• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Pada hakikatnya proses belajar mengajar itu merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Sebagai komunikan dalam proses belajar mengajar diatas adalah siswa, sedangkan sebagai komunikatornya menurut prinsip pendidikan modern adalah guru dan siswa itu sendiri. Proses komunikasi yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar adalah :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Komunikasi searah, dalam hal ini komunikasi yang dimaksud

hanya terjadi dari guru ke siswa.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Komunikasi dua arah, komunikasi terjadi antara guru dengan

siswa atau antara siswa dengan guru.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Komunikasi banyak arah, komunikasi terjadi antara guru dengan

siswa atau antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan guru.

Dalam proses komunikasi guru dapat menyampaikan apa yang dimiliki kepada siswanya dengan tujuan agar pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seorang guru dapat pula dimiliki siswanya. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak selalu dapat berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi itu dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian, bahkan mungkin salah konsep. Kesalahan komunikasi bagi seorang guru dapat dirasakan oleh para siswanya sebagai penghambat proses belajarnya. Kesalahan komunikasi dalam proses belajar mengajar dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya:

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Guru sebagai komunikator kurang mampu dalam cara

menyampaikan pesan ;

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Adannya perbedaan daya tengkap para siswa sebagai

komunikan;

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Adanya perbedaann ruang dan waktu antara guru sebagai

komunikator dengan siswa sebagai komunikan ;

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Jumlah siswa sebagai komunikan sangat besar, sehingga sukar

dijangkau secara perorangan oleh guru sebagai komunikator.

(2)

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->PENGERTIAN MEDIA

Menurut Santoso S. Hamidjojo, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar idea, sehingga gagasannya sampai pada penerima. Menurut Mc Luhan, media adalah sarana yang disebut pula channel, karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bentuan media batas-batas-batas-batas itu hampir menjadi tidak ada. Sedangkan menurut menurut Blake dengan Horalsen, media adalah saluran dimana perantara ini merupakan jalan atau alat untuk lalu lintas suatu pesan antara komunikator dengan komunikan. Ada dua pendapat mengenai media pendidikan yang dapat diutarakan disini :

Pertama, Santoso S. Hamidjojo, adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) dan dimaksudkan untuk mengoptimalkan pencapaian suatu kegiatan belajar mengajar.

Kedua, menurut Briggs, media pendidikan adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyampaikan pengajaran, mencakup buku, film, video tape sajian slide tape dan sebagainya, serta suara guru dan perilaku non verbal.

Dari kedua batasan media pendidikan tersebut diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud media pendidikan adlah perangkat “software” dan “Hardware” yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Yang dimaksud dengan “hardware” pada definisi diatas adalah peralatan seperti : overhead projektor, radio, recorder, televisi, video tape, slide dan projektor film. Sedangkan yang dimaksud “software” adalah informasi dan cerita yang terdapat pada “hardware” diatas. Media pembelajaran metematika yang lebih cenderung disebut alat peraga matematika dapat didefinisikan sebagai suatu alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi GBPP bidang studi matematika dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan kegiatan belajar mengajar.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->MENGAPA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MEMBUTUHKAN MEDIA

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Objek matematika itu abstrak sehingga memerlukan peragaan

(3)

membelajarkan matematika secara benar pada siswa mutlak harus menggunakan alat peraga untuk memudahkan siswa mengenal konsep-konsep matematika.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Sifat materi matematika tidak mudah dipahami

Materi dari matematika bersifat abstrak, hal ini menjadikan materi matematika tidak mudah dipahami oleh kebanyakan siswa. Maka dari itu dengan alat pembelajaran matematika siswa diharuskan berpartisipasi lebih aktif, mereka tidak hanya melihat, mendengar, dan memperhatikan saja, tetapi mereka juga harus melakukan/latihan, sehingga pembelajaran minds on dan hands on bisa tercapai, konsep dibangun oleh siswa sendiri. Contohnya : dalam metode eliminasi, apabila disajikan dalam alat peraga maka tiap langkah yang harus dilakukan tidak dihapal oleh siswa tetapi dipahami, mereka membangun konsep sendiri dan mereka tahu alasan melakukan tiap langkah tersebut.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Hirarki matematika ketat dan kaku.

Dalam matematika terdapat materi prasyarat yang diperlukan untuk dapat menginjak ke materi selanjutnya. Hirarki belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau up down (Orton,1987). Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan, atau pengetahuan prasyarat

(prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari

keterampilan atau pengetahuan diatasnya. Hirarki matematika bersifat ketat dan kaku artinya dalam pemecahan masalah membutuhkan aturan, prinsip dan konsep-konsep terdefinisi sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya lagi. Jadi diperlukan media agar dapat menuntun untuk terbiasa dalam belajar matematika yang tatanannya bersifat siatematis dan cenderung kaku.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Aplikasi matematika kurang nyata

Dapat dirasakan oleh siswa bahwa aplikasi matematika itu kurang nyata, bahkan siswa hanya menganggap bahwa matematika adalah kumpulan angka dan simbol-simbol. Oleh karena itu diperlukan media agar matematika dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu siswa juga dapat dengan mudah dalam mempelajari konsep-konsep dalam matematika.

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Belajar matematika perlu fokus

(4)

dalam pembelajaran matematika. Alat peraga dapat membatu guru untuk menyampaikan ide atau gagasannya dalam pembelajaran matematika agar siswa lebih aktif dan tidak bosan.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Citra pembelajaran matematika kurang baik

Pandangan siswa saat ini terhadap matematika memang kurang baik, mereka berpandangan bahwa pembelajaran matematika itu menakutkan, tegang, bosan dan banyak PR. Hal ini disebabkan karena guru kurang dapat mengkomunikasikan materi matematika yang bersifat kaku tersebut agar dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Pembelajaran matematika di sekolah sampai saat ini umumnya dimulai dari penyampaian definisi atau pengertian dari suatu objek secara intuitif, dilanjutkan dengan pengoperasian terhadap objek tersebut, serta diakhiri dengan pemberian contoh kemudian pemberian tugas atau PR yang banyak sebagai latihan. Dalam pembelajaran matematika yang notabennya banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu sulit, penuh dengan rumus-rumus dan angka-angka, sehingga sebelum kegiatan pembelajaran dimulai siswa sudah menyerah dan merasa tidak akan mampu menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan, hal ini mengakibatkan siswa menjadi tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu alat peraga dapat membantu guru untuk mengubah paradigma yang selama ini berkembang pada masyarakat pada umumnya dan siswa khususnya.

<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Kemampuan kognitif siswa masih konkret

Pada dasarnya kemampuan kognitif siswa itu konkret, sedangkan materi matematika itu bersifat abstrak. Hal ini akan menjadi hambatan bagi siswa dalam pembelajaran matematika. maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman melalui obyek konkret (Soedjadi, 1995:1) Suatu konsep diangkat melalui manipulasi dan observasi terhadap obyek konkret, kemudian dilakukan proses abstraksi dan idealisasi. Jadi dalam proses pembelajaran matematika, peranan media/alat peraga sangat penting untuk pemahaman suatu konsep atau prinsip.

<!--[if !supportLists]-->8. <!--[endif]-->Motivasi belajar siswa tidak tinggi

(5)

kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Oleh karenanya, mulai saat ini harus segera kita galakkan upaya bagaimana untuk memasyarakatkan matematika. Dalam arti bagaimana masyarakat itu mengetahui matematika secara utuh, sehingga tidak ada kepincangan informasi di masyarakat. Akar permasalahan yang menimbulkan matematika tidak memasyarakat, salah satunya disebabkan informasi yang diterima masyarakat bersifat parsial. Kepincangan informasi tersebut yang mengakibatkan persepsi masyarakat terhadap matematika menimbulkan kesan negatif. Dengan demikian cara yang paling efektif menurut hemat penulis dalam rangka memasyarakatkan konsep matematika secara utuh adalah melalui siswa yang sedang belajar matematika di bangku sekolah. Lalu, pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana seharusnya proses pendidikan atau pembelajaran matematika di sekolah itu diselenggarakan. Mungkinkah menghadirkan pendidikan matematika yang lebih manusiawi sehingga matematika tidak lagi dipandang sebagai momok yang menyeramkan?

Menyelenggarakan proses pembelajaran matematika di sekolah yang lebih baik dan bermutu adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah bukan zamannya lagi matematika menjadi momok yang menakutkan bagi siswa di sekolah. Jika selama ini, matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan kering, melulu teoretis dan hanya berisi rumus-rumus, soal-soal, maka sudah saatnya bagi siswa untuk menjadi lebih akrab dan familier dengan matematika. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menghadirkan pembelajaran matematika yang humanis.

Dalam menghadapi kompleksitas permasalahan pendidikan matematika di sekolah, pertama kali yang harus dilaksanakan adalah bagaimana menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika. Sebab tanpa adanya minat, siswa akan sulit untuk mau belajar, dan kemudian menguasai matematika secara sempurna. Menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika akan sangat terkait dengan berbagai aspek yang melingkupi proses pembelajaran matematika di sekolah. Aspek-aspek itu menyangkut pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika, metode pengajaran, maupun aspek-aspek lain yang mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran matematika, misalnya sikap orang tua (atau masyarakat pada umumnya) terhadap matematika.

(6)

matematika tidak secara utuh. Matematika hanya dikenal oleh siswa sebagai kumpulan rumus, angka, dan simbol belaka.

Pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang digunakan oleh guru. Dan pendekatan tersebut biasanya dipengaruhi oleh pemahaman guru tentang sifat matematika, bukan oleh apa yang diyakini paling baik untuk proses pembelajaran matematika di kelas. Guru yang memandang matematika sebagai produk yang sudah jadi akan mengarahkan proses pembelajaran siswa untuk menerima pengetahuan yang sudah jadi. Guru akan cenderung mengisi pikiran siswa dengan sesuatu yang sudah jadi. Sementara, guru yang memandang bahwa matematika merupakan suatu proses akan lebih menekankan aspek proses daripada aspek produk dalam pembelajaran matematika. (Marpaung, 1998).

Akhirnya, yang menjadi permasalahan psikologis adalah bahwa pendidikan matematika di negeri ini sudah terlanjur dan banyak “luka psikologis” yang diderita siswa berkaitan dengan pendidikan matematika. Untuk dapat menyembuhkan luka psikologis tersebut maka peran seorang guru sangat besar dalam hal ini, sehingga minat siswa terhadap matematika tumbuh subur kembali. Pendidikan matematika di sekolah hanya akan berlangsung dengan baik dan sampai pada tujuannya jika ada sinergi dari banyak pihak, seperti siswa, guru, orang tua, dan pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Antara saatu komponen dan komponen lain yang terlibat dalam pendidikan matematika diharapkan dapat saling menginspirasi agar pembelajaran matematika di sekolah menjadi lebih menyenangkan, lebih mengasyikkan, lebih dinamis, dan humanis. Dengan berbagai usaha yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah ini, maka diharapkan matematika tidak lagi dipandang secara parsial oleh siswa, guru, masyarakat, atau pihak lain. Melainkan mereka dapat memandang matematika secara utuh yang pada akhirnya dapat memacu dan berpartisipasi untuk membangun peradaban dunia demi kemajuan sains dan teknologi yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Media pembelajaran matematika dapat mendorong keinginan siswa untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, sehingga memotivasi siswa dan partisipasi siswa dominan. Contoh : dengan menggunakan media flash sajian materi lebih menarik serta antusias siswa dalam belajar meningkat, rasa kantuk pun akan terkalahkan, karena gambar, suara dan video akan lebih menarik untuk mereka.

(7)

Penggunaan media pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Menurut Achsin (1986:17-18) menyatakan bahwa tujuan penggunaan media pengajaran adalah (1) agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna, (2) untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada anak didik, (3) untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik, (4) untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, (5) untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik. Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang tujuan pemanfaatan media adalah (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi, (2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, dan (4) siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan media adalah (1) efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, (2) meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) variasi metode pembelajaran, dan (4) peningkatan aktivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Fungsi

Dalam sistem pembelajaran modern, maka metode, prosedur dan teknik yang diterapkan dalam mengajar bidang studi mempunyai tujuan agar supaya proses pembelajaran efektif. Media di sini mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, karena media tersebut mempunyai banyak fungsi. Fungsi media pembelajaran di sini akan penulis sitir dari pendapat para ahli atau hasil penelitian, yaitu antara lain:

1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kegunaan berbagai media pembelajaran oleh Edgar Dale, YD Finn dan F.Hoban dari Amerika Serikat, dapat ditarik kesimpulan bahwa media audio visual aids (AVA) apabila dipergunakan secara baik dan benar akan memberikan sumbangan pendidikan sebagai berikut:

a. Dapat memberikan pemikiran yang abstrak maupun konkrit

b. Dapat memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain c. Dapat memperoleh perbendaharaan siswa (tidak verbalistik)

d. Mempertinggi perhatian siswa

(8)

2. Menurut Derek Rowtree, media pembelajaran (media pembelajaran edukatif) mempunyai fungsi:

a. Membangkitkan motivasi belajar

b. Dapat mengulang apa yang telah dipelajari c. Menyediakan stimulus belajar

d. Mengaktifkan respon peserta didik (siswa) e. Menggalakan latihan yang serasi

f. Memberikan balikan dengan segera

3. Mc.Know mengemukakan bahwa media pembelajaran mempunyai 4 (empat) fungsi yaitu: a. Memberikan kejelasan (Clarification)

b. Memberikan rangsangan (Stimulation) c. Memberikan motivasi belajar

d. Mengubah titik berat pendidikan formal yang mementingkan kebutuhan kehidupan siswa dibandingkan dengan penekanan pada instruksional akademis.

Disamping ketiga pendapat tersebut diatas, masih banyak pendapat lain misalnya bahwa, fungsi media dapat mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik (siswa) dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungannya. Disamping menambah pengalaman yang nyata tentang sesuatu yang nyata dan menambah variasi dalam menyajikan. Media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, karena media

pembelajaran pada umumnya merupakan suatu yang baru bagi siswa sehingga dapat menarik perhatiannya. Media mendorong siswa untuk ingin tahu lebih banyak dan memungkinkan untuk berbuat sesuatu. Selain itu media memberikan kepada siswa besar dibandingkan dengan cara tradisional, serta media lebih konkrit dan mudah untuk dipahami.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Manfaat

(9)

didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (7) media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24). Sedangkan menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya (1) obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model, (2) obyek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, (4)kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1) pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas, (2) pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara kelompok, baik kelompok kecil (2—8 orang) maupun kelompok besar (9—40 orang), (4) media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru

(10)

Karakteristik siswa yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap media yang digunakan, bahasa siswa, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang dimiliki siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang disampaikan melalui media. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan jumlah siswa. Artinya media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan jumlah siswa yang belajar.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Kapan dan dimana media digunakan

Media dapat digunakan oleh siswa ketika dalam proses pembelajaran atau ketika siswa membutuhkan media untuk menghadapi atau membantu siswa dalam mengaplikasikan konsep matematika.

Berdasarkan kurikulum dikatakan bahwa guru dalam melakukan pembelajaran matematika harus bisa membuat situasi yang menyenangkan, memberikan alternatif penggunaan alat peraga atau media pembelajaran yang bisa digunakan pada berbagai tempat dan keadaan, baik di :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Sekolah

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Rumah

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Lingkungan sekitar

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Jenis dan macam media <!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Manual

Adapun karakteristik media manual yaitu :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->penyampaian pesan lewat simbol-simbol visual

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->mengandung pesan yang bersifat interpretative contoh dari media manual diantaranya:

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Model bangun (d-r)

Penggunaan media pembelajaran matematika pada pokok bahasan

Model bangun dimensi ruang yang melalui visualisasi alat peraga berbasis TIK dengan menggunakan Softwere Power Point pada kelas eksperimen dan OHP pada kelas kontrol.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Alat ukur (meter)

Dengan media manual seperti penggaris dan busur derajat, siswa belajar untuk menggunakan alat ukur tersebut misal dalam menghitung panjang dan besar sudut dalam koordinat polar.

(11)

Permainan ini merupakan teknik yang dapat memotivasi para siswa, khususnya untuk materi yang berulang-ulang dan mebosankan. Permainan mungkin hanya melibatkan satu orang, atau sekelompok siswa. Permainan sering kali mensyarakan siswa untuk menggunakan keterampilan problem solving atau untuk mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Skema konsep

Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep. Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas, kemudian dinarasikan dengan gaya bahasa masing-masing. Sehingga dalam media pembelajaran matematika diperlukan skema konsep untuk memudahkan siswa dalam belajar matematika.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Peragaan rumus

Alat peraga juga dapat dipakai untuk memeragakan rumus yang ada dalam materi matematika. Sehingga dapat memudahkan siswa dalam menghafal, memahami dan mengaplikasikan rumus tersebut.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Gambar-diagram

Penyajian gambar dan diagram pada media pembelajaran diperlukan ketika sesuai dengan materi. Hal ini akan mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran matematika, misalkan diagram pada materi statistika, gambar pada materi bangun ruang.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Elektronik

Adapun karakteristik dari media elektronik (microsoft power point/macro media flash) diantaranya:

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Media ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, wana, dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa, dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia..

Contoh dari Media Elektronik yaitu :

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->OHP

(12)

(transparan). Projeksi diterima oleh layar atau alternatifnya, sebagai misal dinding. Objek yang dimaksud adalah filem transparansi (misal: polifinil asetat) yang diberi tulisan atau gambar, sehingga bila diprojeksikan, pada layar akan tergambar bayangan tulisan atau gambar yang ada pada filem transparansi. Sesekali objek dapat berupa benda yang tidak tembus cahaya, akan tetapi mempunyai bentuk tertentu yang bila diprojeksikan akan dapat memvisualisasikan suatu gagasan. Penggunaaan media pembelajaran melalui visualisasi alat peraga berbasis OHP dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Komputer

(13)
(14)

pernyataan tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa media Komputer dan LCD Proyektor meupakan media rancangan yang mana didalam penggunaannya sangat diperlukan perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras ( hard ware ) yang difungsikan dalam menginspirasikan media tersebut adalah menggunakan satu unit computer lengkap yang sudah terkoneksikan dengan LCD Proyektor.

Menurut Ruseffendi, 1984 (dalam Didi, 1991) penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika banyak peranannya, baik sebagai alat hitung maupun sebagai alat penyampaian materi pelajaran. Sebagai alat hitung, komputer dapat melakukan perhitungan untuk mencari: logaritma, perbandingan trigonometri, operasi hitung, dan sebagainya. Sedangkan sebagai alat/media penyampaian materi pelajaran, komputer dapat diprogram untuk membantu siswa dalam belajar (pembelajaran individu). Dalam pembelajaran matematika, komputer banyak digunakan untuk menyampaikan materi yang memerlukan gerak (animasi), gambar, teks, dan warna. Semua fasilitas tersebut ada pada komputer, dan sernua fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan untuk memvisualisasikan konsep abstrak dalam matematika menjadi konkret

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Power point

PowerPoint atau Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft. Dengan power point guru atau siswa dapat mempresentasikan materi matematika dengan tampilan yang lebih menarik, hal ini dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Internet

Salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan adalah internet, selain untuk browshing dan chating, internet juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang efektif dan efisien. Aplikasi dalam internet yang digunakan dalam pengembangan media pembelajaran salah satu contohnya adalah blog dan e-learning.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Sajian Media pembelajaran matematika

Media pembelajaran matematika dapat disajikan secara Informatif dan Matematik. Untuk informatif bisa berupa :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Peta konsep

Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi. Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi. Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk bagi guru, untuk

menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran.

(15)

informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi Ernest (dalam Basuki, 2000) berpendapat bahwa untuk

menyusun suatu peta konsep dalam matematika bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Tentukan dahulu topiknya,

2. Membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep tersebut, 3. Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,

4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi,

5. Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Diagram data

Untuk tujuan informatif penyajian diagram data pada media pembelajaran diperlukan ketika sesuai dengan materi. Misalnya pada materi statistik, diperlukan penyajian diagram tabel.

Sedangkan untuk sajian berupa matematik yaitu :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Algoritma

Algoritma adalah kumpulan urutan perintah yang menentukan operasi-operasi tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah ataupun mengerjakan suatu tugas tertentu. Algoritma merupakan urutan langkah instruksi yang logis. Setiap langkah instruksi mengerjakan suatu tindakan aksi. Apabila suatu aksi dilaksanakan, maka operasi atau sejumlah operasi yang bersesuaian dengan aksi itu dikerjakan oleh pemroses. Bila data yang digunakan benar, maka algoritma akan selalu berhenti dengan memberikan hasil yang benar pula. Dalam media pembelajaran matematika, diperlukan algoritma agar langkah demi langkah terurut sehingga memudahkan siswa dalam memahami suatu materi atau konsep.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Konstruksi konsep

Kesulitan dalam pembelajaran dapat disebabkan kurangnya pemahaman konsep dan kemampuan siswa yang masih kurang dalam memahami kalimat pada soal yang terlalu panjang. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan tersebut antara lain dengan mengkonstruksi konsep agar lebih dipahami siswa.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Geometrik

Sajian ini digunakan hanya pada materi-materi tertentu misalnya kesebangunan dalam segitiga. Perlu adanya sajian secara geometrik agar siswa dapat memvisualisasikan konsep tesebut, agar siswa tersebut menjadi lebih mudah memahaminya.

(16)

Lembar kerja siswa (LKS) ialah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu dari sekian banyak media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pengajaran mata pelajaran, media LKS banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar siswa. Karena dengan LKS siswa akan merasa diberikan tanggung jawab moril untuk menyelesaikan sesuatu tugas dan merasa harus mengerjakannya, terlebih lagi apabila guru memberikan perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan siswa dalam LKS tersebut.

<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->SYARAT MEDIA PEMBELAJARAN <!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Dapat meragakan konsep

Media yang baik adalah media yang mampu meragakan konsep yang abstrak ke konkret. Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa sehingga sesuai dengan konsep.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Dapat menjelaskan aturan

Media itu harus menjelaskan aturan-aturan dan cara pemakaian nya agar dapat digunakan sebagaimana fungsinya.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Memudahkan pemahaman

Sebuah media harus mampu membantu siswa untuk memahami suatu materi matematika. Menurut E. T. Ruseffendi persyaratan media pembelajaran matematika, diantaranya adalah : dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman matematika).

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Mudah-murah dibuat

Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media diantaranya harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Mudah digunakan

Sebuah media haruslah mudah untuk digunakan dan tidak berbahaya. Hal ini agar siswa dapat menggunakan media tersebut sebagai mana fungsi dan tujuan dari media tersebut.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Fisibel

(17)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.facebook.com/topic.php?uid=366830970417&topic=15593 http://www.friend.freejoomlas.com/index.php?

option=com_content&task=view&id=17&Itemid=29

http://managementpengetahuan.blogspot.com/2009/01/pengertian-concept-mapping.html

http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2068223-pengertian-algoritma/

http://tartocute.blogspot.com/2009/06/lembar-kerja-siswa.html http://disdikklungkung.net/content/view/73/46/

http://muhfida.com/model-model-belajar/

http://wewnatali.blogspot.com/2011/03/media-pembelajaran-matematika.html http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19600501198

5032-ADE_ROHAYATI/HANDOUT_MEDIA_PEMBEL._DEPAG.pdf

Referensi

Dokumen terkait

permainan badminton dan tonnis. Program ini disambut baik oleh warga. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih anak-anak. dan warga senam agar dapat berperilaku hidup sehat.

Hal ini didukung oleh pernyataan Brigham dan Housten (1998:42) yang menyatakan bahwa “The percentage of earning paid out in dividens,or the ratio of EPS to

Pada penelitian ini dilakukan analisis konsentrasi PHBdalam medium minimal Ramsay dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi limbah jagung yang optimal dalam mengakumulasi

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20

perekonomian rakyatnya bergerak sendiri Republik China (Taiwan) yang menganut tanpa re gul asi dan campur tang an sistem demokrasi dan anti komunis juga pemerintah dimanadan

Dalam suatu budaya kuat, nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas  memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota, mengenai

Hasil penelitian menunjukkan efektifitas pelatihan berpengaruh positif dan signifikan ter- hadap kepuasan kerja karyawan, efektifitas pela- tihan berpengaruh positif

Oleh yang demikian, kajian ini akan memberi manfaat kepada organisasi di mana hasil kajian akan dikongsi sebagai pengetahuan aset yang berguna kepada Syarikat