Numerik
4.1 Rasionalisasi
Persamaan Diferensial adalah sutu persamaan yang memuat turunan. Sebagai contoh berikut ini
y dx
dy dx
y d
3 4 2
2
. Penyelesaian secara analitik dapat
dengan mudah dilakukan jika bentuk suatu persamaan diferensial berbentuk khusus atau sederhana. Bentuk-bentuk yang kompleks umumnya tidak dapat diselesaikan secara analitik. Cara numerik menjadi alternatif yang efektif dan efesien. Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam penyelesaian persamaan diferensial secara numerik adalah metode Deret Taylor, Euler, Beda Hingga, Multi Step dan lainnya. Penyelesaian dari suatu persamaan diferensial adalah formula atau nilai dari fungsi asal y = f(x). Penyelesana secara analitik diperoleh berupa nilai y = f(x) dalam bentuk analitik. Sedangkan penyelesaian secara numerik berupan nilai y = f(x) dalam bentuk bilangan atau grafk.
4.2 Klasifiasi Persamaan Diferensial
Secara umum Persamaan Diferenail dapat dibedakan menjadi dua, yaitu persamaan diferensial biasa dan parsial. persamaan diferensial biasa merupakan persamaan diferensial yang hanya memuat satu variable
bebas. Sebagai contoh adalah y dx
dy dx
y d
3 4
2 2
.
Ripai, S.Pd., M.Si
BAB
4.
PERSAMAAN DIPERENSIAL
Numerik
Sedangkan persamaan diferensial parsial merupakan persamaan diferensial yang memuat lebih dari satu variable bebas. Sebagai contoh adalah
0 2 2 2 2 2
xy
y f x
f
Tingiatan atau orde dari Persamaan diferensial merupakan ukuran yang menyatakan turunan tertinggi yang ada pada suatu persamaan diferensial. Persamaan
Diferenail y
dx dy dx
y d
3 4
2 2
disebut berorde 2 (dua), karena dalam persamaan diferensial tersebut memuat paling tinggi turunan tingkat 2 (dua). Sedangkan
Persamaan 1
2 4
2 4
dx dy x d
y
d disebut berorde 4 (empat)
karena dalam persamaan diferensial tersebut memuat paling tinggi turunan tingkat 4 (empat).
Derajat atau degree dari Persamaan Diferenail adalah pangkat tertinggi yang dimiliki oleh turunan tertinggi yang ada pada persamaan diferensial tersebut.
Persmaan diferensial y
dx dy dx
y d
3 4
2 2
disebut berderajat 1, karena pangkat tertinggi dari turunan tertinggi yang termuat dalam persamaan diferensial tersebut adalah 1 (satu). Sedangkan
3 2
2 3 3 4 2 2
y dx
y d dx
y d
adalah disebut persamaan diferensial berderajat 2 (dua) karena pangkat tertinggi dari turunan tertinggi persamaan diferensial tersebut adalah 2 (dua).
Linieritas suatu persamaan diferensial adalah ukuran yang menyatakan ketergantungan dari variabel persamaan diferensila tersebut. persamaan diferensial
3 2
2 3 3 4 2 2
y dx
y d dx
y
Numerik
tertinggi dari variabelnya adalah 1 (satu). Sedangkan
persamaan diferensial 2 4 3
2 3 3 4 2 2
y dx
y d dx
y d
disebut tidai linier, karena varibelnya memuat pangkat 4 (empat).
4.3 Masalah Nilai Awal ( Initial Value Problem ) Masalah nilai awal adalah suatu permasalahan persamaan diferensial yang memuat informasi tambahan dimana informasi tambahan itu memuat nilai variabel bebas yang sama.
Contoh :
y" = y + x +1 , y(0) = 0 , y’(0) = 0 y’ = y + x , y(0) = 0
4.4 Masalah Nilai Batas ( Bundary Value Problem ) Masalah nilai batas adalah persamaan diferensial yang memuat informasi tambahan dimana informasi tambahan itu memuat nilai variabel bebas yang tidak sama.
Contoh :
2 2
6 1
1
x y x y x
y , y(1) = 1 dan y’(1.5) = -1 Bandingkan dengan :
y x y u x x u
3 2
dengan syarat awal ( initial condition ) u(x,0) = x2
4.5 Penyelesaian Numerii Persamaan Diferensial Biasa
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa secara numerik adalah metode Euler, Multi Step dan Beda hingga.
4.5.1 Penyelesaian Diferensial Biasa Orde 1 (satu) 4.5.1.1 Metode Euler
Misalkan dimiliki fungsi y = f(x) dengan bentuk persamaan diferensial y’ = f(x,y) maka berdasarkan
Numerik
defnisi turunan fungsi beda maju tingkat pertama diperoleh formula metode Euler sebagai berikut:
h x f h x f x
f
h
) ( ) ( lim ) (
0
(bentuk analitik)
0 , 1
h
h f f
f i i
i (bentuk numerik)
Karena y = f(x), maka
h y y y h
f f
f i i
i i i
i 1 1 ==> yi1 yi h yi
==> yi1 yi h f(xi,yi)(karena y’=f(x,y)) )
, (
1 i i i
i y h f x y
y disebut sebagai bentuk iteratif
metode Euler.
Teladan 4.1
Misalkan dimiliki Persamaan diferensial 2 0
x y
dx dy
dengan y(0) = 2, maka tentukan nilai dari y(0.5) a) dengan secara numerik mengunakan metode Euler b) dengan cara analitik mengunakan metode integral
atau operator D
Solusi
a) Solusi numerik dengan metode Euler
Diketahui : PD. 2 0 y x2
dx dy y
x dx dy
Nilai awal y(0) = 2 ==> x0 = 0
dan y0 = 2
Ditanyakan : y(1,1) = …? ==> x = 1,2
a. Solusi Numerik
Jika h = 0.1, maka x=[0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.5 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1]. Persamaan Euler
) , (
1 i i i
i y h f x y
y , maka
)
( 2
1 i i i
i y h y x
y
y(0.1) = y1 = y0 + h(y0 – x02)
= 2 + 0.1(2-0.12) = 2.2
y(0.2) = y2 = y1 + h(y1 – x12)
= 2.2 + 0.1(2.2 – 0.22) = 2.421
y(0.3) = y3 = y2 + h(y2 – x22)
= 2.421 + 0.1 (2.421 – 0.32) = 2.6671
Numerik
= 2.6671 + 0.1 (2.6671 – 0.42) = 2.9428
y(0.5) = y5 = y4 + h(y4 – x42)
= 2.9428+ 0.1 (2.9428– 0.52) = 3.2531
Jadi nilai y(0.5) = 3.2531
b. Solusi Analitik
2 2
2 y x p(x) 1danq(x) x
dx dy x
y dx dy
Maka
e e vy vq x dx e x dx
v dx x ( ) x 2
Misal u x du xdxdandv exdx v ex
2 2
Akibatnya
uv vdu x e e xdx
dx x
e x 2 2 x x2
x2e x 2 xe xdx
Misal u = x ==> du = dx dan dv = e-xdx ==> v = -e-x
) 1 (
2
xe xdx uv
vdu xe x
e xdx x e x e x e x xye-x = - (-x2e-x + 2(-e-x(x+1)))
= e-x(x2 + 2x + 2)
y = x2 + 2x + 2
Jadi y = x2 + 2x + 2
Atau dengan cara lain mengunakan operator D
2 2
2 x
dx dy y x y dx dy x y dx dy
2 ) 1
( D yx
2
22 1 1
1
x D D x
D
y
y = x2 + 2x + 2
Jadi y = x2 + 2x + 2
Pengujian apakah solusi analitik ini benar dilakukan sebagai berikut:
y = x2 + 2x + 2 2x2
dx dy
2 2
2
2 2 2
02
x y x x x x
dx dy
. Bentuk
0
2
x y dx
dy sesuai dengan persamaan diferensial
yang diberikan. Untuk x = 0, maka y(0) = 2 sesui dengan nilai awal yang diketahui. Jadi y = x2 + 2x + 2
merupakan solusi analitik persamaan diferensial
Numerik
0
2
x y dx
dy . Dengan demikian dapat diperoleh nilai
sejati dari y(0.5) = (0.5)2 + 2(0.5) + 2 = 3.25.
Kode komputasi metode Euler yang dapat digunakan untuk membandingkan solusi numerik dan analitik serat tingkat error relatif dari PD x2y0
dx
dy .
h=0.1; x=[0:h:0.5]; y=2;
for i=1:length(x)-1
y(i+1)=y(i)+h*(y(i)+x(i)^2);
end
f=inline('x.^2+2.*x+2','x');
Tabel=[x;y;f(x);abs(100*(y-f(x))./f(x))]' xlswrite('hasil',Tabel)
plot(x,y,x,f(x)) grid on
x yNumerik yAnalitik Error Relatif
0 2 2 0 %
0.1 2.2 2.21 0.452488688 %
0.2 2.421 2.44 0.778688525 %
0.3 2.6671 2.69 0.851301115 %
Numerik
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 2
2.5 3 3.5
Gambar 4.1 Solusi Numerik PD x2y0
dx dy Teladan 4.2
Dapatkan model numerik dan nilai dari y(10) jika y(0) = 0 dari persamaan diferensial 3 xy2
dx dy Solusi:
Akan di tunjukkan bentuk numeriknya dengan menggunakan metode Euler sebagai berikut :
2
3 xy
dx dy
xy dx
dy
2 3
3
2 xy
dx dy
Karena xi ih, maka Bentuk umum persamaan numerik
motode Euler
i i
ii y hf x y
y1 ,
3
2 i i
i
y x h
y
3 2 3yi h xiyi
3 . . 2
3yi hhihyi
3 . 2
3yi hih2 yi
3 2
3 ih2 y h
i
3 2 3
2 3
:
2 1
h y ih y
xy dx dy
PDB i
i
Numerik
Dengan mengambil h = 0.1, maka kode komputasi yang
dapat diterapkan untuk mengevaluasi nilai dari y(10)
sebagaimana di bawah dengan hasil komputasi
x f(x) x f(x) x f(x) x f(x)
0.1 0.066666667 2.6
0.8578896 21
5. 1
0.4521328 84
7. 6
0.275393 421
0.2
0.132888
889 2.7
0.8473462 22
5. 2
0.4404298 51
7. 7
0.271375 776
0.3 0.198226667 2.8 0.834927241 5.3 0.429287244 7.8 0.267484741
0.4 0.262250311 2.9 0.820884274 5.4 0.418682207 7.9 0.263713759
0.5 0.324546139 3 0.805462513 5.5 0.408590469 8 0.260056757
0.6
0.384721
883 3.1
0.7888980 54
5. 6
0.3989869 15
8. 1
0.256508 099
0.7
0.442411
706 3.2
0.7714155 95
5. 7
0.3898460 67
8. 2
0.253062 552
0.8 0.497280727 3.3 0.753226546 5.8 0.381142494 8.3 0.249715246
0.9 0.549028972 3.4 0.734527537 5.9 0.372851137 8.4 0.246461644
1 0.597394673 3.5 0.715499325 6 0.364947576 8.5 0.243297511
1.1
0.642156
868 3.6
0.6963060 72
6. 1
0.3574082 36
8. 6
0.240218 891
1.2
0.683137
26 3.7
0.6770949 9
6. 2
0.3502105 34
8. 7
0.237222 08
1.3 0.720201312 3.8 0.657996291 6.3 0.343332988 8.8 0.234303603
1.4 0.753258584 3.9 0.63912344 6.4 0.336755284 8.9 0.231460201
1.5 0.782262322 4 0.620573648 6.5 0.330458306 9 0.228688807
1.6
0.807208
331 4.1
0.6024285 83
6. 6
0.3244241 45
9. 1
0.225986 536
1.7
0.828133
192 4.2
0.5847552 48
6. 7
0.3186360 86
9. 2
0.223350 665
1.8 0.845111868 4.3 0.567606996 6.8 0.313078573 9.3 0.220778625
1.9 0.858254783 4.4 0.551024636 6.9 0.307737168 9.4 0.218267989
2 0.867704464 4.5 0.535037608 7 0.302598496 9.5 0.215816459
2.1
0.873631
818 4.6
0.5196651 74
7. 1
0.2976501 85
9. 6
0.213421 859
2.2
0.876232
151 4.7
0.5049176 3
7. 2
0.2928808 07
9. 7
0.211082 125
Numerik
x f(x) x f(x) x f(x) x f(x)
005 55 4 57 9 516
2.5 0.866302504 5 0.464417129 7.5 0.27954476 10 0.204373011
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
x
f
(
x
)
Solusi PD: 3(dy/dx )+xy =2
Gambar 4.2 Solusi numerik PD 3 xy2
dx dy
x0=0; f(1)=0; x=10; h=0.1 x=[x0:h:x];
[n,m]=size(x); for i=1:m-1
f(i+1)=((3-i.*h.^2).*f(i)+2.*h)./3; end
disp([x;f]') plot(x,f) xlabel('x') ylabel('f(x)')
title('Solusi PD: 3(dy/dx)+xy=2') grid on
4.5.2 Metode Multi Step
Multi step merupakan metode integrasi yang didasari dari pendekatan poliniam Newton Gregori dengan batas integral dari [xn xx+1]. Tinjau kembali polynomial Newton
Gregori Mundur sebagai berikut:
! 3
2 1 !
2 1 !
1
3 3 2
2 1
0 s f s s f s s s f
f x P x f
Untuk x0 = xn , maka
Numerik sebagai berikut:
x ydx P x dx berdasarkan polynomial Newton Mundur adalah
1 2
Numerik
Diketahui persamaan diferensial: x y dx
dy
dengan nilai awal y(0) = 1; y(0,2) = 1,242 dan y(0,4) = 1,5836. Dapatkan nilai dari y(0,6).
Solusi:
Misalkan f(x,y) dx
dy
, maka menurut metode Multi Step nilai y(x) dapat ditentukan secara iteratif dengan
1 2
1 23 16 5
12
n n n n
n y h f f f
y .
xn yn fn
0 1 0 + 1 = 1
0.2 1.242 0.2 + 1.242 = 1.442 0.4 1.5836 0.4 + 1.536 = 1.9836 0.6 ..?
23
1,9836
16
1,4428
5
1
2,0426 122 , 0 36 8 5 , 1 6 , 0
5 16
23
12 1 2
1
y
f f
f h y
yn n n n n
4.5.3 Metode Adam Multon
Tentukan rumus penyelesaian metode Adam Multon untuk penyelesaian PERSAMAAN DIFERENSIAL
Solusi:
Teladan 4.4
Numerik
Diketahui Persamaan Diferensial 2;
Dengan y(0.2) = 1.2186, y(0.4) =1.4682, y(0.6) = 1.7379. Gunakan metode Adam Multon yang cocok untuk empat nilai terakhir (x,y) dan cari y(1,2) serta bandingkan penyelesain analitiknya.
Solusi:
h=0,2
N xn Y(xn) f(x,y) ket
0 0 1 1 Dik
1 0,2 1.2186 1.1786 Dik
2 0,4 1.4682 1.3082 Dik
3 0,6 1.7379 1.3779 Dik
4 0,8 2.014641 1.374641 Predikato r
0,8 2.014479 1.374479 Korektor
5 1 2.282184 1.282184 Predikato
r
1 2.281945 1.281945 Korektor
6 1,2 2.520724 1.080724 Predikato r
1,2 2.520456 1.080456 Korektor
Predicator :
Korektor :
4.5.4 Metode Deret Taylor
Tinjau kembali persamaan deret Taylor, dimana persamaan tersebut memuat turunan.
!
) ( ) ( !
3
) ( ) ( !
2
) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( 0
) ( 0 0
3 0 0
2 0 0
0 0
n x f x x x
f x x x f x x x f x x x f x f
n n
Numerik
memahami metode penerapannya, berikut diberikan teladan.
Teladan 4.5
Diketahui persamaan difrensial y’ + y = sin x dengan y(0) = 0. Tentukan nilai y(1).
Solusi:
Teladan 4.6
Diketahui persamaan difrensial tingkat satu:
.
Tentukan y(0.50) dengan metode Deret Taylor untuk h= 0.25.
Solusi:
Numerik
Diketahui y(x0) = y(0) = 1, maka dapat ditentukan
Sehingga menurut Deret Taylor
= ?
Sehingga,
Jadi, y(0.50) ≈ 0.8364682
4.5.2 PERSAMAAN DIFERENSIAL Orde Dua 4.5.2.1 Metode Deret Taylor
Tinjau kembali persamaan deret Taylor, dimana persamaan tersebut memuat turunan.
!
) ( ) ( !
3
) ( ) ( !
2
) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( 0
) ( 0 0
3 0 0
2 0 0
0 0
n x f x x x
f x x x f x x x f x x x f x f
n n
Numerik
pemahaman konsep penyelesaian persamaan diferensial dengan mengunakan deret taylor
Teladan 4.7
Tentukan sampai suku dengan metode deret Taylor dari persamaan diferensial
Solusi:
= 0
Untuk
Numerik
Teladan 4.8
Dapatkan penylesaikan n Polynomial derajat 3 dari PDB 2
2 2
3 xy
dx y d dx dy
dengan pendekatan Deret
Maclaurin, jika nilai awal y 0 0 dan y' 0 1.
Solusi:
2 2 2
3 xy
dx y d dx dy
3 " 2
' x f x xy
f
x xy f x
f " '
3 2
00 1
"
3 2
f x
3 f "x1
13
"
f x
Selanjutnya mencari f'''
x dengan caramenurunkan persamaan pertama terhadap x, diperoleh :
3 " 2
' x f x xy
f
x f x y yy x
f " 3 ''' 1 2 2
3f ''' x y2 2xyf x f" x 3f' ''
x 02
2 0 0 1 13
9 1 ' '
' x
f
bentuk dari persamaan maclaurinnya adalah :
2
3! 3
0 ' ' ' !
2 0 " !
1 0 '
0 f x f x f x
f x
Numerik
2 3
6 9 1
2 3 1 1 1
0 x x x
2 3
54 1 6
1x x
x
4.1.2.1 Metode Beda Hingga
Jika u = u(x) maka menurut defnisi turunan dapat diperoleh
a. Menurut beda maju
b. Menurut beda mundur
c. Menurut beda tengah
Tinjaun terhadap deret Taylor
! 3
) )( ( !
2 ) )( ( ) )( ( ) ( ) (
3 0 0
2 0 0
0 0
0 u x x x u x x x u x x x
x u x u
Menurut metode Deret Taylor
Numerik
ada 3 syarat batas Syarat batas Direchlet
Syarat batas Neumanat
Syarat batas Robbins
Persamaan Paisson
Persamaan diferensial Poisson adalah persamaan
diferensial derajat dua yang berbentuk
Misalkan PDB tersebut diselesaikan pada domain [0 1] dengan nilai awal u(0) = 0 dan u(1) = 0, maka diperoleh formula numerik sebagai berikut:
=0
Numerik
Teladan 4.9
Tentukan solusi numerik dan sketsa grafknya dari persamaan diferensial berikut
dengan syarat batas
Syarat Batas Dirichet Homogen
Syarat Batas Dirichet Non Homogen
Solusi:
Dengan mengambil h = ¼ , maka x= [0 0.25 0.5 0.75 1], maka diperoleh i = 0, 1, 2, 3, 4 dengan x0 = 0, x1 = 0.25,
x2 = 0.5, x3 = 0.75 dan x4 = 1.
Dari nilai awal yang diketahui u(0) = 0 u0 = 0 dan u(1)
= u4 = 100.
Dengan defnisi turuna kedua maka diperoleh: 3 1 1
2 1
1 2
2
2 2
ih u u u ih h
u u u x dx
u d
i i i i
i
i
i = 1 ==> u0 – 2u1 + u2 = (1)(1/4)3 = 1/64 ==> -2u1 + u2
= (1/64) – 0 = 1/64
i = 2 ==> u1 – 2u2 + u3 = (2)(1/4)3 = 1/32
i = 3 ==> u2 – 2u3 + u4 = (3)(1/4)3 = 3/64 ==> u2 – 2u3
= (3/64) - 100
Disajikan dalam bentuk matriks
100 ) 64 / 3 (
32 / 1
64 / 1
2 1 0
1 2 1
0 1 2
3 2 1
u u u
Penyelesaian untuk nilai ui dengan metode Eliminasi
Gauss Jordan dengan kode komputasi pada bagian terakhir pembahasan diperoleh
Program : Solusi SPL dengan Eliminasi Gauss Jordan ---A = [-2 1 0;1 -2 1;0 1 -2];
Numerik
B = [1/64;1/32;(3/64)-100];
Augmented Matriks Koefesien Sistem Persamaan Linier -2.0000 1.0000 0 0.0156
1.0000 -2.0000 1.0000 0.0313 0 1.0000 -2.0000 -99.9531
Proses Eliminasi Gauss Jordan B2 - (1/-2)B1
-2.0000 1.0000 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0.0391 0 1.0000 -2.0000 -99.9531
B3 - (1/-1.5)B2
-2.0000 1.0000 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0.0391 0 0 -1.3333 -99.9271
B2 - (1/-1.3333)B3
-2.0000 1.0000 0 0.0156 0 -1.5000 0 -74.9062 0 0 -1.3333 -99.9271
B1 - (0/-1.3333)B3
-2.0000 1.0000 0 0.0156 0 -1.5000 0 -74.9062 0 0 -1.3333 -99.9271
B1 - (1/-1.5)B2
-2.0000 0 0 -49.9219 0 -1.5000 0 -74.9062 0 0 -1.3333 -99.9271 (1/-2)B1
1.0000 0 0 24.9609 0 -1.5000 0 -74.9062 0 0 -1.3333 -99.9271
(1/-1.5)B2
1.0000 0 0 24.9609 0 1.0000 0 49.9375 0 0 -1.3333 -99.9271 (1/-1.3333)B3
Numerik
0 0 1.0000 74.9453
Solusi dari SPL adalah u1 = 24.9609
u2 = 49.9375 u3 = 74.9453
Karena nilai h = ¼ dan dari hasil komutasi serta nilai awal di atas, maka diperoleh solusi numeri
U(0) = 0
U1 = 24.9609 ==> U(0.25) = 24.9609
U2 = 49.9375 ==> U(0.50) = 49.9375
U3 = 74.9453 ==> U(0.75) = 74.9453.
U(1) = 100
Jika solusi tersebut disajikan dalam bentuk grafk, maka diperoleh
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
x
u
(
x
)
Solusi PD biasa
Gambar 4.3 Solusi PD
Kode komputasi unutk mengambar grafk fungsi solusi dari Persamaan diferensial.
x=[0:0.25:1];
u=[0 24.9609 49.9375 74.9453 100]; plot(x,u,'*-r')
grid on xlabel('x'); ylabel('u(x)')
title('Solusi PD biasa')
Teladan 4.9
Numerik
Selesaikan persamaan diferensial berikut dan sketsa grafknya.
:
Solusi:
Dari persamaan PD yang diketahui, maka diperoleh persamaan numeriknya sebagai berikut:
Dari syarat batas yang diketahui dan mengunakan turunan beda tengah diperoleh
3 5 3
5
4 0
4 1 2 0 0
) 1
( u u u u u
dx du
u(0) = 0 ==> u0 = 0
Dari PD yang diketahui, maka
3 1 1
2 1
1 2
2
2
2 ih u u u ih
h u u u x dx
u d
i i i i
i
i
i = 1 ==> u0 – 2u1 + u2 = (1)(1/4)3 ==> -2u1 + u2 = 1/64
i = 2 ==> u1 – 2u2 + u3 = (2)(1/4)3 ==> u1 – 2u2 + u3 =
1/32
i = 3 ==> u2 – 2u3 + u4 = (3)(1/4)3 ==> u2 – 2u3 + u4 =
3/64
i = 4 ==> u3 – 2u4 + u5 = (4)(1/4)3 ==> 2u3 – 2u4 = 1/16
Bentuk Augmented Matriksnya diperoleh
16 / 1
64 / 3
32 / 1
64 / 1
2 2 0 0
1 2 1 0
0 1 2 1
0 0 1 2
4 3 2 1
u u u u
Program : Solusi SPL dengan Eliminasi Gauss Jordan
---A = [-2 1 0 0;1 -2 1 0;0 1 -2 1;0 0 2 -2]; B = [1/64;1/32;3/64;1/16];
Numerik
0 0 2.0000 -2.0000 0.0625 Proses Eliminasi Gauss Jordan
B2 - (1/-2)B1
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 1.0000 -2.0000 1.0000 0.0469 0 0 2.0000 -2.0000 0.0625
B3 - (1/-1.5)B2
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 1.0000 0.0729 0 0 2.0000 -2.0000 0.0625
B4 - (2/-1.3333)B3
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 1.0000 0.0729 0 0 0 -0.5000 0.1719
B3 - (1/-0.5)B4
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 0 0.4167 0 0 0 -0.5000 0.1719
B2 - (0/-0.5)B4
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 0 0.4167 0 0 0 -0.5000 0.1719 B1 - (0/-0.5)B4
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 0 0.4167 0 0 0 -0.5000 0.1719
B2 - (1/-1.3333)B3
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 0 0 0.3516 0 0 -1.3333 0 0.4167 0 0 0 -0.5000 0.1719 B1 - (0/-1.3333)B3
Numerik
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 0 0 0.3516 0 0 -1.3333 0 0.4167 0 0 0 -0.5000 0.1719
B1 - (1/-1.5)B2
-2.0000 0 0 0 0.2500 0 -1.5000 0 0 0.3516 0 0 -1.3333 0 0.4167 0 0 0 -0.5000 0.1719
(1/-2)B1
1.0000 0 0 0 -0.1250 0 -1.5000 0 0 0.3516 0 0 -1.3333 0 0.4167 0 0 0 -0.5000 0.1719
(1/-1.5)B2
1.0000 0 0 0 -0.1250 0 1.0000 0 0 -0.2344 0 0 -1.3333 0 0.4167 0 0 0 -0.5000 0.1719
(1/-1.3333)B3
1.0000 0 0 0 -0.1250 0 1.0000 0 0 -0.2344 0 0 1.0000 0 -0.3125 0 0 0 -0.5000 0.1719 (1/-0.5)B4
1.0000 0 0 0 -0.1250 0 1.0000 0 0 -0.2344 0 0 1.0000 0 -0.3125 0 0 0 1.0000 -0.3437 Solusi dari SPL adalah
u1 = -0.125 u2 = -0.23437 u3 = -0.3125 u4 = -0.34375
Berdasarkan nilai awal dan hasil komputasi tersebut, maka diperoleh solusi numerik pada interval [0 1] dengan h = ¼ adalah
u(0) = 0; u(0.25) = u1 = -0.125; u(0.5) = u2 = -0.23437;
Numerik
Sketsa grafknya dengan kode komputasi x=[0:0.25:1];
u=[0 -0.125 -0.23437 -0.3125 -0.34375]; plot(x,u,'-*r')
xlabel('x') ylabel('u(x)')
title('Solusi PD biasa')
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 -0.35
-0. 3 -0.25 -0. 2 -0.15 -0. 1 -0.05 0
x
u
(
x
)
Solusi PD bias a
Gambar 4.4 Solusi PD u”(x) = x2 u(0)=u’(1) = 0
Teladan 4.10
Selesaikan PD biasa dengan syarat Batas Neuman
Homogen : dengan u(0) = 0 dan
Solusi:
3 5
3 5
4 1 12
4 1 2 1 1
) 1
( u u u u u
dx du
3 1 1
2
2u u ih
u x dx
u d
i i
i
i = 1 ==> u0 - 2u1 + u2 = (1)(1/4)3 ==> -2u1 + u2 = 1/64
Numerik
i = 3 ==> u2 - 2u3 + u4 = (3)(1/4)3 = 3/64
i = 4 ==> u3 – 2u4 + u5 = (4)(1/4)3 ==> 2u3 – 2u4 =
(1/16)-(1/2) =-7/16
16 / 7
64 / 3
32 / 1
64 / 1
2 2 0 0
1 2 1 0
0 1 2 1
0 0 1 2
4 3 2 1
u u u u
Program : Solusi SPL dengan Eliminasi Gauss Jordan ---A = [-2 1 0 0;1 -2 1 0;0 1 -2 1;0 0 2 -2];
B = [1/64;1/32;3/64;-7/16];
Augmented Matriks Koefesien Sistem Persamaan Linier -2.0000 1.0000 0 0 0.0156 1.0000 -2.0000 1.0000 0 0.0313 0 1.0000 -2.0000 1.0000 0.0469 0 0 2.0000 -2.0000 -0.4375
Proses Eliminasi Gauss Jordan B2 - (1/-2)B1
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 1.0000 -2.0000 1.0000 0.0469 0 0 2.0000 -2.0000 -0.4375
B3 - (1/-1.5)B2
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 1.0000 0.0729 0 0 2.0000 -2.0000 -0.4375 B4 - (2/-1.3333)B3
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 1.0000 0.0729 0 0 0 -0.5000 -0.3281
B3 - (1/-0.5)B4
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 0 -0.5833 0 0 0 -0.5000 -0.3281
Numerik
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 0 -0.5833 0 0 0 -0.5000 -0.3281
B1 - (0/-0.5)B4
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 0 -0.5833 0 0 0 -0.5000 -0.3281
B2 - (1/-1.3333)B3
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 0 0 -0.3984 0 0 -1.3333 0 -0.5833 0 0 0 -0.5000 -0.3281
B1 - (0/-1.3333)B3
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 0 0 -0.3984 0 0 -1.3333 0 -0.5833 0 0 0 -0.5000 -0.3281 B1 - (1/-1.5)B2
-2.0000 0 0 0 -0.2500 0 -1.5000 0 0 -0.3984 0 0 -1.3333 0 -0.5833 0 0 0 -0.5000 -0.3281 (1/-2)B1
1.0000 0 0 0 0.1250 0 -1.5000 0 0 -0.3984 0 0 -1.3333 0 -0.5833 0 0 0 -0.5000 -0.3281 (1/-1.5)B2
1.0000 0 0 0 0.1250 0 1.0000 0 0 0.2656 0 0 -1.3333 0 -0.5833 0 0 0 -0.5000 -0.3281 (1/-1.3333)B3
1.0000 0 0 0 0.1250 0 1.0000 0 0 0.2656 0 0 1.0000 0 0.4375 0 0 0 -0.5000 -0.3281 (1/-0.5)B4
Numerik
1.0000 0 0 0 0.1250 0 1.0000 0 0 0.2656 0 0 1.0000 0 0.4375 0 0 0 1.0000 0.6562
Solusi dari SPL adalah u1 = 0.125; u2 = 0.26562 ; u3 = 0.4375; u4 = 0.65625. Dari nilai awal dan hasil komputasi numeris diperoleh solusi numerik PD tersebut adalah U(0) = 0; u(0.25) = 0.125; u(0.5) = 0.26562; u(0.75) = 0.4375 dan u(1) = 0.65625
0 0.1 0.2 0.3 0. 4 0.5 0.6 0.7 0. 8 0.9 1 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
x
u
(
x
)
Solus i PD bias a
Gambar 4.5 Solusi PD u”(x) = x2 dengan u(0)=0 dan
u’(1)=1 Teladan 4.11
dengn u(0) 0 dan (1)
1 0dx du u
Syarat batas Robbins Homogen
Solusi:
Pada domain [0 1] dengan h = ¼ , maka u(1) = u4 dan
4
) 1
( u
dx du
sehingga dari syarat batas Robbins
Homogen diperoleh
4 3 5 3
5 4 4
4 0 12
4 1 2 0
0 ) 1 ( ) 1
( u u u u u u u u
dx du
u
Numerik
3 1 1
2 1
1 2
2
2
2 ih u u u ih
h u u u x dx
u d
i i i i
i
i
i = 1 ==> u0 – 2u1 + u2 = (1)(1/4)3 ==> -2u1 + u2 =
1/64
i = 2 ==> u1 – 2u2 + u3 = (2)(1/4)3 ==> u1 -2u2 + u3 =
1/32
i = 3 ==> u2 – 2u3 + u4 = (3)(1/4)3 ==> u2 – 2u3 + u4 =
3/64
i = 4 ==> u3 – 2u4 + u5 = (4)(1/4)3 ==> 2u3 – 2½ u4 =
1/16
Bentuk Augmented Matriksnya adalah
16 / 1
64 / 3
32 / 1
64 / 1
5 . 2 1 0 0
1 2 1 0
0 1 2 1
0 0 1 2
4 3 2 1
u u u u
Program : Solusi SPL dengan Eliminasi Gauss Jordan ---A = [-2 1 0 0;1 -2 1 0;0 1 -2 1;0 0 1 -2.5];
B = [1/64;1/32;3/64;1/16];
Augmented Matriks Koefesien Sistem Persamaan Linier -2.0000 1.0000 0 0 0.0156 1.0000 -2.0000 1.0000 0 0.0313 0 1.0000 -2.0000 1.0000 0.0469 0 0 1.0000 -2.5000 0.0625 Proses Eliminasi Gauss Jordan
B2 - (1/-2)B1
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 1.0000 -2.0000 1.0000 0.0469 0 0 1.0000 -2.5000 0.0625 B3 - (1/-1.5)B2
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 1.0000 0.0729 0 0 1.0000 -2.5000 0.0625
B4 - (1/-1.3333)B3
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 1.0000 0.0729 0 0 0 -1.7500 0.1172
Numerik
B3 - (1/-1.75)B4
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 0 0.1399 0 0 0 -1.7500 0.1172
B2 - (0/-1.75)B4
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 0 0.1399 0 0 0 -1.7500 0.1172
B1 - (0/-1.75)B4
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 1.0000 0 0.0391 0 0 -1.3333 0 0.1399 0 0 0 -1.7500 0.1172 B2 - (1/-1.3333)B3
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 0 0 0.1440 0 0 -1.3333 0 0.1399 0 0 0 -1.7500 0.1172
B1 - (0/-1.3333)B3
-2.0000 1.0000 0 0 0.0156 0 -1.5000 0 0 0.1440 0 0 -1.3333 0 0.1399 0 0 0 -1.7500 0.1172 B1 - (1/-1.5)B2
-2.0000 0 0 0 0.1116 0 -1.5000 0 0 0.1440 0 0 -1.3333 0 0.1399 0 0 0 -1.7500 0.1172
(1/-2)B1
1.0000 0 0 0 -0.0558 0 -1.5000 0 0 0.1440 0 0 -1.3333 0 0.1399 0 0 0 -1.7500 0.1172
(1/-1.5)B2
Numerik
0 0 -1.3333 0 0.1399 0 0 0 -1.7500 0.1172 (1/-1.3333)B3
1.0000 0 0 0 -0.0558 0 1.0000 0 0 -0.0960 0 0 1.0000 0 -0.1049 0 0 0 -1.7500 0.1172 (1/-1.75)B4
1.0000 0 0 0 -0.0558 0 1.0000 0 0 -0.0960 0 0 1.0000 0 -0.1049 0 0 0 1.0000 -0.0670
Solusi dari SPL adalah u1 = -0.055804 u2 = -0.095982 u3 = -0.10491 u4 = -0.066964
Berdasarkan nilai awal dan perolehan hasil komputasi di atas, maka diperoleh solusi numerik unutk PDB tersebut adalah
U(0) = 0; U(0.25) = -0.055804; u(0.5) = -0.095982; u(0.75) = -0.10491 dan u(1) = -0.066964
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 -0.12
-0. 1 -0.08 -0.06 -0.04 -0.02 0
x
u
(
x
)
Solusi numerik Pers amaan Diferens ial Bias a
Gambar 4.6 Solusi PD u”(x) = x2 dg u(0)=0 dan
u(1)+u’(1)=0
Numerik
x=[0:0.25:1];
y=[0 -0.055804 -0.095982 -0.10491 -0.066964]; plot(x,y,'*-r');
grid xlabel('x'); ylabel('u(x)')
title('Solusi numerik Persamaan Diferensial Biasa')
Kode Komputasi Eliminasi Gauss Jordan clc;
clear all;
disp('Program : Eliminasi Gauss Jordan ') disp('---') A=input('A = ');
B=input('B = '); M=[A B];
n=length(B);
disp('Augmented Matriks Koefesien Sistem Persamaan Linier')
disp(M)
disp('Proses Eliminasi Gauss Jordan')
for i=1:n-1 if M(i,i)==0 c=i;
while M(c,i)==0 c=c+1; end
T=M(i,:); M(i,:)=M(c,:); M(c,:)=T;
disp(['B' num2str(i) '<--> B' num2str(a)]) disp(M)
end
for j=i+1:n if M(j,i)~=0
disp(['B' num2str(j) ' - (' num2str(M(j,i)) '/'
num2str(M(i,i)) ')B' num2str(i)])
M(j,:)=M(j,:)-(M(j,i)./M(i,i)*M(i,:)); disp(M)
end
Numerik
if M(n,n)==0&M(n,n+1)~=0
disp('SPL tidak memiliki solusi')
else
for i=n:-1:2
for j=i-1:-1:1
disp(['B' num2str(j) ' - (' num2str(M(j,i)) '/'
num2str(M(i,i)) ')B' num2str(i)])
M(j,:)=M(j,:)-(M(j,i)./M(i,i)*M(i,:)); disp(M)
end
end
for i=1:n
disp(['(1/' num2str(M(i,i)) ')B' num2str(i)]) M(i,:)=(1/M(i,i)*M(i,:));
disp(M) end
end
disp('Solusi dari SPL adalah') for i=1:n
disp(['u' num2str(i) ' = '
num2str(M(i,n+1))]) end
4.6 Persamaan Diperensial Parsial 4.6.1 Metode Beda Hingga
Telah dibahas Defnisi Turunan pertama: Beda Maju:
h x f h x f dx
dy ( ) ( )
Beda Mundur :
h h x f x f dx
dy ( ) ( )
Beda Tengah :
h h x f h x f dx dy
2
) ( )
(
dan
2 2
2 ( ) ( ) 2 ( )
h
x f h x f h x f dx
y
d
Berdasarkan defnisi tersebut, maka dapat diketahui
defnisi dari turunan parsial sebagai berikut:
Numerik
Dan defnisi turunan Parsial Tingkat Dua.
2
Teladan 4.12
Dimiliki persamaan diferensial parsial: xy
persamaan diferensial parsial tersebut dengan mengambil
Numerik
Untuk h=0,25 dan domain 0 ≤ x ≤ 1 dan 0 ≤ y ≤ 1, maka diperoleh
x = 0, 0.25, 0.5, 0.75 dan 1 serta y = 0, 0.25, 0.5, 0.75
dan 1
Dari persamaan diferensial parsial diperoleh j
Variabel-variabel tersebut adalah f
1,0
Selanjutnya SPL perlu direduksi agar menjadi SPL dengan
banyaknya variable sama dengan banyaknya
persamaan. Untuk mereduksi SPL tersebut menjadi 16
Numerik
variabel, maka ditentukan nilai dari 4 (empat) variable
lainnya dengan menganalisis dari nilai awal dan syarat
batas yang digunakan sebagai beikut:
Berdasarkan perolehan dari nilai awal dan syarat batas tersebut, disubtitusikan ke SPL yang telah diperoleh sebelumnya sehingga SPL menjadi 16 persamaan dan 16 variabel sebagai beikut:
Numerik
Numerik
Numerik
Hasil komputasi dengan kode program di bawah A=[-4 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;...
B=[0.25^4-20; 2*0.25^4-10;3*0.25^4-10; 0.25^3-11;2*0.25^4-10;...
Numerik
4*0.25^4; 6*0.25^4;2*0.25^3-1;3*0.25^4-10;6*0.25^4;9*0.25^4;...
3*0.25^3-1;0.25^3-10;2*0.25^3;3*0.25^3; 0.25^2-1];
f=inv(A)*B;
f1,1 = 9.7195 f(0.25, 0.25) = 9.7195
f1,2 = 9.3793 f(0.25, 0.50) = 9.3793
f1,3 = 8.8783 f(0.25, 0.75) = 8.8783
f
1,4
= 7.9684 f(0.25, 1,00) = 7.9684
f
2,1
= 9.5024 f(0.50, 0.25) = 9.5024
f
2,2
= 8.9273 f(0.50, 0.50) = 8.9273
f
2,3
= 8.1771 f(0.50, 0.75) = 8.1771
f2,4 = 7.1170 f(0.50, 1,00) = 7.1170
f3,1 = 9.3708 f(0.75,0.25) = 9.3708
f3,2 = 8.6659 f(0.75, 0.50) = 8.6659
f3,3 = 7.8091 f(0.75, 0.75) = 7.8091
f3,4 = 6.7354 f(0.75, 1.00) = 6.7354
f4,1 = 9.3265 f(1.00, 0.25) = 9.3265
f4,2 = 8.5801 f(1.00, 0.50) = 8.5801
f4,3, = 7.6931 f(1.00, 0.75) = 7.6931
f4,4 = 6.6210 f(1.00, 1.00) = 6.6210
Numerik
f0,0 = 10 f(0, 0.00) = 10
f
0,1
= 10 f(0, 0.25) = 10 dan f
1,0
= 10 f(0.25, 0) =
10
f
0,2
= 10 f(0, 0.50) = 10 dan f
2,0
= 10 f(0.50, 0) =
10
f0,3 = 10 f(0, 0.75) = 10 dan f3,0 = 10 f(0.75, 0) =
10
f0,4 = 10 f(0, 1.00) = 10 dan f4,0 = 10 f(1.00, 0) =
10
f5,0 = f3,0 = 10 f(1.25, 0.00) = 10
f5,1 = f3,1 = 9.3708 f(1.25, 0.25) = 9.3708
f5,2 = f3,2 = 8.6659 f(1.25, 0.50) = 8.6659
f
5,3
= f
3,3
= 7.8091 f(1.25, 0.75) = 7.8091
f
5,4
= f
3,4
= 6.7354 f(1.25, 1.00) = 6.7354
f0,5 = 1 + f0,3 – 0.5f0.4 = 1 + 10 -0.5(10) = 6
f(0, 1.25) = 6
f1,5 = 1 + f1,3 – 0.5f1,4 = 1 + 8.8783 – 0.5(7.9684) = 6.8941
f(0.25, 1.25) = 6.8941
f2,5 = 1 + f2,3 – 0.5f2,4 = 1 + 8.1771 – 0.5(7.1170) = 5.6186
f(0.50, 1.25) = 5.6186
f3,5 = 1 + f3,3 – 0.5f3,4 = 1 + 7.8091 – 0.5(6.7354) = 5.4414
Numerik
f(0.75, 1.25) = 5.4414
f4,5 = 1 + f4,3 – 0.5f4,4 = 1 + 7.6931 – 0.5(6.6210) = 5.3826
f(1.00, 1.25) = 5.3826
Hasil analisis tersebut di atas, jika diringkas dalam
sebuah table, maka akan diperoleh sebagai berikut
i j x y f(x,y) i j x y f(x,y)
0 0 0 0 10 3 0 0.75 0 10
0 1 0 0.2
5 10 3 1 0.75 0.25 9.3708
0 2 0 0.5 10 3 2 0.75 0.5 8.6659
0 3 0 0.7
5 10 3 3 0.75 0.75 7.8091
0 4 0 1 10 3 4 0.75 1 6.7354
0 5 0 1.2
5 6 3 5 0.75 1.25 5.4414
1 0 0.2
5 0 10 4 0 1 0 10
1 1 0.2
5 0.25 9.7195 4 1 1 0.25 9.3265
1 2 0.2
5 0.5 9.3793 4 2 1 0.5 8.5801
1 3 0.2
5 0.75 8.8783 4 3 1 0.75 7.6931
1 4 0.2
5 1 7.9684 4 4 1 1 6.6210
1 5 0.2
5 1.25 6.8941 4 5 1 1.25 5.3826
2 0 0.5 0 10 5 0 1.25 0 10
2 1 0.5 0.2
5 9.5024 5 1 1.25 0.25 9.3708
2 2 0.5 0.5 8.9273 5 2 1.25 0.5 8.6659
2 3 0.5 0.7
5 8.1771 5 3 1.25 0.75 7.8091
2 4 0.5 1 7.1170 5 4 1.25 1 6.7354
2 5 0.5 1.2
Numerik
0
0.5
1
1.5
0 0.5 1 1.5
5 6 7 8 9 10
x y
f
(
x
,
y
)
Gambar 4.6 Solusi Numerik PDP: xy
y f x
f
2 2 2 2
x=[0 0 0 0 0 0 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25,...
0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75,...
1 1 1 1 1 1 1.25 1.25 1.25 1.25 1.25];
y=[0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25,...
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25,...
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 0 0.25 0.5 0.75 1];
f=[10 10 10 10 10 6 10 9.7195 9.3793 8.8783 7.9684 6.8941,...
10 9.5024 8.9273 8.1771 7.1170 5.6186 10 9.3708 8.6659,...
7.8091 6.7354 5.4414 10 9.3265 8.5801 7.6931 6.6210,...
5.3826 10 9.3708 8.6659 7.8091 6.7354]; plot3(x,y,f,'-*r')
grid on; xlabel('x'); ylabel('y'); zlabel('f(x,y)')
4.6.2 Siema Beda Hingga
Suatu cara lain unutk mendapatkan Augmented matriks dari permasalahan PDP pada teladan di atas adalah
Numerik
dengan mengunakan skema beda hingga. Dari syarat batas PDP yang diketahui
10 10
) 0 ,
(x fi,0
f dan f(0,y)10 f0,j 10
j j j
j j j
f f f
f f
f y
x f
, 3 , 5 ,
3 , 5 , 1 4 , 1 4
0 5
, 0 )
25 , 0 ( 2 0
) , 1
(
4 , 3
, 5
, 4
, 1 4 , 1 4
, 2 1 0,5
) 25 , 0 ( 2 2
) 1 , ( ) 1 ,
(x f x fi fi fi fi fi fi
y f
serta dengan h = ¼ , maka terjemahan syarat batas PDP tersebut dalam skema beda hingga diberikan pada gambar di bawah.
Persamaan diferensial yang akan diselesaikan dengan skema beda hingga tersebut adalah xy
y f x
f
2 2 2 2
dengan nilai awal dan syarat
4 2
2 , 1 , 1 , , 1 ,
1 f f f 4f h xy h (ih)(jh) ijh fi j i j i j i j i j i j
4 1 , 1 , , 1 , 1 ,
4fi j fi j fi jfi j fi j ijh
Numerik
Gambar 4.7 Skema beda hingga PDP xy y
f x
f
2 2 2 2
(1,1) ==> -4f1,1 + f2,1 + 10 + f1,2 + 10 = (1)(1)(1/4)4 =
1/256
-4f1,1 + f1,2 + f2,1 = 1/256 – 20
(1,2) ==> -4f1,2 + f2,2 + 10 + f1,3 + f1,1 = (1)(2)(1/4)4 =
1/128
f1,1 - 4f1,2 + f1,3 + f2,2 = 1/128 - 10
(1,3) ==> -4f1,3 + f2,3 + 10 + f1,4 +f1,2 = (1)(3)(1/4)4 =
3/256
-4f1,3 + f1,2 + f1,4 + f2,3 = 3/256 – 10
(1,4) ==> -4f1,4 + f2,4 + 10 + f1,3 + (1+f1,3 – 0.5f1,4) = (1)
(4)(1/4)4 = 1/64
2f1,3 – 4.5f1,4 + f2,4 = 1/64 -11
(2,1) ==> -4f2,1 + f3,1 + f1,1 + f2,2 + 10 = (2)(1)(1/4)4 =
1/128
f1,1 – 4f2,1 + f2,2 + f3,1 = 1/128 – 10
(2,2) ==> -4f2,2 + f3,2 + f1,2 + f2,3 + f2,1 = (2)(2)(1/4)4 =
1/64
Numerik
(2,3) ==> -4f2,3 + f3,3 + f1,3 + f2,4 + f2,2 = (2)(3)(1/4)4 =
3/128
f2,2 -4f2,3 + f2,4 + f1,3 + f3,3 = 3/128
(2,4) ==> -4f2,4 + f3,4 + f1,4 + f2,3 + (1+f2,3 – 0.5f2,4) = (2)
(4)(1/4)4
f1,4 + 2f2,3 – 4.5f2,4 + f3,4 = 1/32 – 1 = (132)/32 =
-31/32
(3,1) ==> -4f3,1 + f4,1 + f2,1 + f3,2 + 10 = (3)(1)(1/4)4 f2,1 – 4f3,1 + f3,2 + f4,1 = 3/256 – 10
(3,2) ==> -4f3,2 + f4,2 + f2,2 + f3,3 + f3,1 = (3)(2)(1/4)4 f2,2 + f3,1 – 4f3,2 + f3,3 + f4,2 = 3/128
(3,3) ==> -4f3,3 + f4,3 + f2,3 + f3,4 + f3,2 = (3)(3)(1/4)4 f2,3 + f3,2 -4f3,3 + f3,4 + f4,3 = 9/256
(3,4) ==> -4f3,4 + f4,4 + f2,4 + f3,3 + (1+f3,3 – 0.5f3,4) = (3)
(4)(1/4)4
==> f2,4 + 2f3,3 – 4.5f3,4 + f4,4 = (3/64)-1
(4,1) ==> -4f4,1 + f3,1 + f3,1 + f4,2 + 10 = (4)(1)(1/4)4 =
1/64
2f3,1 – 4f4,1 + f4,2 = (1/64)-10
(4,2) ==> -4f4,2 + f3,2 + f3,2 + f4,3 + f4,1 = (4)(2)(1/4)4 =
1/32
2f3,2 + f4,1 – 4f4,2 + f4,3 = 1/32
(4,3) ==> -4f4,3 + f3,3 + f3,3 + f4,4 + f4,2 = (4)(3)(1/4)4 =
(3/64)
2f3,3 + f4,2 – 4f4,3 + f4,4 = 3/64
(4,4) ==> -4f4,4 + f3,4 + f3,4 + f4,3 + (1+ f4,3 – 0.5f4,4) = (4)
(4)(1/4)4 = 1/16
2f3,4 + 2f4,3 – 4.5f4,4 = (1/16) – 1
Numerik
Bentuk augmented matriks yang diperoleh sama dengan hasil yang diperoleh sebelumnya.
Teladan 4.13
Selesaikan persamaan diferensial Parsial 0 2
Solusi:
Model skema beda hingga dari permasalahan di atas adalah
0
2 2 2 2
y T x
T
Numerik
Gambar 4.8 Skema beda hingga PDP:
Dari PDP yang diketahui diperoleh
0
2 2 2 2
y T x
T
0 2
2
2
, 1 , 1 , 2
, ,
1 ,
1
h
T T
T h
T T
Ti j i j i j i j i j i j
0 2
2 , , 1 , 1 ,
, 1 ,
1
Ti j Ti j Ti j Ti j Ti j Ti j
0 4 , 1, 1, , 1 , 1
Ti j Ti j Ti j Ti j Ti j
Menurut PDP numerik di atas, maka nilai Tk pada tiap titik adalah
T1 ==> -4T1 + T2 +25 + T5 + 25 = 0 ==> -4T1 +
T2 + T5 = -50
T2 ==> -4T2 + T3 + T1 + T6 + 25 = 0 ==> T1 – 4T2 + T3 + T6 = -25
Numerik
T4 ==> -4T4 + (12.5+T3) + T3 + T8 + 25 = 0
==> 2T3 – 4T4 + T8 = -12.5
T5 ==> -4T5 + T6 + 25 + T9 + T1 = 0 ==> T1 – 4T5 + T6 + T9 = -25
T6 ==> -4T6 + T7 + T5 + T10 + T2 = 0 ==> T2 + T5
- 4T6 + T7 + T10 = 0
T7 ==> -4T7 + T8 + T6 + T11 + T3 = 0 ==> T3 + T6 – 4T7 + T8 + T11 = 0
T8 ==> -4T8 + (12.5+T7) + T7 + T12 + T4 = 0 ==> T4 + 2T7 – 4T8 + T12 = -12.5
T9 ==> -4T9 + T10 + 25 + T13 + T5 = 0 ==> T5 – 4T9 + T10 + T13 = -25
T10 ==> -4T10 + T11 + T9 + T14 + T6 = 0 ==> T6 + T9 – 4T10 + T11 + T14 = 0 T11 ==> -4T11 + T12 + T10 + T15 + T7 = 0
==> T7 + T10 – 4T11 + T12 + T15 = 0
T12 ==> - 4T12 + (12.5 + T11) + T11 + T16 + T8 = 0
==> T8 + 2T11 – 4T12 + T16 = -12.5
T13 ==> -4T13 + T14 + 25 + (12.5+T9) + T9 = 0
==> 2T9 – 4T13 + T14 = -37.5
T14 ==> -4T14 + T15 + T13 + (12.5+T10) + T10 = 0
==> 2T10 + T13 – 4T14 + T15 = -12.5
T15 ==> -4T15 + T16 + T14 + (12.4 + T11) + T11 = 0
==> 2T11 + T14 – 4T15 + T16 = -12.5
T16 ==> -4T16 + (12.5+T15) + T15 + (12.5+T12) + T12
= 0
==> 2T12 + 2T15 – 4T16 = -25
Numerik
Penyelesaian SPL tersebut dengan invers matriks diperoleh sebagai berikut:
Numerik
T1 = 26.3032; T2 = 28.3518; T3 = 28.8280; T4 =
26.8593;
T5 = 28.3518; T6 = 33.2759; T7 = 42.7902; T8 =
49.0017
T9 = 28.8280; T10 = 35.1008; T11 = 41.0183; T12 =
46.1187
T13 = 26.8593; T14 =37.2811; T15 =40.0635; T16 =
40.9364
Berdasarkan nilai syarat batas yang diberikan, maka sketsa penyelesaian dari PDP tersebut diberikan oleh gambar di bawah ini.
-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
26.3032 26.861 22.8647 26.8078
28.3518 33.2759 42.7902 49.0017
28.828 35.1008 41.0183 46.1187
26.8593 37.2811 40.0635 40.9364
25 25 25
25 25
25 25
25 25
25
35.3647 55.2902 53.5183 52.5635 41.328 47.6008 53.5183 58.6187
37.5 71.1187 37.5
Gambar4.9 Solusi PDP 0 2 2 2 2
y T x
T
hold of
plot(-0.1,-0.1,1.25,1.25,'w') hold on
for i=1:4 for j=1:4
plot(i*0.25,j*0.25,'*k')
text(i*0.25,j*0.25+0.03,[num2str(T(i,j)),]) end
end
Numerik
for i=0:0.25:1.25 hold on
plot([i,i],[0,1.25],'k') hold on
plot([0,1.25],[i,i],'k')
end
for i=0:0.25:1 plot(0,i,'*k')
text(0,i+0.03,' 25') plot(i,0,'*k')
text(i,0.03,' 25')
end
for i=1:4
plot(1.25,i*0.25,'*k')
text(1.25,i*0.25+0.03,[num2str(12.5+T(i,3))])
end
for i=1:4
plot(i*0.25,1.25,'*k');
text(i*0.25,1.28,[num2str(12.5+T(3,i))])
end
plot(1.25,0,'*k')
text(1.28,0,[num2str(12.5+25)]) plot(1.25,1.25,'*k')
text(1.25,1.28,[num2str(12.5+58.6187)]) plot(0,1.25,'*k')
text(0,1.28,[num2str(12.5+25)]) 4.7 Rangiuman
1. Persamaan Diferensial adalah sutu persamaan yang memuat turunan dibedakan menjadi dua, yaitu persamaan diferensial biasa dan parsial.
2. Persamaan diferensial biasa merupakan persamaan diferensial yang hanya memuat satu variable bebas. Sedangkan persamaan diferensial parsial merupakan persamaan diferensial yang memuat lebih dari satu variable bebas
Numerik
4. Derajat atau degree dari Persamaan Diferenail adalah pangkat tertinggi yang dimiliki oleh turunan tertinggi yang ada pada persamaan diferensial tersebut
5. Linieritas suatu persamaan diferensial adalah ukuran yang menyatakan ketergantungan dari variabel persamaan diferensila tersebut
6. Masalah nilai awal adalah suatu permasalahan persamaan diferensial yang memuat informasi tambahan dimana informasi tambahan itu memuat nilai variabel bebas yang sama.
7. Masalah nilai batas adalah persamaan diferensial yang memuat informasi tambahan dimana informasi tambahan itu memuat nilai variabel bebas yang tidak sama.
8. Persamaan diferensial biasa yang dapat dinyatakan sebagai y’ = f(x,y) dapat diselesaikan dengan metode Euler dengan formula iterasi
) , (
1 i i i
i y h f x y
y .
9. Penyelesaian dari persamaan diferensial dengan metode multi step hingga beda ke-2 dari polinomial newton Gregory dinyatakan secara iteratif sebagai
1 2
1 23 16 5
12
n n n n
n y h f f f
y
10. Penyelesaian Persamaan diferensial biasa dengan metode Adam Multon dinyatakan secara iteratif
dengan formula prediktor
dan
formula korektor
r
11. Formula iteratif penyelesaian persamaan diferensial biasa (PDB) dengan metode beda hingga diberikan oleh formula beda maju
h f f dx
df i i
1 , formula beda
Numerik
mundur
h f f dx
df i i1
dan beda tengah
h f f dx
df i i
2
1 1
12. Formula iteratif untukk penyelesaian secara numerik persamaan diferensial Parsial tingkat orde 1 (satu) Beda Maju :
h
y x f y h x f x
f ( , ) ( , )
dan
h
y x f h y x f y
f ( , ) ( , )
Beda Mundur :
h
y h x f y x f x
f ( , ) ( , )
dan
h
h y x f y x f y
f ( , ) ( , )
Beda Tengah :
h
y h x f y h x f x f
2
) , ( ) ,
(
dan
h
h y x f h y x f y f
2
) , ( ) ,
(
13. Formula iteratif penyelesaian Persamaan diferensial
parsial Tingkat 2 (dua) adalah
2 2
2 ( , ) ( , ) 2 ( , )
h
y x f y h x f y h x f x
f
dan
2 2
2 ( , ) ( , ) 2 ( , )
h
y x f h y x f h y x f y
f
4.8 Latihan 4.
1.Dengan menggunakan metode Euler, tentukan nilai y(1,5) dari PDB
Dengan h = 0,25 dan h = 0,1
2. Lakukan sama seperti no.1 namun menggunakan metode Multi Step 3. Lakukan dengan metode Adam Multon untuk mendapatkan y(0,5)
Numerik
a. y’= y, y(0) = 1 dan cari y(0.2) dengan menggunakan h = 0.05.
b. y’= x+ y, y(0) = 0 dan cari y(0.5) dengan menggunakan h = 0.1
c. y’=3x-y y, y(1) =0 dan cari y(0.5) dengan menggunakan h= -0.1.
5. Bandingkan penyelesaian anlitik dan numerik dari PDP y’’ + xy’ – 3x = 4.2 x dengan y(0) = 0, y(1) = 1.9 dan h = 0.25.
6. dapatkan solusi numerik dengan metode yang cocok untuk mendapatkan nilai dari y’’’ + 10y’ – 5y3 – x2 – xy
dengan y(0) = 0; y(2) = -1 dan y”(2) = 0. 7. Selesaika Persamaan diferensial parsial berikut
0
2 2 2 2
y u x u
dengan u(x,0)=u(x,10) = u(0,y) = 0 dan u(20,y) = 100.
8. Suatu benda dimodelkan dalam bidang dinemsi 2 dipanaskan dengan kondisi awal hasil pengukuran tiap pinggir bidang tersebut sebagai berikut:
Dengan mengunakan persamaan energi, dapatkan temperatur pada titik-titik yang di dibutuhkan sebagaimana pada gambar di atas.