• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah dan Laporan Kunjungan ke DPR RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah dan Laporan Kunjungan ke DPR RI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Kunjungan

Kebijakan publik (public policy) merupakan bagian kewenangan yang dimiliki negara untuk mengatur warganya dalam mencapai

tujuan negara. Salah satu tujuan negara di bidang pendidikan yang

termaktub dalam konstitusi Indonesia adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa, selain upaya menciptakan keadilan dan

kesejahteraan yang merata. Posisi kebijakan publik menjadi sangat

penting disebabkan beberapa alasan, pertama, dengan kebijakan ini,

negara (baca: pemerintah) dapat mengikat semua elemen

masyarakat untuk berjalan sesuai dengan aturan main (the rule of the game) yang dibuat oleh pemerintah tanpa diskriminasi. Kedua, negara secara resmi (official) mengambil satu pilihan dari sekian banyak pilihan yang lain untuk tujan yang diinginkan. Pilihan resmi

yang diambil ini memastikan upaya yang seragam untuk mencapai

satu tujuan. Ketiga, kebijakan publik digunakan sebagai sikap politik

negara dalam merespon berbagai macam masukan, dinamika yang

terjadi di masyarakat.

Pelaku dalam kebijakan publik, sebagaimana yang

▸ Baca selengkapnya: contoh laporan kegiatan kunjungan ke museum

(2)

menteri, dan seluruh organ eksekutif. Selain itu, organ eksekutif dan

yudikatif pun menjadi pelaku resmi dalam menghasilkan kebijakan.

Undang-undang yang dikeluarkan di negara ini seja

tinya diinisiasi oleh eksekutif dan legislatif. Kedua ranah ini memiliki

kewenangan untuk membuat undang-undang, dan legislatif

mensahkan undang-undang atas persetujuan eksekutif, dan juga

sebaliknya. Perundang-undangan turunannya pun dapat dikeluarkan

oleh eksekutif guna mengoperasionalkan undang-undang yang

dibuat.

Pelaku tidak resmi (non-official actors) dapat berfungsi untuk membuat berbagai isu yang nantinya direspons oleh pemerintah dan

DPR dalam bentuk peraturan atau perundang-undangan. Keberadaan

pelaku tidak resmi ini difungsikan sebagai bagian dari saling

mengontrol (check and balance) antara lembaga negara yang diwakili oleh eksekutif dan legislatif dan masyarakat yang bisa diwakili oleh

Non Governmental Organization (NGO). Dalam kebijakan demokrasi,

check and balance ini menjadi sesuatu yang penting, mengingat secara flosofs, tidak boleh ada satu lembaga negara yang berjalan

tanpa adanya pengawasan. Oleh karenanya, hubungan antara

pemerintah, legislatif, yudikatif dan masyarakat menjadi bagian yang

(3)

Dalam konteks kebijakan publik, adalah penting untuk

mengetahui bagaimana sebuah proses hukum itu digodok bagi para

mahasiswa program S-3 Ilmu Pendidikan, agar kajian teoritis dan

ilmiah yang dilakukan di dalam kelas menjadi lebih bernilai dan tidak

kehilangan ruh kekinian dan kontekstual. Atas dasar itulah maka,

dengan bimbingan langsung Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd,

mahasiswa S-3 Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara

mengadakan kunjungan dan audiensi kepada Ketua DPR RI periode

2009-2014, Dr. Marzuki Alie pada hari Rabu, 26 Februari 2014 Dari

hasil kunjungan ini, didapat berbagai macam pengayaan

pengetahuan dari pelaku pembuat kebijakan publik di bidang

pendidikan.

1.2 Tujuan Kunjungan

Sebagai bagian dari perkuliahan dan kegiatan akademik, kunjungan

ke DPR RI ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus bagi

mahasiswa, yaitu sebagai berikut.

A. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui bagaimana sebuah kebijakan publik dibuat.

2. Untuk mengetahui berbagai landasan, kepentingan dan alasan

yang melandasi sebuah kebijakan.

(4)

1. Sebagai bagian agenda perkuliahan mata kuliah Kebijakan

Publik dan Kinerja Birokrasi Pendidikan dalam Kompleksitas

Perkembangan.

2. Sebagai sarana berkomunikasi dan mengeluarkan gagasan

hasil kajian di mata kuliah Kebijakan Publik dan Kinerja

Birokrasi Pendidikan dalam Kompleksitas Perkembangan.

3. Sebagai sarana memperkenalkan institusi Universitas Islam

Nusantara, khususnya program Pascasarjana Ilmu Pendidikan

1.3 Manfaat Kunjungan

Kunjungan ke DPR RI ini memiliki manfaat yang besar baik bagi

mahasiswa dan juga bagi program studi Ilmu Pendidikan Uninus.

Manfaatnya adalah sebagai berikut.

A. Bagi Mahasiswa

1. mendapatkan pengayaan informasi dari salah satu pembuat

kebijakan publik.

2. mendapatkan berbagai macam informasi aktual dan isu-isu

kekinian yang terkait dengan informasi politik serta pembuatan

kebijakan.

3. mendapatkan gambaran praktis pertimbangan-pertimbangan

(5)

B. Bagi Prodi Ilmu Pendidikan Uninus

1. mendapatkan pengayaan informasi seputar

kebijakan-kebijakan negara di bidang pendidikan, khususnya pendidikan

tinggi.

2. pemutakhiran kajian dan teori kebijakan publik dilihat dari sisi

praktis.

1.4 Pelaksanaan Kunjungan

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Februari 2014, dari

mulai pukul 16.00 hingga 18.00 WIB bertempat di ruangan ketua DPR

RI, gedung Nusantara II, DPR RI, jalan Senayan, Jakarta Pusat. Peserta

kunjungan terdiri atas 30 mahasiswa program Doktor (S-3) Ilmu

Pendidikan, dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd.

Peserta berangkat dari kampus sekitar pukul 10.00 Wib, tiba di

gedung DPR RI, Senayan Jakarta Pusat, pukul 13.00, dilanjutkan

dengan pengurusan administrasi dan kelengkapan. Setelah itu,

peserta menunggu kedatangan Ketua DPR RI, Dr. Marzuki Alie, yang

sedang memimpin rapat mengenai permasalahan agraria. Tepat

pukul 16.30, beliau menerima peserta. Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane

Beny, M.Pd, memberikan pengantar seputar latar belakang kunjungan

dan tujuan kunjungan ini, setelah itu, ketua DPR memberikan sedikit

(6)

pertanyaan disampaikan oleh perwakilan mahasiswa, yang beberapa

diantaranya menanyakan mengenai kebijakan pendidikan dalam era

otonomi daerah dan pengambilalihan pendidikan oleh kementerian

riset dan teknologi. Setelah ketua DPR memberikan jawaban secara

lengkap dan panjang lebar, kegiatan berikutnya adalah foto bersama

dan kembali ke kampus. Peserta tiba kembali di kampus Uninus

sekitar pukul 23.30 WIB dengan selamat.

BAB II. GAMBARAN UMUM LEMBAGA

2.1. Profil

Perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 20 ayat (1)

(7)

Legislatif yang memiliki kekuasaan membentuk

undang-undang. Selain itu, UUD RI Tahun 1945 juga memberikan hak

kepada Anggota DPR RI untuk mengajukan Usul Rancangan

Undang-Undang (RUU). Pergeseran kekuasaan membentuk

undang-undang dari Presiden kepada DPR RI merupakan

langkah konstitusional untuk memposisikan fungsi lembaga

negara secara tepat sesuai bidang tugas masing-masing, yakni

DPR RI sebagai lembaga pembentuk undang-undang

(kekuasaan legislatif) dan Presiden sebagai pelaksana

undang-undang (kekuasaan eksekutif). Pergeseran kekuasaan untuk

membentuk undang-undang tersebut pada hakekatnya

merepresentasikan perubahan pendekatan pembagian

kekuasaan (distribution of power) dengan prinsip supremasi menjadi pemisahan kekuasaan (separation of power) dengan prinsip saling mengawasi dan mengimbangi sebagai ciri khas

yang melekat.

Sesuai dengan amanat UUD RI Tahun 1945 Pasal 20A

ayat (1), DPR RI memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan

pengawasan. Dalam menjalankan fungsinya, DPR RI memiliki

hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.

Disamping itu, setiap Anggota DPR RI mempunyai hak

(8)

angket, dan hak menyatakan pendapat serta hak-hak lainnya

yang diatur oleh UU.

Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR RI sebagai

lembaga legislatif yang menjalankan kekuasaan membentuk

UU. Fungsi anggaran mempertegas kedudukan DPR RI untuk

membahas, termasuk mengubah RAPBN dan menetapkan APBN

yang ditujukan bagi kesejahteraan rakyat. Kedudukan DPR RI

dalam hal penetapan APBN menjadi sentral, oleh karena apabila

DPR RI tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden,

Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu. Sedangkan

fungsi pengawasan adalah fungsi DPR RI dalam melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang,

pelaksanaan anggaran dan pelaksanaan kebijakan

pemerintahan dan pembangunan oleh Pemerintah. Penegasan

fungsi dan hak DPR RI serta hak Anggota dalam UUD RI Tahun

1945 sangat mendukung pelaksanaan tugas DPR RI sesuai

harapan dan tuntutan rakyat.

A. Latar Belakang Pendidikan

Dari seluruh Anggota Dewan, 265 orang atau 47,7%

diantaranya berpendidikan S1, 194 orang atau 35,0% berpendidikan

S2, dan berpendidikan S3 sebanyak 43 orang atau 7,7%. Dengan

(9)

2009-2014 memiliki kualifkasi yang lebih baik dibanding periode

sebelumnya. Untuk tingkatan pendidikan lainnya, yaitu lulusan SMA

dan sederajat sebanyak 33 orang atau 5,9% dan lulusan diploma

sebanyak 13 orang atau 2,3%. Terdapat 7 orang Anggota Dewan

yang tidak menyebutkan pendidikan terakhir yang ditempuh. Secara

garis besar, Anggota Dewan berpendidikan S1 dan lebih tinggi

mendominasi komposisi menurut tingkat pendidikan.

B. Representasi Perempuan

Pada periode DPR RI 2009-2014 terdapat 98 orang

perempuan menjadi Anggota Dewan atau sekitar 17,7% dari

jumlah Anggota Dewan. Jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya, di mana representasi perempuan masa itu hanya

11%, maka pada periode ini terjadi peningkatan partisipasi

perempuan di DPR RI. Hal tersebut dapat mengindikasikan

bahwasanya permasalahan kaum perempuan akan lebih

memperoleh perhatian. Namun jika dibandingkan dengan

proporsi penduduk Indonesia secara umum, maka representasi

perempuan pada lembaga perwakilan perlu ditingkatkan.

C. Domisili

Hampir separuh, yaitu 47,2% atau 262 orang Anggota Dewan

bertempat tinggal di Jakarta dan 116 orang atau 20,9% bertempat

tinggal wilayah Jawa Barat. Jika digabungkan, maka lebih dari 2/3

(10)

tempat tinggal di wilayah provinsi, maka 81,46% Anggota Dewan

bertempat tinggal di Pulau Jawa. Walaupun gambaran tersebut belum

mempertimbangkan tempat tinggal Anggota Dewan yang pada

periode sebelumnya telah menjabat sebagai Anggota DPR RI, namun

dapat mengindikasikan bahwasanya representasi Anggota Dewan

belum proporsional terhadap distribusi penduduk Indonesia. Jika

dibandingkan distribusi penduduk di Indonesia, maka konsentrasi

penduduk di Pulau Jawa tercatat sekitar 55% dari penduduk Nasional.

Oleh karenanya, representasi berdasarkan tempat asal perlu lebih

merata untuk dapat menyerap aspirasi dari seluruh daerah di

Indonesia.

D. Pekerjaan Awal

Menurut data KPU, Anggota Dewan pada periode ini yang berasal dari

DPR RI periode sebelumnya adalah sekitar 165 orang atau 29,7%.

Artinya, sekitar 70% Anggota Dewan periode 2009-2014 adalah

anggota baru. Diantara anggota baru tersebut, 183 atau 33%

menyatakan pekerjaan awalnya sebagai pegawai swasta, 13% adalah

wirausahawan, dan 8% merupakan PNS. Kelompok lain sebanyak 52

orang berprofesi sebagai dokter, pimpinan pesantren, dan profesi

lainnya.

(11)

Profl Anggota DPR RI dari komposisi kelompok umur sebagian besar

atau 41% berusia 41-50 tahun. Jika diasumsikan bahwa Anggota

Dewan menjalani karir politiknya sejak bergelar sarjana, maka

sebagian besar merupakan politisi kelompok usia menengah. Sedang

38% Anggota lainnya berusia lebih dari 50 tahun. Dengan demikian

Anggota DPR RI didominasi oleh politisi usia menengah dan dewasa.

F. Unsur Pendukung

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR RI dibentuk

Sekretariat Jenderal yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No.

23 Tahun 2005 tentang Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia. Sekretariat Jenderal DPR RI adalah aparatur

pemerintah yang tugas dan fungsinya berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan DPR RI. Tugas

Sekretariat Jenderal DPR RI adalah menyelenggarakan dukungan

teknis, administratif dan keahlian kepada Dewan. Dukungan keahlian

Sekretariat Jenderal DPR RI disesuaikan dengan kebutuhan

pelaksanaan tugas DPR RI di bidang legislasi, anggaran, dan

pengawasan. Selama ini dukungan tersebut tercermin dari kegiatan

yang dilaksanakan kedeputian sesuai tugas dan tanggung jawab

masing-masing. Dukungan keahlian dioptimalkan melalui berbagai

(12)

rapat-rapat AKD, kegiatan pengiriman tim kunjungan kerja DPR dan

Anggota, pengiriman delegasi ke berbagai forum internasional,

penerimaan dan penyaluran delegasi masyarakat, penanganan

surat-surat pengaduan, serta pendampingan dalam pembahasan RUU dan

kegiatan DPR lainnya, penyediaan bentuk bantuan keahlian lainnya,

dan penyediaan prasarana dan sarana untuk menunjang pelaksanaan

fungsi Dewan.

Pada periode 2004-2009 Sekretariat Jenderal DPR RI

berupaya meningkatkan dukungan kepada pelaksanaan 3 (tiga)

fungsi Dewan; dalam pembahasan seluruh RUU dan

membentuk sistem unit pendukung yang secara khusus

melakukan kegiatan di bidang penyusunan RUU Usul Inisiatif

DPR dengan mengembangkan jabatan fungsional perancang

UU. Dukungan keahlian tersebut berupa penyusunan draft RUU

dan naskah akademik hingga uji material UU (judicial review) pada persidangan MK. Sekretariat Jenderal DPR RI juga

mengadakan seminar, penelitian dan pengkajian, kunjungan ke

daerah, dan kerjasama dengan berbagai perguruan

tinggi/universitas dalam rangka penyusunan draft RUU dan

naskah akademiknya. Dalam proses pembahasan RUU,

Sekretariat Jenderal DPR RI memberikan dukungan fasilitas

(13)

data dan informasi, penyusunan konsep kesimpulan dan

notulensi rapat, penggandaan dan distribusi hasil-hasil rapat,

dan sosialisasi RUU yang akan dibahas.

Untuk memfasilitasi kegiatan Dewan di bidang anggaran,

Sekretariat Jenderal DPR RI memberikan dukungan teknis,

administratif dan keahlian kepada DPR RI, termasuk koordinasi

antar-unit kerja Sekretariat Jenderal DPR RI, Sekretariat BURT,

Sekretariat BANGGAR, dan instansi-instansi pasangan kerja

komisi-komisi terkait. Dukungan juga dilakukan melalui

kegiatan penelitian, pengkajian dan analisis, pengumpulan data

dan informasi bagi pembahasan APBN, kegiatan pemantauan

penggunaan dana perimbangan keuangan antara pusat dan

daerah, serta pengumpulan data dan informasi dalam bentuk

database BUMN dan perkembangan APBN. Pada periode 2010-2014, Sekretariat Jenderal DPR RI juga merintis pembentukan

jabatan fungsional analis anggaran , menyusun prosedur kerja

koordinasi dengan unit kerja lain atau Komisi terkait dalam

rapat-rapat pembahasan APBN.

Di bidang pengawasan, Sekretariat Jenderal DPR RI

mendukung pelaksanaan tugas DPR RI melalui raker, RDP,

RDPU dan berbagai pertemuan konsultasi. Di samping itu,

(14)

dalam kunjungan lapangan dan kunjungan kerja ke berbagai

provinsi serta menyusun laporan yang akan dibahas dengan

Kementerian atau instansi terkait. Terkait peningkatan kualitas

pelayanan kepada DPR RI, Sekretariat Jenderal berpartisipasi

aktif dalam forum yang mewadahi para pejabat Sekretariat

(15)

Ahli DPR RI

pedoman antara untuk mengarahkan pencapaian tujuan jangka

panjang pelaksanaan tugas konstitusional Dewan Perwakilan

Rakyat RI, maka Rencana Strategis memuat Visi1 dan Misi2

jangka panjang sebagai landasan dalam menyiapkan arah

kebijakan 5 (lima) tahun ke depan. Visi DPR RI yang menjadi

acuan dalam penyusunan Rencana Strategis 2010 – 2014

adalah:

Terwujudnya DPR RI sebagai Lembaga Perwakilan yang

kredibel dalam mengemban tanggung jawab mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur

(16)

yang efektif, akuntabel, transparan, aspiratif, responsif dan

akomodatif.

Masyarakat adil dan makmur, merupakan tujuan ideal pembangunan masyarakat madani yang berkualitas, sejahtera lahir

dan batin, dan demokratis dalam karsa dan karya pembangunan

Republik Indonesia.

Misi DPR RI pada hakekatnya merupakan upaya penjabaran Visi DPR

RI agar lebih fokus dan terarah dengan mempertimbangkan kondisi

dan perkembangan kebijakan, peraturan perundang-undangan,

tanggungjawab pokok, dan kelembagaan DPR RI yang berlangsung

selama ini.

Misi DPR RI merupakan landasan perumusan strategi, kebijakan, dan

program kelembagaan DPR RI, terutama dalam kerangka sistem

perencanaan jangka panjang, jangka menengah yang diwakili

Rencana Strategis, dan rencana kerja tahunan. Oleh karena itu,

penetapan Misi DPR RI menjadi penting untuk mengarahkan kegiatan

selama lima tahun ke depan, penetapan prioritas, dan menjaga

keberlanjutan kegiatan DPR RI.

Prinsip yang dianut dalam perumusan Misi DPR RI 2010 –

(17)

1) Visi DPR RI menjadi basis untuk perumusan Misi DPR RI dan

perumusan strategi dan kebijakan, program, dan indikator kinerja

program DPR RI.

2) Misi DPR RI mengacu kepada tuntutan kinerja pelaksanaan

tugas-tugas pokok

lembaga perwakilan.

3) Misi DPR RI mengakomodasikan potensi dan kendala secara

substantif yang

dihadapi lembaga perwakilan.

Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka Misi DPR RI dirumuskan

menjadi :

1. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi legislasi yang efisien dan

efektif.

2. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran negara yang

akuntabel dan transparan.

3. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang

transparan dan efektif.

4. Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif,

responsif dan akomodatif

dengan pemaknaan sebagai berikut :

1. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi legislasi yang

(18)

kelola dalam pembentukan Undang-Undang melalui pola

dukungan yang profesional, cermat dan akurat.

2. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran

negara yang akuntabel dan transparan, yakni

meningkatkan akuntabilitas dan ketepatan alokasi anggaran

negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

3. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang

transparan dan efektif, yakni membangun keterbukaan dan

akses bagi masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan

Undang-Undang, pemerintahan, penggunaan anggaran

pembangunan, dan kebijakan Pemerintah.

4. Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif,

responsif dan akomodatif, yakni membangun lembaga

perwakilan yang kuat dalam memperjuangkan aspirasi

masyarakat dan meningkatkan akses dalam penyerapan

aspirasi masyarakat melalui pola dukungan keahlian serta

prasarana dan sarana komunikasi yang lengkap, akurat, dan

(19)

2.3. Struktur Organisasi DPR Menurut UUD 1945 dan Sekretariat

Jenderal

Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen telah mengamanatkan

susunan struktur lembaga negara, dengan menambahkan lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial

(KY), sebagaimana yang terlihat dalam gambar 2.1 berikut:

Sebagaimana yang nampak dalam gambar di atas, dapat terlihat bahwa posisi DPR sejajar dengan lembaga kepresidenan, BPK, MPR, DPD, MA, MK

dan KY. Di dalam tubuh DPR sendiri terdapat fraksi-fraksi dan komisi-komisi. Untuk menunjang kinerja DPR, maka disediakanlah sekretariat jenderal

(20)

Sekretariat jenderal berfungsi untuk mendukung kinerja anggota

dewan. Sekretaris jenderal membawahi 9 biro dengan tugas pokok

dan fungsinya. Sumber daya manusia dalam secretariat jenderal ini

terdiri atas pegawai negeri sipil, honor dan tenaga alih daya

(21)

BAB III. HASIL KUNJUNGAN

Beberapa topik yang dibahas dalam pertemuan dengan Ketua DPR RI,

Dr. Marzuki Alie adalah sebagai berikut. Pertama, isu mengenai pengelolaan otonomi daerah yang penuh dengan kesemrawutan.

Dalam hal ini, Marzuki Alie menyatakan bahwa otonomi daerah di

Indonesia merupakan kebijakan yang hanya ada di Indonesia, tidak

ada contohnya di negara lain. Oleh karenanya, adalah wajar apabila

disebut sebagai otonomi daerah setengah hati. Kebijakan otonomi

daerah di bidang pendidikan terlihat menjauh dari cita-cita awal

semangat otonomi daerah sendiri. Disparitas kualitas pendidikan

yang teramat tajam diantara setiap daerah, mengakibatkan

pemerintah pusat tidak hanya memberikan standar-standar minimal

yang harus dicapai oleh satuan pendidikan, namun juga sudah

memberikan kebijakan yang praktis, padahal kebijakan praktis dan

operasional itu merupakan domain kewenangan daerah.

Tidak hanya itu, kepala daerah yang dipilih oleh rakyat,

memainkan kekuasaan politisnya untuk menarik pegawai negeri sipil

(PNS) dan para guru untuk berkompetisi secara politik. Wajar yang

(22)

naik pangkat, maka sebaliknya, bila PNS tidak ikut serta berkompetisi

secara politis, maka meski ia memiliki kemampuan yang unggul, ia

tidak akan menduduki tempat sesuai kemampuannya. Contoh yang

sangat jelas adalah fenomena ujian nasional (UN). Saat nilai UN

diklaim sebagai ukuran kesuksesan pembangunan, maka kepala

daerah akan menekan kepala dinas, kepala sekolah dan guru.

Ujung-ujungnya, disetiap level birokrasi terjadi apa yang disebut sebagai

“tujuan menghalalkan segala cara” (The end justifes a mean). Tidak hanya itu, persebaran guru pun menjadi masalah tersendiri. Dalam

hitungan pusat, rasio guru dan siswa sudah ideal. Namun di lapangan,

daerah masih kekurangan guru. Ternyata ini diakibatkan sebaran

guru yang tidak merata, akibat tidak tegasnya daerah dalam

mendistribusikan sumber daya guru.

Masalah lainnya dalam otonomi daerah adalah disebabkan

rakyat dapat memilih langsung kepala daerahnya, maka yang terjadi

adalah kepemimpinan di pusat, provinsi dan daerah, cenderung tidak

sama, beragam. Konsekuensinya, mimpi presiden, tidaklah sama

dengan mimpi gubernur dan mimpi walikota/bupati. Ini diakibatkan

para pemimpin pusat dan daerah ini berasal dari partai yang berbeda,

yang menjadi rival dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala

daerah. Sehingga, visi Indonesia akan seperti apa nampak tidak

(23)

dalam mengatasi otonomi daerah ini adalah dengan mendorong

adanya revisi kajian undang-undang pemerintah daerah. Selain itu,

dalam konteks peningkatan mutu pendidikan, Marzuki Alie

mendorong adanya pembuatan standarisasi guru, untuk melengkapi

kompetensi-kompetensi minimal yang harus dimiliki guru.

Kedua, isu mengenai kepemimpinan. Marzuki Alie mensyaratkan seorang pemimpin harus mengetahui persoalan

bangsa secara detail, tidak hanya melihat masalah dari kulitnya.

Marzuki Alie menyitir ASEAN Community 2015 yang sama sekali tidak

nampak direspons oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan,

padahal ASEAN Community ini sesungguhnya menjadi ancaman bagi

warga Indonesia disaat publik Indonesia tidak siap dalam menghadapi

ASEAN Community ini. Bisa dibayangkan, siswa-siswa Indonesia yang

tidak dilengkapi sertifkasi keahlian, akan dikalahkan oleh siswa-siswa

dari negara-negara tetangga yang tidak hanya memiliki kemampuan

keterampilan, tetapi juga dilengkapi dengan sertifkasi.

Ketiga, Marzuki Alie mengkritisi kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. M. Nuh, yang dianggapnya terlalu kaku dan

cenderung berorientasi kepada perguruan tinggi negeri. Aturan

mengenai penyelenggaraan pendidikan, sesungguhnya tidak lagi

membedakan sekolah negeri dan swasta. Keduanya adalah sama,

(24)

sekitar 3100 ini menyumbang 80% dalam penghitungan Indeks

Pembangunan Manusia, sisanya 93 PTN hanya menyumbang 20%

saja. Mendikbud seringkali membuat kebijakan yang berkiblat kepada

perguruan tinggi negeri, tidak mampu mengubah mindset bahwa negara seharusnya mendukung masyarakat yang mendirikan sekolah

atau perguruan tinggi. Misalnya, peraturan menteri yang membatasi

usia dosen tetap non pns (dosen tetap yayasan) di usia 50 tahun,

yang menutup kemungkinan dosen-dosen pns saat pensiun bekerja

sebagai dosen tetap di swasta. Padahal pengalaman para dosen yang

senior ini sangat membantu bagi perguruan tinggi swasta, meski

mereka sudah pensiun. Dengan kata lain, birokrasi Indonesia ini

masih menjalankan tugasnya berdasarkan kebiasaan, bukan

berdasarkan hukum. Oleh karenanya, perlu suatu saat, menteri

pendidikan dan kebudayaan ini diangkat dari dosen perguruan tinggi

swasta.

Ketiga, isu mengenai Kementerian Riset dan Teknologi yang diberi wewenang untuk menjalankan perguruan tinggi, Marzuki Alie

menyebutkan bahwa setiap perubahan nomenklatur kementerian

beserta tugas pokok dan fungsinya, harus sepersetujuan dewan,

dengan mekanisme rapat-rapat komisi dan disahkan dalam rapat

(25)

dan industri kreatif, pendidikan dan kebudayaan, SBY segera

menghubungi ketua DPR untuk diminta persetujuannya. Disebabkan

pengumuman reshufe ini akan segera disampaikan kepada rakyat besok harinya, maka dewan melakukan rapat secara marathon,

hingga kemudian persetujuan dari dewan dapat dikeluarkan. Oleh

karenanya, wacana mengenai pemindahan wewenang pengelolaan

dan tanggung jawab pendidikan tinggi dari Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktrorat Pendidikan Tinggi, ke

Kementerian Riset dan Teknologi, sejauh ini tidak diwacanakan oleh

eksekutif kepada legislatif. Sehingga nampaknya, hal ini tidak akan

terjadi.

Pada bagian akhir, Marzukie Alie menyatakan bahwa sebagai

pemimpin yang negarawan, kesesuaian antara kebijakan dan fakta

yang terjadi di lapangan sangatlah penting, apalagi Indonesia

memiliki sejumlah potensi masalah yang membutuhkan pemikiran

dan pertimbangan yang mendalam untuk memecahkannya.

BAB IV. PENUTUP

Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi hasil

kunjungan ke DPR RI.

(26)

Berdasarkan hasil pertemuan dengan Ketua DPR RI, Dr. Marzuki Alie,

dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Kebijakan otonomi daerah yang dikeluarkan pada tahun 1999

masih jauh dari apa yang dicita-citakan, khususnya dalam

bidang kebijakan pendidikan.

2. Pemerintah selaku pembuat dan pelaksana kebijakan

seharusnya bersikap adil, tidak diskriminatif, terhadap

perguruan tinggi swasta yang bersama-sama berkontribusi

mewujudkan amanah konstitusi dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa.

3. Pemerintah seharusnya memiliki visi yang sama baik dari pusat

hingga ke daerah, terlebih lagi dalam merespons ASEAN-China

Community pada tahun 2015 mendatang.

4. Pemerintah bersama-sama dewan melakukan fungsi dan

kewenangannya untuk tujuan menciptakan masyarakat yang

berkeadilan di segala aspek kehidupan.

4.2 Rekomendasi

Adapun rekomendasi terkait dengan tindak lanjut kunjungan ini

adalah sebagai berikut.

1. Kegiatan kunjungan yang serupa perlu dilakukan kepada

(27)

jenderal (pejabat esalon I) sebagai sarana memberikan gagasan

hasil kajian kebijakan publik dalam pendidikan mahasiswa

program S-3 Ilmu pendidikan.

2. Hasil kunjungan ini bisa dijadikan sebagai referensi dan bahan

untuk penelitian desertasi mahasiswa yang tertarik dalam

Referensi

Dokumen terkait

Menjelang dan pasca perayaan hari raya Idul Fitri tahun 2016, pasokan dan distribusi bahan bakar minyak dan gas di Provinsi Jawa Tengah dalam kondisi yang

Kunjungan Kerja ini dalam rangka melaksanakan salah satu tugas Komisi VI DPR RI di bidang pengawasan yang menitikberatkan pada aspek pembangunan ekonomi yang dilaksanakan

Hubungan kerjasama yang telah dilakukan oleh kantor Arsip Daerah Provinsi Sultra sudah dilakukan tidak saja dengan lembaga kearsipan daerah lainnya, akan tetapi

Kunjungan kerja ini bertujuan untuk mendapatkan penjelasan secara langsung dari Pejabat Daerah di Sulawesi Utara mengenai implementasi undang-undang dan

Komisi VI DPR RI merekomendasikan kepada Mitra Kunjungan agar lebih memperhatikan UMKM-UMKM yang ada di Provinsi Kalimantan Utara ini khususnya agar bisa menerima

Dalam menjalankan fungsi pengawasan pada Masa Persidangan III Tahun Sidang 2021-2022, Komisi VI DPR RI telah melakukan kunjungan kerja spesifik ke BUMN Holding Ultra

Secara khusus, kunjungan ini bertujuan untuk mengetahui dampak Pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Provinsi Bali mengingat kondisi pandemi menyebabkan tekanan

1) Pembangunan jalan akses ke lokasi proyek Bandara Buntu Kunik. 2) Perbaikan kondisi jalan nasional yang rusak dan perbaikan dinding penahan longsor, khususnya jalan