• Tidak ada hasil yang ditemukan

FITOREMEDIASI PHOSPAT LIMBAH CAIR LAUNDRY MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR (Echinodorus paleafolius) DAN BAMBU AIR (Equisetum hyemale) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI Phytoremediation of Phosphate Content In Liquid Laundry Waste by Using Echinodorus paleafol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FITOREMEDIASI PHOSPAT LIMBAH CAIR LAUNDRY MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR (Echinodorus paleafolius) DAN BAMBU AIR (Equisetum hyemale) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI Phytoremediation of Phosphate Content In Liquid Laundry Waste by Using Echinodorus paleafol"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Ayu Maharani Siswandari et al., Fitoremediasi Fosfat Limbah 222

FITOREMEDIASI PHOSPAT LIMBAH CAIR LAUNDRY MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR (Echinodorus paleafolius) DAN BAMBU AIR (Equisetum

hyemale) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Phytoremediation of Phosphate Content In Liquid Laundry Waste by Using Echinodorus paleafolius and Equisetum hyemale Used as Biology Learning Resource

Ayu Maharani Siswandari1, Iin Hindun2, Sukarsono3

1,2,3

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246, Malang, Telp 0341-464318

e-mail korespondensi: windaaa049@gmail.com

ABSTRAK

Limbah cair laundry merupakan air sisa proses pencucian pakaian yang dapat menyebabkan toxic bagi kehidupan biota air jika tidak diproses terlebih dahulu. Fitoremediasi merupakan suatu sistem yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan menjadi bahan yang tidak berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mekanisme penurunan kadar Phospat dalam limbah cair laundry dengan metode fitoremediasi menggunakan tanaman Melati Air (Echinodorus paleafolius) dan Bambu Air (Equisetum hyemale). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode analisis data dilakukan secara deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada 17 Mei-10 Juni 2016 di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I Jl. Surabaya No. 2A Malang. Hasil penelitian menunjukkan kandungan Phospat pada limbah cair laundry melebihi batas ambang baku mutu air limbah yang telah ditetapkan PP No. 82 tahun 2001, yang berarti sangat berbahaya apabila dibuang ke lingkungan. Melati Air dapat menurunkan kadar Phospat sebesar 3,451 mg pada limbah dan sebesar 2,271 mg pada limbah yang telah diberi pengenceran. Tanaman Bambu Air tidak dapat digunakan untuk menurunkan kadar Phospat limbah, namun dapat menurunkan derajat keasaman (pH) sebesar 3,7 satuan pada limbah laundry secara fitoremediasi. Implementasi penelitian berupa media handout jenis kontekstual disertai gambar berwarna.

Kata kunci: fitoremediasi, handout, limbah cair laundry, tanaman air

ABSTRACT

Laundry liquid waste is the remain water of clothes washing process which causes toxic effects to the biotic area in the water in case of the liquid waste without proper processing. Phytoremediation is a system which is conducted by plants to break a contaminant compound into the non-hazard materials. This research aimed to analyze the mechanism to reduce phosphate content in laundry liquid waste by through phytoremediation process which had been done by using Echinodorus paleafolius and Equisetum hyemale. The research is quantitative descriptive in which the data analysis method was descriptive. The research was conducted in 17 May to 10 June 2016 in the Laboratory of Water Quality of Perum Jasa Tirta Jl. Surabaya No. 2A Malang. The research results showed that the phosphate content in laundry liquid waste exceed of threshold limit value of liquid waste standard which has been issued as PP No. 82 Year 2001. Therefore, this over limit of phosphate content is hazardous to be released to the environment. Echinodorus paleafolius is able to reduce the phosphate content as much as 3.451 mg within the high-density-phosphate waste and as much as 2.271 mg within the lower one. However Equisetum hyemale could not be used to reduce the phosphate content even though it could reduce acidity degree (pH) as much as 3.7 unit within this liquid waste through phytoremediation process. The implementation of the research results was the contextual handout which is completed with colored pictures.

Keywords: handout, laundry liquid waste, phytoremediation, water plants

Kerusakan ekosistem air menurut Arsyad (1989) adalah berupa menurunnya kualitas air salah satunya karena kandungan senyawa dari limbah rumah tangga yang masuk ke dalam air. Salah satu penyebab

menurunnya kualitas air adalah

(2)

Ayu Maharani Siswandari et al., Fitoremediasi Fosfat Limbah 223 85% yang masuk ke badan air di

Indonesia.

Rochman (2009) menyatakan bahwa limbah cair domestik yang paling tinggi volumenya adalah deterjen. Hal ini seiring dengan produksi deterjen dunia yang mencapai 2,7 juta ton/tahun, dengan kenaikan produksi tahunan mencapai 5%. Adanya limbah deterjen perlu diwaspadai karena kandungan bahan aktif dalam deterjen dapat mengganggu kesehatan.

Deterjen pada konsentrasi 0,5 mg/L sudah mampu membentuk busa sehingga menghambat difusi oksigen dari udara ke permukaan badan air. Alkil Sulfat pada kadar 15 mg/L dalam deterjen dapat mematikan ikan mas. Deterjen juga

mencemari lingkungan terutama

kandungan fosfat yang menyuburkan Eceng Gondok, sehingga mengurangi jatah oksigen terlarut bagi biota air. Dampak pada manusia antara lain iritasi pada kulit dan mata, serta kerusakan pada ginjal dan empedu. Adapun bagi hewan antara lain gangguan imun seperti pada marmut. Konsentrasi mematikan 50% pada deterjen adalah 0,3-60 ppm (Rochman, 2009).

Dewasa ini pertumbuhan industri

pencucian pakaian (Laundry) sangat

meningkat, berdasarkan data dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan

(Disperindag) Kota Malang pada tahun

2008, jumlah industri jasa (manufacturing)

di Kecamatan Lowokwaru meningkat 64% dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 673 unit usaha.

Prodjosantoso (2011)

mengemukakan bahwa limbah cair

Laundry selain mengandung sisa detergen juga mengandung pewangi, pelembut,

pemutih serta mengandung senyawa aktif

metilen biru yang sulit terdegradasi dan

berbahaya bagi kesehatan maupun

lingkungan. Industri Laundry juga

menghasilkan limbah cair yang

mengandung konsentrasi phosphat yang tinggi melebihi batas Baku Mutu air limbah. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001, kadar phospat yang diijinkan dalam limbah cair industri yaitu 0,2 mg/L. Sedangkan hasil penelitian Dewi (2015) terdapat sebanyak 173 mg/L Fosfat di

dalam limbah cair Laundry yang didapat

dari usaha Laundry di Darussalam, Banda

Aceh.

Hampir semua limbah cair dari usaha

Laundry rumahan di sekitar Kecamatan Lowokwaru dibuang melalui selokan atau sungai tanpa diolah atau diencerkan

terlebih dahulu. Berdasarkan hasil

observasi awal di usaha Laundry rumahan

“X Laundry” yang terletak di Jalan Karyawiguna diketahui bahwa limbah cair hasil proses pencucian pakaian dibuang

langsung ke aliran sungai daerah

Tegalgondo. Dalam satu kali proses

pencucian untuk 2,5 kg pakaian

menggunakan tiga ember air dan detergen bubuk yang ditambahkan ke dalam air tanpa takaran yang sesuai.

Perlu adanya pengolahan limbah cair

laundry yang mudah, murah dan tentunya

efektif untuk meminimalisir dampak

pencemaran air. Salah satunya adalah dengan metode Fitoremediasi. Menurut Subroto (1996), fitoremediasi adalah upaya

penggunaan tumbuhan dan

bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah

dan masalah-masalah pencemaran

lingkungan baik secara ex-situ

menggunakan kolam buatan atau reactor

maupun in-situ (langsung di lapangan)

pada tanah atau daerah yang

(3)

Ayu Maharani Siswandari et al., Fitoremediasi Fosfat Limbah 224 Menurut Padmaningrum (2014) pada

proses fitoremediasi, tumbuhan akan

memanfaatkan bahan kimia dalam limbah

sebagai nutrisi untuk kehidupannya.

Sedangkan Rosiana (2007) mengatakan bahwa tanaman meremediasi polutan organik melalui tiga cara, yaitu menyerap

secara langsung bahan kontaminan,

mengakumulasi metabolisme non

fitotoksik ke sel-sel tanaman, dan

melepaskan eksudat dan enzim yang dapat menstimulasi aktivitas mikroba, serta menyerap mineral pada daerah rizosfer. Tanaman juga dapat menguapkan sejumlah

uap air. Penguapan ini dapat

mengakibatkan migrasi bahan kimia.

Tanaman akan mampu meremediasi

polutan jika tanaman tersebut sudah mencapai usia dewasa.

Melati Air (Echinodorus paleafolius)

diketahui dapat digunakan sebagai

alternatif metode fitoremediasi limbah cair.

Berdasarkan hasil penelitian

Padmaningrum (2014) tentang Pengaruh

Biomasa Melati Air (Echinodorus

paleafolius) terhadap Kadar Fosfat, BOD, COD, TSS, dan Derajat Keasaman Limbah

Cair Laundry didapat hasil berupa

penurunan kadar Fosfat dari 221,5181 ppm menjadi 49,3333 ppm, nilai BOD turun

dari 7,360 mg O2/L menjadi 4,452 mg

O2/L, nilai COD dari 1682,660 mg O2/L

menjadi 1235,770 mg O2/L, nilai TSS dari

52,5 mg/L menjadi 25,0 mg/L dan Derajad Keasaman (pH) turun dari 8,80 menjadi 7,62.

Tanaman paku Bambu Air dapat menurunkan kandungan logam berat Pb dan Cr dalam limbah cair. Berdasarkan penelitian Anam (2013) tentang Penurunan

Kandungan Logam Pb dan Cr Leachate

Melalui Fitoremediasi Bambu Air

(Equisetum Hyemale) dan Zeolit menunjukkan penurunan kadar Pb sebesar 82,2% dan kadar Cr sebesar 61,2%.

Permasalahan ini berkaitan dengan konsep biologi yang diajarkan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X

semester 2, materi Perubahan

lingkungan/iklim dan daur ulang limbah

pada KD 4.10 “Memecahkan masalah

lingkungan dengan membuat desain

produk daur ulang limbah dan upaya

pelestarian lingkungan”. Dengan

menggunakan indikator pencapaian

kompetensi “Melaksanakan percobaan

pengaruh pencemaran air terhadap

kelangsungan hidup organisme”.

Observasi yang dilakukan pada tanggal 16 September 2016 di SMAN 1 Ngoro Mojokerto khususnya pada kelas X dengan mewawancarai guru pengampu

mata pelajaran biologi, ditemukan

beberapa permasalahan yang terjadi

diantaranya kurangnya variasi metode pembelajaran yang diterapkan guru dan terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki siswa.

Berdasarkan permasalahan yang

telah dipaparkan di atas, peneliti merasa penggunaan media pembelajaran dan sumber belajar yang baik sangat diperlukan

dalam rangka membantu proses

pembelajaran biologi yang efektif dan efisien. Untuk meningkatkan efektifitas siswa dalam belajar, maka guru dituntut untuk menggunakan bahan ajar yang isi materinya lebih terperinci dan sesuai kompetensi dalam hal ini berupa handout atau buku pegangan siswa. Penggunaan

media Handout ini dapat memperoleh

pengalaman belajar konkrit untuk

(4)

Ayu Maharani Siswandari et al., Fitoremediasi Fosfat Limbah 225

memungkinkan peserta didik untuk

melakukan pembelajaran secara aktif

melalui kegiatan praktikum (learn by

doing).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah yakni

Bagaimanakah mekanisme penurunan

kadar Phospat limbah cair laundry setelah

penerapan fitoremediasi menggunakan

tanaman Melati Air (Echinodorus

paleafolius) dan Bambu Air (Equisetum hyemale)? dan Bagaimana pemanfaatan hasil penelitian fitoremediasi Phospat

limbah cair laundry menjadi sumber

belajar biologi?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada 17 Mei-10 Juni 2016 di Jalan Notojoyo 179A

Tegalgondo Kecamatan Karangploso

Kabupaten Malang dan uji analisa

kandungan Phospat dan pH menggunakan jasa analisis di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I Jl. Surabaya No. 2A Malang 65115 Telp. 0341-551971. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskripstif kuantitatif untuk

menguji efektifitas fitoremediasi tanaman

Echinodorus paleafolius dan Equisetum hyemale pada phospat limbah cair laundry. Populasi dalam penelitian ini adalah limbah cair sisa pencucian pakaian di

seluruh usaha Laundry rumahan di sekitar

Kecamatan Karangploso Malang, dan yang diambil sebagai sampel yaitu limbah cair

sisa proses pencucian pakaian di “X

Laundry” yang dipilih dengan cara

purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti, kriteria tersebut adalah limbah yang dihasilkan dibuang ke sungai, karakter fisik limbah keruh dan berbau harum. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data primer. Pengolahan data kandungan phospat yang diperoleh dari hasil laboratorium. Kemudian data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk

tabel dan narasi untuk membahas

mengenai hasil penelitian. Data hasil laboratorium mengenai kadar phospat dan nilai pH pada setiap sampel dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Karakteristik Media Tanam sebelum ditanam Melati Air (Echinodorus paleafolius) dan Bambu Air (Equisetum hyemale)

Parameter Pot Kandungan Media Tanam PP No. 82 th 2001 Keterangan

Phospat (mg)

A 3,681 0,2 mg Melebihi batas

B 3,681 0,2 mg Melebihi batas

C 2,421 0,2 mg Melebihi batas

D 2,421 0,2 mg Melebihi batas

pH

A 9,9 6-9 Melebihi batas

B 9,9 6-9 Melebihi batas

C 10,9 6-9 Melebihi batas

D 10,9 6-9 Melebihi batas

Keterangan:

Pot A = Limbah laundry dan koral

Pot B = Limbah laundry dan koral

Pot C = Limbah laundry dengan pengenceran dan koral

(5)

Ayu Maharani Siswandari et al., Fitoremediasi Fosfat Limbah 226

Kadar phospat pada limbah laundry

sebelum dilakukan fitoremediasi sangat tinggi yakni sebesar 3,681 mg dengan pH sebesar 9,9 satuan. Sedangkan pada limbah yang telah diberi pengenceran dengan menambahkan air sebanyak 600 mL didapatkan kadar Phospat sebesar 2,421 mg dengan pH sebesar 10,9 satuan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, kadar Phospat yang diizinkan untuk dibuang ke lingkungan adalah sebesar 0,2 mg/L. Untuk pH tidak kurang dari 6 satuan dan tidak lebih dari 9 satuan.

Tabel 2. Kadar Phospat dan pH Limbah Laundry Setelah Penerapan Tanaman Fitoremedian

Para-meter Pot

Penerapan Tanaman

Melati Air (hari ke-) Standar Keterangan

3 6 9

Phospat (mg)

A 0,650 0,650 0,230 0,2 mg Layak dibuang ke lingkungan

B 0,720 0,520 0,620 0,2 mg Tidak layak dibuang ke lingkungan

C 1,400 0,516 0,150 0,2 mg Layak dibuang ke lingkungan

D 0,780 0,660 0,840 0,2 mg Tidak layak dibuang ke lingkungan

pH

A 7,4 6,9 7,2 6-9 Layak dibuang ke lingkungan

B 7,3 7,0 7,1 6-9 Layak dibuang ke lingkungan

C 7,4 7,5 7,3 6-9 Layak dibuang ke lingkungan

D 7,3 7,2 7,2 6-9 Layak dibuang ke lingkungan

Keterangan:

Pot A = Tanaman Melati Air dalam media tanam limbah dan koral

Pot B = Tanaman Bambu Air dalam media tanam limbah dan koral

Pot C = Tanaman Melati Air dalam media tanam limbah dengan

pengenceran dan koral

Pot D = Tanaman Bambu Air dalam media tanam limbah dengan pengenceran dan koral

Kadar phospat pada limbah laundry

yang ditanami tanaman Melati Air (pot A dan pot C) mengalami penurunan secara signifikan. Kadar Phospat awal limbah sebesar 3,681 mg (pot A) dan 2,421 mg (pot C) yang berarti sangat tidak memenuhi baku mutu. Kemudian Phospat menurun pada hari ke-3 sebesar 0,650 mg (pot A) dan 1,4 mg (pot C), 0,650 mg pada pot A (tetap) dan 0,516 mg (pot C) pada hari ke-6 dan pada hari ke-9 Phospat menurun menjadi 0,230 mg (pot A) dan 0,150 mg (pot C) yang berarti telah aman apabila dibuang ke lingkungan. Namun hal tersebut tidak berpengaruh terhadap pH. Nilai pH pada limbah terjadi penurunan secara drastis pada hari ke-3, namun kembali naik pada hari setelahnya.

Kadar phospat pada limbah

(6)

Ayu Maharani Siswandari et al., Fitoremediasi Fosfat Limbah 227 satuan dan pada pot D nilai pH tetap 7,2

satuan.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber belajar berupa handout. Terdapat beberapa jenis handout maka

penulis mengambil jenis kontekstual

disertai gambar berwarna. Handout ini digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai daur ulang limbah.

Handout yang digunakan berjudul

“Handout Biologi 10; Upaya Pelestarian

Lingkungan Melalui Pengelolaan Limbah

(Sebuah Pengalaman Mengatasi

Pencemaran melalui Fitoremediasi)”

Isinya terdiri dari: 1)Uraian mengenai pencemaran lingkungan dan daur ulang limbah dan 2) Foto penyebab polutan dan proses daur ulang limbah yang diambil dari referensi buku, majalah maupun hasil penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa keempat pot limbah terlihat sangat keruh dan terdapat algae yang melimpah hanya dalam waktu tiga hari sejak awal penempatan limbah. Hari ke-2 tanaman Melati Air terlihat layu dan tepi daun-daunnya mengering. Hari ketiga tanaman Melati Air pada pot C (limbah yang diencerkan) kembali segar, terlihat bunga putih mulai mekar. Namun, air limbah pada keempat pot terlihat sangat keruh ditandai dengan tumbuhnya algae yang melimpah. Hari ke-4 tanaman Melati Air pada pot A terlihat layu, sedangkan tanaman Melati Air pada pot C batang terlihat segar namun tepian daun yang mengering semakin lebar membuat daun mati satu persatu.

Hari ke-6 limbah pada pot A dan pot B berangsur-angsur jernih, namun tetap terdapat algae yang cukup melimpah.

Sedangkan pot C dan pot D limbah terlihat jernih seperti air biasa. Setiap hari selama sembilan hari tanaman Melati Air terlihat segar pada pagi hari kemudian layu saat siang hari dan kembali segar saat malam hari. Hal itu menunjukkan bahwa absorbsi zat makanan dan proses fotosintesis terjadi pada siang hari. Hal yang berbeda terjadi pada tanaman Bambu Air, hari ke-7 tanaman Bambu Air mulai mengering pada bagian ujung batang kemudian keseluruhan batang Bambu Air mengering pada hari ke-9.

Ion fosfat merupakan sumber P bagi tanaman. Ion fosfat pada penelitian ini, diambil oleh akar tanaman Melati Air sebagai nutrisi bagi tanaman sehingga semakin lama tanaman hidup dalam media limbah semakin kecil konsentrasi fosfat dalam limbah.

Hal ini tidak berlaku untuk tanaman Bambu Air, pada awal perlakuan, tanaman Bambu Air mengambil ion fosfat dari limbah cair, namun kemudian batang tanaman berturut-turut mengering. Hasil

pengeringan ini dimungkinkan

mengandung fosfat juga sehingga

menambah konsentrasi fosfat dalam

limbah cair. Hal ini juga mengindikasikan bahwa Bambu Air tidak baik sebagai

pelaku fitoremediasi Phospat limbah

Laundry.

Kadar fosfat yang tinggi

(7)

Ayu Maharani Siswandari et al., Fitoremediasi Fosfat Limbah 228 hari pancaran sinar matahari kedalam air

akan berkurang, sehingga proses

fotosintesis yang dapat menghasilkan oksigen juga berkurang (Padmaningrum, 2014).

Pertumbuhan lumut Pada media

limbah Laundry semakin lama semakin

banyak. Adanya lumut ini

mengindikasikan bahwa kandungan dalam limbah telah dapat digunakan tanaman untuk hidup. Selain itu, media tanam yang digunakan telah diencerkan terlebih dahulu yaitu dengan menambahkan air pada limbah. Peningkatan nilai kadar fosfat ini

juga mengindikasikan bahwa terjadi

pencemaran air. Apabila lumut yang tumbuh terlalu banyak, lumut akan menutupi badan air sehingga cahaya tidak akan masuk ke badan air. Ini akan menyebabkan proses fotosintesis terhambat dan tanaman kekurangan nutrisi untuk tumbuh. Hal ini dialami oleh tanaman Bambu Air.

Menurut Rusyani (2014) Proses penyerapan zat-zat yang terdapat dalam media tanam dilakukan oleh ujung-ujung akar dengan jaringan meristem terjadinya karena adanya gaya tarik-menarik oleh molekul-molekul air yang ada pada tumbuhan. Penyerapan logam diserap oleh akar tumbuhan dalam bentuk ion yang larut dalam air, selain ion-ion tersebut, unsur hara juga ikut masuk bersama aliran air. Zat-zat yang diserap oleh akar akan masuk ke batang melalui pembuluh angkut (xilem), yang kemudian akan diteruskan ke batang.

Belum dapat dipastikan seberapa besar kandungan Phospat yang terserap oleh kedua jenis tanaman. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut guna

menyempurnakan analisis mengenai

Fitoremediasi limbah. ke lingkungan. Jadi jelaslah bahwa limbah

Laundry ini sangat berbahaya jika dibuang langsung ke lingkungan. Perubahan pH akibat sintesis senyawa organik yang dilepaskan ke dalam media membuat pH pada limbah media tanam Melati Air tidak teratur. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan pH lingkungan karena tanaman diletakkan pada tempat terbuka.

Penurunan pH merupakan salah satu penyebab terjadinya pelarutan Ca-fosfat menjadi ortoCa-fosfat. Kemasaman media tanam juga berpengaruh kepada proses biotransformasi elemen makro dan mikro seperti Mn, Zn, Cu dan Mo.

Pelarutan elemen-elemen tersebut

berpengaruh terhadap patogenitas mikrobia patogen dan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Widawati, 2008).

Sedangkan pada Bambu Air dengan

media tanam limbah Laundry yang telah

diberi pengenceran dengan air mengalami penurunan dari 10,9 satuan menjadi 7,2 satuan. Jika hanya melihat nilai pH, bisa dikatakan bahwa limbah dari keempat media tanam selama sembilan hari perlakuan bila dibuang ke lingkungan tidak akan mencemari lingkungan.

Hasil penelitian diimplementasikan

sebagai Handout yang dapat dimanfaatkan

sebagai sumber belajar. Handout memiliki

arti penting dalam proses pembelajaran,

karena dengan adanya Handout diharapkan

(8)

Ayu Maharani Siswandari et al., Fitoremediasi Fosfat Limbah 229 proses pembelajaran berlangsung berkaitan

dengan materi pokok “Perubahan

Lingkungan/Iklim dan Daur Ulang

Limbah”. Handout yang dibuat merupakan

jenis Handout yang sesuai dengan materi

Perubahan Lingkungan/Iklim dan Daur

Ulang Limbah merupakan materi

pembelajaran yang terdapat pada silabus SMA kelas X kurikulum 2013.

Tabel 3. Kesesuaian Konsep Daur Ulang Limbah dalam Kurikulum 2013 dengan Hasil Penelitian Konsep Daur Ulang Limbah dalam Kurikulum 2013 Konsep Hasil Penelitain

Kompetensi Inti 4 Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

1. Jenis limbah yakni limbah padat, cair dan limbah B3.

2. Masing-masing jenis limbah memiliki

pengaruh terhadap kesehatan dan perubahan lingkungan.

3. Limbah Laundry termasuk dalam

kategori limbah cair yang sering dibuang ke lingkungan.

4. Limbah Laundry mengandung Phospat

yang tinggi.

5. Tingginya kadar Phospat dalam air

sungai menyebabkan meledaknya

pertumbuhan algae (Eutrofikasi)

6. Penanganan terhadap limbah cair dapat

dilakukan dengan metode

Fitoremediasi

Kompetensi Dasar 4.10 Memecahkan masalah

lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan.

Materi Pokok Perubahan Lingkungan/Iklim

dan Daur Ulang Limbah

Adanya kesesuaian antara konsep hasil penelitian dengan konsep Daur Ulang Limbah dalam Kurikulum 2013 seperti

yang terlihat pada tabel di atas,

menunjukkan bahwa konsep hasil

penelitian Fitoremediasi Phospat Limbah

Cair Laundry dapat menunjang kebutuhan

implementasi kurikulum 2013. Dengan adanya kesesuaian konsep ini, maka hasil penelitian Fitoremediasi Phospat Limbah

Cair Laundry dapat dijadikan bahan ajar

materi Perubahan Lingkungan/Iklim dan Daur Ulang Limbah untuk SMA Kelas X.

KESIMPULAN

Kandungan Phospat dan pH pada

limbah cair Laundry sangat tidak

memenuhi batas ambang baku mutu air limbah yang telah ditetapkan oleh PP No. 82 Tahun 2001. Meskipun telah diencerkan dengan air, kadar Phospat dan pH limbah

tetap tinggi. Setelah penerapan

fitoremediasi selama sembilan hari, terjadi penurunan kadar Phospat dan pH secara signifikan. Tanaman Melati Air dapat

digunakan untuk menurunkan kadar

Phospat dalam limbah cair Laundry

sebesar 3,451 mg dan sebesar 2,271 mg

pada limbah cair Laundry yang telah diberi

pengenceran. Dengan demikian tanaman Melati Air dapat digunakan sebagai tanaman fitoremedian untuk limbah cair

Laundry. Sedangkan tanaman Bambu Air tidak dapat digunakan untuk menurunkan

kadar Phospat limbah cair Laundry, namun

dapat menurunkan derajat keasaman (pH) sebesar 3,7 satuan pada limbah cair

Laundry secara fitoremediasi. Implementasi penelitian berupa petunjuk praktikum yang dikemas dalam media

pembelajaran Handout jenis Kontekstual

(9)

Ayu Maharani Siswandari et al., Fitoremediasi Fosfat Limbah 230

DAFTAR RUJUKAN

Anam, M. M., (2013). Penurunan

kandungan logam Pb dan Cr leachate melalui fitoremediasi bambu air (Equisetum hyemale) dan Zeolit.

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 1(2), 43-59.

Arsyad, S. (1989). Konservasi tanah dan

air. Bogor: IPB Press.

Dewi, F. (2015). Efisiensi penyerapan

phospat limbah laundry

menggunakan kangkung air

(Ipomoea aquatic Forsk) dan

jeringau (Acorus calamus). Jurnal

Teknik Kimia USU, 4(1), 7-10. Padmaningrum, R. T. (2014). Pengaruh

biomassa melati air (Echinodorus

paleafolius) dan teratai (Nymphaea firecrest) terhadap kadar Fosfat, BOD, COD, TSS dan derajat

keasaman limbah cair Laundry.

Jurnal Penelitian Saintek, 19(2), 64-74.

Prodjosantoso, A. K. (2011). Kimia

lingkungan: Teori dan aplikasinya. Yogyakarta: Kanisius.

Rifai, M. (2013). Kajian adsorpsi linear

alkyl benzene sulphonat (LAS) dengan bentonit alam (Skripsi tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Studi Kimia, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Riyanto, A. & Abdillah, A. D. (2012).

Faktor yang memengaruhi

kandungan E. coli makanan jajanan

SD di wilayah cimahi selatan. MKB,

44(2), 77-82.

Rochman, F. (2009). Pembuatan IPAL mini untuk limbah deterjen domestik.

Jurnal Penelitian Eksakta, 8(2), 134-142.

Rosiana, N. (2007). Fitoremediasi limbah

cair dengan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms) dan limbah padat industri minyak bumi dengan sengon (Paraserianthes falcataria l. Nielsen) bermikoriza.

Laporan Penelitian. Bandung:

Universitas Padjajaran.

Rusyani, R. (2014). potensi tumbuhan

genjer sebagai agen fitoremediasi pada limbah yang mengandung logam timbal (Pb) (Skripsi tidak

diterbitkan). Gorontalo: Jurusan

Pendidikan Kimia, Fakultass

Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo.

Stefhany, C. A. (2013). Fitoremediasi

phosfat dengan menggunakan

tumbuhan eceng gondok (Eichhornia

crassipes) pada limbah cair industri

kecil pencucian pakaian (laundry).

Jurnal Teknik Lingkungan Itenas,

1(1), 1-11.

Subroto, M. A. (1996). Fitoremediasi.

Prosiding Pelatihan dan Lokakarya

Peranan Bioremediasi dalam

Pengelolaan Lingkungan, Cibinong. Widawati, S. (2008). Aktivitas pelarutan

fosfat oleh aktinomisetes yang

diisolasi dari Waigeo, Kepulauan

Raja Ampat, Papua Barat.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Media Tanam sebelum ditanam Melati Air (Echinodorus paleafolius) dan Bambu Air (Equisetum hyemale)
Tabel 2. Kadar Phospat dan pH Limbah Laundry Setelah Penerapan Tanaman Fitoremedian Penerapan Tanaman
Tabel 3.  Kesesuaian Konsep Daur Ulang Limbah dalam Kurikulum 2013 dengan Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data dalam bentuk reduksi data, penyajian data (data display), dan menarik kesimpulan/verifikasi untuk memperoleh hasil akhir.Berdasarkan hasil

Masalah penelitian ini adalah apakah kemampuan menganalisis nilai-nilai moral cerpen Sampan Zulaiha Karya Hasan AL-Banna dengan model pembelajaran latihan penelitian lebih

Bagian inilah yang masih sangat rentan terjadi kecurangan, terkadang dari pihak up-line tidak melakukan pembinaan namun tetap mendapatkan bonus kepemimpinan

Economic dispatch adalah pembagian pembebanan pada setiap unit pembangkit sehingga diperoleh kombinasi unit pembangkit yang dapat memenuhi kebutuhan beban dengan

Bentuk nontes: Presentasi Presentasi dan diskusi Sekolah-sekolah Kristen dan Katolik di Minangkabau 7,14 15 Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai proses terjadinya

Pada model akhir dari uji multivariat, kelompok yang berusia lanjut (  45 tahun) berisiko 2,5 kali untuk memiliki kondisi kesehatan buruk. Kemudian, mantan perokok atau orang

Kafein dalam minuman berenergi dapat diukur dengan teknik DPA pada SPCE dengan potensial deteksi 1,3 V (0,05 detik) dan potensial pembersih 0,35 V (0,1 detik) walaupun

Pityriasis versikolor yang disebabkan oleh Malasezia furfur Robin (BAILLON 1889) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif,