CSR SEBAGAI BANTUAN
KEPADA PEMERINTAH DALAM
MEMANAJEMEN RUANG
TERBUKA HIJAU DI KOTA
BONTANG
Oleh : Ulfah Widi Riani (0151042)
Mata kuliah : Manajemen Kota
Dosen Pengampu : Farid Nurrahman S.T., M.Sc.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan, Kalimantan Timur
Perkembangan serta pembangunan perkotaan menjadi suatu masalah yang mulai cukup
rumit untuk diatasi. Konsekuensi negatif yang dapat diakibatkan dari masalah perkembangan
dan pembangunan perkotaan salah satunya adalah masalah lingkungan. Pada permasalahan
lingkungan dalam perkembangan dan pembangunan suatu kota dampak negatif yang mucul
dapat berupa kerusakan lingkungan, banjir, polusi udara maupun air, dan sebagainya. Dampak
negatif tersebut dapat muncul salah satunya dikarenakan oleh berkurangnya ruang terbuka
hijau. Dilihat dari sudut pandang lingkungan, dalam pembangunan suatu kota unsur ruang
terbuka hijau menjadi pertimbangan utama.
Ruang terbuka hijau berdasarkan UU 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pasal 1 ayat
31 ruang terbuka hijau merupakan area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam pasal 29 UU 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang juga disebutkan mengenai ruang terbuka hijau sebagai berikut
a. Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri dari ruang
terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
b. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari
luas wilayah kota.
c. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen
dari luas wilayah kota.
Definisi lain menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau (RTH) merupakan bagian dar ruang
terbuka (open space) yang diklasifikasikan sebagai ruang atau lahan yang mengandung unsur
dan struktur alami. Ruang terbuka hijau sebagai bagian dari open space dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu RTH alami dan RTH binaan. RTH alami terdiri atas daerah hijau yang
masih alami, daerah hijau yang dilindungi agar tetap dalam kondisi alami, dan daerah hijau
yang difungsikan sebagai taman publik tetapi dengan mempertahankan karakter alam sebagai
basis tamannya atau natural park areas. Sedangkan RTH binaan terdiri dari daerah hijau yang
dibangun sebagai taman kota, daerah hijau yang dibangun dengan fungsi rekreasi bagi warga
sebagai area penghijauan. Khusus daerah hijau dikawasan perkotaan dapat dikembangkan
sebagai plaza, square, jalur hijau jalan, maupun sabuk hijau kota atau greenbelt.
( Joga, 2011)
Disamping istilah RTH, dalam lingkungan perkotaan juga terdapat istilah tentang hutan
kota. Definisi hutan kota berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: P.71/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota pasal 1 ayat 2
menyebutkan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon
yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak,
yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Berdasarkan peraturan yang
sama, pada pasal 2 tentang penyelenggaraan hutan kota ayat 1 menyebutkan tentang tujuan
hutan kota yaitu untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang
meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Sedangkan pada ayat 2 menyampaikan maksud
dari penyelenggaraan hutan kota yaitu sebagai berikut
a. Menekan/ mengurangi peningkatan suhu udara di perkotaan
b. Menekan/ mengurangi pencemaran udara (kadar karbonmonoksida, ozon, karbondioksida,
oksida nitrogen, belerang dan debu)
c. Mencegah terjadinya penurunan air tanah dan permukaan tanah, dan
d. Mencegah terjadinya banjir atau genangan, kekeringan, intrusi air laut, meningkatnya
kandungan logam berat dalam air
Sedangkan untuk fungsi dari hutan kota disampaikan pada pasal 3, yaitu
a. Memperbaiki dan menjaga iklim mikrodan nilai estetika
b. Meresapkan air
c. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, dan
d. Mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia
Mengenai kondisi RTH dan hutan kota, pada pembahasan berikut merupakan ulasan
tentang kondisi RTH dan hutan kota yang terdapat di Kota Bontang, Kalimantan Timur.
Bontang sebagaimana diketahui merupakan sebuah kota kecil yang berada pada koordinat 0°
01’ Lintang Utara - 0° 12’ Lintang Utara dan 117°23’ Bujur Timur - 117°38’ Bujur Timur,
dengan luas wilayah 14.780 (empat belas ribu tujuh ratus delapan puluh) hektar. Batas wilayah
timur berbatasan dengan Selat Makassar, pada sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Kutai Kartanegara, dan pada sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur (RTRW
Kota Bontang tahun 2012-2032). Bontang sebagai sebuah kota kecil yang terdapat di provinsi
Kalimantan Timur merupakan kota yang berbasis pada sektor industri dengan tiga perusahaan
besarnya yaitu PT Badak NGL, PT Pupuk Kalimantan Timur, dan PT Indominco Mandiri.
Disamping ketiga perusahaan tersebut, di kota ini juga terdapat banyak perusahaan kecil
lainnya yang bergerak di bidang industri sebagai penunjang untuk ketiga perusahaan besar
tersebut.
Didalam suatu perusahaan dikenal adanya CSR atau Corporate Social Responsibility
dimana CSR ini adalah merupakan tanggung jawab sosial suatu perusahaan. Lord Holme dan
Richard Watts dalam Latief mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis yang berkelanjutan
untuk bertindak secara etis dan memberikan sumbangsi pada perkembangan ekonomi sembari
meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarga mereka dan juga masyarakat setempat
secara luas. CSR berbicara soal peningkatan kecakapan atau capacity building bagi kehidupan
berkelanjutan. Mengenai tujuan dari sebuah aktivitas CSR, Directorate – General for
Employment and Social Affairs Komisi Eropa meneaskan bahwa tujuan utama CSR adalah
untuk mengurangi keburukan – keburukan sosial seperti kemiskinan, penyalahgunaan hak asasi
manusia, dan keburukan lingkungan serta meningkatkan kebaikan – kebaikan sosial seperti
ketahanan pangan, pendidikan, dan biodiversitas ( Latief, 2010).
Pada tahun 2015, Ketua Komisi III DPRD Kota Bontang, Kalimantan Timur, Rustam HR,
meminta pemerintah Kota Bontang memperluas kawasan hutan kota dengan melobi
perusahaan yang ada di Kota Bontang itu untuk menjadikan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
mereka sebagai hutan kota. Hal tersebut guna untuk memenuhi syarat penyediaan RTH 30%,
mengingat 70% luas wilayah Kota Bontang merupakan wilayah perairan (laut) dan menurut
Rustam pemerintah akan sulit untuk memenuhi syarat penyediaan tersebut. Sebagai salah satu
perusahaan besar di Kota Bontang serta untuk melaksanakan program CSR, PT Pupuk Kaltim
memberikan bantuan kepada Pemerintah Kota Bontang dalam bentuk bantuan taman mural dan
vertical garden. Mural merupakan cara menggambar diatas media dinding, tembok, atau
permukaan luas yang bersifat permanen (Kusrianto, 2010). Dengan kata lain, selain
memberikan bantuan terhadap RTH di Kota Bontang sebagai penghijauan serta untuk
mengurangi polusi udara, PT Pupuk Kaltim juga memberikan bantuan terhadap efek keindahan
Disamping pemberian bantuan vertical garden dan taman mural, PT Pupuk Kaltim juga
memberikan usulan terhadap perubahan status kawasan Taman Cibodas dan Hutan Wanatirta
yang semula dalam perencanaan perusahaan diperuntukkan sebagai areal permukiman dan
perkantoran menjadi kawasan RTH. Dari total luas kawasan hutan yaitu 315 hektare, pihak
perusahaan meminta agar 150 hektare luas hutan dikeluarkan peruntukannya dari RTH dan
akan digunakan untuk peruntukkan lain. Sehingga 165 hektare luas hutan yang masuk kedalam
RTH selain digunakan sebagai kawasan hutan kota dengan maksud seperti yang tertera pada
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 71 tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan
Kota pasal 2 ayat 2, Hutan Wanatirta juga sebagai habitat dari beberapa satwa langka yang
telah dicatat oleh Dinas Lingkungan Hidup pada tahun 2012, yaitu 6 individu orangutan,
kukang, bekantan, dan elang laut.
Dalam kaitannya dengan manajemen kota, pada hal ini manajemen RTH yang terdapat di
Kota Bontang, penyediaan RTH di Kota Bontang sengat terbantu dengan adanya perusahaan –
perusahaan yang melakasanakan program CSR. Program CSR yang dilakukan oleh perusahaan
ini sangat membantu dan mendukung kelancaran program penyediaan RTH yang tengah
dilakukan oleh Dinas DKPPK Kota Bontang sebagai bagian dari 3 program Pemerintah
Bontang dalam memanajemen kotanya khususnya dalam penataan ruang serta lingkugan.
Ketiga program tersebut yakni Program Penataan, Pemeliharaan, dan Sarana Prasarana
Pemakaman. Jika saja manajemen yang sama seperti di Kota Bontang dimana terdapat
hubungan saling mendukung antara pemerintah suatu kota dengan perusahaan - perusahaan
yang terdapat pada wilayah kota tersebut, maka keseimbangan antara aspek lingkungan dan
aspek ekonomi dapat terjadi. Dari hal tersebut nantinya juga akan timbul kemudahan
DAFTAR PUSTAKA
Antara News. (26 Maret 2015). RTH Perusahaan di Kota Bontang disarankan Jadi Hutan Kota.
Diakses 11 Oktober 2017, dari
http://www.antaranews.com/berita/487395/rth-perusahaan-di-bontang-disarankan-jadi-hutan-kota
Ekspos Kaltim. (4 Mei 2016). Penataan Ruang Terbuka Hijau Dinas DKPPK Kota Bontang.
Diakses 11 Oktober 2017, dari
http://eksposkaltim.com/berita-394-penataan-ruang-terbuka-hijau-dinas-dkppk-kota-bontang.html
Joga, Nirwono, Iwan Ismaun. 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta : Gramedia
Kusrianto, Adi. 2010. Pengantar Tipografi. Jakarta : Elex Media Komputindo
Latief, Hilman. 2010. Melayani Umat : Filantropis Islam dan Ideologi Kesejahteraan Kaum
Modernis. Jakarta : Gramedia
Pupuk Kaltim. (25 Agustus 2016). Untuk Mempercantik Kota dan Mengurangi Polusi Pupuk
Kaltim Bantu Taman Mural dan Vertical Garden ke Pemerintah Kota Bontang. Diakses 11
Oktober 2017, dari
http://www.pupukkaltim.com/ina/news/berita/untuk-mempercantik-
kota-dan-mengurangi-polusi-pupuk-kaltim-bantu-taman-mural-dan-vertical-garden-ke-pemerintah-kota-bontang/
Republik Indonesia. 2007. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.71/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang tahun 2012-2032
Tribun Kaltim. (1 Agustus 2017). Usulan Alih Fungsi Lahan Hutan Wanatirta Dibahas
Tertutup. Diakses 11 Oktober 2017, dari