• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TERHADAP KASUS HUKUM PERDATA IN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TERHADAP KASUS HUKUM PERDATA IN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TERHADAP KASUS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

STUDI KASUS H.M SOEHARTO DENGAN MAJALAH TIME

(Perkara No: 3215 K/ PDT/2001)

Bayu Wicaksono

Undergraduate At Faculty Of Law University Of Jenderal Soedirman

 Perkara perdata mengenai perbuatan melawan hukum dengan nomor perkara No: 3215 K/ PDT/2001 yang diunduh dari direktori putusan Mahkamah Agung . Perkara ini adalah perkara antara mantan Presiden Indonesia H.M. Soeharto Warga Negara Indonesia bertempat tinggal di Jalan Cendana No. 8 Jakarta Pusat. melawan TIME INC. ASIA Badan Hukum yang berkedudukan di 34/K Citicorp Center, 18 Whitfield Rd. Causeway Bay, Hong Kong

I. FAKTA DALAM KASUS

Isu kunci dalam kasus ini adalah pertanggungjawaban perdata dalam hal perbuatan melawan hukum dimana H.M. Soeharto yang adalah Pengguga mendalilkan bahwa TIME. INC ASIA yang selanjutnya disebut Tergugat telah melakukan tindakan penghinaan dengan melakukan pemberitaan tentang Penggugat pada majalah TIME edisi Asia tanggal 24 Mei 1999. Akibat dari pemberitaan yang dilakukan oleh Tergugat maka penggugat merasa telah dirugikan karena merasa nama baiknya sebagai mantan Presiden Republik Indonesia maka penggugat melakukan gugatan perdata yaitu perbuatan melawan hukum berdasarkan pasal Pasal 1365 KUH Perdata1

Sumber permasalahan dalam kasus ini adalah pada 24 Mei 1999 majalah Time edisi Asia volume 153 Nomor 20, menurunkan laporan utama mengenai kekayaan keluarga Soeharto, dengan judul sampul ”Suharto Inc.: How Indonesia’s Longtime Boss Built Family Fortune”. Karena pemberitaan soal kekayaan keluarga Soeharto, keluarga Soeharto mengirim somasi kepada majalah Time sebanyak dua kali. Inti surat peringatan itu, kuasa hukum Soeharto menilai pemberitaan dan pernyataan Time bersifat tendensius, insinuatif, dan provokatif Karena somasi tidak ditanggapi, kuasa hukum Soeharto mengadukan Time Asia, secara perdata, berdasar Pasal 1365 KUH Perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 2 Juli 1999. Dalam gugatannya,

(2)

pengacara Soeharto mengugat Time Asia telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur pasal 1365 KUH Perdata

II. PERUMUSAN MASALAH

Dalam menganalisis kasus di atas ada beberapa masalah yang harus di jawab yaitu.

1. Hakim atau pengadilan manakah yang berwenang menyelesaikan persoalan hukum tersebut ?

2. Hukum manakah yang harus diberlakukan untuk mengatur dan/atau menyelesaikan persoalan hukum tersebut ?

3. Sejauh mana suatu pengadilan harus memperhatikan dan mengakui putusan-putusan pengadilan asing dan/atau mengakui hak hak/kewajiban hukum yang terbit berdasarkan hukum/putusan pengadilan asing ?

III.

PENYELESAIAN

Menurut Sudargo Gautama mengenai definisi HPI, ia memiliki pendapat, yaitu2 :

“HPI adalah Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel-stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga (warga) negara pada satu waktu tertentu memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan-kuasa-tempat, (pribadi-) dan soal-soal”. Jadi disini yang ditekankan adalah perbedaan dalam lingkungan kuasa-tempat dan soal-soal serta pembedaan dalam sistem satu negara dengan lain negara, artinya ada unsur luar negerinya (foreign element, unsur asing)”.

Dari berbagai definisi tersebut mengenai Hukum Internasional dan HPI dapat disimpulkan bahwa Hukum Internasional dan HPI sama-sama mengatur hubungan atau masalah yang melintasi batas negara (ada unsur asingnya). maka dalam melihat di mana adanya unsur asing maka kita harus melihat adanya titik pertalian.

(3)

III.1 Titik-titik Pertalian (Titik Taut)

Titik-titik pertalian terbagi atas Titik Pertalian Primer (TPP) dan Titik Pertalian Sekunder (TPS). Definisi TPP adalah “hal-hal dan keadaankeadaan yang menyebabkan berlakunya sesuatu stelsel hukum”. TPP adalah hal-hal dan keadaan-keadaan yang melahirkan atau menciptakan hubungan HPI, karena terdapatnya TPP ini lahirlah hubungan-hubungan HPI. Apabila tidak ada TPP maka hubungan hukum bersangkutan tidak merupakan hubungan HPI melainkan hubungan intern belaka.3

III.1.1 Titik Pertalian Priemer (TPP)4

(1) Kewarganegaran.

Kewarganegaraan para pihak dapat merupakan faktor TPP karena mana timbul HPI. Dimana keewarganegaraan daripada pihak dalam suatu peristiwa hukum tertentu menjadi sebab lainnya hubungan-hubungan HPI. Kewarganegaraan pihak-pihak bersangkutan yang merupakan faktor bahwa stalsel-stalsel hukum Negara-negara tertentu di pertautkan. Prinsip-prinsip umum kewarganegaraan:

Kebebasan suatu negara untuk melakukan siapa warga negaranya dibatasi oleh prinsip umum (general principles) Hukum Internasional mengenai kewarganegaraan. Cara menentukan kewarganegaraan:

.

(2) bendera kapal

Dapat diibaratkan sebagai kewarganegaraan seseorang. Bendera kapal menautkan pada stelsel hukum tertentu, karenanya timbul persoalan-persoalan hukum yang memperlihatkan unsur-unsur asing, maka terciptalah HPI.

(3) Domisili

Domisili yang merupakan suatu pengertian hukum yang baru lahir jika sudah terpenuhi syarat-syarat tertentu5 Domisili termasuk titik pertautan yang didasarkan

pada prinsip teritorial.

(4) tempat kediaman.

3 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku Kelima, Jilid Kedua Bagian Pertama, Cetakan Ketiga, Bandung : PT Eresco, 1979, hlm. 26-27

4 Ibid., hlm. 27-61.

(4)

Artinya bahwa secara de facto dimana seseorang berdiam sebagai tempat kediamannya (residence). Tempat ini adalah tempat kediaman sehari-hari yang bersangkutan, dimana ada rumahnya, dimana ia bekerja sehari-hari.

(5) Tempat kedudukan badan hukum.

Persoalan-persoalan HPI timbul karena badan-badan hukum yang bersangkutan dalam suatu peristiwa hukum tertentu berkedudukan diluar negeri. Karena faktor tempat turut berbicara pada ”tempat kedudukan” ini maka titik pertalian ini bersifat terotorial..

(6) Pilihan Hukum

dalam hubungan intern. Pilihan hukum yang dikenal di bidang hukum harta-benda (khususnya hukum ikatan) dapat merupakan pula TPP.Pilihan hukum ini bisanya telah di tetukan oleh para fihak dalam suatu perjanjian.

III.1.2 Titik Pertalian Sekunder (TPS).

Titik pertalian sekunder menurut Dr. Sunarjati Hartono, S.H. adalah fakta – fakta yang menentukan hukum manakah yang harus berlaku6 TPS merupakan faktor-faktor yang menentukan hukum manakah yang harus dipilih dari stelsel-stelsel hukum yang dipertautkan. TPP dapat diibaratkan seperti yang memberikan “kontrak” pertama. TPS dapat diibaratkan seolaholah memberikan “extra contract”. Yang termasuk dalam TPS adalah :

(1) kewarganegaraan pun dapat merupakan faktor yang menentukan hukum yang harus diberlakukan. Sudargo Gautama dalam bukunya menyebutkan contoh dalam hal TPS kewarganegaraan ini, yaitu apabila misalnya seorang WNI yang berada di luar negeri hendak menikah maka syarat-syarat materiil yang harus dipenuhinya untuk dapat melangsungkan perkawinan tersebut menurut HPI Indonesia adalah hukum nasionalnya,. (2) bendera kapal, termasuk didalamnya segala persoalan yang bersangkut-paut dengan kontrak-kontrak yang diadakan dengan kapal tersebut.

(3) domisili. Dalam bukunya, Sudago Gautama memberikan contoh apabila seorang warganegara Inggris hendak melangsungkan jual-beli dimana ia berdomisili, menurut HPI Inggris kemampuannya untuk bertindak dalam hukum ini harus ditentukan dimana ia berdomisili. Hal ini disebabkan karena contoh ini termasuk dalam bidang “status personil” seseorang, dan menurut HPI Inggris, status personil seseorang ditentukan oleh hukum yang berlaku pada domisilinya. Asas domisili yang digunakan dalam sistem HPI

(5)

yang berlaku di negara-negara Anglo-Saxon ini. Dalam stelsel-stelsel HPI yang menganut prinsip nasionaliteit, hukum domisili ini dapat pula merupakan TPS. Hal ini dapat dilihat dalam hal misalnya jika kewarganegaraan pihak yang bersangkutan tidak ada atau tidak dapat diketahui. Dalam hal prinisip kewarganegaraan tidak dapat digunakan maka perlu dibantu oleh hukum domisili.

(4) tempat kediaman. Contoh : menurut sistem HPI yang berlaku di Indonesia bahwa pewaisan ditentukan oleh hukumnasional dari si pewaris, namun bila kewarganegaraan si pewaris tidak diketahui dengan pasti atau memang tidak ada (dalam hal ia seorang apatride), maka yang menentukan hukum yang berlaku adalah hukum tepat kediaman si pewaris pada waktu ia meninggal.

(5) tempat kedudukan. Menurut sistem HPI yang dianut berbagai negara maka tempat kedudukan pusat adminsitrasi suatu badan hukum adalah yang menentukan hukum personil dari badan hukum tersebut. Tempat kedudukan suatu badan hukum dipandang umumnya sebagai tempat pusat administrasi. Menurut sistem HPI yang dianut negara-negara lain maka hukum personil suatu badan hukum adalah hukum tempat badan hukum tersebut diciptakan (place of incorporation). Tempat dimana badan hukum ini telah “incorporated” lazimnya dalam praktik merupakan pula tempat dimana badan hukum bersangkutan berkedudukan.

(6) tempat letaknya benda (situs). Letaknya suatu benda (situs) merupakam titik pertalian yang menentukan hukum yang harus diberlakukan (lex rei sitae). Untuk benda-benda tetap berlaku ketentuan bahwa hukum dari tempat letaknya benda-benda itu adalah yang dipakai untuk hubungan-hubungan hukum berkenaan dengan benda itu. Bukan saja untuk benda-benda tetap berlaku asas lex rei sitae ini tapi juga untuk benda-benda bergerak di bidang HPI yang diterima secara umum bahwa lex rei sitae-lah yang berlaku.

(7) tempat dilangsungkannya perbuatan hukum (lex loci actus, lex loci contractus). Dalam pandangan kuno ini, suatu perjanjian/kontrak ditentukan oleh hukum dimana tempat ia dibuat, dimana ia “diciptakan dan dilahirkan”. Beberapa negara yang menganut lex loci contractus adalah Mesir, Iran, Italia, Jepang, Polandia, dan Thailand

(6)

tempat yang bersangkutan saja, namun seringkali asas ini tidak mudah dikualifikasi karena proses kualifikasinya dilakukan dengan cara yang berlainan oleh berbagai sistem hukum. Asas ini dianut oleh beberapa Negara bagian Amerika Serikat (California, Montana, North Dakota, South Dakota, Oklahoma).

(9) tempat terjadinya perbuatan melanggar hukum (lex loci delicti commissi, Tatort). Asas ini merupakan teori klasik yang digunakan dalam perbuatan melanggar hukum, namun saat ini timbul berbagi reaksi terhadap pemakaian asas ini karena dianggap terlalu kaku dan rigorreus (hard and fast rule).

(10) maksud para pihak. Dalam Hukum Perjanjian, TPS ini berisikan “maksud dari para pihak” yaitu faktor yang menentukan hukum apa yang berlaku, hukum apa yang dikehendaki oleh para pihak, apa yang diingini oleh para pihak (partij autonomie).

III. 2. Hubungan Dengan Kasus Soeharto Vs Majalah TIME

dalam hubungannya dengan kasus yang penulis telah utarakan di atas maka penulis melihat adanya titik taut priemer yaitu berupa:

(1) Kewarganegaran.

Dalam hal permasalah ini dikarenakan kasus antara orang dan badan hukum maka TTP kewarganegaraan di kaitkan dengan orang dimana penggugat yaitu H.M. Soeharto adalah warga Negara Indonesia. dan penggugat terikat pada hukum nasional Indonesia

(2) . Domisili

Penggugat selain memiliki kewarganegaraan indonesia juga memiliki domisili tinggal di wilayah Indonesia yaitu di Jalan Cendana No. 8 Jakarta Pusat.

(3) Tempat kedudukan badan hukum

(7)

Dari kedua titik pertalian priemer diatas maka dalam kasus ini terdapat pertemuan antara hukum nasional Indonesia dan hukum nasional hong kong, yang mengakibatkan kasus tersebut termasuk dalam kasus HPI

IV. KUALIFIKASI

Kualifikasi adalah menata sekumpulan fakta yang terjadi dalam suatu permasalahan hukum sehingga dapat di temukan dasar yuridis untuk menyelesaikannya. Dalam kasus ini penggugat menggugat ke pengadilan di Indonesia maka hukum yang di gunakan adalah hukum nya hakim dalam hal ini hukum nasional Indonesia. maka kualifikasi atas fakta yang ada menggunakan pengaturan yuridis hukum nasional Indonesia.

IV.1 Perbuatan melawan hukum yang di lakukan Majalah Time

IV.1.1 Fakta

Majalah Time telah memuat tulisan dan gambar tentang Penggugat dalam "Time" Magazine terbitan Edisi Asia tanggal 24 Mei 1999 Vol. 153 No. 20, mulai halaman 16 sampai dengan halaman 28, khususnya halaman sampul, halaman 16, 17 dan 19, bahwa pada sampul depan "Time" Magazine dimuat "SUHARTO INC. How Indonesia's longtime boss built a family fortune" (Perusahaan SUHARTO "Bagaimana pimpinan Indonesia sekian lama membangun kekayaan keluarga") namun dalam kenyataannya menurut hukum tidak ada dan tidak benar apa yang disebut sebagai Suharto Inc.

lalu bahwa pada halaman 16 dan 17 terdapat gambar H.M. Soeharto sedang memeluk antara lain gambar rumah mewah Gambar tersebut bersifat tendensius, insinuatif, yang menimbulkan kesan seakanakan Penggugat sebagai seorang yang serakah padahal rumah itu bukan milik Penggugat, karenanya merupa- kan penghinaan dan pencemaran nama baik dan atau perbuatan melawan hukum

(8)

uraian fakta inilah yang menjadi dasar penggugat dalam hal ini HM Soeharto menggugat majalah Time karena telah merasa di rugikan atas muatan dan konten isi majalah tersebut

IV.1.2 Tinjauan yuridis Perbuatan melawan hukum

Pengertian perbuatan melawan hukum menjadi lebih luas dengan adanya keputusan Hoge Raad tanggal 31 Januari 1919 dalam perkara Lindebaum lawan Cohen. Hoge Raad telah memberikan pertimbangan yaitu : “bahwa dengan perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad) diartikan suatu perbuatan atau kealpaan, yang atau bertentangan dengan hak orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku atau bertentangan, baik dengan kesusilaan, baik pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda, sedang barang siapa karena salahnya sebagai akibat dari perbuatannya itu telah mendatangkan kerugian pada orang lain, berkewajiban membayar ganti kerugian”7

Perbuatan melanggar hukum (PMH) adalah salah satu jenis kualifikasi gugatan dalam hukum perdata berdasarkan Rangkuman Jurisprudensi Mahkamah Agung RI tentang hukum perdata, secara materil PMH diatur dalam pasal 1365 Kitab Undang undang perdata yang berbunyi:

“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut”

Perbuatan melwan hukum dapat di buktikan dengan menganalisis kasus menggunakan Unsur-unsur perbuatan melanggar hukum (PMH) yakni:

1. Adanya suatu perbuatan dan perbuatan itu melawan hukum, yaitu Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh perbuatan si pelakunya. Umumnya diterima anggapan bahwa dengan perbuatan di sini dimaksudkan, baik berbuat sesuatu (secara aktif) maupun tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif), dalam hal kasus ini bahwa karena fihak majalah time dalam hal ini tidak dapat membuktikan kebenaran tulisan dan gambar yang mengandung penghinaan dan pencemaran nama baik terhadap Penggugat, maka terbukti Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum seperti termaktub pada Pasal 1365 KUHPerdata sehingga merugikan Penggugat.

Mencetak menulis dan mengedarkan disini dimaksudkan sebagai suatu perbuatan, dimana di lakukan secara aktif oleh fihak majalah time, lalu unsur merugikan

(9)

penggugat atas bahwa tulisan itu dianggap tidak benar hal ini memenuhi rumusan adanya sifat melawan hukumnya.

2. Adanya Kerugian kerena perbutan melawan hukum. Harus ada kerugian yang ditimbulkan. Kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum dapat berupa8 :

1) Kerugian materiil, dimana kerugian materiil dapat terdiri dari kerugian yang nyata-nyata diderita dan keuntungan yang seharunya diperoleh. Jadi pada umumnya diterima bahwa si pembuat perbuatan melawan hukum harus mengganti kerugian tidak hanya untuk kerugian yang nyata-nyata diderita, juga keuntungan yang seharusnya diperoleh.

2) Kerugian idiil, dimana perbuatan melawan hukum pun dapat menimbulkan kerugian yang bersifat idiil seperti ketakutan, sakit dan kehilangan kesenangan hidup, hilangnya kehormatan dan nama baik

Dalam kasus ini penggugat merasa di rugikan atas perbuatan tergugat karena gambar dan tulisan dalam majalah TIME Edisi Asia tanggal 24 Mei 1999 Vol. 153 No. 20 tersebut yang dibuat oleh para Tergugat telah tersiar secara luas, dan telah ternyata melampaui batas kepatutan, ketelitian dan sikap hati-hati, sehingga sebagai perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian berupa mencemarkan nama baik dan kehormatan Penggugat sebagai Jenderal Besar TNI (Purnawirawan) dan mantan Presiden RI

3. Harus ada kesalahan, syarat kesalahan ini dapat diukur secara :

1) Objektif, yaitu dengan dibuktikan bahwa dalam keadaan seperti itu manusia yang normal dapat menduga kemungkinan akan timbulnya akibat dan kemungkinan ini akan mencegah manusia yang baik untuk berbuat atau tidak berbuat.

2) Subyektif, yaitu dengan dibuktikan bahwa apakah si pembuat berdasarkan keahlian yang ia miliki dapat menduga akan akibat dari perbuatannya.

(10)

Dalam hal kasus ini maka majalah time sebagai sebuah perusahaan media seharusnya dapat memberitakan berita secara realita sedangkan dalam hal pemberitaan pada 24 Mei 1999 Vol. 153 No. 20 tersebut hanya di tampilka opini opini yang di akumulasikan seakan akan sebagai fakta yang ada. maka unsur kesalahan atas majalah time telah terbukti.

4. Adanya hubungan causal antara perbuatan dan kerugian. Untuk memecahkan hubungan causal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian, terdapat dua teori yaitu9 :

Condition sine qua non, dimana menurut teori ini orang atau badan hukum yang

melakukan perbuatan melawan hukum selalu bertanggung jawab jika perbuatannya menimbulkan kerugian (yang dianggap sebagai sebab dari pada suatu perubahan adalah semua syarat-syarat yang harus ada untuk timbulnya akibat).

Adequate veroorzaking, dimana menurut teori ini si pembuat hanya bertanggung jawab untuk kerugian yang selayaknya dapat diharapkan sebagai akibat dari pada perbuatan melawan hukum. Terdapat hubungan causal jika kerugian menurut aturan pengalaman secara layak merupakan akibat yang dapat diharapkan akan timbul dari perbuatan melawan hukum

Dalam kasus soeharto vs majalah time kali ini kita dapat memahami keterkaitan hubungan causal antara perbuatan dan kerugian menurut teori Condition sine qua non.

hal ini di lihat dari bahwa majalah time adalah suatu badan hukum yang menjalankan usaha media cetak, sebuah media umumnya di dalam masyarakat secara langsung bertanggung jawab atas setiap muatan dalam media yang di keluarkan.

Unsur-unsur perbuatan melawan hukum tersebut berlaku kumulatif, artinya harus terpenuhi seluruhnya. Apabila unsur-unsur di atas tidak terpenuhi seluruhnya, maka suatu perbuatan tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Perbuatan melawan hukum dianggap terjadi dengan melihat adanya perbuatan dari pelaku yang diperkirakan memang melanggar undang-undang, bertentangan dengan hak orang lain, beretentangan dengan kewajiban hukum pelaku,

(11)

bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, atau bertentangan dengan kepatutan dalam masyarakat baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, namun demikian suatu perbuatan yang dianggap sebagai perbuatan melawan hukum ini tetap harus dapat dipertanggungjawabkan apakah mengandung unsur kesalahan atau tidak.

V. Hasil Kualifikasi & Kesimpulan

Setelah dianalilis mempergunakan system kualifikasi yang berdasarkan fakta fakta dalam permasalahan yang ada antara mantan Presiden Indonesia H.M. Soeharto melawan TIME INC. ASIA. maka telah jelas bahwa majalah TIME telah melakukan perbuatan melawan hukum berdasarkan unsure yang di isyaratkan pasal 1365 kitab undang undang hukum perdata Indonesia dan karenannya tergugat di hukum untuk meminta maaf kepada Penggugat atas pemuatan tulisan dan gambar tentang Penggugat dalam Time Magazine terbitan Edisi Asia tanggal 24 Mei 1999 Vo. 153 No. 20 tersebut melalui media cetak : - Surat Kabar Kompas, Surat Kabar Suara Pemba-ruan, Surat Kabar Media Indonesia, Surat Kabar Republika, Surat Kabar Suara Karya ; - Time Magazine Edisi Asia, Eropa, Atlanta (Amerika Serikat), Majalah Tempo, Majalah Forum Keadilan, Majalah Gatra, Majalah Gamma, Majalah Sinar ; dalam 3 kali penerbitan berturut-turut ; 4. Menghukum membayar ganti rugi (kerugian immateriil) kepada Penggugat sebesar Rp 1.000.000.000.000,- (satu trilyun rupiah)10

Dari hasil analis kualifikasi yang di sebutkan di atas kita dapat simpulkan bahwa dalam kasus HPI ini memiliki titik taut Sekunder TPS berupa domisili dan kewargaraan pengguggat yang mengakibatkan di gunakannya hukum nasional Indonesia untuk menangani perkara gugatan ini. sehingga gugatan di lakukan di wilayah Indonesia dengan system peradilan Indonesia serta menggunakan hukum yang berlaku di wilayah indonesia.

Ada pun pengakuan hukum asing dalam hal ini hukum nasional Hong kong ( tempat kedudukan TIME INC sebagai badan hukum ) tidak dipergunakan/ di berlakukan oleh hakim Indonesia karena alasan, 1. Melihat masalah PMH telah di atur dalam hukum Indonesia di dalam KUH Perdata sehingga tidak terjadinya kekosongan hukum , 2. Gugatan di layangkan oleh WNI yang berdomisili di Indonesia kepada pengadilan di Indonesia, sehingga Indonesia lebih dominan untuk menyelesaikan permasalahan ini.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Djojodirdjo Moegni, 1982, Perbuatan Melawan Hukum, cet.2, Jakarta, Pradnya Paramita.

Gautama Sudargo, 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, Bandung, Binacipta.

_______, 1979, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku Kelima, Jilid Kedua Bagian Pertama, Cetakan Ketiga, Bandung : PT Eresco.

Hartono Sunarjati, 1986, Dari Hukum Antar Golongan ke Hukum Antar Adat. . Bandung : PT. Alumni.

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

Kitab Undang Undang Hukum Perdata

PUTUSAN PENGADILAN

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Vrettos et al (2012) EQ-5D dapat digunakan untuk menilai kualitas hidup terkait kesehatan pasien kanker, meskipun EQ-5D merupakan instrumen general

Buku ini membahas secara umum tentang kependudukan masyarakat desa, kemajuan teknologi, penggunaan sumber daya alam, dan hubungan norma– norma kehidupan.Buku di atas

Mempelajari sistem packing hingga cara menimbang kain dengan tujuan untuk mendapatkan berat bersih di bagian verpacking PT.Daya Manunggal. Minggu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak bawang putih tidak menunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap kadar kolesterol total, LDL, dan

Syaikh Abdurrauf tidak saja mengajarkan dan memper- kenalkan membaca Alquran kepada anaknya, Syakih Azra‘i, akan tetapi beliau juga mengajarkan makharij al-Huruf dan ilmu tajwid

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 20051. Nilai kurs

Olahraga yang dianjurkan untuk keperluan kesehatan adalah aktivitas gerak raga dengan intensitas yang setingkat di atas intensitas gerak raga yang biasa dilakukan

Kredit foto Khairul Hezry “The Malaysian Reader”.. Kredit foto Khairul Hezry “The