• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN SAINTIFIK and MODEL PEMBELAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDEKATAN SAINTIFIK and MODEL PEMBELAJA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN SAINTIFIK & MODEL PEMBELAJARAN K-13

Oleh: Sufairoh

SMP Negeri 1 Malang

Jl. Lawu No.12, Oro-oro Dowo, Klojen, Kota Malang

Abstrak. Standar Nasional Pendidikan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 telah menggariskan ketentuan minimum bagi satuan pendidikan formal agar dapat memenuhi mutu pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,dan peradaban dunia. Tujuan dari penulisan ini adalah: (1) Untuk menjelaskan isu-isu penting yang menjadi dasar pertimbangan dilaksanakan kurikulum 2013. (2) Untuk memaparkan implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. (3) Untuk menguraikan model-model pembelajaran yang digunakan guru dalam implementasi kurikulum 2013.

Kata Kunci: pendekatan saintifik, model pembelajaran K-13

Mutu pendidikan merupakan masalah yang dijadikan agenda utama untuk diatasi dalam kebijakan pembangunan pendidikan, karena hanya dengan pendidikan yang bermutu akan diperoleh lulusan bermutu yang mampu membangun diri, keluarga, masya-rakat, bangsa dan negara. Standar Nasional Pendidikan yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 telah menggariskan ketentuan minimum bagi satuan pendidikan formal agar dapat memenuhi mutu pendidikan.

Kurikulum merupakan acuan pembe-lajaran dan pelatihan dalam persekolahan. Kurikulum menurut Reksoadmojo (2010:4) adalah merupakan seperangkat rencana dan

pengaturan mengenaitujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pem-belajaran untuk mencapai tujuan pendidi-kan. Untuk menempatkan suatu kurikulum pada kedudukan sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, institusi pendidikan dan para pengajar harus mampu menterjemah-kan sebagai dinamisator.

(2)

arah-kan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan menjadi isi kurikulum yang disu-sun dengan fokus pada nilai-nilai tadi. Ada-pun selain berpedoman pada landasan-landasan yang ada, pengembangan kuriku-lum juga berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pen-didikan nasional. Suatu kurikulum diharap-kan memberdiharap-kan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan tantangan perkembangan masyarakat. Kuri-kulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajar-an serta cara ypelajar-ang digunakpelajar-an sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembe-lajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Mengingat pentingnya kurikulum da-lam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan yang ku-at, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikir-an dpemikir-an penelitipemikir-an ypemikir-ang mendalam. Penyu-sunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan sumber daya manusia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasi-onal dengan memperhatikan tahap perkem-bangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangun-an nasional, perkembpembangun-angpembangun-an ilmu

pengetahu-an dpengetahu-an teknologi serta kesenipengetahu-an, sesuai de-ngan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.

Kurikulum pendidikan selalu meng-alami proses penyempurnaan dengan tujuan dapat meningkatkan mutu pendidikan secara nasional, sehingga dapat membentuk sumber daya manusia yang bermutu tinggi (Sukma-dinata, 1988). Perubahan zaman adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat, perubahan zaman telah mem-berikan dampak yang besar terhadap seluruh segi kehidupan masyarakat tidak terkecuali dalam segi pendidikan. Dewasa ini, masya-rakat sebagai agen perubahan itu sendiri mulai berinovasi dan mulai menangkap akan adanya tantangan zaman. Kenyataan terse-but tentunya adalah hal yang positif, namun tidak boleh ditampikkan bahwa dalam setiap perubahan zaman tentunya ada pula dampak negatif yang ditimbulkan. Tidak semua pengaruh perubahan zaman positif bagi masyarakat Indonesia, ada hal-hal yang per-lu untuk disikapi dengan bijak dan ditolak mentah-mentah karena tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Pendidikan mencoba untuk menyikapi dilema tersebut, kemudian mengemasnya dalam sebuah konsep peru-bahan kurikulum.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar me-miliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyara-kat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Isu-Isu Penting Yang Menjadi Dasar Per-timbangan Dilaksanakan Kurikulum 2013

(3)

tan-tangan zaman dikemas sedemikian rupa se-bagai dasar untuk mengembangkan sebuah kurikulum baru yang mencoba untuk men-jawab tantangan zaman tersebut. Hal inilah yang coba dilakukan pemerintah melalui pengembangan kurikulum 2013. Adapun isu-isu penting yang menjadi dasar pertim-bangan pemerintah untuk perubahan dan pengembangan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.

1. Tantangan internal, menurut Kemen-dikbud (2012) antara lain yaitu: (a) Tuntutan pendidikan yang mengacu ke-pada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulus-an, standar pendidik dan tenaga kependi-dikan, standar sarana dan prasarana, stan-dar pengelolaan, stanstan-dar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan; (b) Per-kembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia pro-duktif. Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu, tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana meng-upayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban (Kemendikbud, 2013).

2. Tantangan eksternal, menurut Kemen-dikbud (2012) antara lain yaitu: (a) Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA; (b) Masalah lingkungan hidup; (c) Kemajuan teknologi informasi; (d) Konvergensi ilmu dan teknologi; (e) Ekonomi berbasis pengetahuan; (f) Kebangkitan industri kreatif dan budaya;

(g) Pergeseran kekuatan ekonomi dunia; (h) Pengaruh dan imbas teknosains; (i) Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan; (j) Hasil survei “Trends in International Math and Science (TIMSS)" oleh Global Institute

pada tahun 2007 yaitu hanya 5 persen siswa Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan penalaran; dan (k)

Programme for International Student Assessment (PISA) yang di tahun 2009 yang menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar negara paling buncit dari 65 negara peserta PISA. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia terbelakang (Kemendikbud, 2013).

3. Kompetensi masa depan, menurut Ke-mendikbud (2012) antara lain yaitu: (a) Kemampuan berkomunikasi; (b) Kemam-puan berpikir jernih dan kritis; (c) Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan; (d) Kemam-puan menjadi warga negara yang efektif; (e) Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda; (f) Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal; (g) Me-miliki minat luas mengenai hidup; (h) Memiliki kesiapan untuk bekerja; (i) Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya.

4. Fenomena negatif yang mengemuka, menurut Kemendikbud (2012) antara lain, yaitu: (a) Perkelahian pelajar; (b) Narkoba; (c) Korupsi; (d) Plagiarisme; (e) Kecurangan dalam ujian seperti mencontek, mengerpek, dan sebagainya; dan (f) Gejolak masyarakat.

(4)

Pen-didikan terlalu menitikberatkan pada as-pek kognitif; (b) Pendidikan memberi be-ban yang terlalu berat bagi siswa; dan (c) Pendidikan kurang bermuatan karakter (Kemendikbud, 2012).

Selain alasan diatas, kemudian peme-rintah juga mengkaji ulang kurikulum 2006 atau sering kita kenal dengan kurikulum KTSP. Berdasarkan hasil kajian tersebut di-temukanlah beberapa permasalahan didalam kurikulum KTSP yang harus diperbaiki melalui pengembangan kurikulum 2013. Permasalahan-permasalahan tersebut (dalam kemendikbud, 2012) diantaranya, yaitu: 1. Konten kurikulum masih terlalu padat

yang ditunjukkan dengan banyaknya ma-tapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya me-lampaui tingkat perkembangan usia anak. 2. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

3. Kompetensi belum menggambarkan se-cara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodo-logi pembelajaran aktif, keseimbangan

soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum. 5. Kurikulum belum peka dan tanggap ter-hadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. 6. Standar proses pembelajaran belum

me-nggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penaf-siran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (pro-ses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara ber-kala.

8. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.

Hal-hal yang dijelaskan diatas meru-pakan latar belakang yang diangkat oleh pemerintah dalam pengembangan kurikulum 2013. Pro dan kontra yang muncul akibat wacana kurikulum 2013 bukan menjadi ha-langan pemerintah untuk tetap melanjutkan kurikulum 2013 yang dianggap akan dapat memperbaiki pendidikan Indonesia menjadi jauh lebih baik serta dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang muncul. Dalam berbagai kesempatan yang telah disampaikan oleh pengambil kebijakan, juga terangkum bahwa kurikulum 2013 mencoba untuk mengurangi beban guru secara ad-ministratif yang kemudian guru hanya akan terfokus pada proses pembelajaran.

Beberapa alasan perlunya pengemba-ngan Kurikulum 2013 adalah sebagai be-rikut. (1) Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa men-cari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam pelajaran. (2) Kecenderungan banyak negara menambah jam pelajaran. (3) Perbandingan dengan ne-gara-negara lain menunjukkanjam pelajaran di Indonesia dengan Negara lain relatif lebih singkat.

Implementasi Pembelajaran Dengan Pen-dekatan Saintifik pada Kurikulum 2013

(5)

Proses pembelajaran merupakan suatu pro-ses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian. Strategi merupakan istilah yang banyak dipakai dalam berbagai konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam kontek pembelajaran strategi berarti pola umum perbuatan guru-peserta didik didalam perwujudan kegiatan pembelajaran; konsep strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik rentetan perbuatan guru-peserta didik dalam peristiwa pembela-jaran (Sudirman; Rusyan; Arifin, dan Fatoni, 1989:90).

Strategi Pembelajaran adalah suatu pola umum pembelajaran siswa yang tersu-sun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, psikologi, didaktik, dan komunikasi dengan mengintegrasikan struk-tur (urutan langkah) pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran/alat pe-raga, pengelolaan kelas, evaluasi, dan waktu yang diperlukan agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Strategi terkait dengan kebijak-sanaan guru dalam memilih pendekatan, model pembelajaran, dan metode pembela-jaran (http://www.matematrick.com/2015/ 08/perbedaan-strategi-pende-katan-metode. html. Diakses 5-11-2016). Istilah lain yang juga dipergunakan dan sama maksudnya dengan strategi pembelajaran adalah model pembelajaran (Joyce; Weil; dan Calhoun, 2009).

Pendekatan pembelajaran adalah suatu rangkaian tindakan pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filo-sofis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran tertentu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016). Pembelajaran dengan pendekatan

saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masa-lah, mengajukan atau merumuskan hipote-sis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesim-pulan dan mengomunikasikan konsep, hu-kum atau prinsip yang “ditemukan”. Pende-katan saintifik dimaksudkan untuk memberi-kan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi me-nggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembe-lajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Di dalam Kurikulum 2013 yang sekarang mulai diterapkan di sebagian se-kolah-sekolah piloting ada dikenal namanya istilah Pendekatan Saintifik. Secara Istilah pengertian dari pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sede-mikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, meng-analisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atauprinsip yang “ditemu-kan” (http://www.matematrick. com/2015/-

08/perbedaan-strategi-pendekatan-meto-de.html. Diakses 5-11-2016).

(6)

Kemen-terian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) meliputi lima langkah, yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan data, meng-asosiasi, dan mengkomu-nikasikan. Selan-jutnya dijelaskan sebagai berikut.

1. Mengamati, yaitu kegiatan siswa meng-identifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau, pende-ngar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi ling-kungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang ter-sedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.

2. Menanya, yaitu kegiatan siswa meng-ungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat perta-nyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Perta-nyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari kegiatanmenanya adalah

siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.

3. Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan.

Kegiat-an mengumpulkKegiat-an data dapat dilakukKegiat-an dengan cara membaca buku, mengumpul-kan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, me-nyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji hipotesis.

4. Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan me-ngolah data antara lain melakukan klasi-fikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam meng-olah data misalnya membuat tabel, gra-fik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa meng-analisis data untuk membandingkan atau-pun menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan menalar/mengaso-siasi adalah siswa dapat menyim-pul-kan hasil kajian dari hipotesis.

(7)

mengomunikasikan adalah siswa dapat memformulasikan dan mempertang-gungjawabkan pembuktian hipotesis.

Model-Model Pembelajaran Dalam Im-plementasi Kurikulum 2013

Model Pembelajaran adalah contoh pola atau struktur pembelajaran siswa yang didesain, diterapkan, dan dievaluasi secara sistematis oleh guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pengertian lain model pembelajaran adalah suatu contoh bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru dikelas. Memilih atau menentukan model pembe-lajaran sangat dipengaruhi oleh kondisi Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat dari materi yang akan diajarkan, dantingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu, setiap model pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sin-taks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. (https://ibnufajar75.word- press.com/2014/05/31/model-model-pembe- lajaran-yang-sesuai-dengan-kurikulum-2013). Diakses: 5-11-2016).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendi-dikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses, model pem-belajaran yang diutamakan dalam imple-mentasi Kurikulum 2013 adalah model pem-belajaran inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan ( Pr-oblem Based Learning).

Untuk menentukan model pembelajar-an ypembelajar-ang akpembelajar-an dilakspembelajar-anakpembelajar-an dapat memper-timbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta kompetensi pengetahuan dan kete-rampilan sesuai dengan KD-3 dan/ atau KD-4.

2. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembela-jaran dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pe-ngetahuan dan keterampilan.

3. Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar pe-serta didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi ( ex-perimenting/ collecting information), mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).

Contoh kegiatan dalam model-model pembelajaran: (1) pembelajaran Inkuiri ( In-quiry Based Learning), (2) pembelajaran Discovery (Discovery Learning), (3) pembe-lajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan (4) pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning) yang dikaitkan dengan pendekatan saintifik (5M), dijelaskan sebagai berikut.

Model Inquiry Learning

Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:

(8)

bagai-mana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu. 2. Mengajukan pertanyaan tentang

fenome-na yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi feno-mena melalui kegiatan feno-menanya baik ter-hadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.

3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawab-an dari pertjawab-anyajawab-an yjawab-ang diajukjawab-an.

4. Mengumpulkan data yang terakait de-ngan dugaan atau pertanyaan yang diaju-kan, sehingga pada kegiatan tersebut pe-serta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar un-tuk merumuskan suatu kesimpulan. 5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan

berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.

Model Discovery Learning.

1. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajar-an/topik/tema yang akan dibahas, sehing-ga peserta didik mendapat pensehing-galaman belajar mengamati pengetahuan konsep-tual melalui kegiatan membaca, meng-amati situasi atau melihat gambar.

2. Problem Statement (mengidentifikasi ma-salah). Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasa-lahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.

3. Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan ma-salah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta di-dik untuk mencari atau merumuskan ber-bagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan. 4. Data Processing (mengolah data).

Ke-giatan mengolah data akan melatih pe-serta didik untuk mencoba dan meng-eksplorasi kemampuan pengetahuan kon-septualnya untuk diaplikasikan pada ke-hidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.

5. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk me-ngecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai ke-giatan, antara lain bertanya kepada te-man, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.

6. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

Project Based Learning

(9)

melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan

proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.

2. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.

3. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.

4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring ter-hadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi pro-yek yang sedang dikerjakan.

5. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan ber-bagai data lain dari berber-bagai sumber. 6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman.

Ta-hap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.

Problem Based Learning

Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar

melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pe-ngetahuan yang telah atau akan dipelajari-nya. Adapun langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

1. Mengorientasi peserta didik pada masa-lah. Tahap ini untuk memfokuskan peser-ta didik mengamati masalah yang men-jadi objek pembelajaran.

2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajar-an. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyam-paikan berbagai pertanyaan (atau me-nanya) terhadap masalah kajian.

3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka men-jawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber. 5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan

masalah. Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.

PENUTUP

Kesimpulan

(10)

pengembangan Kurikulum 2013 adalah meliputi: tantangan internal, tantangan eks-ternal, kompetensi masa depan yang harus dimiliki lulusan, fenomena negatif yang mengemuka dalam sistem pendidikan, dan persepsi masyarakat yang masih melihat mutu pendidikan masih kurang baik.

Pembelajaran dengan pendekatan sain-tifik adalah proses pembelajaran yang diran-cang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan meng-amati (untuk mengidentifikasi atau mene-mukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai tek-nik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”

Model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri (Inquiry Based

Learning), model pembelajaran discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasa-lahan (Problem Based Learning).

Saran

Kepada Guru, diharapkan dapat menerapkan pendekatan saintifik pada pe-laksanaan kurikulum 2013 dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan.

Kepada Pihak Sekolah, diharapkan dapat menyiapkan sarana prasarana yang di-butuhkan guru dan peserta didik dalam pro-ses pembelajaran pro-sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

Kepada Orang Tua, diharapkan dapat memahami dan mampu menyiapkan serta memberi dukungan terhadap terlaksa-nanya kurikulum 2013 bagi proses pem-belajaran putra-putrinya di sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Kemdikbud. 2016. Materi Pelatihan Imple-mentasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.

Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013 (Draf). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Joyce, Bruce; Weil, Marsha; dan Calhoun, Emily. 2009. Models of Teaching (model-model Pengajaran) Yogya-karta: Pustaka Pelajar.

Sadiman, A.S; Rahardjo, R; Haryono, Anung; dan Rahardjito. 2010. Media Pendidikan: Pengertian, Pengemba-ngan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Reksoadmodjo, T.N. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung: Refika Aditama.

Sudirman; Rusyan, A.T; dan Fathoni, T. 1989. Ilmu Pendidikaan. Bandung: Remaja Karya.

Sukmadinata, Nana S. 1988. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud Dikti Projek Pengembangan LPTK.

Pribadi, Benny A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005. tentang: Standar Nasional Pendidikan

Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Ten-tang Sistem Pendidikan Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat pula pada hasil ANOVA pada gambar 4 dan yang memberikan nilai F test untuk X4 (konduktifitas) yang cukup kecil bila dibandingkan dengan efek dari tiga

Harga pakan yang semakin tinggi menyebabkan para debitur penerima kredit sapi perah beralih ke instansi atau lembaga lain yang bergerak dibidang persusuan mengingat harga

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah wanita usia 30 - 50 tahun, bersedia menjadi subjek penelitian, belum mengalami menopause, tidak memiliki riwayat

Dengan melihat kecenderungan skor pada variabel kemampuan guru PAI, dapat disimpulkan bahwa variabel keterampilan mengelola kelas SMK Negeri 2 Kota Pangkalpinang termasuk

tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput. juga dapat terdeteksi dengan alat

Peneliti akhirnya meminta bantuan kepada guru-guru tersebut untuk menunjukkan siapa saja guru ekonomi yang berasal dari lulusan Pendidikan Ekonomi UNY dan

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Temaja (2015) yang menyatakan bahwa fashion involvement juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Penelitian ini berusaha mendeskripsikan tentang proses pembelajaran pada materi tari tradisional Laweut berdasarkan pola lantai dengan menggunakan metode pemodelan