• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berkumur dengan teh hitam lebih efektif daripada Chlorhexidine gluconate 0,2 untuk menurunkan akumulasi plak gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Berkumur dengan teh hitam lebih efektif daripada Chlorhexidine gluconate 0,2 untuk menurunkan akumulasi plak gigi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Berkumur dengan teh hitam lebih efektif daripada

C

hlorhexidine gluconate

0,2% untuk menurunkan

akumulasi plak gigi

(Gargle with black tea is more effective than chlorhexidine gluconate

0.2% to reduce dental plaque accumulation)

Nyoman Ayu Anggayanti,1IPG Adiatmika2 dan Nyoman Adiputra2 1Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Departemen Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar – Indonesia

Korespondensi (correspondence): Nyoman Ayu Anggayanti, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar - Bali. E-mail: anggayanti@gmail.com

ABSTRACT

Background: Dental plaque is a soft layer of bacteria, accumulate, and attached to the teeth. Plaque is formed when there is an interaction between the enzyme alpha amylase, bacteria, and glucose. The activity that often done to reduce dental plaque is to brush your teeth and gargle. One of them is gargling with black tea. Purpose: Here will be evaluated the effectiveness of black tea rinse compared to Chlorhexidine gluconate 0.2% in reduce the accumulation of dental plaque. With a total sample of 20 people, divided into two groups, and female with the age range 17 to 24 years old. Method: The study was conducted with the Pre and post test group design. Where one group gargled with a black tea without sugar and other groups gargled with Chlorhexidine gluconate 0.2%. Dental plaque identified by disclosing agent that applied to the tooth surface. In this study to measure the index dental plaque using test scores Patient Hygiene Perfomance Index modified (PHPM) by Martens and Meskin. Result: Chlorhexidine gluconate 0.2 % compared with gargle using black tea without sugar can reduce the accumulation of dental plaque greater the amount of 69.45% versus 45.02%. Polyphenols contained in black tea without sugar can suppress the growth of bacteria, inhibiting glucosyltransferase, preventing the formation of matrix material used for the plaque attached to the tooth surface, and inhibits the breakdown of carbohydrates, so there is no formation of easily fermented carbohydrates (maltose) by bacteria. Using black tea without sugar as a substitute Chlorhexidine gluconate 0.2%, in addition to the more natural as well as without side effects. Conclusion: Gargle with black tea without sugar immediately after eating is more effective to reduce the accumulation of dental plaque than Chlorhexidine gluconate rinse 0.2%.

Key words: Gargling, dental plaque, black tea without sugar, Chlorhexidine gluconate 0.2 %.

PENDAHULUAN

Gigi yang sehat tidak hanya melindungi diri dari sakit gigi dan mulut melainkan melindungi diri dari gangguan kesehatan lainnya. Sedapat mungkin menghindari penyebab gigi berlubang agar tidak terkena sakit gigi sehingga kesehatan tubuh lainnya tidak terganggu aktivitasnya. Sisa makanan yang melekat terlalu lama di permukaan gigi merupakan awal dari penyebab gigi berlubang yang mengarah kepada sakit gigi. Gigi yang sakit dapat menyebabkan

seseorang tidak dapat bekerja atau berpikir dengan baik. Banyak dijumpai bahwa seseorang yang datang ke dokter gigi bila giginya telah terlambat untuk dirawat.1 Pencegahan penyakit pada gigi bisa

dihubungkan dengan tindakan mengurangi jumlah mikroba dalam rongga mulut.2

(2)

keempat penyakit termahal dalam pengobatan.3

Plak gigi akan bertumbuh melalui pembelahan internal dari bakteri yang sebelumnya melekat pada biofilm dan bakteri pada permukaan. Secara klinis, plak gigi merupakan lapisan bakteri yang lunak, tidak terkalsifikasi, menumpuk, dan melekat pada gigi. Dalam bentuk lapisan tipis, plak gigi pada umumnya tidak terlihat dan hanya dapat terlihat dengan bantuan bahan disclosing agent. Hampir 70% plak gigi terdiri dari mikroorganisme. Karbohidrat yang paling sering dijumpai pada plak adalah produk bakteri dekstran, levan, dan dekstrose.4

Berbagai tindakan dilakukan untuk menjaga kesehatan rongga mulut. Tindakan yang utama dan sering dilakukan adalah sikat gigi. Obat kumur yang digunakan sebelum atau sesudah menyikat gigi dapat dipertimbangkan sebagai tindakan tambahan untuk kesehatan rongga mulut dan mengurangi jumlah mikroba dan perlekatan bakteri dalam rongga mulut. Untuk menambah efektivitas dari obat kumur, zat-zat anti mikroba ditambahkan ke dalam obat kumur. Obat kumur yang mengandung zat anti mikroba dapat digolongkan menjadi dua yaitu yang zat aktifnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan yang berbahan dasar chlorhexidine.4

Chlorhexidine gluconate merupakan salah satu

zat anti mikroba yang menjadi gold standard untuk pencegahan plak gigi.5 Konsentrasi minimum yang

efektif untuk chlorhexidine gluconate adalah 0,12%. Namun, obat kumur ini telah dilaporkan memiliki sejumlah efek samping lokal. Pada penggunaan jangka panjang didapat efek samping seperti warna coklat gigi, rasa yang kurang enak; ulserasi mukosa mulut dan paresthesia, pembengkakan parotis yang unilateral atau bilateral, dan peningkatan pembentukan kalkulus supra gingival.6

Banyak perusahaan mengeluarkan obat kumur yang dikatakan alamiah yang tidak disertai zat anti mikroba yang berasal dari obat-obatan kimiawi. Beberapa contoh zat alamiah yang digunakan untuk obat kumur antara lain ekstrak biji grapefruit, vegetable glycerin, Aloe vera, Echinacea, Melaleuca alternifolia, dan teh (Camellia sinensis).7

Studi pada binatang menunjukkan bahwa ekstrak teh hitam menunjukkan aktivitas yang mengurangi jumlah Streptococcus mutans yang berperan dalam karies gigi.8 Studi in vitro

menunjukkan aktivitas anti mikroba yang kuat pada bakteri patogen penyebab penyakit periodontal. Kandungan katekin yang terdapat dalam ekstrak teh hitam, diyakini berperan langsung dalam merusak dinding plasma bakteri.8 Peneliti lain

menemukan bahwa komponen kimia dalam teh hitam yang disebut polifenol dapat menekan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan karies dan dapat mengurangi kadar asam.8

Polifenol juga menghambat glukosiltransferase (enzim yang diproduksi oleh bakteri Streptococcus) dan mencegah pembentukan bahan matriks yang digunakan plak untuk melekat pada permukaan gigi. Polifenol bekerja pada enzim alpha amylase untuk menghambat pemecahan karbohidrat, sehingga tidak terjadi pembentukan karbohidrat yang mudah difermentasikan (maltose) oleh bakteri. Bakteri lebih susah hidup karena tidak ada nutrisi jadi plak yang terbentuk sedikit.9 Hal ini memotivasi

untuk pengembangan dari obat kumur dengan zat aktif anti mikroba yang nyaman dalam penggunaannya tanpa efek samping.

Semua jenis teh berasal dari Camellia sinensis (sebelumnya disebut Thea sinensis). Teh hitam dipercaya dapat menurunkan timbunan plak pada gigi. Satu kantung teh hitam celup (50 mg) dimasukkan ke dalam 200 ml air panas dengan suhu 80-90° C lalu diamkan selama 3 menit.10 Terdapat

sekitar 32,20 mg polifenol per 1 liter teh hitam. Teh hitam tanpa gula melalui zat aktif polifenol dapat menekan pertumbuhan bakteri dan mengganggu perlekatan bakteri ke lapisan gigi.11 Para peneliti

juga menemukan ukuran dan perlekatan plak yang berkurang karena bakteri tertentu kehilangan kemampuan mereka untuk membentuk agregat dengan bakteri yang lain ketika mereka terkena teh hitam tanpa gula.12 Efektivitas teh hitam tanpa gula

dalam hubungannya dengan akumulasi plak gigi dibandingkan dengan chlorhexidine gluconate 0,2% belum jelas. Menurut penelitian Sasaki pada tahun 2004, teh hitam tanpa gula tidak menimbulkan efek samping, oleh karena itu perlu dikaji efektifitas antara teh hitam dan chlorhexidine gluconate.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini adalah penelitian semi eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah pre and post test group design.13

(3)

Jumlah sampel yang ditentukan dengan rumus Pocock13, adalah 7 orang dengan antisipasi drop out

ditambahkan 30% sehingga jumlah sampel untuk satu kelompok adalah 10 orang. Pada penelitian ini terdapat dua kelompok sehingga total keseluruhan untuk jumlah sampel semua kelompok adalah 20 orang.

Kriteria inkulsi adalah usia 17–24 tahun, berbadan sehat, susunan gigi geligi rapi, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi keadaan rongga mulut. Kriteria eksklusi adalah memakai kawat gigi, memakai gigi palsu, terdapat lubang pada gigi, terdapat tumpatan pada gigi, terdapat karang gigi.

Pembagian kelompok sebanyak dua kelompok dengan cara random alokasi, kelompok 1 akan

menerima perlakuan berkumur chlorhexidine

gluconate 0,2% segera setelah makan. Kelompok 2

akan menerima perlakuan berkumur teh hitam tanpa gula segera setelah makan. Dalam penelitian ini untuk mengukur skor indeks menggunakan tes

Patient Hygiene Perfomance Index yang sudah

dimodifikasi (PHPM) oleh Martens dan Meskin4.

Skor PHPM adalah skor untuk semua jumlah permukaan gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi penentu. Jumlah keseluruhan skor adalah rentang 0 (terbaik)–60 (terburuk). Gigi yang diperiksa dalam penelitian ini menggunakan gigi indeks, permukaan gigi indeks yang dinilai adalah permukaan fasial dan lingual gigi indeks.

Teh hitam sebanyak 50 mg tanpa gula yang diseduh ke dalam air panas sebanyak 200 ml dengan suhu 80-90° C lalu diamkan selama 3 menit. Suhu teh hitam yang dipakai berkumur dengan suhu 27°C.

HASIL

Data akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah perlakuan diuji normalitasnya dengan menggunakan

uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data

berdistribusi normal (p>0,05).

Data akumulasi plak gigi antar kelompok baik sebelum maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05).

Tabel 1. Uji rerata data akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah perlakuan

K KK

KKelompok perelompok perelompok perelompok perelompok perlakuanlakuanlakuanlakuanlakuan

Akumulasi plak gigi kontrol pre 10 0,732 Normal Akumulasi plak gigi perlakuan pre 10 0,152 Normal Akumulasi plak gigi kontrol post 10 0,258 Normal Akumulasi plak gigi perlakuan post 10 0,652 Normal

n nn

nn ppppp KKeterKKKeteretereteranganeteranganangananganangan

Tabel 2. Hasil uji homogenitas kelompok data akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah perlakuan

V V V V Varararariabelariabeliabeliabeliabel

Akumulasi plak gigi pre 1,024 0,325 Homogen Akumulasi plak gigi post 0,138 0,714 Homogen

F FF

FF ppppp KKeterKKKeteretereteranganeteranganangananganangan

Uji komparabilitas sebelum perlakuan diuji berdasarkan rerata akumulasi plak gigi antar kelompok, menunjukkan bahwa rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol adalah 6,02±0,79; rerata akumulasi plak gigi kelompok perlakuan adalah 6,22±0,81. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t=0,56 dan nilai p=0,583. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata akumulasi plak giginya tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata akumulasi plak gigi antar kelompok sesudah perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol adalah 3,31±0,58; rerata akumulasi plak gigi kelompok perlakuan adalah 1,90±0,59. Analisis kemaknaan dengan uji

t-independent menunjukkan bahwa nilai t=5,37 dan

nilai p=0,001. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan, rerata akumulasi plak giginya berbeda secara bermakna (p< 0,05).

Tabel 3. Rerata akumulasi plak gigi antar kelompok sebelum perlakuan

K K K K Kelompokelompokelompokelompokelompok

Kontrol 10 6,02 0,79 0,5 0,58 Perlakuan 10 6,22 0,81 6 3

SB RerRerataataataataata akum akum akum akum akumulasiulasiulasiulasiulasi

plak gigi plak gigi plak gigi plak gigi plak gigi

Tabel 4. Rerata akumulasi plak gigi antar kelompok sesudah perlakuan

K K K K Kelompokelompokelompokelompokelompok

Kontrol 10 3,31 0,58 Perlakuan 10 1,90 0,59

SB Rerataataataataata akum akum akum akum akumulasiulasiulasiulasiulasi

(4)

Uji mengetahui efektivitas penurunan akumulasi plak gigi antar kelompok perlakuan diuji berdasarkan nilai rerata ketiga variabel tersebut antara sebelum dengan sesudah perlakuan. Terjadi penurunan akumulasi plak gigi pada kelompok kontrol sebesar 45,02% sedangkan pada kelompok perlakuan penurunan akumulasi plak giginya sebesar 69,45% dan pada masing-masing kelompok terjadi penurunan akumulasi plak gigi secara bermakna (p<0,05). Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-paired.

polifenol yang dapat menekan pertumbuhan bakteri, terutama Streptococcus yang menyebabkan karies dan mengurangi kadar asam. Demikian juga chlorhexidine

gluconate 0,2% sebagai standar obat kumur dalam

kedokteran gigi, mempunyai khasiat sebagai upaya pencegahan terbentuknya biofilm dan menghambat terjadinya akumulasi plak gigi. Tetapi chlorhexidine memiliki efek samping seperti pewarnaan pada gigi dan mengurangi daya pengecapan bila digunakan dalam jangka waktu lama5.

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perbedaan akumulasi plak gigi sesudah perlakuan antara berkumur dengan teh hitam tanpa gula dibandingkan berkumur dengan chlorhexidine gluconate 0,2%. Hal ini disebabkan karena polifenol yang terkandung pada teh hitam tanpa gula dapat menghambat glukosiltransferase (enzim yang diproduksi oleh bakteri Streptococcus) dan mencegah pembentukan bahan matriks yang digunakan plak untuk melekat pada permukaan gigi3.

Polifenol dapat bekerja di salah satu fungsi enzim

alpha amylase yaitu dengan menghambat pemecahan

karbohidrat, dimana enzim ini bekerja pada zat tepung atau pati (polisakarida) dan glikogen dengan memecah ikatan alpha 1-4, diubah menjadi maltose (sebuah disakarida yang mengandung dua molekul glukosa yang terikat oleh ikatan alpha 1-4), sehingga tidak terjadi pembentukan karbohidrat yang mudah difermentasikan (maltose) oleh bakteri. Oleh karena itu, pemecahan karbohidrat di dalam mulut menghasilkan maltose, isomaltosa, dan pati dextrins. Bakteri tidak berkembang karena tidak ada nutrisi sehingga plak yang terbentuk sedikit.9 Hal ini

memotivasi untuk pengembangan dari obat kumur dengan zat aktif anti mikroba yang nyaman dalam penggunaannya dan sedikit efek samping.

Lebih lanjut diketahui bahwa zat aktif polifenol yang terkandung dalam teh hitam tanpa gula dapat menekan pertumbuhan bakteri, mengganggu perlekatan bakteri ke lapisan gigi, dan melapisi permukaan gigi sehingga menghalangi bakteri pembentukan plak gigi11. Para

peneliti lain juga menemukan ukuran dan perlekatan plak yang berkurang karena bakteri tertentu kehilangan kemampuan mereka untuk membentuk agregat dengan bakteri yang lain ketika mereka terkena teh hitam tanpa gula.12

Kandungan polifenol, katekin, serta fluoride yang mencapai 90-350 ppm ada pada teh hitam tanpa gula atau sebanyak 32,20 mg polifenol per 1 liter teh hitam tanpa gula sehingga dengan kandungan tersebut maka teh hitam tanpa gula dipertimbangkan sebagai obat kumur.14 Fluoride dan polifenol bekerja secara

PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan remaja perempuan usia 17-24 tahun sebagai sampel yang terbagi menjadi dua kelompok masing-masing berjumlah sepuluh orang yaitu kelompok kontrol (chlorhexidine gluconate 0,2%) dan kelompok perlakuan (teh hitam tanpa gula). Data akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dan homogenitasnya dengan Levene’s test. Hasilnya menunjukkan bahwa semua data berdistribusi normal dan homogen sehingga digunakan uji parametrik, yaitu uji t-independent.

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata akumulasi plak gigi Kelompok Kontrol adalah 6,02±0,79, rerata akumulasi plak gigi kelompok perlakuan adalah 6,22±0,81. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p=0,583. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata akumulasi plak giginya tidak berbeda (p>0,05).

Sesudah perlakuan rerata akumulasi plak gigi kelompok kontrol adalah 3,31±0,58, rerata akumulasi plak gigi kelompok perlakuan adalah 1,90±0,59. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p=0,001. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan, rerata akumulasi plak giginya berbeda secara bermakna (p<0,05).

Terjadi penurunan akumulasi plak gigi pada kelompok perlakuan setelah berkumur dengan teh hitam tanpa gula, karena ekstrak teh hitam tanpa gula mengandung katekin, yang dapat berperan dalam merusak dinding plasma bakteri8 dan mengandung Tabel 5. Rerata akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah

perlakuan

K KK

KKelompok subelompok subelompok subelompok subyyyyyekelompok subekekekek

Akumulasi plak gigi 6,02±0,79 3,31±0,58 0,001 Kontrol perlakuan 6,22±0,81 1,90±0,59 0,001

Nilai rer Nilai rerNilai rer Nilai rerNilai rerataataataataata

p pp pp Sebelum

Sebelum Sebelum Sebelum

(5)

bersama-sama pada GTF dari Streptococcus mutans sehingga menghalangi pembentukan plak. Fluoride alami yang dikandung teh hitam tanpa gula efektif dalam mencegah gigi berlubang.15

Polifenol yang terkandung dalam teh hitam tanpa gula mempunyai banyak khasiat kesehatan. Polifenol adalah antioksidan yang kekuatannya 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin E. Polifenol bermanfaat untuk mencegah radikal bebas yang merusak DNA dan menghentikan perkembangbiakan sel-sel liar semacam kanker. Aktivitas polifenol maupun katekin sebagai antioksidan untuk mencegah radikal bebas dapat mengurangi kerusakan sel sehingga proses penuaan menjadi lebih lambat.14

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan akumulasi plak gigi, perbedaan pH, dan perbedaan fungsi enzim alpha amylase dalam rongga mulut akibat berkumur teh hitam tanpa gula dengan berkumur chlorhexidine gluconate 0,2% (p<0,05).

Mengingat teh hitam tanpa gula lebih efektif dalam menurunkan akumulasi plak gigi dibandingkan dengan chlorhexidine gluconate 0,2% maka disarankan untuk menggunakan teh hitam tanpa gula sebagai pengganti chlorhexidine gluconate 0,2%, di samping lebih alami dan tanpa efek samping. Dikarenakan teh hitam tanpa gula sebagai obat kumur yang tanpa efek samping, jadi dapat dipergunakan jangka panjang, yang mana akan menurunkan akumulasi plak gigi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nield, JS. Dental plaque biofilms. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2007.

2. Thomas JG. Managing The complexity of a dynamic biofilm. J Dent Assoc. 2011. 142(4):415-426.

3. Maryati. Derajat keasaman saliva pada rongga mulut berkaries dan tidak berkaries. Medan: FKG Universitas Sumatera Utara; 2000.

4. Suryo S. Patologi gigi-geligi: kelainan-kelainan jaringan keras gigi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 2002.

5. Parwani S, Rajkumar N, Himasnhu. Comparative evaluation of anti-plaque efficacy of herbal and 0,2% chlorhexidine gluconate mouthwash in a 4-day plaque re-growth study. J Indian Society of Periodontology 2013, V 17 (Issue 1).

6. Flotra L, Gjermo P, Rolla G, Waerhaug J. Side effects of chlorhexidine mouthwashes. Scand J Dent Res 1971; 79: 119-25.

7. Kumalaningsih S. Antioksidan alami, trubus agrosarana. Surabaya. 2006. h. 75-8.

8. Lauten JD, Boyd L, Hanson MB. A clinical study melaleuca, manuka, calendula and green tea mouth rinse. Phytotheraphy Research 2005; 19: 951-7. 9. Somantri, R. Kisah dan Khasiat Teh. Jakarta. PT.

Gramedia Pustaka Utama; 2011

10. Pratiwi, D. Gigi Sehat: merawat gigi sehari-hari, Jakarta. Penerbit buku Kompas; 2007.

11. Anggayanti A. Efektifitas kumur-kumur dengan teh hitam terhadap penurunan akumulasi plak gigi. Skripsi. Denpasar: Universitas Mahasaraswati; 2008.

12. Sasaki H, Matsumoto M, Tanaka, T, Maeda M, Nakai M, Hamada S, Ooshima. Antibacterial activity of polyphenol components in black tea extract against Streptococcus mutans. Caries Research; 2004; 38 (1). 13. Pocock S. J. Clinical trials. A practical approach. New

York John Wiley & Son Medical Publication; 2008. 14. Liplet. Teh kerjasama PTPN VIII, PPTK Gambung dan

ATI. Teh, terbukti secara ilmiah sebagai cara terbaik dan alami untuk meraih kesehatan. 2004.

15. Sarkar S, Sett P & Chowdhury, T. Effect of black tea on teeth. J Indian Soc Pedo Prev Dent 2000, 139-40 16. Mandel ID. Antimicrobial mouthrinses: Overview and

update. J Am Dent Assoc 1994; 125(Suppl 2): 2S-10. 17. Almas K, Skaug, Ahmad I. An in vitro antimicrobial

comparison of miswak extract with commercially available non alcohol mouthrinses. Int J Dental Hygiene 2009; 3: 18-24.

18. Andi N. Taklukkan penyakit dengan teh hijau. Depok: PT. Agromedia Pustaka; 2006.

19. Anggayanti A. Laporan penelitian pendahuluan untuk proposal penelitian berkumur dengan teh hitam lebih efektif daripada chlorhexidine gluconate 0,2% untuk menurunkan akumulasi plak dan enzim á-amilase serta menormalkan keasaman dalam rongga mulut pada remaja di kota Denpasar. Denpasar: Universitas Udayana; 2013.

20. Barnett ML. The rationale for the daily use of an antimicrobial mouthrinse. J American Dental Assoc 2006; 137 (suppl. 11): 16s-21s.

21. Bassett L. Telaah mendalam tentang teh dan kafein. University of Miami School of Medicine. 1997. p. 4-12. 22. Bradley R. Essentials of oral physiology. Michigan:

Mosby; 1995.

23. Carranza N. Cinical periodontology. WB Sounders Company; 1990. p. 150-60.

24. Chandra S. Textbook of community dentistry. India: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2002.

25. Chandran R, Suba GA, Chinnasamy K. Structure-function relationships in human salivary á-amylase: role of aromatic residues in a secondary binding site. section cellular and molecular biology. Biologia 2006; 63(6): 1028-34.

(6)

27. Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI. Profil kesehatan gigi dan mulut tahun 2011 Juni. Available at: http://www.depkes.go.id. Acecced Juni 29, 2013. 28. Edgar M, Dawes C, O’Mullane D. Saliva and oral health.

3rd ed London: British Dental Association; 2004.

29. Effendi DS, Syakir M, Yusron M. Budidaya dan pasca panen teh. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan; 2010.

30. Eliasson L, Carlen A, Almstahl A. Dental plaque pH and micro-organisms during hyposalivation. J Dental Research 2006; 85: 334-8.

31. Foster TD. Buku ajar ortodonsi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 1997.

32. Frank A, Guillermo T, Michael J. Salivary–amylase: role in dental plaque and caries formation. Critical Reviews in Oral Biology and Medicine 1993; 4(3/4): 301-7. 33. Fulder S. Khasiat teh hijau. Wilujeng TR, editor. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher; 2004.

34. Gardner EJ, Ruxton CHS, Leeds AR. Black tea–helpful or harmful? A review of the evidence. European J Clinical Nutrition 2007; 61: 3-18.

35. George KS. The effect of saliva on dental caries. J Am Dent Assoc 2008; 139(suppl 2).

36. Groppo FC, Bergamaschi CC, Cogo K. Use of phytotheraphy in dentistry. Phytoteraphy Research 2008; 22: 993-8.

37. Haffajee AD, Arguello EI, Ximenes-Fyvie LA. Controlling the plaque biofilm. Int Dent J 2008; 53: 191-9.

38. Hamilton JM. Anti-cariogenic properties of tea (Camellia sinensis). J Med Microbiol 2001; 50: 299-302. 39. Hartoyo A. Teh dan khasiatnya bagi kesehatan, sebuah

tinjauan ilmiah. Yogyakarta: Kanisius; 2003.

40. Isidora K, Theresia I, Krisnowati D. Teh hitam sebagai penghambat keprogresifan kanker rongga mulut. FKG Unair 2000. h. 3-8.

41. Lim KS, Kam PCA. Chlorhexidine-pharmacology and clinical applications. Anesh Intensive Care, University of Sidney 2008; 36: 502-12.

42. Lingstorm P, Van Ruyven FO, Kent R. The pH of dental plaque in its relation to early enamel caries and dental plaque flora in humans. J Dent Res 2000; 79: 770-7. 43. Manson JD, Eley BM. Buku ajar periodonti. Kentjana S,

editor. Edisi ke-2. Hipokrates, 1993.

44. Marsh PD, Devine DA. How is the development of dental biofilms influenced by the host. J Clin Periodontol 2011; 38 (suppl. 11): 28-35.

45. Marsh PD. Dental plaque as a biofilm and a microbial community – implications for health and disease. BMC Oral Health 2006; 6(suppl. 1): 1-7.

46. Max OS, Dorothy AF. Plaque control, dalam clinical periodontology. Dyson J, editor. Edisis ke-7. WB Saunders Company; 1990.

47. Narayanan R, Krishnan S, Prasunkumar J, Gyongyi G. Structure-function relationships in human salivary á-amylase: role of aromatic residues. Biologia, Bratislava 2005; 16: 47-56.

48. Neeraja R, Anantharaj A, Praveen P. The effect of povidon-iodine and chlorhexidine mouth rinse on plaque streptococcus mutans count in 6-12 year Old School Children : An in vivo Study. J Indian Soc Pedod Prevent Dent-Supplement. 2008.

49. Nolte, W.A. Oral Microbiology with basic Microbiology and Immunology 4th. Ed. St. Louis, Toronto, London: C V Mosby Co, 1982.

50. Oewen R & Bambang K. Pemanfaatan teh hitam dalam pencegahan karies gigi, Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, FKG Unpad, 2000. 1-7.

51. Peter J, Frederick J, Peter R Ellis. Human á-amylase and Starch Digestion: An Interesting Marriage. Weinheim. Starch-Journal 2011, 63: 395-405

52. Pintauli S. Pengukuran resiko karies. Dentika Dental Journal. 2007. 12 (1). 96-100.

53. Rahmadhan A G. Serba serbi kesehatan gigi dan mulut. Cet.1. Jakarta : Bukune, 2010.

54. Roth, Calmes. Oral biology. St. Louis, Toronto, London: C V Mosby Co, 1981.

55. Sharma S. Plaque disclosing agent – A Review. J Adv Dental Research, 2010; II:1.

56. Soesilo D, Santoso RE, Diyatri I. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Maj. Ked. Gigi. 2005; 38(1): 25-8. 57. Sreenivasan PK, Gittins E, The effects of a chlorhexidine

mouthrinse on culturable microorganisms of the tongue and saliva. Microbiological Research. 2004: 159: 4. 58. Sumawinata N. Dasar-dasar karies. Jakarta : EGC, 1992. 59. Surdacka A, Strzykata K, Rydzewska. Changeability of

oral cavity environment. Euro J Dent, 2007; 1: 14-7. 60. Thomas J G. Managing the complexity of a dynamic

biofilm. J Am Dent Assoc, 2011; 142(4): 415-26

61. Ukra M. The miracle of tea. Bandung: Mizan Publika Publishing House. 2011.

Gambar

Tabel 2.Hasil uji homogenitas kelompok data akumulasi plakgigi sebelum dan sesudah perlakuan
Tabel 5.Rerata akumulasi plak gigi sebelum dan sesudahperlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Ide dasar dari pengembangan model pada penelitian ini adalah menempatkan sejumlah elemen kerja ( task ) ke dalam beberapa stasiun kerja ( work station ) tanpa

Tantangan berupa pemilihan bahan baku dan produk disarankan untuk dihadapi dengan penggunaan parameter-parameter pembanding, seperti Chemical Value, Fuel Value, dan

). Ammonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan ammonium dapat terionisasi. Presentase ammonia bebas meningkat dengan meningkatnya pH di perairan. Pada pH 7 atau kurang,

Namun masih banyak pekerjaan rumah untuk pemerintah karena jaminan kesehatan dan layanan kesehatan yang layak masih sulit dijangkau oleh semua warga negara

Perancangan karya tari Janger Kebyar dapat dikatakan sebagai sebuah kreasi Tari Kakebyaran karena prinsip-prinsip dasar keindahan gerak, teknik dan bentuk penggarapan

Gambar 2 memperlihatkan proses crossover yang dilakukan pada populasi minimum 1 (satu). Pada proses ini terlihat bahwa proses seleksi menghasilkan dua kromosom orang tua

A series of p -Alkoxy Acetophenone have been synthesized using para - hydroxyacetophenone as starting material to give the target compounds (3a-g) with good yields

Variabel dari penelitian yang akan diteliti adalah loyalitas merek sebagai variabel dependen (Y) sedangkan variabel independen (X) adalah brand