• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter IIIV Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton Di Pt Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter IIIV Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton Di Pt Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 Chapter III V"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

pada penelitian ini.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah PT. Wijaya Karya Beton Medan dengan

pertimbangan bahwa belum pernah sebelumnya dilakukan penelitian mengenai

hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian

produksi tulangan beton.

3.2.2 Waktu Penelitian

Dilakukan Pada Bulan Maret 2015 sampai dengan bulan oktober 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada bagian

perakitan PT Wijaya Karya Beton Medan berjumlah 36 orang.

3.3.2 Sampel

Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria yang diambil menjadi

(2)

1.) Pekerja yang sedang menjalani kerja shift pagi.

2.) Mengerjakan jenis yang sama.

3.) Pekerja dalam kondisi sehat dan bukan penderita suatu penyakit.

4.) Tidak terikat aktivitas kerja tambahan lainnya selain di lokasi penelitian.

Sampel yang dapat diambil adalah 24 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui

wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai data responden (identitas,

umur, masa kerja, status kawin). Untuk mengukur kelelahan kerja pada pekerja

menggunakan kuesioner perasaan kelelahan secara subjektif yaitu subjective self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee dan untuk produktivitas kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner produktivitas mengumpulkan

data produksi yang diperoleh dari hasil pencatatan pada data produksi perusahaan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder berupa data produksi perusahaan, tugas dan tanggungjawab

dan struktur organisasi perusahaan diperoleh dari pihak manajemen yang

(3)

3.5 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Indikator Variabel Independent

1. Kelelahan Kerja Kelelahan kerja adalah perasaan

kelelahan berupa keluhan dan gejala

subyektif yang dirasakan karena

pekerjaannya yang diukur dengan

kuesioner perasaan kelelahan secara

subjektif yaitu subjective self Rating Test

dari Industrial Fatique Research

Committee (Tarwaka, 2004).

1. Produktivitas kerja individu adalah

kinerja pekerja yang merupakan hasil

atau keluaran dari suatu proses. Data

tentang produktivitas kerja ini berupa

penilaian kerja dengan menggunakan

kuesioner produktivitas kerja

sebuah tim berupa banyaknya

tulangan beton yang dapat dihasilkan

sebuah tim yang disesuaikan dengan

target perusahaan yang ditetapkan

berdasarkan perencanaan produksi.

Hasil Produksi

Tulangan Beton.

(4)

3.6Aspek Pengukuran 3.6.1 Kelelahan kerja

Pengukuran tingkat kelelahan kerja dilakukan dengan menggunakan

kuesioner Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee

untuk mengukur tingkat perasaan lelah secara subyektif. Setiap pertanyaan

kuesioner menggunakan Skala Likert dan tingkat kelelahan pada pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari seluruh pertanyaan(Sugiyono, 2013).

Setiap pertanyaan akan diberikan katagorik jawaban yaitu Sangat Sering

(SS) dengan keterangan jika hampir setiap hari terasa lelah dalam seminggu,

Sering (S) dengan keterangan 3-4 hari terasa lelah dalam seminggu,

Kadang-Kadang (K) dengan keterangan 1-2 hari terasa lelah dalam seminggu, dan Tidak

Pernah (TP) dengan keterangan tidak pernah merasa lelah dalam seminggu.

Untuk pertanyaan dengan jawaban “Sangat Sering” diberi nilai 4,

“Sering” diberi nilai 3, untuk jawaban “ Kadang-Kadang” diberi nilai 2, untuk

jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1. Untuk jumlah nilai tertinggi adalah 120

dan jumlah nilai terendah adalah 30. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh

maka dapat diketahui tingkat kelelahan kerja yang dikategorikan sebagai berikut:

a) Rendah, bila responden memperoleh jumlah nilai 30-52.

b) Sedang, bila responden memperoleh jumlah nilai 53-75.

c) Tinggi, bila responden memperoleh jumlah nilai 76-98.

(5)

3.6.2 Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja dalam penelitian ini dilihat dalam dua hal yaitu :

produktivitas kerja secara kolektif dan produktivitas kerja secara individu.

a. Produktivitas Kerja Secara Individual

Produktivitas kerja secara individual diukur dengan menggunakan

kuesioner produktivitas kerja dengan memberikan penilaian terhadap tiap

pernyataan. Kusioner produktivitas individu terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap

pertanyaan kuesioner menggunakan Skala Likert dan produktivitas pada pekerja dikategorikan dengan menjumlahkan nilai dari seluruh pertanyaan (sugiyono,

2013).

Setiap pertanyaan akan diberi katagorik jawaban yaitu Baik, Cukup dan

Kurang. Pertanyaan dengan jawaban “Baik” diberi nilai 3, “Cukup” diberi nilai 2

dan “Kurang” diberi nilai 1. Untuk jumlah nilai tertinggi adalah 30 dan nilai

terendah adalah 10. Berdasakan jumlah yang diperoleh maka didapatkan tingkat

produktivitas kerja yang dikategorikan sebagai berikut :

a. Produktivitas Sesuai, bila responden memiliki jumlah nilai ≥ 22 atau ≥75%

dari jumlah nilai.

b. Produktivitas Tidak Sesuai, bila responden memiliki jumlah nilai < 22 atau

<75% dari jumlah nilai.

b. Produktivitas Kerja Secara Kolektif

Produktivitas kerja secara kolektif dilihat dari data hasil produksi

perusahaan dan di olah dalam lembar produktivitas kerja. Perusahaan

(6)

sebanyak 1560 tulangan beton. Produksi tulangan tersebut dikerjakan dalam enam

kelompok, maka untuk setiap minggunya produksi tulangan yang harus dicapai

adalah 260 tulangan beton dalam setiap kelompok.

Produktivitas tenaga kerja dikategorikan sebagai berikut:

a) Produktif, jika hasil rakitan tulangan beton 260 tulangan beton.

b) Tidak Produktif, jika hasil rakitan tulangan beton < 260 tulangan

beton.

3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup:

1) Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal

variabel-variabel independen dan dependen (Notoadmodjo, 2010).

Analisis univariat dalam penelitian ini berupa gambaran karakteristik

berupa umur, pendidikan, masa kerja, kelelahan kerja dan produktivitas

kerja.

2) Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan dua

variabel independen dengan dependen (Notoadmodjo, 2010). Analisis

(7)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Wijaya Karya Beton Medan 4.1.1 Deskripsi Umum Perusahaan

PT. Wijaya Karya didirikan pada tanggal 11 Maret 1960 berdasarkan keputusan

Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja No. 5 Tahun 1960 dengan nama

Perusahaan Bangunan Nagara Widjaja Karya, yang berasal dari Nasionalisasi

Perusahaan Pemborong milik Belanda bernama Naam Loze Vennootschap Technische Handel Maatscheppij En Bouwbedrijf Visen Co atau disingkat

NVVISENCo. Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 64 tanggal 29 Maret 1961 tentang Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Asing, Perusahaan

Bangunan Negara Wijaya Karya berubah menjadi Perusahaan Negara Wijaya

Karya. Dengan perkembangan perusahaan, maka pemerintah merubah status

perusahaan dari Perusahaan Negara Wijaya Karya menjadi Perusahaan Persero

Terbatas (PT) Wijaya Karya dalam Akta Notaris No. 110 tanggal 20 Desember

1972.

Tujuan mendirikan perusahaan ini didasarkan pada keikutsertaan dalam

melaksanakan program pemerintah dalam pembangunan ekonomi yang sehat dan

rasional, PT. Wijaya Karya telah tumbuh dari badan usaha kecil yang bergerak di

bidang usaha instalasi listrik menjadi perusahaan yang berusaha tumbuh pesat

dengan berbagai bidang usaha yang meliputi jasa konstruksi, realti, perdagangan

(8)

Pada tanggal 11 Maret 1997 Divisi Produk Beton PT. Wijaya Karya menjadi anak

perusahaan dengan nama PT. Wijaya Karya Beton berdasarkan Akta Notaris No.

44.

Saat ini PT. Wijaya Karya Beton adalah produsen tiang beton sentrifugal yang

terbesar di Indonesia, yang didukung oleh tujuh pabrik yang berlokasi di :

1. Pabrik Produk Beton Sumatera Utara, Kabupaten Binjai - Sumatera

Utara.

2. Pabrik Produk Beton Lampung, Natar - Lampung Selatan.

3. Pabrik Produk Beton Bogor, Cileungsi - Jawa Barat.

4. Pabrik Produk Beton Karawang, Jawa Barat.

5. Pabrik produk Beton Majalengka, Jati Wangi - Jabar.

6. Pabrik Produk Beton Boyolali, Mojosongo - Jawa Tengah.

7. Pabrik Produk Beton Pasuruan, Japanan - Jawa Timur.

8. Pabrik Produk Beton Sulawesi Selatan, Ujung Pandang.

Dengan pengalaman pembuatan beton pracetak yang terbesar di Indonesia, PT.

Wijaya Karya Beton tetap menjaga kepuasan pelanggan atas mutu, waktu dan

biaya atas hasil produk yang dihasilkan.

PT. Wijaya Karya Beton (PPB Sumut) ini terletak di jalan Medan – Binjai Km

15,5 Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dengan

luas area 48.000M2. Adapun pertimbangan didirikannya PT. Wijaya Karya Beton

dilokasi tersebut adalah :

1. Kemudahan untuk memperoleh bahan baku yang digunakan.

(9)

3. Kemudahan untuk perekrutan tenaga kerja.

PT. Wijaya Karya Beton (PPB Sumut) didalam menjalankan roda perusahaannya

memproduksi jenis beton sebagai berikut:

1. PC Piles (TI), yaitu produk beton yang berbentuk tiang pancang bulat yang

di gunakan untuk pondasi bangunan dan gedung bertingkat.

2. PC Piles (TL), yaitu produk beton yang berbentuk tiang listrik yang di

gunakan untuk menyangga kabel/kawat yang di aliri listrik dari

pembangkit ke konsumen.

3. Railway Concrete Products (RY), yaitu produk beton jalan rel yang

merupakan alas besi rel kereta api sehingga besi rel tidak langsung

menyentuh tanah.

4. Bridge Concrete Products (BR), yaitu produk beton untuk pondasi

jembatan.

5. Retaining Wall Concrete Products (RT), yaitu produk beton untuk dinding

penahan tanah.

6. Sheet Pile Beton, yaitu produk yang dipakai sebagai penahan pinggiran

sungai ataupun bendungan.

7. Panel atau Pagar Beton.

8. Jasa Angkutan dan Pemasangan.

(10)

4.1.2 Visi, Misi dan Strategi PT. Wijaya Karya Beton Medan

a) Visi

“Menjadi Perusahaan Terbaik Dalam Industri Beton Pracetak”

b) Misi

1. Memimpin pasar beton pracetak di Asia Tenggara.

2. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian

mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.

3. Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu tingkat

efesiensi, konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan kerja yang

berwawasan lingkungan.

4. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan

berkesinambungan.

5. Mengembangkan kompetensi dan kesejahterahan pegawai.

c) Sasaran Strategis

Nilai tingkat kesehatan perusahaan dalam setahun tidak boleh kurang dari

golongan sehat (berdasarkan Kepmen BUMN no. KEP-100/MBU/2002) yang

meliputi penilaian :

a. Aspek Keuangan

b. Aspek Operasional

c. Aspek Adsminitrasi.

(11)

a. Perusahaan tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan pemegang

saham berdasarkan asas-asas transparansi, keadilan, akuntabilitas,

pertanggungjawaban dan kemandirian.

b. Perusahaan mengutamakan pemenuhan persyaratan dan kepuasan

pelanggan dengan selalu meningkatkan mutu atas setiap hasil kerjanya.

c. Kerja sama dengan mitra kerja dilakukan dengan cara yang sehat dan

saling menguntungkan.

d. Profesionalisme menjadilandasan utama dalam pengelolaan sumber daya

manusia.

e. Perusahaan menerapkan manajemen resikopada setiap aktivitas

bisnisuntuk mendapatkan peluang usaha dan meminimalisasikan resiko

dan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta dampak

lingkungan dalam setiap kegiatan operasi.

4.1.3 Sruktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan mencerminkan kebijaksanaan yang

ditempuh untuk mengadakan pengawasan terhadap manusia, peralatan, fasilitas

lainnya yang terlibat di dalamnya demi tercapainya tujuan perusahaan yang telah

direncanakan dan ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya. Bentuk organisasi

yang digunakan oleh perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijaksanaan

perusahaan dalam mengorganisir bawahannya, karena itu dalam menetapkan

kebijaksanaan terlebih dahulu di tetapkan bentuk organisasi yang akan ditetapkan

(12)

Struktur organisasi perusahaan yang berlaku pada PT. Wijaya Kara Beton

Wilayah Penjualan I Medan Sumatera Utara adalah berbentuk garis lurus, dimana

terdapat fungsi staff sebagai pembantu pimpinan dan bertanggung jawab kepada

pimpinan serta adanya wewenang dan tanggung jawab yang mengalir dalam satu

garis lurus dan masing- masing Kasi atau Kepala Seksi bertanggung jawab atas

bagian yang ada dibawahnya. Adapun struktur organisasi PT. Wijaya Karya Beton

(13)

\

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan

(14)

4.1.4 Proses Persiapan Tulangan

Adapun material yang akan dirakit dicetakan terlebih dahulu dipersiapkan di

bagiantulangan dengan proses sebagai berikut:

1. Pemotongan PC Wire (cutting)

Besi spiral, besi beton dan PC Wire yang akan digunakan dipotong dengan mal

potong dengan ukuran panjang atau jumlah lilitan yang diinginkan.

2. Pengheadingan

Pengheadingan ini adalah merupakan pembentukan ujung PC Wire yang telah

dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan menjadi bulat (berkepala) agar

pada saat di stressing tidak lolos atau tersangkut pada plat sambung.

3. Pembuatan Spiral

Spiral digunakan sebagai tulangan dengan melilitkannya pada tulangan

prategangnya. Kawat spiral dipasang pada mesin penggulung, dan mesin

dioperasikan hingga jumlah lilitan sesuai dengan standar spesifikasi produksi

(SSP) dan di potong dengan alat potong besi secara manual.

4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Umur

Umur pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

No. Umur (Tahun) Frekuensi Presentase (%)

1 ≤30 13 54,2

2 >30 11 45,8

Total 24 100,0

Distribusi responden berdasarkan umur dibagi menjadi dua kategori berdasarkan

(15)

dan >30 tahun. Dari tabel diatas diketahui bahwa responden pada kelompok

umur ≤30 tahun yaitu 13 orang (54,2%) sedangkan kelompok umur >30 tahun

yaitu 11 orang (45%).

4.2.2 Pendidikan

Pendidikan terakhir pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun

2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

No. Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

1 SLTP 10 41,7

2 SLTA 14 58,3

Total 24 100,0

Dari tabel diatas diketahui bahwa responden dengan pendidikan terakhir

SLTP yaitu 10 orang (41,7%) sedangkan responden dengan pendidikan terakhir

SLTA yaitu 14 orang (58,3%).

4.2.3 Masa Kerja

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

No. Masa Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 ≤3 Tahun 16 66,7

2 >3 Tahun 8 33,3

Total 24 100,0

Distribusi responden berdasarkan masa kerja dibagi menjadi dua kategori

berdasarkan nilai median yang didapatkan yaitu 3 tahun sehingga dikategorikan

menjadi masa kerja ≤3 tahun dan masa kerja >3 tahun. Dari tabel diatas

diketahui bahwa responden pada kelompok masa kerja ≤3 tahun yaitu 16 orang

(16)

4.3 Hasil Univariat

4.3.1 Gambaran Kelelahan Kerja

(17)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Menurut International F atigue Research Commite Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

No Gejala Kelelahan Kerja

Sangat

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)

- - - - 11 45,8 13 54,2

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

15 Sulit untuk memusatkan perhatian

20 Tidak dapat tekun dalam bekerja

- - - - 1 4,2 23 95,8

21 Sakit kepala - - - - 15 62,5 9 37,5

22 Bahu terasa kaku 1 4,2 5 20,8 14 58,3 4 16,7

23 Merasa nyeri dibagian punggung

1 4,2 3 12,5 12 50,0 8 33,3

24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

1 4,2 - - 4 16,7 19 79,2

30 Merasa kurang sehat - - 1 4,2 8 33,3 15 62,5

(18)

Dari tabel diatas diketahui bahwa gejala kelelahan yang dirasakan responden

terbanyak pada kategori sangat sering adalah gejala merasa haus sebanyak 24

orang (100%), kategori sering adalah gejala merasa lelah diseluruh tubuh 8 orang

(33,3%), kategori kadang-kadang adalah merasa ingin berbaring 18 orang (75%)

dan kategori tidak pernah adalah tidak dapat tekun dan suara serak masing-masing

23 orang (95,8%).

Kelelahan kerja pada pekerja bagian tulangan PT. Wijaya Karya Beton

Medan Tahun 2015 dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Kelelahan ringan 14 58,3

2 Kelelahan Sedang 10 41,7

Total 24 100,0

Dari tabel diatas diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada

kategori kelelahan ringan yaitu 14 orang (58,3%), sedangkan pada kategori

(19)

4.3.2 Gambaran Kelelahan Kerja dilihat berdasarkan kelompok

Tabel 4.6. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International F atigue Research Commite Pada Pekerja Kelompok I

No Gejala Kelelahan Kerja

Sangat

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)

- - - - 3 50,0 3 50,0

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

15 Sulit untuk memusatkan perhatian

20 Tidak dapat tekun dalam bekerja

- - - 6 100

21 Sakit kepala - - - - 4 66,7 2 33,3

22 Bahu terasa kaku - - 2 33,3 2 33,3 2 33,3

23 Merasa nyeri dibagian punggung

- - 1 16,7 3 50,0 2 33,3

24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

- - - - 1 16,7 5 83,3

30 Merasa kurang sehat - - - - 4 66,7 2 33,3

(20)

Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok I

adalah merasa lelah seluruh tubuh (50%)pada kategori sering dan kepala terasa

berat, pikiran kacau, sulit memusatkan perhatian (83,3%) pada kategori

kadang-kadang.

Tabel 4.7. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok I

No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Kelelahan ringan 4 66,7

2 Kelelahan Sedang 2 33,3

Total 6 100,0

Dari tabel diatas diketahui bahwa pada kelompok I responden yang mengalami

(21)

Tabel 4.8. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International F atigue Research Commite Pada Pekerja Kelompok II

No Gejala Kelelahan Kerja

Sangat

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)

- - - - 4 66,7 2 33,3

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

15 Sulit untuk memusatkan perhatian

20 Tidak dapat tekun dalam bekerja

- - - - 1 16,7 5 83,3

21 Sakit kepala - - - - 6 100 - -

22 Bahu terasa kaku 1 16,7 2 33,3 3 50,0 - -

23 Merasa nyeri dibagian punggung

1 16,7 2 33,3 3 50,0 - -

24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

1 16,7 - - 1 16,7 4 66,7

30 Merasa kurang sehat - - 1 16,7 1 16,7 4 66,7

(22)

Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok II

adalah bahu terasa kaku, perasaan nyeri dipunggung,dan merasa lelah seluruh

tubuh (33,3%) pada kategori sering dan kepala terasa berat, dan merasa pusing

(100%) pada kategori kadang-kadang.

Tabel 4.9. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok II

No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Kelelahan ringan 2 33,3

2 Kelelahan Sedang 4 66,7

Total 6 100,0

Dari tabel diatas diketahui bahwa pada kelompok II responden yang mengalami

(23)

Tabel 4.10. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International F atigue Research Commite Pada Pekerja Kelompok III

No Gejala Kelelahan Kerja

Sangat

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)

- - - - 4 66,7 2 33,3

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

15 Sulit untuk memusatkan perhatian

20 Tidak dapat tekun dalam bekerja

- - - - 6 100

21 Sakit kepala - - - - 3 50,0 3 50,0

22 Bahu terasa kaku 6 100

23 Merasa nyeri dibagian punggung

4 66,7 2 33,3

24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

- - 1 16,7 5 83,3

30 Merasa kurang sehat - - 3 50,0 3 50,0

(24)

Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok III

adalah merasa lelah seluruh tubuh (50%) pada kategori sering dan bahu terasa

kaku dan sulit memusatkan perhatian (100%) pada kategori kadang-kadang.

Tabel 4.11. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok III

No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Kelelahan ringan 2 33,3

2 Kelelahan Sedang 4 66,7

Total 6 100,0

Dari tabel diatas diketahui bahwa pada kelompok III responden yang mengalami

(25)

Tabel 4.12. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International F atigue Research Commite Pada Pekerja Kelompok IV

No Gejala Kelelahan Kerja

Sangat

7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)

- - - - 1 16,7 5 83,3

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

15 Sulit untuk memusatkan perhatian

20 Tidak dapat tekun dalam bekerja

- - - - 6 100

21 Sakit kepala - - - - 2 33,3 4 66,7

22 Bahu terasa kaku 1 16,7 3 50,0 2 33,3

23 Merasa nyeri dibagian punggung

2 33,3 4 66,7

24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

- - 1 16,7 5 83,3

30 Merasa kurang sehat - - 6 100

(26)

Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok IV

adalah merasa ingin berbaring dan kelopak mata terasa berat (83,3) pada kategori

kadang-kadang.

Tabel 4.13. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok IV

No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Kelelahan ringan 6 100,0

Total 6 100,0

Dari tabel diatas diketahui bahwa pada kelompok IV responden yang mengalami

kelelahan ringan 6 orang (100%).

4.3.4 Produktivitas Kerja Individual

Produktivitas Kerja Individual pada pekerja bagian tulangan PT. Wijaya Karya

(27)

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kuesioner Produktivitas

1 Upaya mencapai sasaran/hasil dilihat

dari pencapaian target yang

ditetapkan perusahaan.

14 58,3 9 37,5 1 4,2

2 Upaya menyelesaikan tugas yang

diberikan tepat waktu. 12 50,0 10 41,7 2 8,3

3 Dapat mengatasi masalah dengan

melakukan evaluasi atas

pekerjaannya.

5 20,8 16 66,7 3 12,5

4 Upaya meningkatkan kualitas kerja dengan tidak melakukan kesalahan-kesalahan kerja.

8 33,3 13 54,2 3 12,5

5 Melaksanakan dan mengendalikan

pekerjaan. 13 54,2 10 41,7 1 4,2

6 Memahami rencana kerja yang

mencakup aspek alat, pelaksanaan dan tugas.

15 62,5 8 33,3 1 4,2

Aspek Kemampuan

1 Kemampuan kerjasama. 10 41,7 13 54,2 1 4,2

2 Kemampuan inisiatif. 5 20,8 18 75,0 1 4,2

3 Konsistensi dalam melaksanakan

pekerjaan. 14 58,3 7 29,2 3 12,5

4 Kemampuan analitis dan konseptual

dalam perencanaan pekerjaan. 9 37,5 14 58,3 1 4,2

Distribusi produktivitas kerja individu dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Secara Individual Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

No. Produktivitas

Dari tabel diatas diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada

kategori Produktivitas sesuai yaitu 16 orang (66,7%), sedangkan pada kategori

(28)

Produktivitas Kerja Kolektif pada pekerja bagian tulangan PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 dapat dilihat dari tabel

berikut :

Tabel 4.16 Tabel Pengamatan Produktivitas Kerja Kolektif (Kelompok)

Kelompok 1

No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu

1 Gunawan

46 51 50 53 41 29 270 260

2 Toni

3 Basriadi

4 Surya

5 Nico

6 Aryo Bagus

Kelompok 2

No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu

1 Agus Pramuji

40 38 35 58 59 33 263 260

2 Aris

3 Yudi

4 Irawan

5 Indra Gunawan

(29)

No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu

1 Andre

46 35 45 55 47 33 261 260

2 Surya Herman

3 Budiono

4 Herdianto

5 Suherman

6 Sudarmadi

Kelompok 4

No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu

1 Sony

47 52 48 45 40 30 262 260

2 Bayu

3 Yudi S

4 Khairul Anwar

5 Fery Purba

6 Edi

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua kelompok mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan melalui

perencanaan produksi, akan tetapi pada saat dilapangan ditemukan bahwa dalam menyelesaikan target produksi kelompok 2 dan

(30)

Hal ini dikarenakan didalam memproduksi beton perusahan hanya memproduksi

berdasarkan pesanan dari pihak konsumen bukan memproduksi beton untuk

mempersiapkan “stock” yang berarti perusahan harus menyelesaikan pesanan

beton sesuai kesepakatan waktu kedua belah pihak. Berdasarkan keterangan diatas

kelompok 2 dan kelompok 3 dapat dikategorikan kedalam produktivitas tidak

sesuai.

Distribusi produktivitas kerja kolektif dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Secara Kolektif Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

No. Produktivitas

Dari tabel diatas diketahui bahwa responden pada kategori produktivitas

sesuai yaitu 2 kelompok (50,0%), sedangkan pada kategori produktivitas tidak

sesuai terdapat 2 kelompok (50,0%).

4.4 Hasil Uji Bivariat

4.4.1 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Individu Tabel 4.18 Tabel Silang Antara Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa pada kelelahan

kerja ringan terdapat 12 orang pekerja (50,0%) dengan produktivitas kerja yang

(31)

(16,7%) dengan produktivitas kerja yang sesuai. Sementara, kelelahan kerja

ringan dengan produktivitas kerja yang tidak sesuai terdapat 2 orang (8,3%) dan

pada kelelahan kerja sedang dengan produktivitas yang tidak sesuai terdapat 6

orang (25%).

Pada hasil uji Rank Spearman antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja diketahui nilai koefisien 0,435 dengan nilai negatif dan nilai p = 0,034 dimana p <

0,05 yang hai ini berarti ada hubungan antara kelelahan kerja dengan

produktivitas kerja individu pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT.

Wijaya Karya Beton Medan tahun 2015.

4.4.2 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Kolektif

Hubungan antara dua variabel tidak dapat dilakukan dengan uji statistika karena

kedua variabel memiliki ukuran yang berbeda. Kelelahan kerja yang diukur

dengan kuesioner Internasionel Fatique Research Committe (IFRC) merupakan kelelahan kerja individual dan tidak dapat transpormasikan kedalam ukuran

kelompok (kolektif) sedangkan produktivitas kerja disini merupakan produktivitas

(kelompok) kolektif. Variasi distribusi responden antara kelelahan kerja dengan

produktivitas kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.19. Gambaran Kelelahan Kerja dan Produktivitas Kerja Kolektif pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Tahun 2015.

(32)

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa produktivitas kerja kolektif yang tidak sesuai

ditemukan pada kelompok yang memiliki pekerja yang mengalami kelelahan

kerja sedang lebih banyak daripada kelelahan kerja ringan, sedangkan pada

kelompok yang pekerjanya lebih sedikit mengalami kelelahan kerja sedang

daripada kelelahan kerja ringan masih menunjukkan produktivitas kerja kolektif

(33)

69 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Kelelahan Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

Dari data hasil penelitian dapat diketahui bahwa kelelahan kerja yang

dialami pekerja bagian produksi tulangan yaitu pada kelelahan kerja ringan

sebanyak 14 orang (58,3%) dan kelelahan kerja sedang sebanyak 10 orang

(41,7%). Kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja dikarenakan proses kerja yang

dilakukan merupakan proses kerja fisik, hal ini dapat dilihat dari proses

pengerjaan tulangan yang melalui beberapa tahap mulai dari pemotongan besi,

pembentukan ujung besi yang membutuhkan ketelitian, dan proses perakitan

tulangan hingga membentuk kerangka besi yang siap dicetak menjadi beton.

Pemotongan besi dilakukan dengan cara mengurai gulungan besi untuk

dapat disesuaikan posisinya ke alat pemotongan besi. Pada proses ini pekerja akan

merasa bahu terasa kaku karena dalam pemotongan besi membutuhkan kekuatan

dari kedua tangan dan dibantu dengan kekuatan tubuh bagian atas (bahu,

punggung). Besarnya penggunaan tenaga saat melakukan aktivitas tentu akan

berpengaruh pada kekuatan dan daya tahan tubuh untuk melaksanakan aktivitas

tersebut. Semakin besar tenaga yang dituntut oleh pekerjaan tersebut berarti

kekuatan dan daya tahan tubuh untuk menangani pekerjaan tersebut akan semakin

rendah pula (Sutalaksana, 2005).

Selanjutnya pada proses pembentukan ujung besi dilakukan dengan mesin,

disini pekerja dituntut untuk teliti dalam pengerjaannya karena apabila salah

(34)

besi. Pembentukan ujung besi ini membutuhkan perhatian, prosesnya yang singkat

akan tetapi dilakukan secara berulang-ulang. Kegiatan-kegiatan yang monoton

menjadi penyebab timbulnya kelelahan walaupun sesungguhnya beban kerja tidak

seberapa (Suma’mur, 2009).

Secara umum kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja bagian produksi

ini ditandai dengan gejala-gejala umum pelemahan fisik dan pelemahan kegiatan

pada kelelahan kerja yang secara umum dirasakan seperti merasa haus, merasa

lelah diseluruh tubuh, rasa ingin berbaring, bahu terasa kaku dan gejala lainnya.

Hal ini sangat mungkin terjadi karena pekerjaan yang dilakukan pekerja

merupakan pekerjaan fisik yang sebagian besar dengan sikap kerja yang

berubah-ubah dengan rentan waktu yang cukup singkat dan hampir seluruh proses kerja

tulangan beton ini dikerjakan menggunakan kedua tangan. Proses kegiatan

pekerjaan seperti ini dapat menimbulkan pembebanan otot secara statis yang dapat

menyebabkan kelelahan. Gejala-gejala yang demikian membuat seseorang

menghentikan pekerjaannya sebagaimana halnya pelemahan fisik dan pelemahan

kegiatan itu yang mengakibatkan tenaga kerja yang bekerja fisik menghentikan

kegiatannya (Suma’mur PK 2009).

Secara keseluruhan pekerja merasakan haus ketika bekerja hal ini karena

pekerjaan dilakukan diruangan terbuka yang menggunakan atap, lingkungan luar

akan memberi pengaruh kepada lingkungan kerja yang ada baik cuaca sedang

panas ataupun dingin. Meskipun demikian perusahaan menyediakan container air putih untuk pekerja yang dapat digunakan kapan saja karena letaknya yang tidak

(35)

Kelelahan kerja pada pekerja juga ditandai dengan adanya pelemahan

motivasi seperti rasa cemas terhadap sesuatu, sulit memusatkan perhatian dan

gejala lainnya. Rasa cemas terhadap sesuatu merupakan perasaan yang paling

sering mucul pada pekerja, berdasarkan data penelitian dalam kategori sering rasa

cemas terhadap sesuatu merupaka nilai paling tinggi. Dari keterangan yang

ditambahkan oleh pekerja rasa cemas yang dirasakan pekerja berupa rasa cemas

terhadap pencapaian target tulangan perharinya. Sebab-sebab psikologis seperti

tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik-konflik memberi pengaruh yang

seakan-akan terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah

(Sutalaksana,2005).

Kelelahan kerja juga seringkali terjadi akibat ketidakseimbangan masukan

sumber kelelahan (beban kerja) dengan besarnya proses keluaran yang berupa

pemulihan. Proses pemulihan dapat dicapai dengan menggunakan waktu istirahat

dengan sebaik-baiknya. Pekerja yang tidak dapat memamfaatkan waktu istirahat

dengan sebaik-baiknya ketika akan bekerja kembali akan mudah mengalami

perasaan kelelahan.

Gejala-gejala pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan pelemahan

fisik tersebut menyebabkan kelelahan seperti berkumpul didalam tubuh dan

(36)

5.2 Produktivitas Kerja Individu pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

Produktivitas kerja individu pada pekerja bagian produksi tulangan ini

dilihat dalam dua aspek yaitu aspek karya dan aspek kemampuan. Aspek karya

terdiri atas kuantitas, kualitas, ketepatan waktu dalam menyelesaikan

pekerjaannya sedangkan aspek kemampuan terdiri atas inisiatif, konsistensi,

perencanaan dan kerjasama tim. Menurut Yuniasih dan Suwanto (2008) bahwa

produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama yaitu produktivitas fisik dan

produktivitas nilai. Produktivitas fisik dapat diukur dari aspek kuantitas dan

kualitas produk yang dihasilkan, sedangkan produktivitas nilai dapat diukur atas

dasar nilai-nilai kemampuan sikap, perilaku, disiplin, motivasi, kerjasama dan

komitmen terhadap pekerjaannya.

Dari hasil penelitian terdapat 16 pekerja dengan produktivitas yang sesuai

dan 8 pekerja dengan produktivitas kerja yang tidak sesuai. Persentase pekerja

dengan produktivitas sesuai lebih banyak dari pada produktivitas yang tidak

sesuai, hal ini memang terlihat pada hasil olah data dari kuantitas pencapaian baik

dari segi jumlah dan waktu pada kategori baik terdapat masing-masing <50% dari

24 orang dan kategori cukup terdapat masing-masing <35% dari 24 orang.

Produktivitas tidak sesuai ditunjukkan dengan nilai paling tinggi pada

kategori kurang adalah konsistensi pekerja, pada kategori cukup kemampuan

insiatif, kemampuan kerjasama dan tidak melakukan kesalahan-kesalahan

merupakan distribusi paling banyak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

(37)

atasan maupun rekan kerja (Simanjuntak, yang dikutip dalam buku Manajemen

Sumber Daya oleh Sutrisno, 2009).

5.3 Produktivitas Kerja Kolektif pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pekerja dengan produktivitas

sesuai terdapat pada kelompok 1 dan kelompok 4 yaitu 12 orang (50%) dikatakan

produktivitas sesuai karena didalam satu minggu (6 hari kerja) pekerja pada

kelompok 1 dan kelompok 2 karena telah mencapai target yang ditetapkan dalam

perencanaan produksi. Produktivitas merupakan hasil perbandingan pelaksanaan

sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian

pada sasaran atau tujuan (Sinungan, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa

produktivitas kelompok 1 dan kelompok 4 sudah sesuai dengan sasaran

pencapaian yang ditetapkan perusahaan.

Produktivitas kelompok 2 dan kelompok 3 dikatakan tidak sesuai karena

didalam menyelesaikan target produksi tulangan dengan tepat waktu kelompok 2

dan kelompok 3 mendapatkan tambahan pekerja, hal ini juga dilakukan agar

produksi beton diperusahaan tetap stabil. Produktivitas dikatakan meningkat bila

keluaran tetap dan masukan menurun (Sinungan, 2005). Pada kelompok 2 dan

kelompok 3 keluaran (banyaknya tulangan yang dikerjakan) tetap dan masukan

(pekerja) bertambah, hal ini menunjukkan adanya penurunan produktivitas atau

(38)

5.4 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Individu pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan 2015

Berdasarkan Uji Rank Spearman antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja diketahui nilai p < 0,05, artinya ada hubungan kelelahan kerja

dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT.

Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.

Kelelahan kerja yang terjadi berakibat kepada penurunan daya kerja dan

berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Perasaan lelah yang secara terus-

menerus dapat menyebabkan seseorang menghentikannya pekerjaanya atau

mengambil waktu istirahat. Kelelahan yang semakin bertambah sangat

mengganggu kelancaran pekerjaannya dan juga dapat berefek buruk kepada

tenaga kerja. Kelelahan kerja yang terjadi akan menunjukkan gejala

berkurangnya kekuatan manusia melakukan sesuatu. Berkurangnya kekuatan

bergerak (baik rohani ataupun jasmani) akan memberi pengaruh mengurangi

kinerja kerja yang dicapai (Suma’mur PK, 2009).

Menurut Hanida Rahmawati (1998) yang mengutip pendapat Grandjean,

kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan

penurunan kesiagaan, kapasitas dan efisiensi kerja, ketrampilan, motivasi serta

peningkatan kecemasan atau kebosanan yang dapat berakibat pada peningkatan

kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar kerja, kecelakaan kerja, dan penurunan

(39)

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambar (2006)

pada tenaga kerja di bagian penjahitan perusahaan garmen menunjukkan adanya

hubungan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja.

5.5 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Kolektif pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan 2015

Hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja kolektif tidak dapat

ditunjukkan dengan uji statistika karena kedua variabel memiliki ukuran yang

berbeda, sehingga hanya dihasilkan gambaran mengenai variasi distribusi

responden antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja kolektif. Dari

gambaran yang dihasilkan dapat diketahui bahwa produktivitas kerja kolektif

sesuai ditemukan pada kelompok yang pekerjanya dengan kelelahan kerja ringan

lebih banyak dari pada pekerja dengan kelelahan kerja sedang sebaliknya

produktivitas kerja kolektif yang tidak sesuai di temukan pada kelompok yang

pekerjanya mengalami kelelahan kerja sedang lebih banyak dibanding pekerja

dengan kelelahan kerja ringan.

Kelelahan kerja menunjukkan penurunan daya kerja dan ketahanan tubuh

untuk bekerja. Pada kelompok produktivitas kerja yang tidak sesuai ditemukan

pekerja lebih banyak mengalami kelelahan kerja sedang, hal ini tentu akan

memberi pengaruh kepada produktivitas kolektif karena menurunnya kemampuan

untuk bekerja. Penurunan kemampuan kerja ini ditandai dengan lebih kecilnya

(40)

76 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja di PT.

Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015, dapat disimpulakan sebagai berikut:

1. Pekerja yang memiliki kelelahan kerja kategori kelelahan ringan sebanyak

14 orang pekerja (58,3%) dan kelelahan kerja sedang sebanyak 10 orang

pekerja (41,7%). Kelelahan kerja yang terjadi akibat proses kerja yang

monotonis dan kurang optimalnya proses pemulihan.

2. Pekerja yang memiliki produktivitas kerja individu sesuai sebanyak 16

orang pekerja (66,7%) dan produktivitas kerja individual tidak sesuai

sebanyak 8 orang (33,3%).

3. Pekerja yang memiliki produktivitas kerja kolektif sesuai sebanyak 2

kelompok (50%) dan produktivitas kerja kolektif tidak sesuai sebanyak 2

kelompok (50%).

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan

produktivitas kerja individu.

6.2 Saran

1. Bagi Pekerja

a. Membiasakan diri melakukan peregangan otot seperti menggerakkan

anggota tubuh yang sakit guna mengurangi rasa lelah akibat kegiatan

kerja minimal dua jam kerja.

(41)

2. Bagi perusahaan

Pihak perusahaan disarankan meninjau kembali kegiatan kerja bagian

tulangan dalam upaya mengurangi pengerjaan fisik yang dilakukan

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan
Tabel 4.1.  Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
Tabel 4.2.  Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Peubah tanaman perkebunan karet yang mempengaruhi nilai backscatter citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter adalah ukuran diameter tanaman rata-rata dan luas bidang dasar (lbds)

 Untuk anak yang masih sekolah minta surat keterangan dari sekolah atau salinan kartu pelajar yang masih berlaku..  Bukti keuangan 3 bulan terakhir dari yang bersangkutan,

Kelaparan yang sebelumnya hanya menjadi bagian dari fenomena kemiskinan, yang sudah lebih dulu ada sejak bahkan sebelum bangsa Amerika terbentuk, kini

1) Kemiskinan (Proper) Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan semula adalah kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhankebutuhan pokok.

Seperti halnya kepentingan nasional ekonomi Amerika Serikat yang menginginkan hegemoni di kawasan Asia Selatan sebagai kekuatan ekonomi nomor satu dikawasan

Banyak  praktisi  bertanya‐tanya  ”apakah  ada  tempat  bagi  teknologi  informasi  untuk  dapat  berperan  aktif  dalam  mempromosikan  demokrasi  di 

Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memiliki uang ( money ), barang ( goods ), atau jasa ( service ) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan haraan dari

Hal ini menunjukkan perlu adanya pengkajian dari peran Balai KSDA berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam hayati dan pengendalian perdagangan satwa liar