Status Sosial dan Bunuh DIri (Emile Durkheim)
Tulisan : M. Ismail Hamzah (201210040311002)
Solidaritas atau kerja sosial menurut Emile Durkheim menunjuk pada suatu keadaan
hubungan antara individu dan kelompok yang didasarkan pada perasaan moral yang dianut
bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
Dalam teori yang disebutkan bahwa nilai-nilai kebersamaan yang diangkat menyangkut
hubungan antar individu, bukan individu itu sendiri terlebih lagi bahwa solidaritas juga
mengedepankan kepentingan bersama. Dalam bukunya Durkheim menganalisa tentang
pengaruh kompleksitas dan spesialisasi pembagian kerja dalam struktur dan perubahan –
perubahan yang diakibatkan dalam bentuk – bentuk pokok solidaritas social. Pertumbuhan
dan pembagian kerja meningkatkan suatu perubahan dalam struktur sosial pada solidaritas
mekanik dan solidaritas organik.
Solidaritas mekanik secara garis besar menjelaskan tentang kesadaran kolektif yang
menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan bersama yang dianut masyarakat yang
ada pada zaman tersebut. Biasa juga disebut kesatuan yang mekanis karena pelakunya
cenderung mengarah pada kehidupan bersama yang kuat, pembagian kerja yang minim, dan
individualitas yang rendah.
Berbeda dengan solidaritas organic, solidaritas ini muncul karena adanya pembagian kerja
yang cukup tinggi, dan tingkat saling ketergantungan yang semakin tinggi. Dalam masyarakat,
sifat individualistis makin tinggi dan kesadaran kolektif semakin berkurang. Solidaritas ini
identic dengan masyarakat perkotaan, yang cenderung modern dengan segala yang
dimiliknya.
Pada awalnya Emile Durkheim menuliskan teori tentang anomi dalam bukunya untuk
menguraikan sebab-sebab bunuh diri yang menunjukan kekacauan dalam diri individu yang
dicirikan berkurangnya rasa kesadaran tentang lingkungan sekitarnya. Anomi biasa terjadi
semakin baik atau buruk, terlebih lagi jika perubahan itu terjadi di ranah ideology atau agama
yang dipraktekan setiap hari.
Dalam pandangan Durkheim, agama-agama tradisional seringkali memberikan dasar bagi
nilai-nilai bersama yang tidak dimiliki oleh individu yang mengalami anomi. Lebih jauh ia
berpendapat bahwa pembagian kerja yang banyak terjadi dalam kehidupan ekonomi modern
sejak Revolusi Industri menyebabkan individu mengejar tujuan-tujuan yang egois ketimbang
kebaikan komunitas yang lebih luas. Robert King Merton juga mengadopsi gagasan tentang
anomi dalam karyanya. Ia mendefinisikannya sebagai kesenjangan antara tujuan-tujuan sosial
bersama dan cara-cara yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dengan kata lain,
individu yang mengalami anomi akan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama dari suatu
masyarakat tertentu, namun tidak dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan sah karena
berbagai keterbatasan sosial. Akibatnya, individu itu akan memperlihatkan perilaku
menyimpang untuk memuaskan dirinya sendiri.
Berdasar teori yang Durkheim sebutkan bahwa anomi muncul dari diri seorang yang kacau
balau jiwanya, anomi adalah suatu kondisi masyarakat yang mengalami kekacauan kareana
tidak adanya aturan yang diakui bersama baik itu aturan yang benar ataupun salah, atau lebih
parah lagi terhadap aturan yang ada timbul tindakan isolasi atau bahkan saling memangsa
dan bukan bekerja sama.
Anomi juga bisa disebut kekacauan social tapi tidak bisa disandingkan dengan kata anarki,
karena anarki terkesan tidak adanya penguasa, dan komando. Tapi anomi menunjukkan tidak
adanya aturan atau struktur. Banyak penentang anarkisme menyebutkan bahwa anarki
dengan sendirinya mengakibatkan anomi, namun hampir semua anarkis akan mengatakan
bahawa penguasa yang hierarkis yang menyebabakan terjadinya anarki.
Anomi terjadi bila struktur budaya tidak berjalan seiring dan didukung struktur sosial yang
berlaku. Pada dasarnya struktur budaya yang hidup bersifat umum seperti nilai-nilai keadilan,
kejujuran, dan disisi lain warga masyarakat cerminan pola prilakunya ditentukan oleh struktur
bagi warganya, bila di seorang penegak hukum maka ia adalah penjaga gerbang keadilan, dan
kalau ia guru atau dosen maka ia adalah pengawal nilai-nilai moralitas.
Pada akhirnya gejala anomi yang dialami oleh masayarakat akan menimbulkan berbagai
tindakan yang bersifat berontak seperti bunuh diri. Durkheim mengatakan bahwa peristiwa
bunuh diri tidak terjadi hanya dipicu kondisi mental. Barangkali benar bahwa orang tertentu
punya kecenderungan bunuh diri lebih kuat daripada orang lain.
Solidaritas social (mekanik) yang awalnya punya tujuan untuk kepentingan bersama, setelah
adanya modernitas yang terjadi di masyarakat maka terjadilah kesenjangan yang dapat
mempengaruhi kestabilan masyarakat.
Sebenarnya gagasan Durkheim tentang bunuh diri cukup simpel. Bunuh diri itu diakibatkan
oleh tekanan batin akibat situasi social, dua hala yang mempengaruhinya adalah komunitas
dan stabilitas. Seorang yang memiliki kedekatan dengan masyarakat akan jauh dari tindkan
bunuh diri. Adapun disisi lain bunuh diri juga bisa dipicu oleh perubahan lingkungan, jika
seseorang tidak siap menghadapi perubahan social maka kemungkinan tersebut terjadi.
Bunuh diri adalah gejala social, maka cara penyelesaiannya dengan yang bersifat social juga.
Orang tidak bisa melepaskan dirinya dari bunuh diri dan anomi dengan seorang diri, butuh
dorongan dari luar yang mempengaruhinya.
Sumber :
1. Emile Durkheim/Memetakan Bunuh Diri/ZENOSPHERE.htm