• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN BALOK KANTILEVER DENGAN SIST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERENCANAAN BALOK KANTILEVER DENGAN SIST"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN BALOK KANTILEVER DENGAN SISTEM

BETON PRATEGANG PADA PEMBANGUNAN JALAN BATAS

KOTA TAPAKTUAN-BAKONGAN (KM. 510)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Yang Diperlukan Untuk Memperoleh Ijazah Sarjana Sains Terapan (DIV)

Perancangan Jalan dan Jembatan

Oleh

RAHMI YANTI

NIM : 100410001

Jurusan : Teknik Sipil

Prodi : Perancangan Jalan dan Jembatan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

BUKETRATA - LHOKSEUMAWE

(2)

PERENCANAAN BALOK KANTILEVER DENGAN SISTEM

BETON PRATEGANG PADA PEMBANGUNAN JALAN BATAS

KOTA TAPAKTUAN-BAKONGAN (KM. 510)

ABSTRAK

Pembangunan jalan batas Kota Tapaktuan–Bakongan (KM. 510) merupakan bagian dari pembangunan jalan akses pantai barat Aceh yang menghubungkan Provinsi Aceh dengan Sumatera Utara. Panjang jalan yang dikerjakan 3,5 km, 2 km diantaranya merupakan jalan sempit terletak dipinggiran tebing yang terjal dengan kondisi geologis berupa batuan dan tanah keras, dikerjakan dengan menggunakan sistem kantilever. Balok yang direncanakan adalah balok kantilever dengan beton prategang pascatarik menggunakan aturan Standar Pembebanan RSNI T-02-2005 dan Manual Konstruksi dan Bangunan 021/BM/2011. Ruang lingkup perencanaan meliputi pendimensian, perhitungan tegangan yang timbul, kehilangan prategang pascatarik, kapasitas penampang, kontrol lendutan, dan penggambaran. Mutu beton yang digunakan adalah K-375, tendon yang digunakan adalah seven wire strand diameter ½ inch dengan selongsong tendon diameter 51 mm. Tegangan tendon fpu= 1860 MPa, mutu tulangan baja ulir adalah fy = 390 MPa. Momen yang terjadi pada balok kantilever sebesar -3308,04 kNm. Gaya geser yang terjadi pada balok adalah sebesar -1100,69 kNm. Jumlah tendon yang digunakan adalah 1 buah dengan 7 strand. Kehilangan gaya prategang total didapatkan sebesar 310,07885 MPa atau 27,32%. Tulangan pokok digunakan D19 mm, tulangan geser digunakan D13–65 mm. Kapasitas momen ultimit balok prategang adalah sebesar -7144,4630 kNm. Lendutan terbesar adalah 0,0003007695 meter pada bentang tumpuan dan 0,0138895 meter pada bentang kantilever. Hasil perhitungan balok kantilever yang didapatkan sudah memenuhi standar-standar perencanaan struktur beton prategang.

Kata kunci : Beton prategang, Balok kantilever, Metode Pascatarik, Tendon.

ABSTRACT

(3)

51 mm tendon sheath. Voltage tendon fpu = 1860 MPa, the quality of threaded steel reinforcement is fy = 390 MPa. Moments that occur on a cantilever beam at -3308,04 kNm. Shear forces that occur in the beam is equal to -1100,69 kNm. The number of tendons obtained from the calculation is 1 pieces with 7 strands. Total loss of prestressing force obtained at 310,07885 MPa or 27,32%. Principal reinforcement used D19 mm, shear reinforcement is used D13-65 mm. Ultimate moment capacity of prestressed beams is equal to -7144,4630 kNm. Greatest deflection is 0,0003007695 feet on the pedestal and 0,0138895 meter span on cantilever span. Beam of cantilever calculation results obtained already meet the standards of planning a prestressed concrete structures.

Keywords: Prestressed Concrete, Beam Of Cantilever, Methode Post-tensioning, Tendon.

1. PENDAHULUAN

Proyek pembangunan Jalan Batas Kota Tapaktuan–Bakongan (KM. 510) merupakan bagian dari rencana pembangunan jalan akses pantai barat Aceh yang akan menghubungkan Provinsi Aceh dengan Sumatera Utara. Pekerjaan dimulai dari STA 0+000 sampai dengan STA 3+500. Bentuk aktifitas fisik yang dominan di

dalam proyek ini adalah pelebaran jalan eksisting yang semula 4 - 5 m menjadi 8,5 m.Total 3,5 km panjang jalan yang dikerjakan, 2 km diantaranya merupakan jalan sempit yang terletak dipinggiran tebing yang terjal dengan kondisi geologis berupa batuan dan tanah keras. Dengan kondisi yang demikian metode yang digunakan pada proyek tersebut menggunakan metode kantilever dengan konsep penyangga dimana akan digunakan balok kantilever. Balok kantilever yang digunakan menggunakan sistem beton prategang dengan pemberian tegangan prategang sistem pascatarik (post-tensioning method) sepanjang 8,5 m sesuai dengan lebar jalan yang direncanakan.

Perencanaan ini meliputi perhitungan dimensi balok kantilever yang efektif memikul beban, menghitung besar tegangan yang timbul serta kehilangan prategang, dan mengontrol apakah balok kantilever rencana aman terhadap lendutan yang terjadi. Manfaat yang diharapkan dari perencanaan ini adalah menambah ilmu tentang konsep balok kantilever prategang bagi penulis terutama tentang balok kantilever prategang sistem pascatarik, dan hasil perencanaan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pemilihan tipe balok kantilever bagi instansi pelaksana di lapangan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

(4)

menahan tekanan sedangkan tarikan ditahan oleh baja akan menjadi material yang tahan terhadap tekanan dan tarikan yang dikenal sebagai beton bertulang (reinforced concrete).

2.2 Beton Prategang

Menurut McCormac (2000), prategang dapat didefinisikan sebagai pemberian tegangan internal ke dalam struktur yang sifatnya berlawanan dengan tegangan yang akan terjadi pada struktur akibat beban layan atau beban kerja.

2.3 Teori Pembebanan pada Jembatan

Dalam analisis pembebanan, jalan kantilever diasumsikan sebagai sebuah jembatan. Teori pembebanan ini dikutip berdasarkan Standar Pembebanan untuk Jembatan RSNI-T-02-2005. Berdasarkan RSNI-T-02-2005, beban-beban yang bekerja pada konstruksi jembatan adalah beban-beban primer, beban-beban sekunder dan beban khusus.

a) Beban primer yaitu beban mati dan beban hidup

b) Beban sekunder yaitu gaya rem, gaya sentrifugal dan beban angin c) Beban gempa

2.4 Kombinasi Pembebanan

Menurut RSNI T-02-2005, aksi rencana digolongkan ke dalam aksi tetap dan transien, kombinasi beban umumnya didasarkan kepada beberapa kemungkinan tipe yang berbeda dari aksi yang bekerja secara bersamaan dan keadaan paling berbahaya yang harus diambil. Kombinasi yang diperhitungkan antara lain:

a) Kombinasi pada keadaan batas daya layan b) Kombinasi pada keadaan batas ultimit

2.5 Konsep Prategang

Metode pemberian gaya prategang yang digunakan dalam perencanaan ini adalah metode pascatarik (post-tensioning method). Menurut Manual Bina Marga 021/BM/2011, post-tensioning method yaitu suatu sistem pemberian tegangan tekan pada elemen beton dengan menegangkan kabel prategang (menggunakan hidraulic jack) melalui struktur penahan kabel tersebut, setelah beton dicor dan mencapai umur beton (usia 28 hari).

(5)

yang tertarik untuk setiap penampang. Dua tahap pembebanan tersebut adalah Tahap Transfer dan Tahap Service (Layan).

Persyaratan beton prategang antara lain:

a) Beton mutu tinggi dengan material beton normal yang memiliki kuat tekan (berdasarkan benda uji silinder) antara 30 MPa sampai dengan 60 MPa.

b) Baja mutu tinggi yaitu: kawat tunggal (wire), untaian kawat (strand), dan kawat batangan (bar).

c) Tegangan izin menurut Manual Bina Marga 021/BM/2011 antara lain:

 Tegangan izin beton prategang kondisi transfer

 Tegangan izin beton prategang saat service

 Tegangan izin tendon prategang

3. METODOLOGI

3.1 Perhitungan Dimensi Awal

Perhitungan dimulai dengan menentukan dimensi awal balok kantilever dengan menggunakan persamaan: h = 1/20 x L sampai dengan 1/25 x L

3.2 Perhitungan Pembebanan

Beban-beban yang termasuk kedalam beban primer antara lain beban mati primer, beban mati sekunder, beban lajur “D” (yaitu beban terbagi rata dan beban garis), dan pembebanan truk “T”, pembebanan akibat gaya sentrifugal. Selain itu beban yang juga dihitung adalah beban gempa dan kombinasi dari keseluruhan beban yang bekerja

3.3 Analisa Kehilangan Gaya Prategang Total

Kehilangan gaya prategang total adalah nilai kehilangan keseluruhan yang didapatkan dari penjumlahan kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis, akibat relaksasi baja, akibat rangkak beton, akibat susut beton, akibat friksi, dan akibat dudukan angker.

3.4 Konsep Kapasitas Penampang

Konsep kapasitas penampang meliputi

a) Perhitungan tendon

(6)

 Kapasitas momen nominal c) Kontrol lendutan yang timbul d) Pembesian balok prategang

 Pembesian tulangan utama mulai dari perhitungan luas tulangan arah memanjang, luas tulangan, dan jumlah tulangan yang dibutuhkan.

 Perhitungan pembesian tulangan geser mulai dari penentuan kuat geser nominal, kuat geser yang dimiliki, dan menentukan ukuran tulangan serta jaraknya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Balok kantilever yang direncanakan untuk Proyek pembangunan Jalan Batas Kota Tapaktuan–Bakongan (KM. 510), dengan panjang 8,50 meter dan lebar jembatan 0,50 meter direncanakan dengan mutu beton K350 dan menggunakan tendon VSL Multistrand System sebagai pemberi gaya prategang. Diameter strands yang digunakan adalah ½ inci (12,7 mm) dengan tegangan leleh sebesar fpu = 1860

Mpa serta modulus elastis strands Es = 193000 Mpa.

4.1 Sifat penampang

a. Penampang balok prategang

Gambar 4.1 Penampang Balok

Tabel 4.1 Sifat penampang balok prategang

N o

Dimensi Luas Jarak thd Statis Yb Jarak thd Inersia

Lebar Tinggi Tampang Bawah Momen dan titik berat 1/12 b h A Y A * y Ya d = yb - yi b.h3 + A * d2 ( m ) ( m ) ( m² ) ( m ) ( m )ᶟ ( m ) ( m ) ( m⁴ ) 1 0,50 1,00 0,50 0,50 0,25 0,50 0,00 0,0417

(7)

b. Penampang balok prategang komposit

Gambar 4.2 Penampang komposit

Tabel 4.2 Sifat penampang balok prategang komposit

No

Dimensi Luas Jarak thd Statis Ybc Jarak thd Inersia

Lebar Tinggi Tampang Bawah Momen dan titik berat 1/12 b h A Y A * y Yac d = yb - yi b.h3 + A * d2 ( m ) ( m ) ( m² ) ( m ) ( m )ᶟ ( m ) ( m ) ( m⁴ ) 1 2,125 0,30 0,6375 1,15 0,7331 0,8643

0,4357 0,2857 0,0568 2 0,50 1,00 0,50 0,50 0,25 0,3643 0,1080

Total 1,14 0,9831 0,1648

4.2 Pembebanan balok prategang

Tabel 4.3 Perhitungan pembebanan

No Jenis Beban Kode Q P RA RB Keterangan

beban (kN/m) (kN) (kN) (kN)

1 Berat balok prategang balok 12,50 - -22,77 120,09 Beban merata, Qbalok

2 Berat slab slab 15,94 - -29,03 164,50 Beban merata, Qplat

3 Berat bearier bearier - 42,00 -60,00 102,00 Beban terpusat, Pbearier

1

(8)

4 Berat sendiri MS 28,44 42,00 -112,07 386,59 Beban merata, QMS

5 Mati tambahan MA 5,72 - -10,41 59,00 Beban merata, QMA

6 Lajur "D" TD 86,93 530,0

9

-373,78 939,24 Beban merata dan terpusat, QMD, PTD

7 Gaya Sentrifugal TB

-175,9

8 -251,41 427,39 Beban terpusat, MTB

8 Angin EW 1,05 - -1,91 10,84 Beban merata, QEW

(9)

Tabel 4.4 Momen pada balok prategang

Jarak Momen pada balok prategang akibat beban KOMB. I KOMB. II KOMB. III KOMB. IV

X Berat sen Mati tamb Lajur "D" Sentrifugal Angin Gempa MS+MA+ MS+MA+ MS+MA+ MS+MA+

MS MA TD TR EW EQ TD+TB TD+EW TD+TB+EW EQ

(m) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 -126,02 -13,27 -415,61 -251,41 -2,44 -37,88 -806,31 -557,33 -808,74 -177,17

2 -280,47 -32,26 -933,86 -502,82 -5,93 -92,07 -1749,41 -1252,52 -1755,34 -404,81

3 -463,36 -56,97 -1487,97 -754,23 -10,46 -162,59 -2762,54 -2018,77 -2773,00 -682,92

3,5 -565,47 -71,48 -1778,07 -879,90 -13,13 -203,96 -3294,91 -2428,14 -3308,04 -840,91

1 -572,43 -45,77 -1640,60 -703,92 -8,40 -130,53 -2962,72 -2267,20 -2971,12 -748,73

2 -397,83 -25,78 -1339,12 -527,94 -4,73 -73,42 -2290,67 -1767,45 -2295,39 -497,03

3 -251,66 -11,51 -1271,20 -351,96 -2,10 -32,63 -1886,33 -1536,47 -1888,43 -295,80

4 -133,93 -2,96 -10,05 -175,98 -0,53 -8,16 -1487,90 -1312,45 -1488,43 -145,05

(10)

Tabel 4.5 Gaya geser pada balok prategang

Jarak Gaya geser pada balok prategang akibat beban KOMB. I KOMB. II KOMB. III KOMB. IV

X Berat sen Mati tamb Lajur "D" Sentrifugal Angin Gempa MS+MA+ MS+MA+ MS+MA+ MS+MA+

MS MA TD TR EW EQ TD+TB TD+EW TD+TB+EW EQ

(m) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)

0 -111,80 -10,41 -373,78 -251,41 -1,91 -29,72 -747,40 -497,91 -749,32 -151,93

1 -140,23 -16,13 -523,69 -251,41 -2,96 -46,04 -931,47 -683,02 -934,43 -202,40

2 -168,67 -21,85 -549,77 -251,41 -4,01 -62,35 -991,71 -744,31 -995,72 -252,88

3 -197,11 -27,57 -584,54 -251,41 -5,06 -78,67 -1060,64 -814,29 -1065,70 -303,35

3,5 -211,33 -30,43 -601,93 -251,41 -5,59 -86,83 -1095,10 -849,28 -1100,69 -328,59

1 146,82 22,85 37,49 175,98 4,20 65,27 383,14 211,36 387,34 234,94

2 118,38 17,13 2,72 175,98 3,15 48,95 314,22 141,39 317,37 184,46

3 89,95 11,41 -32,05 175,98 2,10 32,63 245,29 71,41 247,39 133,99

4 61,51 5,69 -58,13 175,98 1,05 16,32 185,05 10,12 186,10 83,51

(11)

4.3 Lintasan tendon

Hasil perhitungan yang penulis dapatkan adalah tendon yang digunakan adalah jenis VSL Multistrands System dengan diameter strands ½ inchi dan jumlah strands sebanyak 7 buah. Jumlah tendon yang didapatkan sebanyak 1 buah tendon. Lintasan tendon tendon yang digunakan menggunakan lintasan lurus.

4.4 Kehilangan gaya prategang

Tabel 4.7 Hasil perhitungan kehilangan gaya prategang

Jenis Kehilangan Gaya Prategang Hasil

Perhitungan

Satuan

Akibat Perpendekan Elastis (ES) 6,492 MPa

Akibat Relaksasi Baja (RE) 70,653 MPa

Akibat Rangkak Beton (CR) 95,562 MPa

Akibat Susut Beton (SH) 31,3599 MPa

Akibat Friksi (F) 33,9208 MPa

Akibat Dudukan Angker (A) 72,0912 MPa

Total 310,07885 MPa

Dari tabel 4.7 diperoleh besar loss of prestress yaitu sebesar 310,07885 MPa atau sebesar 27,32% dari gaya prategang. Karena besar persentase yang diperoleh kurang 30% yaitu perkiraan loss of prestress awal, maka gaya prategang akhir efektif setelah kehilangan yang digunakan untuk perhitungan yaitu sebesar 551,313 kN.

4.5 Tegangan yang terjadi pada penampang balok

Dalam perencanaan penampang balok prategang tegangan yang terjadi perlu dikontrol, sehingga dapat diketahui bahwa penampang tersebut dapat digunakan dalam pelaksanaan. Hasil perhitungan yang penulis dapatkan terhadap balok dengan mutu beton balok prategang fc’ = 31,125 Mpa adalah tegangan yang terjadi dalam batas aman. Tegangan paling besar terjadi pada kombinasi 2 yaitu sebesar -8704,166 kPa lebih kecil dari tegangan yang diijinkan yaitu sebesar -14006,25 Kpa, sehingga struktur aman terhadap tegangan yang terjadi. Untuk perhitungan tegangan yang terjadi pada penampang balok yang penulis perhitungkan dapat dilihat pada lampiran P.5.

(12)

a. Tulangan Pokok

Hasil perhitungan yang penulis dapatkan adalah tulangan arah memanjang digunakan besi berdiameter D19.

b. Tulangan Geser

Untuk perhitungan tulangan geser perlu dihitung gaya-gaya geser yang terjadi. Tulangan yang geser yang digunakan adalah D13-65 mm.

c. Tulangan shear conentor

Hasil perhitungan yang penulis dapatkan adalah tulangan shear conentor

digunakan besi berdiameter D13-65 mm.

4.7 Lendutan balok

a. Lendutan pada balok prestress (sebelum komposit)

Tabel 4.10 Lendutan pada balok prestress daerah tumpuan

N

o Lendutan Hasil Perhitungan Satuan

1 Pada Keadaan awal (Transfer) -0,000026468 m

2 Setelah Loss Of Prestress -0,000053668 m

3 Setelah Plat Selesai Dicor (Beton Muda) -0,000286114 m

4 Setelah Plat Dan Balok Menjadi Komposit -0,0001317045 m

Tabel 4.11 Lendutan pada balok prestress daerah kantilever

N

o Lendutan Hasil Perhitungan Satuan

1 Pada Keadaan awal (Transfer) -0,007062455 m

2 Setelah Loss Of Prestress -0,00609353 m

3 Setelah Plat Selesai Dicor (Beton Muda) -0,0106476 m

(13)

b. Lendutan pada balok composit

Tabel 4.12 Lendutan pada balok komposit bentang tumpuan

N

o Lendutan Hasil Perhitungan Satuan

1 Akibat Berat Sendiri (MS) 0,00003185 M

2 Akibat Beban Mati Tambahan (MA) 2,585 x 10-6 M

3 Akibat Prestress (PR) -0,00002675 M

4 Akibat Susut Dan Rangkak (SR) 0,0000097095 M

5 Akibat Beban Lajur "D" (TD) 0,0002033 M

6 Akibat Beban Sentrifugal (TR) 0,0000796 M

(14)

8 Akibat Beban Gempa (EQ) 0,000007378 M

Tabel 4.13 Lendutan pada balok komposit bentang kantilever

N

o Lendutan Hasil Perhitungan Satuan

1 Akibat Berat Sendiri (MS) 0,00066604 M

2 Akibat Beban Mati Tambahan (MA) 0,000103 M

3 Akibat Prestress (PR) 0,00054212 M

4 Akibat Susut Dan Rangkak (SR) 0,01195035 M

5 Akibat Beban Lajur "D" (TD) 0,00813 M

6 Akibat Beban Sentrifugal (TR) 0,001697 M

7 Akibat Beban Angin (EW) 0,000019 M

8 Akibat Beban Gempa (EQ) 0,000295 M

Dari tabel di atas dapat dilihat kontrol lendutan sebagai berikut:

a. Kontrol lendutan terhadap kombinasi pembebanan pada bentang tumpuan - Lendutan kombinasi-1 = 0,0003003 m < L/360 = 0,00972 m

- Lendutan kombinasi-2 = 0,0003003 m < L/360 = 0,00972 m - Lendutan kombinasi-3 = 0,0003008 m < L/360 = 0,00972 m - Lendutan kombinasi-4 = 0,0000248 m < L/360 = 0,00972 m

b. Kontrol lendutan terhadap kombinasi pembebanan pada bentang kantilever - Lendutan kombinasi-1 = 0,013688 m < L/360 = 0,0139 m

- Lendutan kombinasi-2 = 0,013688 m < L/360 = 0,0139 m - Lendutan kombinasi-3 = 0,013889 m < L/360 = 0,0139 m - Lendutan kombinasi-4 = 0,013556 m < L/360 = 0,0139 m

Dari point a. dan point b. dapat disimpulkan bahwa lendutan maksimum yang terjadi baik pada bentang tumpuan maupun bentang kantilever lebih kecil daripada lendutan yang diijinkan sehingga stuktur aman terhadap lendutan yang terjadi sehingga struktur dapat memberi kenyamanan bagi pengendara.

4.8 Tinjauan ultimit balok prategang

Tabel 4.14 Momen ultimit pada balok prategang

Daya Layan Kondisi Ultimit

(15)

Prategang KPR 1,0 MPR -90,5807 KPR*MPR -90,5807 B. Aksi Transien

Beban Lajur "D" KTT 2,0 MTD -1778,07 KTD*MTD -3556,134 Gaya Sentrifugal KTB 2,0 MTB -879,90 KTB*MTB -1759,80 C. Aksi Lingkungan

Beban Angin KEW 1,2 MEW -13,125 KEW*MEW -15,750 Beban Gempa KEQ 1,0 MEQ -203,962 KEQ*MEQ -203,962

Ketahanan struktur terhadap pembebanan adalah sebagai berikut:

- Momen tahanan (Mn) > Mmax komb II

Mn = 9058,7034 kNm > Mmax = -7144,463 kNm

- Momen tahanan (Mn) = 9058,703 kNm > Mu = 7246,9627 kNm - Momen ultimit Komb-1 = -7128,713 kNm < Mu = 7246,9627 kNm - Momen ultimit Komb-2 = -7144,463 kNm < Mu = 7246,9627 kNm - Momen ultimit Komb-3 = -5384,663 kNm < Mu = 7246,9627 kNm - Momen ultimit Komb-4 = -2016,741 kNm < Mu = 7246,9627 kNm

Berdasarkan hal tersebut di atas dilihat bahwa ketahanan struktur terhadap terhadap pembebanan dinyatakan aman karena telah memenuhi persyaratan standar-standar keamanan perencanaan suatu struktur beton prategang, adapun nilai yang dinyatakan tersebut antara lain tata letak tendon pada zona aman, kehilangan prategang, kontrol tegangan, keamanan lendutan yang terjadi, serta ketahanan struktur terhadap pembebanan. Penelaahan keamanan struktur tersebut telah dijabarkan pada point-point di atas.

5. PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan penulis mengenai Perencanaan Balok Kantilever Dengan Sistem Beton Prategang Pada Pembangunan Jalan Batas Kota Tapaktuan-Bakongan (KM. 510) dapat diambil beberapa simpulan antara lain:

(16)

2. Kombinasi momen terbesar didapatkan pada perhitungan momen kombinasi III adalah sebesar -3308,04 kNm.

3. Jumlah tendon yang digunakan adalah 1 buah. Masing-masing tendon terdiri dari 7 strands. Tendon yang digunakan adalah jenis VSL Multistrand System dengan diameter strands ½ inci.

4. Balok kantilever prategang tersebut aman dari tegangan akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban hidup karena tegangan yang terjadi tidak melebihi dari nilai 0,45 fc’ = 14006,25 kPa.

5. Kehilangan gaya prategang total didapatkan sebesar 310, 07885 MPa atau 27,32%.

6. Tulangan pokok yang direncanakan adalah D19 mm, untuk tulangan geser direncanakan D13 mm.

7. Hasil perhitungan momen pada kombinasi II untuk kapasitas momen ultimit balok prategang adalah sebesar -7144,463 kNm.

8. Lendutan terbesar yang terjadi akibat beban kombinasi III adalah 0,013889 meter lebih kecil dari lendutan yang diijinkan yaitu sebesar 0,0139 meter pada bentang kantilever dan 0,0003008 meter lebih kecil daripada 0,00972 meter pada bentang tumpuan, sehingga struktur dinyatakan aman terhadap lendutan dan dapat memberi kenyamanan bagi pengendara

5.2 Saran

Setelah melakukan perhitungan Perencanaan Balok Kantilever Dengan Sistem Beton Prategang Pada Pembangunan Jalan Batas Kota Tapaktuan-Bakongan (KM. 510), penulis ingin menyampaikan beberapa saran kepada pembaca antara lain:

1. Perencanaan balok kantilever dengan bentang panjang sebaiknya digunakan penampang yang agak meruncing pada bagian kantilever untuk mengurangi berat dari balok kantilever sehingga momen dan lendutan Jembatan Sukon Dayah Kabupaten Aceh Utara. Lhokseumawe: Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.

(17)

Badan Standardisasi Nasional. 2005. Standard Pembebanan untuk Jembatan. RSNI T-02-2005. Departemen PU Dirjen Bina Marga.

Bridge Management System. 1992. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan.

BMS 1992. Departemen PU Dirjen Bina Marga.

DirektoratJenderalBinaMarga. 2011. Manual Perencanaan Struktur Beton Pratekan untuk Jembatan. 021/BM/2011. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Marga

Hadipratomo, Winarni. 1997. Struktur Beton Prategang, Nova, Bandung.

Kh, Sunggono. 1995. Buku Teknik Sipil, Nova, Bandung.

Lin, T.Y dan Burns, N.H. 1996. Desain Struktur Beton Prategang. Terjemahan Daniel Indrawan. Jakarta: Erlangga.

Masnul, C.R. 2009, Analisis Pre-stress (Post Tension) Pada Pre-Cast Concrete U Girder), Fakultas USU, Sumatera Utara.

Nawy, Edward G.2001. Beton Prategang Suatu Pendekatan Dasar. Terjemahan Bambang Suryoatmono. Jakarta: Erlangga.

Raju, N.K. 1988. Beton Prategang. Terjemahan Suryadi, Erlangga, Jakarta.

Soetoyo, Ir., (2011), Konstruksi Beton Pratekan, Nova, Bandung.

Struyk, H.J. dan Vander ver veen, C.W. 1990. Jembatan. Jakarta: Pradnya Paramitha.

Gambar

Tabel 4.1 Sifat penampang balok prategang
Tabel 4.3 Perhitungan pembebanan
Tabel 4.4 Momen pada balok prategang
Tabel 4.5 Gaya geser pada balok prategang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perencanaan dapat disimpulkan bahwa balok dengan bentang yang terlalu panjang lebih ekonomis didesain menggunakan Balok beton Prategang dibandingkan dengan

Optimasi ukuran penampang struktur beton prategang pada balok sederhana dan balok di atas empat tumpuan dilakukan dengan menggunakan algoritma genetika untuk

60 Pembuatan Program Aplikasi Perhitungan Balok Kantilever Statik Tertentu dengan Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 Gambar 18: Tampilan massa dan momen inersia.. massa

Dari hasil perhitungan biaya balok jembatan, terbukti bahwa struktur. komposit lebih hemat dibandingkan struktur

Didalam tugas akhir ini dibahas tentang perencanaan beton prategang pada suatu gelagar/balok yang berbeda, yaitu balok PCI dengan Balok Box.. Namun didalam tugas akhir

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah memberikan prosedur perhitungan perencanaan perkuatan struktur komposit pada struktur kantilever balok beton bertulang

Dalam Tugas akhir ini, pondasi yang paling cocok untuk bangunan dilatasi dengan balok kantilever ini adalah pondasi bore pile.. Yang mana memenuhi kriteria dalam segi dimensi

Hasil perhitungan gelagar memanjang jembatan Bakongan, Kecamatan Permata Kabupaten Bener meriah didapatkan sudah memenuhi standar-standar keamanan perencanaan suatu