37 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
pada penelitian ini.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah PT. Wijaya Karya Beton Medan dengan
pertimbangan bahwa belum pernah sebelumnya dilakukan penelitian mengenai
hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian
produksi tulangan beton.
3.2.2 Waktu Penelitian
Dilakukan Pada Bulan Maret 2015 sampai dengan bulan oktober 2015.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada bagian
perakitan PT Wijaya Karya Beton Medan berjumlah 36 orang.
3.3.2 Sampel
Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria yang diambil menjadi
1.) Pekerja yang sedang menjalani kerja shift pagi.
2.) Mengerjakan jenis yang sama.
3.) Pekerja dalam kondisi sehat dan bukan penderita suatu penyakit.
4.) Tidak terikat aktivitas kerja tambahan lainnya selain di lokasi penelitian.
Sampel yang dapat diambil adalah 24 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai data responden (identitas,
umur, masa kerja, status kawin). Untuk mengukur kelelahan kerja pada pekerja
menggunakan kuesioner perasaan kelelahan secara subjektif yaitu subjective self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee dan untuk produktivitas kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner produktivitas mengumpulkan
data produksi yang diperoleh dari hasil pencatatan pada data produksi perusahaan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder berupa data produksi perusahaan, tugas dan tanggungjawab
dan struktur organisasi perusahaan diperoleh dari pihak manajemen yang
3.5 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Indikator Variabel Independent
1. Kelelahan Kerja Kelelahan kerja adalah perasaan
kelelahan berupa keluhan dan gejala
subyektif yang dirasakan karena
pekerjaannya yang diukur dengan
kuesioner perasaan kelelahan secara
subjektif yaitu subjective self Rating Test
dari Industrial Fatique Research
Committee (Tarwaka, 2004).
1. Produktivitas kerja individu adalah
kinerja pekerja yang merupakan hasil
atau keluaran dari suatu proses. Data
tentang produktivitas kerja ini berupa
penilaian kerja dengan menggunakan
kuesioner produktivitas kerja
sebuah tim berupa banyaknya
tulangan beton yang dapat dihasilkan
sebuah tim yang disesuaikan dengan
target perusahaan yang ditetapkan
berdasarkan perencanaan produksi.
Hasil Produksi
Tulangan Beton.
3.6Aspek Pengukuran 3.6.1 Kelelahan kerja
Pengukuran tingkat kelelahan kerja dilakukan dengan menggunakan
kuesioner Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee
untuk mengukur tingkat perasaan lelah secara subyektif. Setiap pertanyaan
kuesioner menggunakan Skala Likert dan tingkat kelelahan pada pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari seluruh pertanyaan(Sugiyono, 2013).
Setiap pertanyaan akan diberikan katagorik jawaban yaitu Sangat Sering
(SS) dengan keterangan jika hampir setiap hari terasa lelah dalam seminggu,
Sering (S) dengan keterangan 3-4 hari terasa lelah dalam seminggu,
Kadang-Kadang (K) dengan keterangan 1-2 hari terasa lelah dalam seminggu, dan Tidak
Pernah (TP) dengan keterangan tidak pernah merasa lelah dalam seminggu.
Untuk pertanyaan dengan jawaban “Sangat Sering” diberi nilai 4,
“Sering” diberi nilai 3, untuk jawaban “ Kadang-Kadang” diberi nilai 2, untuk
jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1. Untuk jumlah nilai tertinggi adalah 120
dan jumlah nilai terendah adalah 30. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh
maka dapat diketahui tingkat kelelahan kerja yang dikategorikan sebagai berikut:
a) Rendah, bila responden memperoleh jumlah nilai 30-52.
b) Sedang, bila responden memperoleh jumlah nilai 53-75.
c) Tinggi, bila responden memperoleh jumlah nilai 76-98.
3.6.2 Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja dalam penelitian ini dilihat dalam dua hal yaitu :
produktivitas kerja secara kolektif dan produktivitas kerja secara individu.
a. Produktivitas Kerja Secara Individual
Produktivitas kerja secara individual diukur dengan menggunakan
kuesioner produktivitas kerja dengan memberikan penilaian terhadap tiap
pernyataan. Kusioner produktivitas individu terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap
pertanyaan kuesioner menggunakan Skala Likert dan produktivitas pada pekerja dikategorikan dengan menjumlahkan nilai dari seluruh pertanyaan (sugiyono,
2013).
Setiap pertanyaan akan diberi katagorik jawaban yaitu Baik, Cukup dan
Kurang. Pertanyaan dengan jawaban “Baik” diberi nilai 3, “Cukup” diberi nilai 2
dan “Kurang” diberi nilai 1. Untuk jumlah nilai tertinggi adalah 30 dan nilai
terendah adalah 10. Berdasakan jumlah yang diperoleh maka didapatkan tingkat
produktivitas kerja yang dikategorikan sebagai berikut :
a. Produktivitas Sesuai, bila responden memiliki jumlah nilai ≥ 22 atau ≥75%
dari jumlah nilai.
b. Produktivitas Tidak Sesuai, bila responden memiliki jumlah nilai < 22 atau
<75% dari jumlah nilai.
b. Produktivitas Kerja Secara Kolektif
Produktivitas kerja secara kolektif dilihat dari data hasil produksi
perusahaan dan di olah dalam lembar produktivitas kerja. Perusahaan
sebanyak 1560 tulangan beton. Produksi tulangan tersebut dikerjakan dalam enam
kelompok, maka untuk setiap minggunya produksi tulangan yang harus dicapai
adalah 260 tulangan beton dalam setiap kelompok.
Produktivitas tenaga kerja dikategorikan sebagai berikut:
a) Produktif, jika hasil rakitan tulangan beton 260 tulangan beton.
b) Tidak Produktif, jika hasil rakitan tulangan beton < 260 tulangan
beton.
3.7 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mencakup:
1) Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal
variabel-variabel independen dan dependen (Notoadmodjo, 2010).
Analisis univariat dalam penelitian ini berupa gambaran karakteristik
berupa umur, pendidikan, masa kerja, kelelahan kerja dan produktivitas
kerja.
2) Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan dua
variabel independen dengan dependen (Notoadmodjo, 2010). Analisis
43 BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum PT. Wijaya Karya Beton Medan 4.1.1 Deskripsi Umum Perusahaan
PT. Wijaya Karya didirikan pada tanggal 11 Maret 1960 berdasarkan keputusan
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja No. 5 Tahun 1960 dengan nama
Perusahaan Bangunan Nagara Widjaja Karya, yang berasal dari Nasionalisasi
Perusahaan Pemborong milik Belanda bernama Naam Loze Vennootschap Technische Handel Maatscheppij En Bouwbedrijf Visen Co atau disingkat
NVVISENCo. Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 64 tanggal 29 Maret 1961 tentang Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Asing, Perusahaan
Bangunan Negara Wijaya Karya berubah menjadi Perusahaan Negara Wijaya
Karya. Dengan perkembangan perusahaan, maka pemerintah merubah status
perusahaan dari Perusahaan Negara Wijaya Karya menjadi Perusahaan Persero
Terbatas (PT) Wijaya Karya dalam Akta Notaris No. 110 tanggal 20 Desember
1972.
Tujuan mendirikan perusahaan ini didasarkan pada keikutsertaan dalam
melaksanakan program pemerintah dalam pembangunan ekonomi yang sehat dan
rasional, PT. Wijaya Karya telah tumbuh dari badan usaha kecil yang bergerak di
bidang usaha instalasi listrik menjadi perusahaan yang berusaha tumbuh pesat
dengan berbagai bidang usaha yang meliputi jasa konstruksi, realti, perdagangan
Pada tanggal 11 Maret 1997 Divisi Produk Beton PT. Wijaya Karya menjadi anak
perusahaan dengan nama PT. Wijaya Karya Beton berdasarkan Akta Notaris No.
44.
Saat ini PT. Wijaya Karya Beton adalah produsen tiang beton sentrifugal yang
terbesar di Indonesia, yang didukung oleh tujuh pabrik yang berlokasi di :
1. Pabrik Produk Beton Sumatera Utara, Kabupaten Binjai - Sumatera
Utara.
2. Pabrik Produk Beton Lampung, Natar - Lampung Selatan.
3. Pabrik Produk Beton Bogor, Cileungsi - Jawa Barat.
4. Pabrik Produk Beton Karawang, Jawa Barat.
5. Pabrik produk Beton Majalengka, Jati Wangi - Jabar.
6. Pabrik Produk Beton Boyolali, Mojosongo - Jawa Tengah.
7. Pabrik Produk Beton Pasuruan, Japanan - Jawa Timur.
8. Pabrik Produk Beton Sulawesi Selatan, Ujung Pandang.
Dengan pengalaman pembuatan beton pracetak yang terbesar di Indonesia, PT.
Wijaya Karya Beton tetap menjaga kepuasan pelanggan atas mutu, waktu dan
biaya atas hasil produk yang dihasilkan.
PT. Wijaya Karya Beton (PPB Sumut) ini terletak di jalan Medan – Binjai Km
15,5 Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dengan
luas area 48.000M2. Adapun pertimbangan didirikannya PT. Wijaya Karya Beton
dilokasi tersebut adalah :
1. Kemudahan untuk memperoleh bahan baku yang digunakan.
3. Kemudahan untuk perekrutan tenaga kerja.
PT. Wijaya Karya Beton (PPB Sumut) didalam menjalankan roda perusahaannya
memproduksi jenis beton sebagai berikut:
1. PC Piles (TI), yaitu produk beton yang berbentuk tiang pancang bulat yang
di gunakan untuk pondasi bangunan dan gedung bertingkat.
2. PC Piles (TL), yaitu produk beton yang berbentuk tiang listrik yang di
gunakan untuk menyangga kabel/kawat yang di aliri listrik dari
pembangkit ke konsumen.
3. Railway Concrete Products (RY), yaitu produk beton jalan rel yang
merupakan alas besi rel kereta api sehingga besi rel tidak langsung
menyentuh tanah.
4. Bridge Concrete Products (BR), yaitu produk beton untuk pondasi
jembatan.
5. Retaining Wall Concrete Products (RT), yaitu produk beton untuk dinding
penahan tanah.
6. Sheet Pile Beton, yaitu produk yang dipakai sebagai penahan pinggiran
sungai ataupun bendungan.
7. Panel atau Pagar Beton.
8. Jasa Angkutan dan Pemasangan.
4.1.2 Visi, Misi dan Strategi PT. Wijaya Karya Beton Medan
a) Visi
“Menjadi Perusahaan Terbaik Dalam Industri Beton Pracetak”
b) Misi
1. Memimpin pasar beton pracetak di Asia Tenggara.
2. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian
mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.
3. Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu tingkat
efesiensi, konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan kerja yang
berwawasan lingkungan.
4. Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan
berkesinambungan.
5. Mengembangkan kompetensi dan kesejahterahan pegawai.
c) Sasaran Strategis
Nilai tingkat kesehatan perusahaan dalam setahun tidak boleh kurang dari
golongan sehat (berdasarkan Kepmen BUMN no. KEP-100/MBU/2002) yang
meliputi penilaian :
a. Aspek Keuangan
b. Aspek Operasional
c. Aspek Adsminitrasi.
a. Perusahaan tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan pemegang
saham berdasarkan asas-asas transparansi, keadilan, akuntabilitas,
pertanggungjawaban dan kemandirian.
b. Perusahaan mengutamakan pemenuhan persyaratan dan kepuasan
pelanggan dengan selalu meningkatkan mutu atas setiap hasil kerjanya.
c. Kerja sama dengan mitra kerja dilakukan dengan cara yang sehat dan
saling menguntungkan.
d. Profesionalisme menjadilandasan utama dalam pengelolaan sumber daya
manusia.
e. Perusahaan menerapkan manajemen resikopada setiap aktivitas
bisnisuntuk mendapatkan peluang usaha dan meminimalisasikan resiko
dan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta dampak
lingkungan dalam setiap kegiatan operasi.
4.1.3 Sruktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan mencerminkan kebijaksanaan yang
ditempuh untuk mengadakan pengawasan terhadap manusia, peralatan, fasilitas
lainnya yang terlibat di dalamnya demi tercapainya tujuan perusahaan yang telah
direncanakan dan ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya. Bentuk organisasi
yang digunakan oleh perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijaksanaan
perusahaan dalam mengorganisir bawahannya, karena itu dalam menetapkan
kebijaksanaan terlebih dahulu di tetapkan bentuk organisasi yang akan ditetapkan
Struktur organisasi perusahaan yang berlaku pada PT. Wijaya Kara Beton
Wilayah Penjualan I Medan Sumatera Utara adalah berbentuk garis lurus, dimana
terdapat fungsi staff sebagai pembantu pimpinan dan bertanggung jawab kepada
pimpinan serta adanya wewenang dan tanggung jawab yang mengalir dalam satu
garis lurus dan masing- masing Kasi atau Kepala Seksi bertanggung jawab atas
bagian yang ada dibawahnya. Adapun struktur organisasi PT. Wijaya Karya Beton
\
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan
4.1.4 Proses Persiapan Tulangan
Adapun material yang akan dirakit dicetakan terlebih dahulu dipersiapkan di
bagiantulangan dengan proses sebagai berikut:
1. Pemotongan PC Wire (cutting)
Besi spiral, besi beton dan PC Wire yang akan digunakan dipotong dengan mal
potong dengan ukuran panjang atau jumlah lilitan yang diinginkan.
2. Pengheadingan
Pengheadingan ini adalah merupakan pembentukan ujung PC Wire yang telah
dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan menjadi bulat (berkepala) agar
pada saat di stressing tidak lolos atau tersangkut pada plat sambung.
3. Pembuatan Spiral
Spiral digunakan sebagai tulangan dengan melilitkannya pada tulangan
prategangnya. Kawat spiral dipasang pada mesin penggulung, dan mesin
dioperasikan hingga jumlah lilitan sesuai dengan standar spesifikasi produksi
(SSP) dan di potong dengan alat potong besi secara manual.
4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Umur
Umur pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
No. Umur (Tahun) Frekuensi Presentase (%)
1 ≤30 13 54,2
2 >30 11 45,8
Total 24 100,0
Distribusi responden berdasarkan umur dibagi menjadi dua kategori berdasarkan
dan >30 tahun. Dari tabel diatas diketahui bahwa responden pada kelompok
umur ≤30 tahun yaitu 13 orang (54,2%) sedangkan kelompok umur >30 tahun
yaitu 11 orang (45%).
4.2.2 Pendidikan
Pendidikan terakhir pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun
2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
No. Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
1 SLTP 10 41,7
2 SLTA 14 58,3
Total 24 100,0
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden dengan pendidikan terakhir
SLTP yaitu 10 orang (41,7%) sedangkan responden dengan pendidikan terakhir
SLTA yaitu 14 orang (58,3%).
4.2.3 Masa Kerja
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pekerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
No. Masa Kerja Frekuensi Presentase (%)
1 ≤3 Tahun 16 66,7
2 >3 Tahun 8 33,3
Total 24 100,0
Distribusi responden berdasarkan masa kerja dibagi menjadi dua kategori
berdasarkan nilai median yang didapatkan yaitu 3 tahun sehingga dikategorikan
menjadi masa kerja ≤3 tahun dan masa kerja >3 tahun. Dari tabel diatas
diketahui bahwa responden pada kelompok masa kerja ≤3 tahun yaitu 16 orang
4.3 Hasil Univariat
4.3.1 Gambaran Kelelahan Kerja
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Menurut International F atigue Research Commite Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015
No Gejala Kelelahan Kerja
Sangat
7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)
- - - - 11 45,8 13 54,2
8 Kaku dan canggung untuk bergerak
15 Sulit untuk memusatkan perhatian
20 Tidak dapat tekun dalam bekerja
- - - - 1 4,2 23 95,8
21 Sakit kepala - - - - 15 62,5 9 37,5
22 Bahu terasa kaku 1 4,2 5 20,8 14 58,3 4 16,7
23 Merasa nyeri dibagian punggung
1 4,2 3 12,5 12 50,0 8 33,3
24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas
29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu
1 4,2 - - 4 16,7 19 79,2
30 Merasa kurang sehat - - 1 4,2 8 33,3 15 62,5
Dari tabel diatas diketahui bahwa gejala kelelahan yang dirasakan responden
terbanyak pada kategori sangat sering adalah gejala merasa haus sebanyak 24
orang (100%), kategori sering adalah gejala merasa lelah diseluruh tubuh 8 orang
(33,3%), kategori kadang-kadang adalah merasa ingin berbaring 18 orang (75%)
dan kategori tidak pernah adalah tidak dapat tekun dan suara serak masing-masing
23 orang (95,8%).
Kelelahan kerja pada pekerja bagian tulangan PT. Wijaya Karya Beton
Medan Tahun 2015 dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015
No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)
1 Kelelahan ringan 14 58,3
2 Kelelahan Sedang 10 41,7
Total 24 100,0
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada
kategori kelelahan ringan yaitu 14 orang (58,3%), sedangkan pada kategori
4.3.2 Gambaran Kelelahan Kerja dilihat berdasarkan kelompok
Tabel 4.6. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International F atigue Research Commite Pada Pekerja Kelompok I
No Gejala Kelelahan Kerja
Sangat
7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)
- - - - 3 50,0 3 50,0
8 Kaku dan canggung untuk bergerak
15 Sulit untuk memusatkan perhatian
20 Tidak dapat tekun dalam bekerja
- - - 6 100
21 Sakit kepala - - - - 4 66,7 2 33,3
22 Bahu terasa kaku - - 2 33,3 2 33,3 2 33,3
23 Merasa nyeri dibagian punggung
- - 1 16,7 3 50,0 2 33,3
24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas
29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu
- - - - 1 16,7 5 83,3
30 Merasa kurang sehat - - - - 4 66,7 2 33,3
Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok I
adalah merasa lelah seluruh tubuh (50%)pada kategori sering dan kepala terasa
berat, pikiran kacau, sulit memusatkan perhatian (83,3%) pada kategori
kadang-kadang.
Tabel 4.7. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok I
No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)
1 Kelelahan ringan 4 66,7
2 Kelelahan Sedang 2 33,3
Total 6 100,0
Dari tabel diatas diketahui bahwa pada kelompok I responden yang mengalami
Tabel 4.8. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International F atigue Research Commite Pada Pekerja Kelompok II
No Gejala Kelelahan Kerja
Sangat
7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)
- - - - 4 66,7 2 33,3
8 Kaku dan canggung untuk bergerak
15 Sulit untuk memusatkan perhatian
20 Tidak dapat tekun dalam bekerja
- - - - 1 16,7 5 83,3
21 Sakit kepala - - - - 6 100 - -
22 Bahu terasa kaku 1 16,7 2 33,3 3 50,0 - -
23 Merasa nyeri dibagian punggung
1 16,7 2 33,3 3 50,0 - -
24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas
29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu
1 16,7 - - 1 16,7 4 66,7
30 Merasa kurang sehat - - 1 16,7 1 16,7 4 66,7
Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok II
adalah bahu terasa kaku, perasaan nyeri dipunggung,dan merasa lelah seluruh
tubuh (33,3%) pada kategori sering dan kepala terasa berat, dan merasa pusing
(100%) pada kategori kadang-kadang.
Tabel 4.9. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok II
No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)
1 Kelelahan ringan 2 33,3
2 Kelelahan Sedang 4 66,7
Total 6 100,0
Dari tabel diatas diketahui bahwa pada kelompok II responden yang mengalami
Tabel 4.10. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International F atigue Research Commite Pada Pekerja Kelompok III
No Gejala Kelelahan Kerja
Sangat
7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)
- - - - 4 66,7 2 33,3
8 Kaku dan canggung untuk bergerak
15 Sulit untuk memusatkan perhatian
20 Tidak dapat tekun dalam bekerja
- - - - 6 100
21 Sakit kepala - - - - 3 50,0 3 50,0
22 Bahu terasa kaku 6 100
23 Merasa nyeri dibagian punggung
4 66,7 2 33,3
24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas
29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu
- - 1 16,7 5 83,3
30 Merasa kurang sehat - - 3 50,0 3 50,0
Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok III
adalah merasa lelah seluruh tubuh (50%) pada kategori sering dan bahu terasa
kaku dan sulit memusatkan perhatian (100%) pada kategori kadang-kadang.
Tabel 4.11. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok III
No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)
1 Kelelahan ringan 2 33,3
2 Kelelahan Sedang 4 66,7
Total 6 100,0
Dari tabel diatas diketahui bahwa pada kelompok III responden yang mengalami
Tabel 4.12. Distribusi Kelelahan Kerja Menurut International F atigue Research Commite Pada Pekerja Kelompok IV
No Gejala Kelelahan Kerja
Sangat
7 Mata terasa berat (ingin dipejamkan)
- - - - 1 16,7 5 83,3
8 Kaku dan canggung untuk bergerak
15 Sulit untuk memusatkan perhatian
20 Tidak dapat tekun dalam bekerja
- - - - 6 100
21 Sakit kepala - - - - 2 33,3 4 66,7
22 Bahu terasa kaku 1 16,7 3 50,0 2 33,3
23 Merasa nyeri dibagian punggung
2 33,3 4 66,7
24 Sesak nafas/sulit untuk bernafas
29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu
- - 1 16,7 5 83,3
30 Merasa kurang sehat - - 6 100
Dari tabel diketahui gejala kelelahahan yang paling besar dirasakan kelompok IV
adalah merasa ingin berbaring dan kelopak mata terasa berat (83,3) pada kategori
kadang-kadang.
Tabel 4.13. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok IV
No. Kelelahan Kerja Frekuensi Presentase (%)
1 Kelelahan ringan 6 100,0
Total 6 100,0
Dari tabel diatas diketahui bahwa pada kelompok IV responden yang mengalami
kelelahan ringan 6 orang (100%).
4.3.4 Produktivitas Kerja Individual
Produktivitas Kerja Individual pada pekerja bagian tulangan PT. Wijaya Karya
Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kuesioner Produktivitas
1 Upaya mencapai sasaran/hasil dilihat
dari pencapaian target yang
ditetapkan perusahaan.
14 58,3 9 37,5 1 4,2
2 Upaya menyelesaikan tugas yang
diberikan tepat waktu. 12 50,0 10 41,7 2 8,3
3 Dapat mengatasi masalah dengan
melakukan evaluasi atas
pekerjaannya.
5 20,8 16 66,7 3 12,5
4 Upaya meningkatkan kualitas kerja dengan tidak melakukan kesalahan-kesalahan kerja.
8 33,3 13 54,2 3 12,5
5 Melaksanakan dan mengendalikan
pekerjaan. 13 54,2 10 41,7 1 4,2
6 Memahami rencana kerja yang
mencakup aspek alat, pelaksanaan dan tugas.
15 62,5 8 33,3 1 4,2
Aspek Kemampuan
1 Kemampuan kerjasama. 10 41,7 13 54,2 1 4,2
2 Kemampuan inisiatif. 5 20,8 18 75,0 1 4,2
3 Konsistensi dalam melaksanakan
pekerjaan. 14 58,3 7 29,2 3 12,5
4 Kemampuan analitis dan konseptual
dalam perencanaan pekerjaan. 9 37,5 14 58,3 1 4,2
Distribusi produktivitas kerja individu dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Secara Individual Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
No. Produktivitas
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada
kategori Produktivitas sesuai yaitu 16 orang (66,7%), sedangkan pada kategori
Produktivitas Kerja Kolektif pada pekerja bagian tulangan PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 4.16 Tabel Pengamatan Produktivitas Kerja Kolektif (Kelompok)
Kelompok 1
No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu
1 Gunawan
46 51 50 53 41 29 270 260
2 Toni
3 Basriadi
4 Surya
5 Nico
6 Aryo Bagus
Kelompok 2
No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu
1 Agus Pramuji
40 38 35 58 59 33 263 260
2 Aris
3 Yudi
4 Irawan
5 Indra Gunawan
No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu
1 Andre
46 35 45 55 47 33 261 260
2 Surya Herman
3 Budiono
4 Herdianto
5 Suherman
6 Sudarmadi
Kelompok 4
No Nama Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Total Target/minggu
1 Sony
47 52 48 45 40 30 262 260
2 Bayu
3 Yudi S
4 Khairul Anwar
5 Fery Purba
6 Edi
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua kelompok mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan melalui
perencanaan produksi, akan tetapi pada saat dilapangan ditemukan bahwa dalam menyelesaikan target produksi kelompok 2 dan
Hal ini dikarenakan didalam memproduksi beton perusahan hanya memproduksi
berdasarkan pesanan dari pihak konsumen bukan memproduksi beton untuk
mempersiapkan “stock” yang berarti perusahan harus menyelesaikan pesanan
beton sesuai kesepakatan waktu kedua belah pihak. Berdasarkan keterangan diatas
kelompok 2 dan kelompok 3 dapat dikategorikan kedalam produktivitas tidak
sesuai.
Distribusi produktivitas kerja kolektif dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Secara Kolektif Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
No. Produktivitas
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden pada kategori produktivitas
sesuai yaitu 2 kelompok (50,0%), sedangkan pada kategori produktivitas tidak
sesuai terdapat 2 kelompok (50,0%).
4.4 Hasil Uji Bivariat
4.4.1 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Individu Tabel 4.18 Tabel Silang Antara Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa pada kelelahan
kerja ringan terdapat 12 orang pekerja (50,0%) dengan produktivitas kerja yang
(16,7%) dengan produktivitas kerja yang sesuai. Sementara, kelelahan kerja
ringan dengan produktivitas kerja yang tidak sesuai terdapat 2 orang (8,3%) dan
pada kelelahan kerja sedang dengan produktivitas yang tidak sesuai terdapat 6
orang (25%).
Pada hasil uji Rank Spearman antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja diketahui nilai koefisien 0,435 dengan nilai negatif dan nilai p = 0,034 dimana p <
0,05 yang hai ini berarti ada hubungan antara kelelahan kerja dengan
produktivitas kerja individu pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT.
Wijaya Karya Beton Medan tahun 2015.
4.4.2 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Kolektif
Hubungan antara dua variabel tidak dapat dilakukan dengan uji statistika karena
kedua variabel memiliki ukuran yang berbeda. Kelelahan kerja yang diukur
dengan kuesioner Internasionel Fatique Research Committe (IFRC) merupakan kelelahan kerja individual dan tidak dapat transpormasikan kedalam ukuran
kelompok (kolektif) sedangkan produktivitas kerja disini merupakan produktivitas
(kelompok) kolektif. Variasi distribusi responden antara kelelahan kerja dengan
produktivitas kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.19. Gambaran Kelelahan Kerja dan Produktivitas Kerja Kolektif pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Tahun 2015.
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa produktivitas kerja kolektif yang tidak sesuai
ditemukan pada kelompok yang memiliki pekerja yang mengalami kelelahan
kerja sedang lebih banyak daripada kelelahan kerja ringan, sedangkan pada
kelompok yang pekerjanya lebih sedikit mengalami kelelahan kerja sedang
daripada kelelahan kerja ringan masih menunjukkan produktivitas kerja kolektif
69 BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kelelahan Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015
Dari data hasil penelitian dapat diketahui bahwa kelelahan kerja yang
dialami pekerja bagian produksi tulangan yaitu pada kelelahan kerja ringan
sebanyak 14 orang (58,3%) dan kelelahan kerja sedang sebanyak 10 orang
(41,7%). Kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja dikarenakan proses kerja yang
dilakukan merupakan proses kerja fisik, hal ini dapat dilihat dari proses
pengerjaan tulangan yang melalui beberapa tahap mulai dari pemotongan besi,
pembentukan ujung besi yang membutuhkan ketelitian, dan proses perakitan
tulangan hingga membentuk kerangka besi yang siap dicetak menjadi beton.
Pemotongan besi dilakukan dengan cara mengurai gulungan besi untuk
dapat disesuaikan posisinya ke alat pemotongan besi. Pada proses ini pekerja akan
merasa bahu terasa kaku karena dalam pemotongan besi membutuhkan kekuatan
dari kedua tangan dan dibantu dengan kekuatan tubuh bagian atas (bahu,
punggung). Besarnya penggunaan tenaga saat melakukan aktivitas tentu akan
berpengaruh pada kekuatan dan daya tahan tubuh untuk melaksanakan aktivitas
tersebut. Semakin besar tenaga yang dituntut oleh pekerjaan tersebut berarti
kekuatan dan daya tahan tubuh untuk menangani pekerjaan tersebut akan semakin
rendah pula (Sutalaksana, 2005).
Selanjutnya pada proses pembentukan ujung besi dilakukan dengan mesin,
disini pekerja dituntut untuk teliti dalam pengerjaannya karena apabila salah
besi. Pembentukan ujung besi ini membutuhkan perhatian, prosesnya yang singkat
akan tetapi dilakukan secara berulang-ulang. Kegiatan-kegiatan yang monoton
menjadi penyebab timbulnya kelelahan walaupun sesungguhnya beban kerja tidak
seberapa (Suma’mur, 2009).
Secara umum kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja bagian produksi
ini ditandai dengan gejala-gejala umum pelemahan fisik dan pelemahan kegiatan
pada kelelahan kerja yang secara umum dirasakan seperti merasa haus, merasa
lelah diseluruh tubuh, rasa ingin berbaring, bahu terasa kaku dan gejala lainnya.
Hal ini sangat mungkin terjadi karena pekerjaan yang dilakukan pekerja
merupakan pekerjaan fisik yang sebagian besar dengan sikap kerja yang
berubah-ubah dengan rentan waktu yang cukup singkat dan hampir seluruh proses kerja
tulangan beton ini dikerjakan menggunakan kedua tangan. Proses kegiatan
pekerjaan seperti ini dapat menimbulkan pembebanan otot secara statis yang dapat
menyebabkan kelelahan. Gejala-gejala yang demikian membuat seseorang
menghentikan pekerjaannya sebagaimana halnya pelemahan fisik dan pelemahan
kegiatan itu yang mengakibatkan tenaga kerja yang bekerja fisik menghentikan
kegiatannya (Suma’mur PK 2009).
Secara keseluruhan pekerja merasakan haus ketika bekerja hal ini karena
pekerjaan dilakukan diruangan terbuka yang menggunakan atap, lingkungan luar
akan memberi pengaruh kepada lingkungan kerja yang ada baik cuaca sedang
panas ataupun dingin. Meskipun demikian perusahaan menyediakan container air putih untuk pekerja yang dapat digunakan kapan saja karena letaknya yang tidak
Kelelahan kerja pada pekerja juga ditandai dengan adanya pelemahan
motivasi seperti rasa cemas terhadap sesuatu, sulit memusatkan perhatian dan
gejala lainnya. Rasa cemas terhadap sesuatu merupakan perasaan yang paling
sering mucul pada pekerja, berdasarkan data penelitian dalam kategori sering rasa
cemas terhadap sesuatu merupaka nilai paling tinggi. Dari keterangan yang
ditambahkan oleh pekerja rasa cemas yang dirasakan pekerja berupa rasa cemas
terhadap pencapaian target tulangan perharinya. Sebab-sebab psikologis seperti
tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik-konflik memberi pengaruh yang
seakan-akan terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah
(Sutalaksana,2005).
Kelelahan kerja juga seringkali terjadi akibat ketidakseimbangan masukan
sumber kelelahan (beban kerja) dengan besarnya proses keluaran yang berupa
pemulihan. Proses pemulihan dapat dicapai dengan menggunakan waktu istirahat
dengan sebaik-baiknya. Pekerja yang tidak dapat memamfaatkan waktu istirahat
dengan sebaik-baiknya ketika akan bekerja kembali akan mudah mengalami
perasaan kelelahan.
Gejala-gejala pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan pelemahan
fisik tersebut menyebabkan kelelahan seperti berkumpul didalam tubuh dan
5.2 Produktivitas Kerja Individu pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015
Produktivitas kerja individu pada pekerja bagian produksi tulangan ini
dilihat dalam dua aspek yaitu aspek karya dan aspek kemampuan. Aspek karya
terdiri atas kuantitas, kualitas, ketepatan waktu dalam menyelesaikan
pekerjaannya sedangkan aspek kemampuan terdiri atas inisiatif, konsistensi,
perencanaan dan kerjasama tim. Menurut Yuniasih dan Suwanto (2008) bahwa
produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama yaitu produktivitas fisik dan
produktivitas nilai. Produktivitas fisik dapat diukur dari aspek kuantitas dan
kualitas produk yang dihasilkan, sedangkan produktivitas nilai dapat diukur atas
dasar nilai-nilai kemampuan sikap, perilaku, disiplin, motivasi, kerjasama dan
komitmen terhadap pekerjaannya.
Dari hasil penelitian terdapat 16 pekerja dengan produktivitas yang sesuai
dan 8 pekerja dengan produktivitas kerja yang tidak sesuai. Persentase pekerja
dengan produktivitas sesuai lebih banyak dari pada produktivitas yang tidak
sesuai, hal ini memang terlihat pada hasil olah data dari kuantitas pencapaian baik
dari segi jumlah dan waktu pada kategori baik terdapat masing-masing <50% dari
24 orang dan kategori cukup terdapat masing-masing <35% dari 24 orang.
Produktivitas tidak sesuai ditunjukkan dengan nilai paling tinggi pada
kategori kurang adalah konsistensi pekerja, pada kategori cukup kemampuan
insiatif, kemampuan kerjasama dan tidak melakukan kesalahan-kesalahan
merupakan distribusi paling banyak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
atasan maupun rekan kerja (Simanjuntak, yang dikutip dalam buku Manajemen
Sumber Daya oleh Sutrisno, 2009).
5.3 Produktivitas Kerja Kolektif pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pekerja dengan produktivitas
sesuai terdapat pada kelompok 1 dan kelompok 4 yaitu 12 orang (50%) dikatakan
produktivitas sesuai karena didalam satu minggu (6 hari kerja) pekerja pada
kelompok 1 dan kelompok 2 karena telah mencapai target yang ditetapkan dalam
perencanaan produksi. Produktivitas merupakan hasil perbandingan pelaksanaan
sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian
pada sasaran atau tujuan (Sinungan, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa
produktivitas kelompok 1 dan kelompok 4 sudah sesuai dengan sasaran
pencapaian yang ditetapkan perusahaan.
Produktivitas kelompok 2 dan kelompok 3 dikatakan tidak sesuai karena
didalam menyelesaikan target produksi tulangan dengan tepat waktu kelompok 2
dan kelompok 3 mendapatkan tambahan pekerja, hal ini juga dilakukan agar
produksi beton diperusahaan tetap stabil. Produktivitas dikatakan meningkat bila
keluaran tetap dan masukan menurun (Sinungan, 2005). Pada kelompok 2 dan
kelompok 3 keluaran (banyaknya tulangan yang dikerjakan) tetap dan masukan
(pekerja) bertambah, hal ini menunjukkan adanya penurunan produktivitas atau
5.4 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Individu pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan 2015
Berdasarkan Uji Rank Spearman antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja diketahui nilai p < 0,05, artinya ada hubungan kelelahan kerja
dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT.
Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
Kelelahan kerja yang terjadi berakibat kepada penurunan daya kerja dan
berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Perasaan lelah yang secara terus-
menerus dapat menyebabkan seseorang menghentikannya pekerjaanya atau
mengambil waktu istirahat. Kelelahan yang semakin bertambah sangat
mengganggu kelancaran pekerjaannya dan juga dapat berefek buruk kepada
tenaga kerja. Kelelahan kerja yang terjadi akan menunjukkan gejala
berkurangnya kekuatan manusia melakukan sesuatu. Berkurangnya kekuatan
bergerak (baik rohani ataupun jasmani) akan memberi pengaruh mengurangi
kinerja kerja yang dicapai (Suma’mur PK, 2009).
Menurut Hanida Rahmawati (1998) yang mengutip pendapat Grandjean,
kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan
penurunan kesiagaan, kapasitas dan efisiensi kerja, ketrampilan, motivasi serta
peningkatan kecemasan atau kebosanan yang dapat berakibat pada peningkatan
kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar kerja, kecelakaan kerja, dan penurunan
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambar (2006)
pada tenaga kerja di bagian penjahitan perusahaan garmen menunjukkan adanya
hubungan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja.
5.5 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Kolektif pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan 2015
Hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja kolektif tidak dapat
ditunjukkan dengan uji statistika karena kedua variabel memiliki ukuran yang
berbeda, sehingga hanya dihasilkan gambaran mengenai variasi distribusi
responden antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja kolektif. Dari
gambaran yang dihasilkan dapat diketahui bahwa produktivitas kerja kolektif
sesuai ditemukan pada kelompok yang pekerjanya dengan kelelahan kerja ringan
lebih banyak dari pada pekerja dengan kelelahan kerja sedang sebaliknya
produktivitas kerja kolektif yang tidak sesuai di temukan pada kelompok yang
pekerjanya mengalami kelelahan kerja sedang lebih banyak dibanding pekerja
dengan kelelahan kerja ringan.
Kelelahan kerja menunjukkan penurunan daya kerja dan ketahanan tubuh
untuk bekerja. Pada kelompok produktivitas kerja yang tidak sesuai ditemukan
pekerja lebih banyak mengalami kelelahan kerja sedang, hal ini tentu akan
memberi pengaruh kepada produktivitas kolektif karena menurunnya kemampuan
untuk bekerja. Penurunan kemampuan kerja ini ditandai dengan lebih kecilnya
76 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja di PT.
Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015, dapat disimpulakan sebagai berikut:
1. Pekerja yang memiliki kelelahan kerja kategori kelelahan ringan sebanyak
14 orang pekerja (58,3%) dan kelelahan kerja sedang sebanyak 10 orang
pekerja (41,7%). Kelelahan kerja yang terjadi akibat proses kerja yang
monotonis dan kurang optimalnya proses pemulihan.
2. Pekerja yang memiliki produktivitas kerja individu sesuai sebanyak 16
orang pekerja (66,7%) dan produktivitas kerja individual tidak sesuai
sebanyak 8 orang (33,3%).
3. Pekerja yang memiliki produktivitas kerja kolektif sesuai sebanyak 2
kelompok (50%) dan produktivitas kerja kolektif tidak sesuai sebanyak 2
kelompok (50%).
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan
produktivitas kerja individu.
6.2 Saran
1. Bagi Pekerja
a. Membiasakan diri melakukan peregangan otot seperti menggerakkan
anggota tubuh yang sakit guna mengurangi rasa lelah akibat kegiatan
kerja minimal dua jam kerja.
2. Bagi perusahaan
Pihak perusahaan disarankan meninjau kembali kegiatan kerja bagian
tulangan dalam upaya mengurangi pengerjaan fisik yang dilakukan