• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pelatihan Penulisan Karya Tulis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pelatihan Penulisan Karya Tulis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

Ringkasan Metodologi Penyusunan Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa

Oleh : Dedi Merisa, SHI

As language distinguishes man from animal, So writing distinguishes civilized man from barbarian

1. Prolog

Kutipan redaksi di atas adalah pemeo dalam dunia antropologi, penulis ingin menegaskan bahwa menulis itu penting karena terkait erat dengan peradaban. Carlyle, Kant, Mirabeau dan Renan bahkan percaya dan meyakini bahwa penemuan tulisan benar-benar telah membentuk awal peradaban (Haris Sumadiria, 2009: v). Melalui tulisan, kita mengenal sejarah dan peradaban masa lalu, dan masa kini akan tetap dikenang oleh masa depan jika terekam dalam tulisan.

Salah satu ragam tulisan adalah karya ilmiah. Di perguruan tinggi, menulis karya ilmiah menjadi kewajiban bagi setiap civitas academika. Hal ini karena karya ilmiah adalah manifestasi dari penelitian yang merupakan bagian integral dari Tridharma Perguruan Tinggi. Dengan demikian maka, lemahnya budaya menulis karya ilmiah di perguruan tinggi adalah indikasi telah terjadi kepincangan dalam internalisasi Tridharma Perguruan Tinggi, atau dalam terminologi lain dapat disebut belum menjadi perguruan tinggi yang kafah.

Merefleksi realitas tersebut, maka menjadi penting untuk terus menggelorakan semangat meneliti dan menulis bagi seluruh civitas acedemika. Dalam terminologi fiqih, menulis karya ilmiah bagi mahasiswa adalah jihad dan hukumnya fadlu „ain. Bagi mahasiswa, karya tulis ilmiah harus dijadikan masterpiece, sehingga dalam produksinya harus memenuhi berbagai ketentuan yang agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Karena itulah maka pengetahuan tentang teknik penulisan karya tulis ilmiah menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap mahasiswa.

Tulisan ringkas ini berupaya memberikan stimulus bagi mahasiswa untuk dapat mengembangkan potensinya dalam bidang penulisan karya ilmiah dengan memberikan gambaran singkat tentang teknik penyusunan karya tulis ilmiah. Karena keterbatasan ruang dan waktu, maka penulis tidak mengkaji teknik penyusunan karya ilmiah secara komprehensif, namun hanya sekilas informasi dan petunjuk teknik secara ringkas tentang tata cara penulisan karya tulis ilmiah.

2. Definisi Karya Ilmiah

Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain

Disampaikan dalam Pelatihan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Tarbiyah

INISNU Jepara pada tanggal 10 April 2011 di Desa Jambu Barat Mlonggo Jepara.

(2)

sebelumnya. Karya ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekedar pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya (uang, alat, bahan) yang digunakan dalam penelitian. Untuk memenuhi standar ilmiah, sebuah karya harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah kriteria metodologis, dalam hal ini karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan metodologi ilmiah. Brotowidjojo (1985:8-9) mengemukakan bahwa “karya ilmiah adalah karya ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar”. Dengan demikian, penggunaan metodologi yang benar menjadi salah satu unsur terpenting dalam penyusunan karya ilmiah (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 1-6).

Dalam literatur lain, disebutkan bahwa karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan pada pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara sistematis menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang menyatakan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan kriteria ilmiah. (Maizuddin M. Nur, 2010).

3. Jenis Karya Ilmiah

Karya ilmiah mempunyai banyak jenis, tergantung pada penggunaannya. Ada yang berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian (research report), artikel untuk dimuat di majalah ilmiah, jurnal atau makalah untuk diseminarkan.

Dalam tulisan ini, penulis akan lebih banyak mendeskripsikan tentang karya ilmiah jenis makalah. hal ini karena makalah adalah jenis karya ilmiah yang paling banyak dibuat oleh mahasiswa.

Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan menjadi tiga macam, yaitu makalah deduktif, makalah induktif dan makalah campuran. Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoritis (pustaka) yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif adalah makalah yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah campuran adalah makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis digabungkan dengan data empiris yang relevan dengan masalah yang dibahas. Dalam pelaksanaannya, jenis makalah pertama merupakan jenis makalah yang paling banyak digunakan (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 97-98).

4. Kriteria Ilmiah

M. Nazir, (1988) menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun kriteria metode ilmiah adalah :

a. Berdasarkan fakta (bukan kira-kira, khayalan, legenda) b. Bebas dari prasangka (tidak subyektif)

c. Menggunakan prinsip-prinsip analisis (kausalitas & pemecahan masalah berdasarkan analisis yang logis)

d. Menggunakan hipotesis (sebagai pemandu jalan pikiran menuju pencapaian tujuan) e. Menggunakan ukuran obyektif (bukan berdasarkan perasaan)

(3)

Metode ilmiah juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

a. Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.

b. Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan buktibukti yang tersedia

c. Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.

d. Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

e. Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.

Nur Khoiri (2011) memaparkan bahwa suatu karya tulis disebut karya tulis ilmiah jika: (1) mempermasalahkan pengetahuan ilmiah, (2) penulisannya dijiwai oleh metode ilmiah, dan (3) memenuhi persyaratan tata cara penulisan keilmuan. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan ilmiah adalah bersifat dan berada pada kawasan keilmuan. Ilmu bagian dari pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Adapun metode ilmiah adalah cara berfikir sistematis, logis, rasional, objektif, berdasarkan fakta untuk menemukan, membuktikan, dan mengembangkan pengetahuan tertentu.

Sebuah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian, metode ilmiah digunakan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:

a. Melakukan observasi, menetapkan masalah dan tujuan b. Menyusun hipotesis

c. Menyusun rencana penelitian

d. Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan e. Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data

f. Menganalisa dan menginterpretasikan data

g. Merumuskan kesimpulan (teori) dan saran (Nur Khoiri, 2011)

5. Tahap Penyusunan Karya Ilmiah

Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan penyusunan karya ilmiah menurut Zaenal Arifin (2003) sebagaimana dikutip oleh Bambang Dwiloka dan Rati Riana (2005:9-24). Pada dasarnya, dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap, yaitu :

a. Persiapan

1) Pemilihan Topik/Masalah

Topik/Masalah adalah pokok pembicaraan. Dalam memilih topik/masalah, Arifin (2003:8) memberikan beberapa pertimbangan :

a) Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari kita karena hal itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.

b) Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.

c) Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam.

(4)

e) Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun serba sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.

f) Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan yang dapat memberikan informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis. Sember kepustakaan dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web, atau undang-undang.

2) Pembatasan Topik dan Penentuan Judul

Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk, kita tinggal menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan terbatas ataukah masih terlalu umum dan mengambang. Jika sudah dilakukan pembatasan topik, judul karya ilmiah bukanlah hal yang sulit ditentukan karena pada dasarnya langkah-langkah yang ditempuh dalam pembatasan topik sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul. Perbedaannya adalah pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah, sedangkan penentuan judul dapat dilakukan sebelum atau sesudah penulisan karya ilmiah. Jika sudah ada topik yang terbatas, karya ilmiah sudah dapat mulai digarap walaupun judul belum ada.

Selain dengan pembatasan topik, penentuan judul karya ilmiah dapat pula ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana dan kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus dijawab pada penentuan judul. Dalam sebuah judul, adakalanya dibatasi dengan memberi sub judul. Sub judul selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi sebagai penjelas atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti itu, antara judul utama dan sub judul harus dibubuhan tanda baca titik dua (:).

3) Pembuatan Kerangka Karya (outline)

Pada prinsipnya, penyusunan kerangka karangan karya adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Penyusun karya ilmiah dapat membuat ragaan buram, yakni ragaan yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi, atau dapat juga membuat ragaan kerja, yaitu ragaan yang sudah merupakan perluasan atau penjabaran dari ragaan buram. Tentu saja, jenis kedua memudahkan penyusunan untu mengembangkan karya (Moeliono, 1998:1; Arifin, 2003:15).

(5)

tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kemudian dalam bagian terakhir daftar isi dicantumkan tajuk bab simpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran (jika ada). Pada dasarnya, penulis karya ilmiah mempunyai hak prerogatif untuk menyusun daftar isinya sendiri. Akan tetapi, paling sedikit sebuah karya ilmiah berisi tiga bab, yaitu pendahuluan, isi atau analisis, dan penutup. Jika isi atau analisis itu agak luas, kita dapat memecah isu itu menjadi dua atau lebih bab sehingga kaya ilmiah menjadi empat bab atau lebih.

b. Pengumpulan Data

Dalam diskursus ilmu penelitian, data dapat dikumpulkan melalui pengamatan (observasi), wawancara atau eksperimen (percobaan). Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengumpulan data adalah :

1) Pencarian informasi/keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, surat kabar dan majalah yang relevan dengan topik tulisan.

2) Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan ditulis

3) Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti

4) Percobaan dan pengujian di lapangan atau di laboratorium

c. Pengorganisasian dan Pengonsepan

Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data tersebut. Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyusun menentukan data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun harus mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya, jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistic. Selanjutnya, penyusun dapat mulai mengonsep karya ilmiah itu dengan urutan dalam ragaan yang ditetapkan.

d. Pemeriksaan/Penyuntingan Konsep

Sebelum mengetik konsep, penyusun terlebih dahulu memeriksanya. Tentu ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan. Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup pemeriksaan isi karya dan cara penyajian karya, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan.

e. Penyajian/Pengetikan.

Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian dan kebersihan. Penyusun memperlihatkan tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah. Misalnya penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar, unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka.

6. Sistematika Karya Ilmiah

(6)

hanya akan mendeskripsikan sistematika penulisan karya ilmiah jenis makalah. Pertimbangannya, jenis makalah merupakan jenis karya ilmiah yang paling sering disusun oleh mahasiswa. Sehingga diharapkan akan lebih bermanfaat secara praktis.

Deskripsi tentang sistematika penulisan makalah berikut ini dikutip dari buku “Teknik Menulis Karya Ilmiah”karya Bambang Dwiloka dan Rati Riana.

Dari segi jumlah halaman, dapat dibedakan antara makalah panjang dan makalah pendek. Makalah panjang adalah makalah yang jumlah halamannya lebih dari 20 halaman. Secara garis besar, makalah panjang terdiri dari atas tiga bagian; yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.

Bagian Awal

Halaman Sampul Daftar Isi

Daftar Tabel dan Gambar (jika ada) Bagian Inti

Pendahuluan

Latar Belakang Penulisan Makalah Masalah atau Topik Bahasan Tujuan Penulisan Makalah Teks Utama

Penutup

Bagian Akhir

Daftar Rujukan Lampiran (jika ada)

Setiap bagian dari sistematika di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Bagian

Penjelasan

Halaman Sampul Dicantumkan judul makalah, keperluan atau maksud

ditulisnya makalah, nama penulis makalah dan tempat serta waktu penulisan makalah. Terkait dengan pembuatan judul makalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

(1) Judul harus mencerminkan isi makalah atau mencerminkan topik yang diangkat.

(2) Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa, bukan dalam bentuk kalimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak diakhiri dengan tanda titik (.).

(3) Judul makalah hendaknya singkat dan jelas, sebaiknya berkisar 5-15 buah kata.

(4) Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk mengetahui isinya. Namun, judul makalah harus tetap mencerinkan isi makalah.

Daftar Isi Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebih dari 20

(7)

Bagian

Penjelasan

isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan antarbagian dua spasi.

Daftar Tabel dan Gambar

Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama) dituliskan secara lengap. Jika tabel dan gambar lebih dari satu buah, sebaiknya penulisan daftar tabel dan gambar dilakukan terpisah, tetapi jika hanya terdapat sebuah tabel atau gambar, sebaiknya daftar tabel atau gambar disatukan dengan daftar isi makalah.

Bagian Inti Ada tiga macam cara penulisan yang dapat dipakai dalam

susunan bagian inti, yaitu :

(1) Penulisan dengan menggunakan angka (Romawi dan atau Arab),

(2) Penulisan dengan menggunakan angka yang dikombinasikan dengan abjad, dan

(3) Penulisan tanpa menggunakan angka maupun abjad

Pendahuluan Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan cara

seperti berikut :

(1) Setiap unsur bagian pendahuluan ditonjolkan dan disajikan sebagai subbagian.

(2) Semua unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan tidak dituliskan sebagai subbagian, sehingga tidak dijumpai adanya subbagian dalam bagian pendahuluan. Untuk menandai pergantian unsur, dapat dilakukan dengan pergantian paragraf.

Latar Belakang Butir-butir yang seyogyanya ada dalam latar belakang adalah

hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah. hal-hal dimaksud dapat berupa paparan teoretis atau pun paparan yang bersifat praktis, tetapi juga bukan alasan yang bersifat pribadi. Yang pokok, bagian ini harus dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah dan menunjukkan bahwa masalah atau topik tersebut memang perlu dibahas.

Masalah atau Topik Bahasan

Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakupi persoalan yang memerlukan penjelasan, deskripsi atau penegasan lebih lanjut. Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik adalah :

(1) Topik yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari segi praktis maupun segi teoritis dan layak untuk dibahas. (2) Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan

minat penulis.

(3) Topik yang dipilih haruslah dikuasai, dalam arti tidak terlalu asing atau terlalu baru bagi penulis.

(4) Bahan yang diperlukan sehubungan dengan topik tersebut memungkinkan untuk diperoleh

Tujuan Penulisan Makalah

Makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh seseorang dan yang sejenis dengan itu, tetapi lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai dengan penulisan makalah tersebut.

Teks Utama Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik

(8)

Bagian

Penjelasan

tiga topik, ada tiga pembahasan dalam bagian teks utama. Penulisan bagian teks utama dapat dikatakan sebagai inti kegiatan penulisan makalah. kemampuan seserang dalam menulis bagian teks utama makalah merupakan cerminan tinggi-rendahnya kualitas makalah yang disusun. Penulisan bagian teks utama yang baik adalah yang dapat membahas topik secara mendalam dan tuntas, dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pengertian mendalam dan tuntas ini tidak selalu berarti panjang dan bertele-tele. Dalam penulisan teks utama, hindarilah penggunaan kata-kata tanpa makna dan cara penyampaian yang melingkar-lingkar. Hindarilah kata-kata seperti : dan sebagainya, dan lain-lain (yang lain itu apa), yang sebesar-besarnya (seberapa besarnya).

Penulisan teks utama makalah dapat dilakukan setelah bahan penulisan makalah berhasil dikumpulkan. Bahan penulisan dapat berupa bahan yang bersifat teoritis (yang diperoleh dari buku teks, laporan penelitian, jurnal, majalah dan barang cetak lainnya) atau dapat juga dipadukan dengan bahan yang bersifat factual-empiris (yang terdapat dalam kehidupan nyata).

Penutup Bagian penutup berisi simpulan atau rangkuman pembahasan

dan saran (jika dipandang perlu). Bagian ini menandakan berakhirnya makalah. Penulisan bagian penutup dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.

(1) Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang telah dilakukan, tanpa diikuti dengan simpulan. Hal ini dilakukan karena masih belum cukup bahan untuk memberikan simpulan terhadap masalah yang dibahas, atau dimaksudkan agar pembaca menarik kesimpulan sendiri.

(2) Menarik simpulan dari apa yang telah dibahas pada teks utama makalah.

Selain itu, pada bagian ini juga dapat disertakan saran atau rekomendari sehubungan dengan masalah yang dibahas. Saran harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran yang dibuat haris eksplisit, kepada siapa saran ditujukan dan tindakan atau hal apa yang disarankan.

Daftar Rujukan Teknik penulisan daftar rujukan dibahas dalam materi teknik

notasi ilmiah dalam makalah ini.

Lampiran Bagian ini berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang

dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah. Bagian ini hendaknya juga bernomor halaman.

7. Teknik Penulisan

Materi tentang teknik penulisan karya ilmiah dalam tulisan ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi bagi mahasiswa S.1 INISNU Jepara tahun 2007. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :

(9)

b. Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas, sederhana, tepat dan langsung pada persoalan yang dibicarakan;

c. Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah, dengan huruf miring (italic), seperti kata istinbath al-ahkam (istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out), gugur gunung (gugur gunung);

d. Untuk menghindari subyektivitas, penulisan karya ilmiah tidak diperbolehkan menggunakan kata saya, aku, kami atau kita kecuali dalam kata pengantar;

e. Penulisan ayat al-Quran dan teks al-Hadist sesuai dengan aslinya, memperhatikan tanda-tanda baca yang tertera, disertai syakalnya dengan menggunakan mushaf Utsmâni serta menyebutkan nama surat dan nomor ayat untuk teks al-Quran dan nama perawi untuk teks al-Hadist.

8. Bentuk dan Format Penulisan

Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang berdeda-beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada siapa atau instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum bentuk dan format penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :

a. Naskah diketik dengan jenis huruf standard (Times New Roman) dengan ukuran/font 12 dan line spacing 1,5;

b. Karya ilmiah berbahasa Arab menggunakan font Traditional Arabic dengan huruf ukuran 18;

c. Kertas yang dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah adalah Kuarto (A4) ukuran 21 x 29,7 cm berat 70 – 80 gsm;

d. Batas margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm, sedangkan untuk karya ilmiah yang ditulis dengan Bahasa Arab maka margin kanan dan atas 4 cm, kiri dan bawah 3 cm;

e. Setiap satu lembar kertas kuarto hanya digunakan satu halaman saja (tidak bolak balik) diketik dengan spasi ganda, sedangkan karya ilmiah berbahasa Arab dengan jarak 1 spasi;

f. Alinea baru dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri bagi karya ilmiah yang berhuruf latin atau dari margin kanan bagi skripsi yang berhuruf Arab;

g. Judul karya ilmiah ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf dengan memperhatikan estetika penulisan.

h. Judul bab ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, sub judul bab ditulis dari tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan;

(10)

j. Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan angka arab (Tabel 1., Tabel 2., dst.);

k. Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-turut sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya; l. Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman, ditulis dalam Bahasa

Indonesia.

9. Teknik Notasi Ilmiah

a. Kutipan

1) Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu :

a) Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang

dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda bacanya. Kutipan langsung tidak dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan langsung dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting saja seperti definisi atau pendapat seseorang yang khas. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris, diketik biasa dalam teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik(“) dan diberi nomor kutipan yaitu dengan pola catatan kaki (footnote). Ini dimaksudkan jika diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan memudahkan pembaca. Kutipan yang lebih dari empat baris, diketik dengan masuk (menjorok) tujuh ketukan dan tidak dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan terjemah al-Qur’an dianggap seperti kutipan langsung, diketik 1 spasi meskipun kurang dari empat baris, tidak ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya;

b) Kutipan tak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil

isinya saja, seperti saduran, atau ringkasan. Dalam kutipan semacam ini, penulis tidak perlu memberi tanda petik, ditulis seperti teks biasa dengan menyebut sumber pengambilannya;

2) Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;

3) Kutipan dalam karya ilmiah diantaranya harus mencakup minimal satu sumber/buku yang berbahasa Arab dan satu sumber/buku berbahasa Inggris yang terkait dengan pokok bahasan, tidak termasuk kamus;

4) Kutipan Tafsir dan Hadist harus bersumber pada kitab asli (sumber primer). 5) Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs

dan menunjukkan print-outnya.

b. Catatan Kaki (footnote)

1) Catatan kaki merupakan catatan pada bagian kaki halaman teks yang menyatakan sumber sesuatu kutipan atau pendapat mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks;

2) Catatan kaki dapat berfungsi sebagai tambahan yang berisi komentar atau penjelasan yang dianggap tidak dapat dimasukkan di dalam teks;

3) Catatan kaki diketik satu spasi dan dimulai langsung dari margin kiri untuk tulisan latin dan margin kanan untuk tulisan Arab, dimulai pada ketukan kelima di bawah garis catatan kaki;

(11)

5) Cara penulisannya secara berurutan: nama pengarang (tanpa gelar dan tidak dibalik), koma, judul sumber/buku dengan huruf kapital setiap awal kata kecuali kata tugas, koma, jilid/juz, koma, kurung buka kemudian tempat/kota penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit kemudian kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, dan nomor halaman diakhiri dengan titik; 6) Judul buku dengan huruf miring (italic), kecuali berbahasa Arab maka ditulis

dengan huruf tebal (bold) dan halaman (ةحفص) bisa disingkat dengan hlm. atau

ص

. (dalam bahasa Arab), contoh :

1

Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21, (Yogyakarta: Safiria Insania Press dan UII, 2003), Cet. 1, hlm. 15. 7) Nama pengarang yang jumlahnya terdiri dari dua orang, maka kedua nama itu

ditulis. Apabila lebih dari dua orang hanya disebutkan nama pengarang yang pertama dan setelah tanda koma dituliskan singkatan et. al. ditulis dengan huruf miring (italic) atau dkk., atau نورخاو (dalam bahasa Arab). Contoh: Djaali, Pudji Mulyono dan Ramly, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta, 2000. Penulisan dalam footnote sebagai berikut :

2Djaali, et. al., Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PPS

Universitas Negeri Jakarta, 2000), hlm. 10.

8) Kumpulan karangan yang dirangkum oleh editor, yang dianggap pengarangnya atau yang dicantumkan dalam catatan kaki nama editor saja. Caranya dibelakang nama editor itu dicantumkan “(ed.)” dengan italic (ed.). Bila editornya lebih dari satu maka diberi tambahan “s” (eds.), sedangkan untuk bahasa Arab ditulis dengan .قيقحت Contohnya:

3Mastuhu (ed.), Penelitian Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1998), hlm. 125.

4Harun Nasution dan Azyumadi Azra (eds.), Perkembangan Modern dalam

Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 125.

9) Apabila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang sama maka

cukup dengan “Ibid.” (dicetak miring) atau عج رلا سفو (dicetak tebal

dalam bahasa Arab) tanpa menyebutkan halamannya lagi. Ibid. singkatan dari Ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Sedangkan bila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang berbeda, maka dalam catatan kaki ditulis: Ibid., lalu disebutkan halamannya, contoh:

5Sutrisno (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2001), hlm. 20,

6Ibid. (bila mengutip halaman yang sama).

7Ibid., hlm. 30. (bila mengutip pada halaman yang berbeda).

10) Apabila dari sumber tersebut dikutip lagi tetapi telah diselingi oleh kutipan dari sumber lain, maka pada catatan kaki ditulis: Nama pengarang, Judul buku / sumber (jika ada lebih dari satu buku), op.cit., (italic) atau عج رملا

(12)

Arab). Tanpa menyebutkan halaman. loc.cit. adalah singkatan dari “loco citato” yang artinya pada tempat yang telah dikutip. Contoh :

8Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),

hlm. 21.

9Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm.

65.

10Mustaqim, op.cit., hlm. 30. 11Fazlur Rahman, loc.cit.

11) Apabila buku itu berjilid dan yang digunakan lebih dari satu jilid, maka bila ingin menyebutkan lagi sumber yang terdahulu harus dicantumkan nama pengarang dan nomor jilidnya. Contoh :

12Harun Nasution,

Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1973), Cet. 3, hlm. 25.

13 Ibid., Jilid 2, hlm. 40.

14 Harun Nasution, op.cit., Jilid I, hlm.36 15Zamakhsyari Dhofier, kumpulan tulisan dari beberapa penulis, cara penulisannya sebagai berikut: nama penulis, koma, tanda petik (“), judul tulisan, tanpa petik (“), koma, dalam, nama editor, koma, judul buku, (italic), koma, kurung buka, tempat terbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit, kurung tutup, koma, dan halaman. Contoh:

17Abdurrohma Masud, “Pendidikan Islam Kontemporer: Problem

Utama, Tantangan dan Prospek”, dalam Ismail (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 278.

13) Kutipan yang berasal dari majalah ditulis sebagai berikut : nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama majalah ditulis italic, koma, volume, koma, nomor edisi, koma, bulan, koma, tahun terbit, koma dan nomor halaman.

Contoh:

18Novel Ali, “Kejahatan Sebagai Akibat Lumpuhnya Pendidikan

Moral”, Panji Masyarakat, XXXV, 789, April, 1994, hlm. 66.

14) Kutipan yang berasal dari surat kabar cara penulisannya sebagai berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama surat kabar ditulis miring, koma, tempat terbit, koma, tanggal, bulan dan tahun terbit, koma, diakhiri dengan nomor halaman sesuai sumbernya. Contoh:

19Abdurrohman Said, “Pendidikan Agama setengah Hati”,

Suara Merdeka, Semarang, 4 Juli 2003, hlm. VI.

(13)

tidak diterbitkan yang disingkat dengan “t.d.”sedangkan untuk Bahasa Arab ditulis dengan ط وطخع contoh:

20Nasirudin, “Asketisisme Hasan Al-Bashri (Tinjauan Sosio-Historis)”,

Tesis Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Yogyakarta: Perpustakaan Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000), hlm. 23, t.d.

16) Kutipan yang berasal dari buku / kitab yang asli dan terjemahnya, angka kutipan diletakkan di belakang terjemah; sedangkan kutipan yang berasal dari buku / kitab berbahasa asing tanpa terjemah maka angka kutipan diletakkan di belakang kutipan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan antara terjemahan dari penerjemah dan penulis sendiri.

17) Sumber kutipan yang tidak ada tempat terbitnya maka tempat terbitnya ditulis dengan singkatan tt.p. atau ناكم نودب (dalam Bahasa Arab), jika tidak ada penerbitnya maka nama penerbit ditulis dengan singkatan t.p. ( رش او نودب) dan jika tidak ada tahun terbitnya maka ditulis t.t atau خيرات نودب (dalam Bahasa Arab). Sedang untuk singkatan ةعبطلا menggunakan .ط , dan singkatan ءزجلا menggunakan huruf .ج

18) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai berikut : nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama situs koma, nomor halaman. Contoh :

21Ahmad Sapari, “Kurikulum Berbasis Kompentensi”,

http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml, hlm. 2.

c. Daftar Kepustakaan

1) Daftar pustaka, yang merupakan keterangan mengenai bahan bacaan yang dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi, ditempatkan diakhir skripsi dengan jarak satu (1) spasi dan tidak menggunakan nomor urut. Sedangkan jarak antara dua sumber pustaka satu setengah (1,5) spasi;

2) Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama pengarang (nama kedua), koma, nama lengkap (tanpa gelar), koma, judul buku dicetak miring (italic), koma, jilid atau volume, koma, tempat penerbitan, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, koma, nomor cetakan;

3) Penulisan nama pengarang disusun secara alfabetik dengan mendahulukan nama keluarga dan marga (kalau ada) atau nama belakang, dan diketik pada ketukan pertama. Untuk singkatan mengikuti nama terakhir. Bila informasi tentang buku/sumber rujukan itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan berikutnya diketik mulai ketukan kelima. Contoh :

Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1973, Cet. 3.

Sapari, Ahmad “Kurikulum Berbaris Kompetensi”, http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.

4) Apabila penulis terdiri dari dua orang, maka nama kedua-duanya ditulis, dihubungkan dengan kata dan, seperti Nashiruddin dan Karnadi. Apabila lebih dari dua orang, ditulis nama pertama dan diikuti kata dkk. (dan kawan-kawan) atau نورخاو (dalam bahasa Arab), seperti Nashiruddin dkk. (

(14)

5) Apabila ada dua karangan atau lebih berasal dari pengarang yang sama, maka nama pengarang dicantumkan satu kali, lainnya cukup diganti dengan garis sepanjang lima ketukan dari garis margin kiri (tulisan latin) dan margin kanan (bahasa Arab) dan diikuti oleh koma, dengan ketentuan mendahulukan sumber pustaka yang lebih dahulu penerbitannya.

Contoh :

Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1973, Cet. 3.

____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986.

6) Apabila berupa buku terjemahan maka ditulis pengarang yang asli, koma, judul buku, koma, kata terj. Atau ةمج رت (dalam bahasa Arab), nama penerjemah, koma, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit diakhiri dengan titik. Contoh :

Benda, Harry J., Bulan Sabit dan Matahari Terbit : Islam Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang, terj. Daniel Dhakidae, Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.

7) Jika penulis dan tahunnya sama, sedangkan judul bukunya berbeda maka dibelakang keterangan tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya sesuai dengan bulan terbit. Contoh :

Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1986a, Cet. 3.

____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986b.

8) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama situs, titik.

Contoh :

Sapari, Ahmad “Kurikulum Berbaris Kompetensi”,

http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.

10. Epilog

Sebagai catatan akhir, penulis ingin mengutip semangat mahasiswa jurnalis yang senantiasa didengungkan untuk menggelorakan semangat berkarya :

Menulislah agar dibaca orang, atau berbuatlah agar ditulis orang,

(15)

Daftar Pustaka

BAUAK INISNU Jepara, Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S1) INISNU Jepara, Jepara: INISNU Press, 2007

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana, Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, Cet. 1

Nazir, M., Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988

Singarimbun, M., Effendi, S., Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1995

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan Terintegrasi Percepatan Pembangunan Wilayah Papua Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Penguatan Ekonomi Lokal Berbasis Wilayah Adat Penataan Kelembagaan Hukum,

Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi

Pekerjaan yang harus dilaksanakan saat ini adalah pekerjaan Galian Batu pada tebing, namun sampai dengan saat ini peralatan Excavator-Breaker untuk melaksanakan

Dengan adanya norma demikian juga memiliki implikasi hukum terhadap pelaku dengan kelainan seksual seperti eksibisionis- me (tindakan sengaja mengekspos bagian seksual

Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang

Berpikir secara kronologis sangat diperlukan terutama dalam sejarah,agar runtutan peristiwa yang ada bisa tersusun secara rapi,logis,dan tidak menyimpang dari kejadian

Deskripsi Responden selain PT Finansia Multi Finance/kredit plus cabang manado, adakah responden yang berlangganan dengan perusahaan sejneis lainnya, Dari 90

Hubungan motivasi dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi di kelas XI SMA Tri Bhakti Pekanbaru diperoleh sebagai berikut: Motivasi dengan hasil