• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERANCANGAN JADWAL PREVENTIVE DAN PREDICTIVE MAINTENANCE PADA MESIN KAPAL DI DAERAH LIMBANGAN INDRAMAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERANCANGAN JADWAL PREVENTIVE DAN PREDICTIVE MAINTENANCE PADA MESIN KAPAL DI DAERAH LIMBANGAN INDRAMAYU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERANCANGAN JADWAL PREVENTIVE DAN

PREDICTIVE MAINTENANCE PADA MESIN KAPAL DI DAERAH

LIMBANGAN INDRAMAYU

Yusup Nur Rohmat*1, Rachmatullah2, Suliono3, Delffika Canra4 1,2,3,4Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Indramayu

Kontak person: Yusup Nur Rohmat

e-mail: yusupnurrohmat@gmail.com

Abstrak

Didaerah Indramayu khususnya daerah limbangan adalah sebagian besar masyarakat kerjanya adalah nelayan, tetapi untuk sistem perawatan sendiri masih sangat minim karena tidak ada namanya pengetahuan tentang sistem perawatan atau maintenance pada mesin kapal itu sendiri. Padahal perancangan penjadwalan maintenace diperlukan untuk mengurangi downtime pada mesin atau mengurangi biaya untuk overhoul pada mesin, sehingga meningkatkan produksi ikan dan menambah pendapatan nelayan. Semakin lamanya waktu proses semakin bertambahnya pula umur pada mesin-mesin sehingga tidak luput dari kerusakan. Penjadwalan yang diusulkan dalam perawatan disini adalah preventive maintenance dengan metode age replacement dan minimasi ongkos terhadap konsumsi bahan bakar. Berdasarkan prinsip Pareto terdapat seratus tiga puluh mesin yang ada dan sepuluh mesin kondisi kritis. Hasil perhitungan dari data yang ada dari kerusakan mesin sebelumnya diketahui, dan data breakdown yang paling banyak mesin Tianly dengan jumlah 30,77 % dengan frekuensi jumlah 40 mesin, dari jumlah perbandingan keseluruhan mesin yang ada. Sehingga kami uji coba konsumsi bahan bakar sebelum dan sesudah preventive maintenance dengan mesin Tian li karena lebih banyak pemakai dan lebih banyak juga untuk kerusakannya. Setelah dilakukan preventive maintenance konsumsi menjadi berkurang dan mengalami penghematan pada efisiensi konsumsi bahan bakar sebesar 0,50 %. Dengan perbandingan efisiensi konsumsi bahan bakar yaitu sebelum dilakukan perawatan didapat konsumsi terlama adalah 3.33 Jam/ liter dan sesudah perawatan didapat 6.67 Jam/ liter dengan harga solar bersubsidi yaitu Rp. 5.150,- dan selisih yang didapat 3.33 Jam/ liter. Sehingga perlakuan preventive lebih baik dan tepat, karena dapat menunjang kinerja dan perekonomian secara optimal dibanding dengan sistem breakdown.

Kata kunci:age replacement, breakdown, preventive dan predictive maintenance.

1. Pendahuluan

(2)

Umumnya perawatan yang diterapkan adalah sistem breakdown, jenis perawatan tersebut merupakan teknik pemeliharaan mesin yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi mesin agar dapat beroperasi dengan optimal. Seringkali akibat dari penerapan sistem perawatan breakdown terjadi kerusakan komponen lain ketika terjadi penggantian sebuah komponen. Hal ini dikarenakan kerusakan yang tidak terdeteksi selama berlangsungnya proses sehingga mempengaruhi kinerja dari komponen lainnya yang berhubungan dengan komponen yang bersangkutan dan bahkan memungkinkan untuk merusak komponen tersebut. Pada akhirnya, hal tersebut akan mengakibatkan penambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh nelayan untuk menggantikan komponen yang ikut menjadi rusak. Selain itu juga, terdapat biaya akibat dari kehilangan kinerja selama berlangsungnya proses perbaikan yang tidak dijadwalkan. Oleh sebab itu dicari jalan keluar lain untuk sistem perawatan mesin. Metode sistem perawatan mesin yang diusulkan yaitu preventive maintenance. Sistem perawatan ini dilakukan secara berkala dan kontinu berdasarkan data historis kerusakan mesin di masa lalu. [9].

Perawatan mesin merupakan kegiatan yang sangat diperlukan dalam kegiatan produksi. Beberapa perusahaan biasanya melakukan perawatan apabila fasilitas atau peralatan mengalami kerusakan. Perawatan mesin yang baik dapat meningkatkan keandalan dan peformasi mesin. Kendala utama dalam aktivitas perawatan mesin adalah menentukan waktu penjadwalan perawatan mesin secara teratur. Para nelayan sering mengalami gangguan atau kerusakan pada mesin utamanya pada mesin diesel dan masalah korosi karena selalu berhubungan dengan air garam. Jika nelayan sering mengalami kerusakan pada mesin, maka akan mempengaruhi proses produksi. Saat ini produksi ikan memiliki permintaan pasar yang tinggi, namun kapasitas produksi yang dimiliki tidak dapat memenuhi permintaan pasar tersebut.

Kurangnya pemahaman dan pengetahuan pada sistem perawatan preventive dan predictive

pada mesin diesel kapal dan masalah pada korosi, karena kurangnya pelatihan dan pemahaman masih sangat kurang apalagi di daerah Kabupaten Indramayu terutama desa limbangan. Pada umumnya permasalahan banyak kondisi mesin yang kinerja atau performa kurang maksimal bahkan rusak karena kurangnya dalam perawatan. Kebanyakan para nelayan melakukan sistem perawatan jenis reactive, perawatan jenis ini merupakan tindakan perawatan jika terjadi kerusakan yang fatal.

Didalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disini kami amemperkenalkan jenis- jenis sistem perawatan dan cara kerja atau prakteknya, di pengabdian tersebut kami akan memperkenalkan jenis sistem perawatan preventive dan predictive. Perawatan jenis Preventive itu sendiri merupakan kegiatan maintenance pada pencegahan untuk menghindari kerusakan yang fatal, di dalam perencanaanpreventivedapat dilakukan perencanaan berdasarkan waktu (Time Based Maintenance). Selain kegiatan maintenace atau perawatan berdasarkan preventive juga akan dilakukan sistem perawatanpredictive, disini merupakan kegiatanmaintenanceuntuk menghindari kerusakan yang fatal serta mempertahankan umur peralatan yang optimal disini perawatan ke analisis dan diagnosa kerusakan. Karena mahalnya teknisi sehingga dilakukan sistem perawatan/ perbaikan jika mesin mengalami kerusakan saja. Saat ini para nelayan tidak mempunyai perencanaan perawatan mesin secara teratur. Apabila sering terjadi kerusakan pada mesin maka nelayan akan mengalami kerugian antara lain dalam pemasokan ikan dan akan kehilangan kapasitas produksi, terlambat memenuhi demand, dan tingkat keandalan mesin yang menurun.

Jika nelayan memiliki sistem perawatan yang teratur maka mesin akan berjalan dengan baik. Penjadwalan perawatan mesin dilakukan terhadap komponen kritis mesin untuk menentukan waktu perawatan optimal berdasarkan biaya yang minimum dan tingkat keandalan mesin yang baik.

(3)

2. Metode Penelitian

Gambar 1.Flow ChartMetode Pelaksanaan Kegiatan

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Limbangan Indramayu dilaksanakan pada bulan Agustus 2017.

2.2 Objek Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat komparatif. Dikatakan deskriptif karena penelitian ini berusaha untuk memaparkan masalah terhadap suatu masalah yang ada sekarang

1. Survey Lapangan

2. Pengumpulan Data

3. Kajian Literatur

1. Penjaringan Peserta Pelatihan/ Nelayan

2. Sosialisasi program

Pengujian

1. Melakukan pengujian sebelum perlakuan maintenance 2. Pengujian konsumsi bahan bakar sebelum dan sesudah

maintenance

End Start

(4)

Max. Power : 18 kW (24 HP) Rated Power : 16.2 kW (22 HP) Rated Speed : 2200 r/min Net Weight : 185 kg

2.3 Rancangan Penelitian

Pada awal penelitian dilakukan studi pendahuluan berupa pengamatan terhadap mesinTian li, In-Da, Cangcai, Changfa, Dong Feng, Shark, Jiang Dong, Yanmar, Kubota, untuk mengetahui komponen- komponen mesin yang mengalami kerusakan, selang waktu interval kerusakan mesin, waktu perawatan penggantian komponen mesin, jumlah tenaga kerja bagian maintenance, harga jual dan laba produk, harga komponen perawatan dan fungsi kerja mesin. Selanjutnya mengelompokkan elemen- elemen mesin sesuai dengan fungsinya yang berkaitan. Langkah selanjutnya melakukan proses perhitungan dan perbandingan antarabreakdown maintenance.

2.4 Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur komponen dan tidak adanya jadwal perawatan. Variabel depednen dalam penelitian ini adalah kerusakan mesin.

3. Hasil dan Pembahasan

Data historis kerusakan/ kegagalan mesin yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data historis tahun 2015 sampai tahun 2017. Selanjutnya data tersebut dipergunakan sebagai analisis untuk medapatkan mesin- mesin dan komponen- komponen kritis. Selanjutnya pola kerusakan komponen mesin kritis dianalisis berdasarkan data interval kerusakan komponen. Menurut Ronald E. Wapole dalam buku Pengantar Statistika, pola industri yang terpilih dapat dilihat dari nilai Index of Fit (Correlation Coefficient) yang terbesar. Pola distribusi yang diuji adalah distribusi normal, lognomal, eksponensial.

3.1 Penentuan Waktu Penggantian Komponen

Gambar diagram dan grafik berikut ini adalah perbandingan banyaknya frekuensi breakdown

terhadap jumlah mesin yang ada dan waktu yang diperlukan untuk melakukan penggantian komponen secarapreventivedan secarabreakdown.

(5)

Gambar 2.Grafik Perbandingan frekuensiBreakdown

Gambar grafik dan diagram diatas menunjukkan perbandingan sistembreakdowndan kelihatan jumlah frekuensi mesin untuk sistembreakdownlebih banyak pada mesinTian likarena banyak yang menggunakan mesin tersebut dibanding dengan yang lain. Komponen- komponen ini diambil berdasarkan data yang paling sering mengalami kerusakan.

Tabel 1.Komponen Mesin yang sering mengalami kerusakan

Nama Mesin Frekuensi Breakdown

Frekuensi Breakdown (%)

Frekuensi kumulatif

Tianly 40,17 22,93% 32,56%

In- Da 38,50 21,98% 54,54%

Cangcai 35,83 20,46% 74,99%

Changfa 30,50 17,41% 92,40%

Dong Feng 30,17 17,22% 109,63%

Total 175,17

Dari tabel dapat terlihat perbandingan antara frekuensibreakdownyang dilakukan para nelayan dengan preventivekemudian dilakukan simulasi.

3.2 Analisis Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar adalah uji untuk mengetahui perbandingan konsumsi bahan bakar sebelum dan sesudah melakukan perawatan dengan bahan bakar solar dan dilakukan pengujian konsumsi pada mesinTian li.

a. Konsumsi sebelum perawatan Bahan bakar : 300 ml Waktu konsumsi : 60 menit Total konsumsi : 5 ml/menit b. Konsumsi sesudah perawatan

Bahan bakar : 300 ml Waktu konsumsi : 120 menit Total konsumsi : 2.5 ml/menit

(6)

3.3 Analisis Biaya Konsumsi

a. Konsumsi sebelum perawatan

Bahan bakar : 1 liter adalah Rp. 5.150,-Waktu konsumsi : 200 menit atau 3.33 Jam Total konsumsi : 5 ml/menit

b. Konsumsi sesudah perawatan

Bahan bakar : 1 liter adalah Rp. 5.150,-Waktu konsumsi : 400 menit ata 6,67 Jam Total konsumsi : 2.5 ml/menit

Dengan perbandingan efisiensi konsumsi bahan bakar yaitu sebelum dilakukan perawatan didapat konsumsi terlama adalah 3.33 Jam/ liter dan sesudah perawatan didapat 6.67 Jam/ liter dengan harga solar bersubsidi yaitu Rp. 5.150,- dan selisih yang didapat 3.33 Jam/ liter.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan prinsip Pareto terdapat seratus tiga puluh mesin yang ada dan sepuluh mesin kondisi kritis. Hasil perhitungan dari data yang ada dari kerusakan mesin sebelumnya diketahui, dan databreakdownyang paling banyak mesinTian lidengan jumlah 30,77 % dengan frekuensi jumlah 40 mesin, dari jumlah perbandingan keseluruhan mesin yang ada. Setelah dilakukan preventive maintenance konsumsi menjadi berkurang dan mengalami penghematan pada efisiensi konsumsi bahan bakar sebesar 0,50 %. dengan perbandingan efisiensi konsumsi bahan bakar yaitu sebelum dilakukan perawatan didapat konsumsi terlama adalah 3.33 Jam/ liter dan sesudah perawatan didapat 6.67 Jam/ liter dengan harga solar bersubsidi yaitu Rp. 5.150,- dan selisih yang didapat 3.33 Jam/ liter. Sehingga perlakuanpreventivelebih baik dan tepat, karena dapat menunjang kinerja dan perekonomian secara optimal dibanding dengan sistembreakdown.

REFERENSI:

[1] Oktakima, “Korosi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,” 17 November 2016. [Online]. Available: http:oktakimia.wordpress.com.

[2] Trethewey, dkk, Korosi ed.1, Jakarta: Gremedia Pustaka Utama, 1991.

[3] Z. Z. Havada dan S. , “Pengaruh Penambahan Ekstrak Tanaman (Phyllanthus amarus, Aloe vera) Sebagai Inhibitor Pada Korosi Mild Steel Dalam Media 0.1 M H2SO4,” Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember , 2013.

[4] I. S. Dalimunthe, “Kimia Dari Inhibitor Korosi,” Progran Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, 2004.

[5] M. I. Noor, E. Y. dan Z. , “Identifikasi Kandungan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR) dan Fitokimia,” Journal of Aceh Physics Society (JAcPS), Vol. 5, No. 1, pp. pp.14-16, 2016.

[6] Jawe, M. dan d. , “The Extract of Purple Sweet Potato Decreas Blood and Liver MDA of MICE After Intense Physical Activity,” Farmakologi Universitas Udayana, 2008.

[7] B. We, “Cara membuat Larutan HCl 1 N Dalam 1000 ml,” 17 November 2016. [Online]. Available: http://www.jagadkimia.com.

[8] M. G. Fontana, Corrosion Engineering, New York: McGrawHill Book Company, 1986.

[9] R. H. Butarbutar, "Studi Penambahan Beras Ketan Hitam Sebagai Inhibitor Organik Dengan Konsentrasi 500GPL Pada Baja SPCC Pada Lingkungan Asam Asetat 1,5 M Dengan Metode Kehilangan Berat, Skripsi," Depok: Universitas Indonesia, 2010.

[10] W. Abramowicz and N. Jones, "Transition from initial global bending to progressive buckling of tubes loaded statically and dynamically," International Journal of Impact Engineering, vol. 19, no. 5-6, pp. 415-437, 1997.

[11] W. Abramowicz, "Thin-walled structures as impact energy absorbers," Thin-Walled Structures, vol. 41, no. 2-3, pp. 91-107, 2003.

[12] Y.-B. Cho, C.-H. Bae, M.-W. Suh and H.-C. Sin, "A Vehicle Front Fame Crash Design Optimization using Hole-Type and Dent-Type Crush Initiator," Thin-Walled Structure, vol. 44, no. 4, pp. 415-428, April 2006.

(7)

[14] S. K. Subramaniyan, A. K. Kananasan, M. R. Yunus, S. Mahzan and M. I. Ghazali, "Crush Characteristics and Energy Absorption of Thin-Walled Tubes with Through-Hole Crush Initiators," Applied Mechanics and Materials, vol. 606, pp. 181-185, 2014.

[15] A. A. Nia and H. Khodabakash, "The effect of radial distance of concentric thin-walled tubes on their energy absorption capability under axial dynamic and quasi-static loading," Thin-Walled Structures, vol. 93, pp. 188-197, 2015.

[16] J. Istiyanto, F. Dionisius, M. Yudha, M. Malawad and S. Hakiman, "Pengaruh Diameter Crush Initiator Terhadap Crashworthiness Pada Hollow Box Beam," in Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016, Malang, 2016.

[17] J. Istiyanto and F. Dionisius, "Pengaruh Sudut Crush Initiator Berbentuk Lubang Lingkaran Terhadap Kriteria Crashworthiness Pada Tabung Persegi Berdinding Tipis," in Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) XV, Bandung, 2016.

[18] M. J. Rezvani and A. Jahan, "Effect of initiator,design, and material on crashworthiness performance of thin-walled cylindrical tubes : A primary multi-criteria analysis in lightweight design," Thin-Walled Structures, vol. 96, pp. 169-182, November 2015.

[19] F. Dionisius, J. Istiyanto, Suliono and Y. N. Rohmat, "Pengembangan Pengujian Crashworthiness dengan Simulasi Numerik Menggunakan Model Impact Transferability," Jurnal Teknologi Terapan (JTT), vol. 3, no. 1, pp. 12-17, 2017.

[20] Q. Estrada, D. Szwedowicz, J. Silva-Aceves, T. Majewski, J. Vergara-Vazquez and A. Rodriguez-Mendez, "Crashworthiness behavior of aluminum profiles with holes considering damage criteria and damage evolution," International Journal of Mechanical Sciences, Vols. 131-132, pp. 776-791, 2017.

[21] J. A. Ambrosio, Crashworthiness Energy Management and Occupant Protection, C. Tasso, Ed., New York: Springer-Verlag Wien GmbH, 2001.

[22] W. D. Callister and D. G. Rethwisch, Fundamental of Material Science and Engineering : An Integrated Approach, River Street: John Wiley & Sons, Inc, 2012.

[23] ASTM E8/E8M, Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic Materials, ASTM.

[24] Z. Xiao, J. Fang, G. Sun and Q. Li, "Crashworthiness design for functionally graded foam-filled bumper beam," Advances in Engineering Software, vol. 85, pp. 81-95, 2015.

[25] Z. Tang, S. Liu and Z. Zhang, "Analysis of energy absorption characteristics of cylindrical multi-cell columns," Thin-Walled Structures, vol. 62, pp. 75-84, 2013.

Gambar

Gambar 1. Flow Chart Metode Pelaksanaan Kegiatan
Gambar diagram dan grafik berikut ini adalah perbandingan banyaknya frekuensi breakdownsecaraterhadap jumlah mesin yang ada dan waktu yang diperlukan untuk melakukan penggantian komponen preventive dan secara breakdown.
Gambar 2. Grafik Perbandingan frekuensi Breakdown

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang kegiatan perawatan preventive dengan metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dan mengkaji penerapan rancangan

Pengertian preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi

Pengertian preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan

Perawatan ( maintenance ) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan mempertahankan suatu mesin / peralatan agar tetap dalam kondisi siap untuk beroperasi, dan jika

Perawatan ( maintenance ) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan mempertahankan suatu mesin / peralatan agar tetap dalam kondisi siap untuk beroperasi, dan jika

Saat ini, PT XYZ sudah melakukan kegiatan perawatan preventive maintenance namun hanya sebatas melakukan kegiatan cleaning, oiling, greasing , dan cek unit mesin

Oleh karena itu untuk menyelesaikan masalah tersebut perlu diterapkan perencanaan perawatan yang terjadwal secara preventive maintenance untuk melakukan penggantian komponen sehingga

METODE Preventive Maintenance Pemeliharaan maintenance berperan penting dalam kegiatan produksi dari suatu perusahaan yang menyangkut kelancaran dan kemacetan produksi, volume