ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS
(RESPIRATORY DISTRESS SYDNROM)
Disusun Oleh :
Kelompok 11
1. Lailul Muna
[20161257]
2. Mei Randa Putri Pamungkas
[20161259]
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS
(RESPIRATORY DISTRESS SYDNROM)
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing :
Sulastri, S.Kep., Ns, M.Kep.
Disusun Oleh :
Kelompok 11
1. Lailul Muna
[20161257]
2. Mei Randa Putri Pamungkas
[20161259]
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS (RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM)” ini dengan baik. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah manajemen keperawatan oleh ibu Sulastri, S.Kep, Ns, M.Kep. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, diantaranya:
1. Ibu Sulastri, S.Kep., Ns., M.Kes., direktur Akper Muhammadiyah Kendal sekaligus dosen pembimbing
2. Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam pembuatan makalah ini yang namanya kami tidak dapat sebutkan satu persatu. Kami menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan makaah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan menambah wawasan bagi pembaca.
Kendal, September 2017
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan...
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Konsep Teoritis... B. Konsep Keperawatan...
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan... B. Saran...
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pernapasan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (BBL) termasuk Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau Idiopatic Respiratory Distress Syndrome (IRDS) yang terdapat pada bayi premature. Sindrom gawat nafas pada neonatus (SGNN) dalam bahasa inggris disebut respiratory distress syndrome, merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperkapnea. Sindrom ini dapat trerjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru. Oleh karena itu, tindakannya disesuaikan sengan penyebab sindrom ini. Beberapa kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membram hialin (PMH), pneumonia, aspirasi, dan sindrom Wilson-Mikity (Ngastiyah, 1999).
Kegawatan pernafasan (Acute Respiratory Distress syndrome) pada anak merupakan penyebab utama kematian pada bayi baru lahir, diperkirakan 30% dari semua kematian neonatus disebabkan oleh penyakit ini atau komplikasinya. Penyakit ini terjadi pada bayi prematur, insidennya berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. 60-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32-36 minggu, sekitar 3% pada bayi yang lebih dari 37 minggu (http://repository.usu.ac.id).
B. Tujuan
Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dimana :
1. Tujuan Umum
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar tentang RDS (Respiratory Distress Sydrom) yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi dan pathways, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Konsep Teoritis
1. Pengertian
RDS (Respiratory Distress Syndrom) adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi prematur dengan tanda-tanda takipnea (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark,1986).
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya RDS yaitu kurang/tidak adanya surfaktan dalam paru-paru. Namun terdapat faktor predisposisi, diantaranya :
1) Bayi dari ibu diabetes
2) Persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu 3) Kehamilan multijanin
4) Persalinan SC 5) Persalinan cepat 6) Asfiksia
7) Stress dingin
8) Riwayat bayi sebelumnya terkena RDS
3. Patofisiologi dan Pathways
Hal ini merupakan faktor kritis dalam terjadi RDS, ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu menahan sisa udara fungsional/kapasitas residu fungsional (Ilmu Kesehatan Anak, 1985). Surfaktan juga menyebabkan ekspansi yang merata dan menjaga ekspansi paru pada tekanan intraalveolar yang rendah. Kekurangan atau ketidakmatangan fungsi surfaktan menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi.
Bila surfaktan tidak ada, janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang. Oleh karena itu, perlu usaha yang keras untuk mengembangkan parunya pada setiap hembusan napas (ekspirasi) sehingga untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya, setiap kali bernapas menjadi sukar seperti saat pertama kali bernapas (saat kelahiran). Sebagai akibat, janin lebih banyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energi ini daripada yang ia terima dan ini menyebabkan bayi kelelahan. Dengan meningkatnya kelelahan, bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya. Ketidakmampuan mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelaktasis.
Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan
pulmomary vascular resistance (PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paaru normal. Akibatnya, terjadi hipoperfusi jaringan paru dan selanjutnya menurunkan aliran darah pulmonal. Di samping itu, peningkatan PVR juga menyebabkan pembalikan parsial sirkulasi darah janin dengan arah aliran dari kanan ke kiri melalui duktus arteriosus dan foramen ovale.
konstriksin vaskularisasi pulmonal yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan selanjutnya menybabkan metabolismeanareobik.
RDS atau sindrom gangguan pernapasan adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri dan mengikuti masa deteriorasi (kurang lebih 48 jam) dan jika tidak ada komplikasi paru akan membaik dalam 72 jam. Proses perbaikan ini, terutama dikaitkan dengan meningkatkan
produksi dan ketersediaan materi surfaktan.
Pathways
Bayi lahir prematur
Inadekuat Surfaktan Lapisan lemak belum Terbentuk pada kulit Alveolus kolaps
Resiko gangguan
Ventilasi berkurang hipoksia Termoregulasi: hipotermia
Peningkatan usaha Cedera paru
Nafas Pembentukan membran Edema hialin
Takipnea
Pertukaran gas Mengendap di alveoli
Pola nafas terganggu tidak efektif
Refleks hisap Penguapan meningkat menurun
Resiko kekurangan
Intake tidak volume cairan
Kekurangan nutrisi
4. Manifestasi Klinis
Menurut Martin, 1999 manifestasi klinis pada bayi yang menderita RDS dantaranya :
a. Kesulitan dalam memulai respirasi normal
b. Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, diamati pada saat bayi tidak dalam keadaan menangis (disebabkan oleh penutupan glotis) merupakan tanda/indikasi awal penyakit, berkurangnya dengkingan mungkin merupakan tanda pertama perbaikan.
c. Refraksi sternum dan interkosta d. Nafas cuping hidung
b. Sianosis pada udara kamar
c. Respiarasi cepat atau kadang lambat jika sakit parah d. Auskultasi; udara yang masuk berkurang
e. Edema ekstremitas
f. Pada foto rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil dengan corakan bronkogram udara.
5. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat RDS yaitu antara lain : a. Ruptur Alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap. b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalasia periventrikular. Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu
1) Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
2) Furosemiduntuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru
3) Fenobarbital
4) Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan).
b. Penunjang/diagnostik
1) Seri rontgen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar.
2) Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas. 3) Data laboratorium
4) Profil paru :
a) untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin yang mempunyai predisposisi RDS) Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
b) Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
c) Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yang rusak.
c. Diit
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : lengkap, termasuk orang tua bayi b. Riwayat kesehatan :
Keluahan utama, terutama sistem pernafasan : cyanosis, grunting , RR, cuping hidung
c. Riwayat kesehatan : terutama umur kehamilan dan proses persalinan d. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign
2) Pemeriksaan persistem : terutama pada sistem yang terlibat
b) Sistem kardiovaskulaer : takikardia, nadi lemah/cepat, akral dingin/hangat, cyanosis perifer
c) Sistem gastrointestinal : muntah, kembung, peristaltik menurun/meningkat
d) Sistem perkemihan : keluaran urine, warna
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar
c. Resiko gangguan termoregulasi : hipotermia berhubungan dengan
berada di lingkungan yang dingin
d. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan
3. Perencanaan Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
Tujuan yang diharapkan : Pola nafas kembali efektif Kriteria Hasil :
1) Pengembangan dada simetris 2) Irama pernapasan teratur 3) Bernapas mudah
4) Tidak ada suara nafas tambahan
Rencana Tindakan
Intervensi Rasional
Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan upaya nafas
Monitor pergerakan,
kesimetrisan dada, retraksi dada dan alat bantu pernafasan
Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea
Berikan oksigen sesuai program
Alat-alat emergensi disiapkan dalam keadaan baik
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar
Tujuan yang diharapkan : pertukaran gas kembali normal Kriteria hasil :
1) Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
2) Bebas dari gejala distres pernafasan.
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
Pantau dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, ekspansi, paru, dan kelemahan
Monitor intake dan output cairan
Jaga alat emergensi dan
Persiapan emergensi terjadinya masalah akut pernafasan
Mengurangi tingkat kecemasan
c. Resiko gangguan termoregulasi : hipotermia berhubungan dengan
berada di lingkungan yang dingin
1) Suhu axila 36-37˚C 2) RR : 30-60 X/menit 3) Warna kulit merah muda 4) Tidak ada distress respirasi 5) Tidak menggigil
6) Bayi tidak gelisah 7) Bayi tidak letargi
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
Monitor gejala dari hopotermia : fatigue, lemah, apatis, perubahan warna kulit
Monitor status pernafasan
Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke dalam
lingkungan / tempat yang hangat (didalam inkubator atau lampu sorot)
Segera ganti pakaian bayi yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat dan kering, berikan selimut.
Data dasar dalam menentukan intervensi
Mengetahui adanya gangguan pernafasan
Menaikkan suhu tubuh bayi
Pakaian yang dingin dan basah akan membuat bayi memperburuk kondisi bayi
Tujuan : Nutrisi dapat tercukupi Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi penurunan BB > 15 %. 2) Bayi tidak muntah
3) Bayi dapat minum dengan baik
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
Observasi reflek menghisap dan menelan bayi.
Observasi intake dan output.
Berikan cairan IV dengan kandungan glukosa sesuai kebutuhan neonates
Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih cairan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
Mengetahui apakah ada gangguan dalam menghisap dan menelan bayi
Mengetahui status nutrisi bayi
Memenuhi kebutuhan kalori bayi
2) Output urin 1-2 ml/kg BB/jam, ubun-ubun datar, elektrolit darah
Berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan berikan dosis pemeliharaan, selain itu berikan pula tindakan-tindakan pencegahan
Berikan susu dan cairan intravena sesuai kebutuhan
Mengetahui adanya indikasi kekurangan volume cairan
Menentukan intervensi lebih lanjut
Mempertahankan keseimbangan cairan
Cairan membantu distribusi obat-obatan dalam tubuh serta membantu menurunkan demam. Cairan bening membantu menambahkan kalori serta menanggulangi kehilangan BB
A. Kesimpulan
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae. Penyebab terjadinya RDS yaitu kurang/tidak adanya surfaktan dalam paru-paru. Namun terdapat beberapa faktor predisposisi, yaitu bayi dari ibu diabetes, persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu, kehamilan multijanin, persalinan SC, persalinan cepat, asfiksia, stress dingin, dan riwayat bayi sebelumnya terkena RDS.
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor kritis dalam terjadi RDS, ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan. Manifestasi klinis pada bayi yang menderita RDS dantaranya yaitu kesulitan dalam memulai respirasi normal, dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, refraksi sternum dan interkosta, nafas cuping hidung, dan sianosis pada udara kamar.
Komplikasi yang timbul akibat RDS yaitu antara lain ruptur alveoli, dapat timbul infeksi, perdarahan intrakranial dan leukomalasia periventrikular. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi yaitu Bronchopulmonary Dysplasia (BPD) dan retinopathy prematur. Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah antibiotika, furosemid, fenobarbital, vitamin E, metilksantin (teofilin dan kafein). Pemeriksaan penunjang pada RDS yaitu seri rontgen dada, bronchogram udara, data laboratorium, dan profil paru. Diet untuk pasien dengan RDS yaitu
B. Saran
makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini.
Amalia, Riezkhy. 2014. Sindrom Gangguan Pernafasan. https://riezkhyamalia. files.wordpress.com/2014/11/sindrom-gangguan-pernafasan.pdf (Diunduh pada tanggal 5 Oktober pukul 06:45 WIB)
Anonim. Chapter I. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 53413/Chapte%20I.pdf;jsessionid=3D616D9A9CCC48C8259AEFC0D0 6C126?sequenc=5 (Diunduh pada tanggal 5 Oktober pukul 06:43 WIB)
Putriyana, Mega. 2015. Asuhan Keperawatan RDS. https://megaputriyana0912. wordpress.com/2015/05/03/asuhan-keperawatan-rds/ (Diakses pada tanggal 5 Oktober pukul 06:48)
Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC