipe A sehingga memberi kemudahan pada peneliti untuk mendapat sampel penelitian.

3.2 Belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

(38)

spiritualitas dengan baik dan sebagian besar keluarga pasien belum melaksanakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan baik.

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2009 sampai dengan Juli 2009.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu :

1. Self Determination

Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.

2. Informed Consent

Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan.

3. Anonimity

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut.

4. Confidentiality

(39)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner data demografi dan pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi yang digunakan untuk mengkaji data demografi responden dan mengetahui kondisi responden yang mempengaruhi penelitian. Kuesioner data demografi terdiri dari yaitu :

1. Kuesioner data demografi perawat, terdiri dari yaitu : usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan lama bekerja.

2. Kuesioner data demografi keluarga, terdiri dari yaitu : usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, lama rawat inap pasien, dan hubungan keluarga dengan pasien.

5.2 Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas

Kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang digunakan adalah pertanyaan-pertanyaan yang memberikan karakteristik pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

(40)

Kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang dilakukan oleh perawat terdiri dari 16 pertanyaan dan kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang dilakukan oleh keluarga terdiri dari 14 pertanyaan yang dimodifikasi oleh peneliti dengan berpedoman pada literatur Galek, Flannelly, Vane (2005), Taylor, Lilis, Le Mone (1997), dan Burkhardt (1993 dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995) yaitu pemenuhan kebutuhan spiritualitas oleh perawat yang terdiri dari hubungan dengan Tuhan sebanyak 3 pertanyaan (No 1, 2, 3), hubungan dengan diri sendiri sebanyak 4 pertanyaan (No 4, 5, 6, 7, 8), hubungan dengan orang lain sebanyak 6 pertanyaan (No 9, 10, 11, 12, 13, 14), dan hubungan dengan lingkungan sebanyak 3 pertanyaan (No 15,16) dan pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang dilakukan oleh keluarga terdiri dari hubungan dengan Tuhan sebanyak 3 pertanyaan (No 1, 2, 3), hubungan dengan diri sendiri sebanyak 4 pertanyaan (No 4, 5, 6, 7), hubungan dengan orang lain sebanyak 5 pertanyaan (No 8, 9, 10, 11, 12), dan hubungan dengan lingkungan sebanyak 2 pertanyaan (No 13, 14). Jenis pertanyaan tertutup sehingga responden hanya memberikan jawaban berupa tanda checklist (√) pada jawaban yang tersedia. Skala pengukuran data yang digunakan adalah skala Likert. Pernyataan terdiri dari empat pilihan yaitu tidak pernah, jarang, sering, dan selalu.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

(41)

yaitu instrumen dibuat mengacu pada isi yang dilakukan dengan meminta bantuan orang yang ahli. Instrumen penelitian ini telah divalidasi oleh salah seorang dosen yang ahli dalam konsep spiritualitas yaitu Bapak Parluhutan Siregar M.Ag dan Bapak Syahdin Hasibun M.Ag.

Uji reliabilitas instrumen ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur. Uji reliabilitas digunakan pada item-item yang valid, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka koefisien reliabilitas. Uji reliabilitas instrumen yang dilakukan yaitu dengan uji reliabilitas internal konsitensi yaitu instrumen diuji coba sekali kemudian hasil yang diperoleh dianalisa melalui program komputerisasi dengan menggunakan formula cronbach’s alpha pada setiap item kuisioner pemenuhan spiritualitas pada pasien di ruang ICU diharapkan hasil koefisien lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995). Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang perawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan 10 orang pada keluarga yang anggota keluarganya dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Hasil uji reabilitas untuk kuesioner perawat yaitu 0,753 sedangkan hasil uji reabilitas untuk kuesioner keluarga yaitu 0,746.

7. Pengumpulan Data

(42)

7.1 Pengumpulan Data pada Perawat

7.1.1 Melakukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7.1.2 Mengirim surat izin penelitian dari fakultas ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

7.1.3 Peneliti mendatangi ruangan ICU untuk bertemu dengan Kapokja Keperawatan ICU dan menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian kepada Kapokja ICU. Kapokja ICU memberikan izin penelitian.

7.1.4 Peneliti mendatangi ruangan ICU untuk bertemu dengan kepala ruangan. 7.1.5 Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian kepada kepala ruangan. Pengambilan data penelitian perawat dibantu oleh kepala ruangan kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada perawat pelaksana di ruang ICU melalui kepala ruangan.

7.1.6 Peneliti berada di ruang ICU untuk mengamati tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang dilakukan oleh perawat pelaksana.

7.1.7 Peneliti mengumpulkan kuesioner yang diisi oleh perawat melalui kepala ruangan dan memastikan bahwa semua pertanyaan kuesioner telah diisi.

7.2 Pengumpulan Data pada Keluarga

7.2.1 Melakukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(43)

7.2.3 Peneliti mendatangi ruangan ICU untuk bertemu dengan Kapokja Keperawatan ICU dan menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian kepada Kapokja ICU. Kapokja ICU memberikan izin penelitian.

7.2.4 Peneliti mendatangi keluarga pasien ICU di lantai empat.

7.2.5 Peneliti menjelaskan kepada keluarga tentang tujuan, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuesioner.

7.2.6 Peneliti meminta kesediaan kepada keluarga untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani surat persetujuan (informed consent) menjadi responden dan mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada yang tidak dimengerti.

7.2.7 Peneliti mengamati pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang dilakukan oleh keluarga pada jam kunjungan keluarga ke ruangan ICU.

7.2.8 Peneliti mengumpulkan data dari responden dan memastikan bahwa semua pertanyaan kuesioner telah diisi.

8. Analisis Data

8.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan data dengan tahapan-tahapan Setiadi (2007):

1. Editing yaitu melakukan pemeriksaan kelengkapan, kejelasan, dan kesesuaian dari data yang telah diperoleh.

(44)

3. Processing yaitu melakukan pemprosesan data agar dapat dianalisa dengan cara melakukan entry data daftar pertanyaan yang telah dilengkapi dengan pengkodean dan selanjutnya dilakukan proses data dalam komputer.

4. Cleaning yaitu melakukan pembersihan data apabila terdapat kesalahan pada saat melakukan pemasukan data.

Penilaian pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien ICU dikategorikan yaitu baik dan kurang baik. Penilaian pernyataan untuk kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas terbagi dua yaitu

1. Penilaian pernyataan untuk kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas oleh perawat yaitu tidak pernah (skor 0), jarang (skor 1), sering (skor 2), dan selalu (skor 3). Perhitungan data dikategorikan berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (1992), yaitu:

Panjang kelas = Rentang kelas = 48-0 Banyak kelas 2

= 24

Dimana P menyatakan panjang kelas, pemenuhan kebutuhan spiritualitas oleh perawat yaitu nilai terendah 0, nilai tertinggi 48 sehingga rentang kelas yaitu 24 dengan banyak kelas yaitu 2. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan spiritualitas oleh perawat dikategorikan sebagai berikut:

Baik : 25 - 48

Kurang baik : 0 – 24

(45)

Panjang kelas = Rentang kelas = 42-0 Banyak kelas 2

= 21

Dimana P menyatakan panjang kelas, pemenuhan kebutuhan spiritualitas oleh perawat yaitu nilai terendah 0, nilai tertinggi 42 sehingga rentang kelas yaitu 21 dengan banyak kelas yaitu 2. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan spiritualitas oleh keluarga dikategorikan sebagai berikut:

Baik : 22- 42

Kurang baik : 0 – 21

8.2 Analisis Data

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan hasil penelitian mengenai karakteristik responden dan variabel pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan Juni-Juli 2009. Jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 30 orang perawat ICU dan 32 orang keluarga dari pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Data hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

1.1 Karakteristik Responden

(47)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Perawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Bulan Juni-Juli Tahun 2009. n : 30

Karakteristik Demografi Frekuensi (n) Persentase (%) Usia

3. Sarjana Keperawatan

2

(48)

Sementara karakteristik demografi keluarga pasien dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga pasien adalah perempuan yaitu 18 orang (56,3%), sebagian besar keluarga pasien berusia antara 41-60 tahun yaitu 17 orang (53,1%), sebagian besar keluarga pasien beragama Islam yaitu 21 orang (65,6%). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar pendidikan terakhir keluarga pasien yaitu SMA sebanyak 20 orang (20%). Sebagian besar lama perawatan pasien yaitu >3 hari sebanyak 17 orang (53,1%). Sebagian besar hubungan keluarga dengan klien sebagai ibu yaitu 12 orang (37,5%). Distribusi karakteristik demografi keluarga pasien dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Keluarga Pasien di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan Bulan Juni-Juli Tahun 2009. n : 32

Karakteristik Demografi Frekuensi (n) Persentase (%) Usia

1. 21-40 tahun 14 43,8

2. 41-60 tahun 17 53,1

3. 51-80 tahun Mean= 43,53 SD= 9,948

1 3,1

Jenis Kelamin

1. Laki-laki 14 43,3

(49)

Tabel 5.2 lanjutan

(50)

1.2 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien yang Dirawat di Ruang ICU

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

1.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Dilakukan Oleh Perawat 1.2.1.1 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas berkaitan Hubungan dengan

Tuhan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa 15 orang perawat (50%) sering

membimbing klien yang kondisinya tidak koma untuk berdoa ketika cemas dan takut. Sebagian besar perawat jarang membantu klien dengan kondisi yang tidak koma untuk beribadah yaitu 16 orang (53,3%). Sebagian besar perawat sering memfasilitasi kebutuhan pemuka agama pada klien ketika dibutuhkan yaitu 14 orang (46,7%). Distribusi frekuensi dan persentase pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan hubungan dengan Tuhan dapat dilihat pada tabel 5.3.

1.2.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas berkaitan Hubungan dengan

Diri Sendiri

(51)

pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan hubungan dengan diri sendiri dapat dilihat pada tabel 5.3.

1.2.2.3 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas berkaitan Hubungan dengan

Orang Lain

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar perawat sering memberikan sentuhan yang penuh perhatian kepada klien ketika melakukan perawatan yaitu 12 orang (40,0%). Sebagian besar perawat sering mendatangkan keluarga atau orang terdekat klien ketika dibutuhkan yaitu 13 orang (43,3%). Sebagian besar perawat selalu memahami perubahan peran yang dialami klien ketika sakit yaitu 14 orang (46,7%). Sebagian besar perawat sering menenangkan klien yang kondisinya tidak koma untuk menerima kondisinya yaitu 13 orang (43,3%). Sebagian besar perawat selalu berbicara dengan klien ketika melakukan perawatan yaitu 13 orang (43,3%). Sebagian besar perawat selalu memberi dukungan kepada klien dalam menghadapi kondisinya yaitu 15 orang (50,0%). Distribusi frekuensi dan persentase pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan hubungan dengan orang lain dapat dilihat pada tabel 5.3.

1.2.2.4 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas berkaitan Hubungan dengan

Lingkungan

(52)

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas oleh Perawat pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU RSUP. H. Adam Malik

Medan Bulan Juni-Juli Tahun 2009. n: 30

1 Membimbing klien yang tidak koma untuk berdoa ketika cemas dan takut.

5 16,7 7 23,3 15 50,0 3 10,0

2 Membantu klien yang tidak koma untuk beribadah.

3 10,0 16 53,3 7 23,3 4 13,3

3 Memfasilitasi akan kebutuhan pemuka

5 Menjaga privasi

klien.

0 0 6 20,0 11 36,7 13 43,3

(53)

Tabel 5.3 lanjutan

No Pernyataan Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

f % f % f % f %

9 Memberikan sentuhan yang penuh perhatian

11 Memahami perubahan peran yang dialami klien ketika sakit.

0 0 5 16,7 11 36,7 14 46,7

12 Menenangkan klien untuk menerima kondisinya.

0 0 7 23,3 10 33,3 13 43,3

13 Berbicara dengan klien ketika melakukan perawatan.

0 0 6 20,0 13 43,3 11 36,7

14 Memberi dukungan kepada klien dalam

15 Menjaga agar kondisi ruang ICU selalu bersih.

0 0 0 0 11 36,7 19 63,3

16 Menjaga agar kondisi ruang ICU tidak ribut.

(54)

1.2.3 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Dilakukan Oleh Keluarga

1.2.3.1 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas berkaitan Hubungan dengan

Tuhan

Berdasarkan hasil penelitian pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang berkaitan hubungan pasien dengan Tuhan bahwa sebagian besar keluarga selalu membacakan doa untuk pasien ketika jam kunjungan ke ruangan yaitu 25 orang (78,2%). Sebagian besar keluarga jarang membacakan kitab suci ketika menjenguk pasien ke ruangan yaitu 22 orang (68,8%). Sebagian besar keluarga sering bekerjasama dengan perawat dalam memfasilitasi kebutuhan pemuka agama ketika dibutuhkan pasien yaitu 17 orang (53,1%). Distribusi frekuensi dan persentase pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan hubungan dengan Tuhan dapat dilihat pada tabel 5.4.

1.2.3.2 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas berkaitan Hubungan dengan

Diri Sendiri

(55)

spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan hubungan dengan diri sendiri dapat dilihat pada tabel 5.4.

1.2.3.4 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas berkaitan Hubungan dengan

Orang Lain

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan hubungan dengan orang lain dari hasil penelitian bahwa sebagian besar keluarga jarang mendatangkan teman atau orang-orang terdekat pasien untuk menjenguk pasien ketika jam kunjungan ke ruangan yaitu 19 orang (59,4%). Sebagian besar keluarga tidak pernah mengucapkan kata-kata yang berisi dukungan dan motivasi untuk pasien ketika jam kunjungan ke ruangan yaitu 15 orang (46,9%). Sebagian besar keluarga jarang memberikan sentuhan kepada pasien ketika jam kunjungan ke ruangan yaitu 13 orang (40,67%). Sebagian besar keluarga sering berada disamping pasien ketika jam kunjungan ke ruangan yaitu 18 orang (56,3%). Sebagian besar keluarga sering memahami perubahan peran yang dialami oleh pasien selama sakit yaitu 19 orang (59,4%). Distribusi frekuensi dan persentase pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan hubungan dengan orang lain dapat dilihat pada tabel 5.4.

1.2.3.5 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas berkaitan Hubungan dengan

Lingkungan

(56)

lingkungan yang dihadapinya yaitu 18 orang (56,3%). Distribusi frekuensi dan persentase pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU berkaitan hubungan dengan lingkungan dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas oleh Keluarga Pasien pada Pasien yang Dirawat di Ruang ICU RSUP. H. Adam

Malik Medan Bulan Juni-Juli Tahun 2009. n: 32

No Penyataan Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

Hubungan dengan Tuhan f % f % F % f %

1 Membacakan doa untuk pasien ketika jam kunjungan ke ruangan.

0 0 2 6,2 5 15,6 25 78,2

2 Membacakan kitab suci untuk pasien ketika jam kunjungan ke ruangan.

4 12,5 22 68,8 4 12,5 2 6,3

3 Bekerjasama dengan

perawat dalam

4 Meyakinkan pada pasien bahwa kondisi yang dialami saat ini ada hikmahnya.

6 18,8 17 53,1 9 28,1 0 0

5 Menceritakan pengalaman yang menyenangkan bagi pasien.

8 25 18 56,3 6 18,8 0 0

6 Menanyakan kepada

perawat atau dokter mengenai hal yang dibutuhkan pasien.

5 15,6 9 28,1 12 37,5 6 18,8

7 Mendukung terapi dan perawatan pasien untuk kesembuhan pasien.

(57)

Tabel 5.4 lanjutan

No Penyataan Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

f % f % F % f %

Hubungan dengan Orang Lain

8 Mendatangkan teman atau orang-orang terdekat pasien untuk menjenguk pasien ketika jam kunjungan ke ruangan.

3 9,4 19 59,4 9 28,1 1 3,1

9 Mengucapkan kata-kata yang berisikan dukungan dan motivasi untuk pasien ketika jam kunjungan ke ruangan.

15 46,9 11 34,4 6 18,8 0 0

10 Memberikan sentuhan yang penuh perhatian kepada pasien ketika jam kunjungan ke ruangan.

4 12,5 13 40,6 7 21,9 8 25,0

11 Berada di samping pasien ketika jam kunjungan ke ruangan.

0 0 0 0 18 56,3 14 43,8

12 Memahami perubahan peran yang dialami oleh pasien selama sakit.

0 0 0 0 19 59,4 13 40,6

Hubungan dengan Lingkungan

13 Menciptakan kondisi lingkungan yang tenang dan tidak menimbulkan

keributan ketika menjenguk pasien ke

ruangan pada waktu jam berkunjung.

0 0 8 25,0 19 59,4 5 15,6

14 Membantu pasien untuk memperoleh kenyamanan dengan kondisi lingkungan yang dihadapinya.

(58)

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU dikategorikan baik dan kurang baik. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemenuhan Kebutuhan

Spiritualitas Pasien yang Dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Bulan Juni-Juli Tahun 2009.

No Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien yang Dirawat di Ruang ICU

f (n) Pesentase (%) 1.

2.

Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Oleh Perawat Baik

Kurang baik

Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Oleh Keluarga Baik

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh perawat dalam kategori baik, sedangkan pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang dilakukan oleh keluarga dalam kategori kurang baik

2.Pembahasan

(59)

2.1 Karakteristik Demografi Responden 2.1.1 Perawat

Berdasarkan usia, sebagian besar perawat berada pada usia dewasa dini sebanyak 24 orang (80%). Kelompok usia dewasa dini merupakan usia produktif yang mendukung dalam melaksanakan pelayanan keperawatan yang baik. Menurut penelitian Riyadi dan Kusnanti (2007) bahwa ada hubungan signifikan antara umur perawat dengan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada setiap klien (P= 0.006 < 0.05). Hal ini dapat diartikan bahwa semakin dewasa usia seorang perawat maka semakin tinggi kinerja keperawatannya.

Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar perawat yaitu perempuan sebanyak 24 orang (80%), sedangkan laki-laki yaitu 6 orang (20%). Profesi keperawatan lebih banyak diminati kaum perempuan, mengingat profesi keperawatan lebih dekat dengan masalah mother instink (Bady, et al, 2007).

Berdasarkan agama, sebagian besar perawat beragama Kristen yaitu 17 orang (56,7%), sedangkan beragama Islam yaitu 13 orang (43,3%). Menurut Hamid (1999) bahwa agama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perawatan spiritualitas pada klien. Perbedaan agama antara perawat dan klien menyebabkan perawat terkadang menghindar untuk memberi asuhan keperawatan spiritualitas. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa 16 orang perawat (53,3%) jarang membantu klien untuk beribadah sehingga sebanyak 14 orang perawat (46,7%) lebih sering memfasilitasi kebutuhan pemuka agama pada klien.

(60)

pendidikan sarjana keperawatan yaitu 4 orang (13,3%). Menurut Young & Koopsen (2007) bahwa keperawatan profesional mampu melaksanakan perawatan spiritualitas secara maksimal pada klien. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hamid (1999) bahwa perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik.

Berdasarkan pengalaman kerja, sebagian besar perawat berpengalaman kerja selama 2-4 tahun yaitu 14 orang (46,6%), 5-10 tahun yaitu 8 orang (26,7%), sedangkan > 10 tahun yaitu 8 orang (26,7%). Menurut Megawati (2004) menyatakan bahwa lama kerja seseorang mempunyai pengaruh terhadap mutu pekerjaan.

2.1.2 Keluarga Pasien

Berdasarkan usia, sebagian besar keluarga pasien berada pada usia dewasa tengah yaitu 17 orang (53,1%). Menurt Erikson (1968 dalam Potter & Perry, 2005) bahwa pada usia dewasa tengah memiliki tugas untuk merawat dan membimbing orang lain. Selain itu, Taylor, et al (1997) menyatakan bahwa perkembangan spiritualitas pada masa dewasa tengah lebih matang sehingga membuat individu mampu untuk mengatasi masalah dan menghadapi kenyataan.

(61)

menerima informasi dan semakin baik pengetahuan yang dimiliki. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Azwar (1995) bahwa adanya pengetahuan tentang sesuatu hal dan adanya pengetahuan terhadap manfaat sesuatu hal menyebabkan orang mempunyai sikap positif atau negatif terhadap hal tersebut. Sikap positif akan menimbulkan keinginan untuk berbuat. Perbuatan yang sudah dilaksanakan disebut perilaku. Jika seseorang tidak mengetahui sesuatu hal dengan jelas maka sulit bagi orang tersebut untuk menentukan sikap dalam mewujudkannya dalam suatu perbuatan.

Berdasarkan hubungan keluarga dengan pasien, sebagian besar hubungan keluarga dengan pasien yaitu sebagai ibu sebanyak 13 orang (40,6%). Keluarga merupakan tempat pertama kali individu memperoleh pengalaman dan pandangan hidup. Dari keluarga, individu belajar tentang Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri (Taylor, et al, 1997). Menurut Friedman (1998) bahwa dalam sebagian besar keluarga, peran-peran penting bertumpu pada ibu yaitu posisi sebagai istri, dan pemberi asuhan kesehatan pada keluarga.

Berdasarkan lama perawatan pasien, sebagian besar lama perawatan pasien yaitu > 3 hari (53,1%). Menurut Hamid (1999) bahwa ketika individu menderita suatu penyakit, kekuatan spiritualitas sangat berperan penting dalam proses penyembuhan. Selama sakit, individu menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain. Spiritualitas sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialaminya, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan dalam waktu yang lama dengan hasil yang belum pasti.

(62)

Berdasarkan hasil penelitian secara umum bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan oleh 20 orang perawat (66,7%) berada dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hamid (1999) bahwa perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psikososio-kultural dan spiritual secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritualitas yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan klien. Hal ini juga didukung oleh FK UNAIR (2006) bahwa perawat yang bekerja di ruangan ICU harus mampu merawat pasien dengan baik dan benar sesuai dengan standar mutu pelayanan ICU karena keberadaan ICU di setiap rumah sakit merupakan kebutuhan dasar dan kualitas pelayanan ICU yang baik akan mencerminkan mutu pelayanan rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, pengelolaan ICU didukung oleh tenaga keperawatan yang memenuhi kualifikasi sebagai perawat ICU.

(63)

oleh pernyataan Taylor et al (1997) bahwa ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat menghindar untuk memberikan asuhan keperawatan spiritual. Hal tersebut terjadi karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritualitas, dan tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritualitas dalam keperawatan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Allen (1999 dalam Astuty, 2005) bahwa perawat yang bekerja di ruang ICU memiliki beban kerja yang cukup tinggi. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Tarnow (2000) bahwa kapsitas dan beban kerja perawat yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sehingga perawat tidak dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara maksimal.

2.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Berkaitan Hubungan dengan

Tuhan

(64)

sesuai dengan pernyataan Brush, Daly, Davidhizar, Bechtel, & Juratovak (2000 dalam Young& Koopsen, 2007) bahwa perawat jarang atau tidak pernah membimbing klien berdoa karena perawat takut melanggar privacy pasien, rasa khawatir akan ketidaktepatan dalam memenuhi kebutuhan spiritualitas pasien, dan kurangnya kesadaran spiritualitas secara pribadi.

Sebanyak 14 orang perawat (46,7%) sering memfasilitasi akan kebutuhan pemuka agama pada klien ketika dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aldridge (2001 dalam Young & Koopsen, 2007) menyatakan bahwa berdoa merupakan salah satu terapi yang dapat meningkatkan koping seseorang melalui keterikatan dirinya sendiri dan dengan Tuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brush & Daly (2000 dalam Young & Koopsen, 2007) bahwa salah satu peran perawat dalam pemberian perawatan spiritualitas pada pasien dengan menyerahkannya kepada pemuka agama. Namun, sebanyak 3 orang perawat (10%) jarang memfasilitasi kebutuhan akan pemuka agama pada klien ketika dibutuhkan dan sebanyak 1 orang perawat (3,3%) tidak pernah memfasilitasi akan kebutuhan pemuka agama pada klien ketika dibutuhkan. Peneliti berpendapat bahwa kemungkinan perawat menganggap bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas merupakan salah satu tanggung jawab perawat bukan diserahkan kepada rohaniawan atau tokoh agama.

2.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Berkaitan Hubungan dengan Diri

Sendiri

(65)

klien, perawat harus selalu menghargai keyakinan dan kepercayaan klien walaupun perawat dan klien memiliki keyakinan yang berbeda.

Sebanyak 13 orang perawat (43,3%) selalu menjaga privasi klien ketika melakukan tindakan perawatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter & Perry (2005) bahwa perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien harus selalu menjaga privasi klien. Namun, sebanyak 6 orang perawat (20%) perawat yang jarang menjaga privasi klien ketika melakukan tindakan keperawatan. Hal ini disebabkan oleh beban kerja perawat ICU yang tergolong beban kerja berat sehingga mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang diberikan (Allen, 2000).

Sebanyak 15 orang perawat (50%) selalu memperhatikan dan mendengarkan keluhan klien yang kondisinya tidak koma. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brush & Daly (2000 dalam Young & Koopsen, 2007) menyatakan bahwa perawatan spiritualitas pada pasien melalui komunikasi terapeutik pada pasien dengan memperhatikan dan mendengarkan keluhan pasien dengan teliti terhadap bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Namun, sebanyak 4 orang perawat (13,3%) jarang memperhatikan dan mendengarkan keluhan klien. Beban kerja atau tuntutan kerja dari rumah sakit yang sibuk dan kekurangan staf merupakan salah satu penyebab perawat jarang memperhatikan dan mendengarkan keluhan klien yang kondisinya tidak koma.

(66)

2.2.3 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Berkaitan Hubungan dengan

Orang Lain

Dari hasil penelitian 12 orang perawat (40%) sering memberikan sentuhan yang penuh perhatian kepada klien ketika melakukan perawatan. Menurut Dossey et al (2000) & Taylor (2002 dalam Young & Koopsen, 2007) menyatakan bahwa sentuhan yang penuh perhatian merupakan bagian dari implementasi perawatan spiritualitas. Sentuhan merupakan bagian penting dari hubungan antara perawat dan klien. Sentuhan merupakan ungkapan dari rasa cinta, dukungan emosi, kelembutan dan perhatian (Potter & Perry, 2005). Namun, 8 orang perawat (26,7%) jarang memberikan sentuhan yang penuh perhatian kepada klien ketika melakukan perawatan. Menurut Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa perawat sering tidak yakin atau ragu dalam menggunakan sentuhan yang penuh perhatian ketika berinteraksi dengan pasien.

Sebanyak 13 orang perawat (43,3%) sering mendatangkan keluarga atau orang terdekat klien ketika dibutuhkan. Dukungan keluarga atau orang terdekat merupakan hal yang sangat dibutuhkan seseorang ketika sakit. Keluarga atau orang terdekat klien mampu memberi dukungan tertentu yang tidak mampu disediakan oleh orang lain (Young & Koopsen, 2007).

(67)

Sebanyak 13 orang perawat (43,3%) sering berbicara dengan klien ketika melakukan perawatan. Menurut Potter & Perry (2005) bahwa dalam melakukan perawatan, perawat harus menjalin komunikasi terapeutik dengan klien. Komunikasi merupakan salah satu yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan.

Sebanyak 15 orang perawat (50%) selalu memberi dukungan kepada klien dalam menghadapi kondisinya. Menurut Young & Koopsen (2007) menyatakan bahwa peran perawat sebagai expressive/mother substitute role yaitu berperan dalam menciptakan lingkungan dimana klien merasa aman, diterima, dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat.

2.2.4 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Berkaitan Hubungan dengan Lingkungan

Dari hasil penelitian 19 orang perawat (63,3%) selalu menjaga kondisi ruang ICU selalu bersih, 18 orang perawat (60%) selalu menjaga kondisi ruang ICU tidak ribut. Menurut Nurachmah (2001) bahwa perawat perlu mengenali kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Kondisi lingkungan tersebut yaitu kenyamanan lingkungan, privasi, dan kebersihan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Dossey, Keegan, & Guzzetta (2001 dalam Young & Koopsen, 2007) bahwa perawat harus menciptakan kondisi lingkungan untuk proses penyembuhan alami pada klien. Kondisi lingkungan tersebut meliputi kebersihan, ketenanganan, dan kehangatan.

2.3 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Oleh Keluarga

(68)

(66,7%) dalam kategori kurang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Doherty & Campbell (1988 dalam Friedman,1998) bahwa ketika salah satu anggota keluarga menderita suatu penyakit, maka tingkat stress dan konflik keluarga cenderung tinggi sehingga kebutuhan-kebutuhan afektif anggota keluarga yang sakit sering tidak terpenuhi. Hal ini terjadi karena keluarga lebih memfokuskan pada stres yang dihadapinya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Torrance & Seginson (1997) bahwa ketidakpastian diagnosa dan prognosa penyakit pasien menyebabkan tingkat kecemasan keluarga meningkat sehingga keluarga lebih memfokuskan perhatiannya pada ketidakpastian diagnosa dan prognosa penyakit pasien.

Sebanyak 15 orang keluarga pasien (46,9%) dalam kategori baik. Menurut Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa semakin lama seseorang menghadapi stresor maka individu dapat beradaptasi dengan stresor yang dialaminya. Dari hasil penelitian bahwa lama perawatan pasien sebagian besar di atas 3 hari yaitu 17 orang (46,9%). Berdasarkan hasil penelitian pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang paling sering dilakukan oleh keluarga pasien yaitu dengan berdoa sebanyak 25 orang (78,2%). Menurut Friedman (1985) dan Pravikoff (1985 dalam Friedman, 1998) menyatakan bahwa berdoa merupakan salah satu cara bagi keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit dan sebagai suatu cara menghadapi stressor yang berhubungan dengan masalah kesehatan.

2.3.1Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Berkaitan Hubungan dengan Tuhan

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi  Perawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Tabel 5.2 lanjutan               Karakteristik Demografi
Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas oleh
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan dengan diri sendiri Tindakan yang dilakukan oleh keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien stroke Hubungan dengan diri sendiri merupakan kekuatan dari

Hasil penelitian menunjukan dari 32 subjek penelitian terdapat 9 Orang pasien yang tidak mengalami ICU delirium (28,13%) dan 23 orang pasien mengalami ICU delirium (71,87%)

Hasil penelitian tahap I menunjukan kondisi objektif pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di desa hampir sebagian besar tidak mendapatkan

Bayi prematur yang lahir di dekat 37 minggu sering tidak memiliki masalah yang berkaitan dengan persalinan jika paru-paru mereka telah menghasilkan surfaktan yang memadai,

Anggota Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Lukas FK USU2. Anggota Keluarga Mahasiswa Kristen

Hasil analisis hubungan antara persepsi tentang waktu kunjungan dengan dukungan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien bahwa dari 23 responden yang

Malik Medan, yang telah banyak memberikan penulis bimbingan, saran, dorongan. dan nasihat yang bermanfaat dalam menjalani dan

Judul Penelitian : Perilaku Perawat pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada Pasien di Ruang Neurologi dan Ruang Bedah Saraf RSUP.. Adam