BOJONEGORO
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh:
Khusnul Khotimah NIM. B06212056
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Khusnul Khotimah, B06212056, 2016. Komunikasi Pariwisata Daerah Di Kabupaten Bojonegoro.
Kata kunci: Komunikasi Pariwisata, Kabupaten Bojonegoro
Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat fokus penelitian, yaitu: (1) Bagaimana potensi wisata di Kabupaten Bojonegoro, (2) Bagaimana langkah komunikasi pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro
Untuk menjawab fokus penelitian tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan mapping yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Bojonegoro serta langkah-langkah yang digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Kabupaten Bojonegoro kaya akan potensi destinasi pariwisata. Mulai dari wisata Religi, Wisata Alam, Wisata Agro, Wisata Budaya, dan Wisata Sejarah. (2) langkah komunikasi pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro adalah terlebih dahulu membentuk kelompok masyarakat sebagai media promosi destinasi pariwisata, kemudian bergabung dengan Ikatan Fotografi Indonesia, setelah itu mengikuti berbgai event, dan kemudian mengadakan event sendiri.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 5
F. Definisi Konsep ... 6
1. Komunikasi Pariwisata... 6
2. Langkah-langkah komunikasi... ... 9
3. Promosi Pariwisata... ... 11
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 12
H. Metode Penelitian... 14
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 14
2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian... 15
3. Jenis dan Sumber Data... ... 16
4. Tahap Penelitian ... 18
5. Teknik Pengumpulan Data ... 19
6. Teknik Analisi Data... ... 22
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... ... 24
I. Sistematika Pembahasan ... 27
BAB II KERANGKA TEORITIK A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Pariwisata... 28
2. Langkah-langkah Komunikasi ... 38
3. Promosi Pariwisata ... 46
B. Kajian Teori ... 55
1. Teori Bauran Pemasaran ... 56
BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subjek, dan Lokasi Penelitian ... 67
1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 67
a. Sejarah Berdirinya DISBUDPAR Bojonegoro ... 67
b. Visi dan Misi Kabupaten Bojonegoro ... 73
c. Struktur Organisasi DISBUDPAR Bojonegoro... ... 74
B. Deskripsi Data Penelitian ... 84
BAB IV ANALISIS DATA A. Hasil Temuan Penelitian ... 95
1. Potensi Destinasi Wisata ... 95
2. Langkah-langkah Komunikasi Pariwisata... 109
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 115
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 123
B. Rekomendasi ... 124
xii
DAFTAR BAGAN
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Bojonegoro merupakan sebuah kabupaten di provinsi
Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Tuban di sebelah Utara, Kabupaten Lamongan disebelah Timur,
Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi disebelah
Selatan, dan Kabupaten Blora disebelah Barat. Bagian Barat merupakan
bagian dari Blok Cepu yaitu salah satu sumber minyak bumi terbesar di
Indonesia.
Pada masa lampau, Bojonegoro merupakan wilayah yang
mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan Hindu yang datang sejak abad I.
Dan hingga abad ke 16, Bojonegoro merupakan salah satu bagian
Kerajaan Majapahit. Lalu, pada abad ke 16 Bojonegoro masuk dalam
kekuasaan kerajaan Demak. Setelah ajaran Islam mulai menyebar di tanah
Jawa, akhirnya pengaruh budaya Hindu terdesak dan muncul nilai-nilai
baru dalam masyarakat disertai dengan adanya pergolakan yang masuk
dalam sejarah kerajaan Pajang di tahun 1586 dan kemudian kerajaan
Mataram 1587. Sejarah Bojonegoro ini memberikan potensi wisata bagi
kota Bojonegoro, yang berupa peninggalan kerajaan-kerajaan Majapahit.
Bojonegoro mungkin kota kecil, tapi di beberapa wilayah banyak
tersimpan hal-hal yang patut untuk dieksplor lebih dalam, baik dari segi
2
yang menjadi bagian wilayah ini sangat menarik, seperti kebudayaan,
tradisi, makanan khas dan tentu saja, pariwisatanya.
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari
hubungan sosial.1 Sehingga Komunikasi adalah proses penyampaian yang
mengandung pesan yang mempengaruhi orang lain sehingga bisa
bertindak sesuai yang diinginkan penyampai pesan. Komunikasi selalu
berhubungan dengan masyarakat. Oleh karena itu pesan bisa disampaikan
lewat individu kepada individu lainnya. Dan pesan tersebut mempengaruhi
bagaimana cara orang berfikir. Komunikasi sangat berperan dalam proses
pengenalan suatu objek seperti tempat wisata di sebuah Kabupaten atau
Kota. Hal ini membantu proses penyampaian pesan komunikasi pariwisata
yang ada di kabupaten Bojonegoro. Proses komunikasi dilakukan dari
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai penyampai pesan, potensi
wisata, kebudayaan dan bentuk hal menarik lainnya sebagai pesannya, dan
masyarakat sebagai komunikan.
Banyak masyarakat diluar wilayah Bojonegoro belum banyak
mengetahui tentang banyaknya tempat wisata dan potensi yang dimiliki
oleh Kabupaten Bojonegoro. Jika ditelusuri lebih dalam, wilayah ini
memiliki banyak destinasi wisata yang sayang untuk tidak dikunjungi.
Padahal setiap Kabupaten sudah ada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, yang bertugas
untuk mengenalkan tempat wisata yang dapat menarik wisatawan seperti
1
Kebun Belimbing yang berada di Kecamatan Kalitidu Kabupaten
Bojonegoro. Yang menyediakan destinasi wisata petik belimbing, dan
berkeliling di area kebun Belimbing. Selain kebun belimbing, wisata yang
menarik di Bojonegoro adalah Khayangan Api. Khayangan Api
merupakan salah satu peninggalan kerajaan yang masih ada sampai saat
ini. Khayangan Api adalah berupa sumber api abadi yang tak kunjung
padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo,
Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro. Fenomena Kayangan Api
terjadi karena peristiwa alam berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah
yang tersulut api sehingga menciptakan api yang tak pernah padam
walaupun turun hujan sekalipun. Tempat ini biasanya dikunjungi oleh
wisatawan karena keunikanya. Selain wisata Kebun Belimbing dan
Kayangan Api yang ada di Bojonegoro, ada juga wisata lain yang menarik
untuk dikunjungi. Yakni, Bendungan Gerak, Kedung Maor, Waduk Pacal,
Wana Tirta Dander, dan Salak Wedi.
Banyaknya potensi wisata yang ada di Bojonegoro yang bisa
digali, namun banyak yang masyarakat ketahui. Membuat peneliti berfikir
tentang, bagaimana langkah serta cara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
untuk memaksimalkan dan mengenalkan potensi wisata yang ada. Oleh
karena itu peneliti mengkaji dengan judul “Komunikasi Pariwisata Daerah
di Kabupaten Bojonegoro”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
4
1. Bagaimana potensi wisata di Kabupaten Bojonegoro?
2. Bagaimana langkah komunikasi pariwisata yang dilakukan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas,
maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui potensi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten
Bojonegoro.
2. Untuk mengetahui langkah komunikasi pariwisata yang dilakukan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai referensi bagi semua pihak akademisi, khususnya bagi para
ilmuwan yang bergerak dalam bidang ilmu komunikasi. Sehingga
dapat dijadikan bahan rujukan bilamana akan dilakukan penelitian
yang lebih mendalam pada masalah penelitian ilmu komunikasi
khususnya tentang langkah-langkah yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dalam Komunikasi Pariwisata Daerah di
Kabupaten Bojonegoro.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata agar mampu
E. Kajian Penelitian Terdahulu
1. "Analisis Komunikasi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Pemko Binjai”, oleh Astried Wulan Sary, mahasiswa Program Studi
Ilmu Komunikasi Ektension, Universitas Sumatra Utara Medan, tahun
2008. Dalam penelitianya, dijelaskan bahwasanya komunikasi
pariwisata digunakan sebagai kegiatan promosi pariwisata yang
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Binjai terhadap
objek wisata pantai SB. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
efektifitas pesan promosi pada objek wisata pantai SB.
Akan tetapi ada perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh
peneliti saat ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada fokus
penelitian. Dalam penelitian terdahulu lebih memfokuskan pada
kegiatan promosi wisata dan ke efektifitasan pesan promosi yang
dilakukan. Sedangkan yang dilakukan peneliti saat ini, fokus dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi pariwisatanya,
yang meliputi potensi yang dimiliki, dan langkah yang dilakukan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Adapun persamaan antara penelitian yang dilakukan peneliti saat
ini dengan penelitian terdahulu yakni sama-sama mengkaji tentang
komunikasi pariwisata dan sama-sama menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif.
F. Definisi Konsep
Pada dasarnya, konsep merupakan unsur pokok dari sebuah
6
sejumlah fakta atau data yang ada. Oleh karena itu, agar tidak terjadi
kesalahpahaman, peneliti memberikan batasan istilah atau definisi
yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian, istilah atau
definisi yang dimaksud memiliki pengertian terbatas.
Adapun batasan bagi beberapa konsep dalam penelitian ini:
1. Komunikasi Pariwisata
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
berasal dari bahasa Latin Communicatio, dan perkataan ini bersumber
pada kata Communis. Arti Communis disini adalah sama, dalam arti
kata sama makna, yaitu sama makna mengenai satu hal. Jadi,
komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.2
Artinya ide atau lambang yang disampaikan sama dengan pikiran.
Atau memindahkan gagasan melalui lambang-lambang yang
dimengerti oleh orang lain, dengan tujuan agar orang lain memahami
apa yang dimaksudkan.
Komunikasi sering dinamakan juga sebagai sistem informasi, yaitu
segenap unsur yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan
dalam upaya membuat, menerima dan memberikan sesuatu kepada
orang lain dengan maksud tertentu.3
Dalam kelangsunganya meski ada orang yang menyampaikan suatu
pesan tertentu dan harus ada orang lain yang menerima pesan itu. Jadi
dalam proses komunikasi paling sedikit harus ada tiga unsur, dua unsur
2
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 3-4
3
diataranya adalah manusia, yang satunya adalah peran. Apabila
orang-orang yang terlibat dalam komunikasi itu berjauhan tempatnya atau
banyak jumlahnya, maka bertambahlah unsurnya dengan sebuah
sarana untuk menyambung pesan tadi kepada orang atau orang-orang
yang dijadikan sasaran komunikasi. Jadi proses komunikasi adalah
pengoperan (dan penerimaan) dari lambang-lambang yang
mengandung arti.4
Tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan
merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa
komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut.5 Source
(sumber), Communicator (komunikator = penyampai pesan), Message
(pesan), Channel (saluran), Communican (komunikan = penerima
pesan). Effect (hasil).
Secara etimologis, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta.
a. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar
b. Wisata berarti perjalanan, bepergian
Jadi, kata pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkalikali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain.Untuk
memperjelasnya, maka dapat disimpulkan definisi pariwisata adalah
sebagai berikut: “Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
tempat lain dengan maksud
4
Ibid. hlm. 112
5
8
Komunikasi pariwisata memiliki pengertian yang sangat terbatas,
komunikasi pariwisata adalah proses penyampaian informasi baik
secara langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) dari
komunikator kepada komunikan dengan menekankan informasi atau
pesan pariwisata kepada komunikan.
Elemen Komunikasi Pariwisata itu ada 3 yaitu:
a. Komunikator : Komunikator yang dimaksud disini adalah
orang atau lembaga yang memberikan informasi berisikan
tentang pariwisata
b. Pesan : pesan yang dimaksud disini adalah inti dari komunikasi
pariwisata, dimana pesan yang disalurkan berkaitan dengan
pariwisata.
c. Komunikan : komunikan yang dimaksud disini adalah orang
atau lembaga yang menerima informasi berisikan tentang
pariwisata.
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
pariwisata adalah suatu aktivitas manusia dalam menyampaikan
informasi tentang perjalanan ke suatu daerah maupun objek wisata
yang akan dikunjungi wisatawan sambil menikmati perjalanan dari
suatu objek wisata ke objek wisata lain, agar wisatawan tertarik
dan sampai pada suatu tindakan untuk mengunjungi.
2. Langkah-langkah Komunikasi
Komunikasi sering dinamakan juga sebagai sistem informasi, yaitu
dalam upaya membuat, menerima dan memberikan sesuatu kepada
orang lain dengan maksud tertentu.6
Proses adalah tahap-tahap atau langkah-langkah yang dilalui dalam
mencapai suatu tujuan. Proses komunikasi ialah tahap-tahap atau
langkah-langkah yang dilalui dalam melakukan komunikasi. Onong U.
Effendy menyatakan bahwa proses komunikasi tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Sumber (Source)
Sumber atau pengirim berita memainkan langkah pertama
dalam proses komunikasi.
2. Pengubahan berita ke dalam sandi/kode (encoding)
Langkah kedua ini adalah encoding the message, yaitu
mengubah berita ke dalam berbagai bentuk simbol-simbol
verbal atau non-verbal yang mampu memindahkan pengertian,
seperti kata-kata percakapan atau tulisan, angka, gerakan,
ataupun kegiatan.
3. Pengiriman berita (transmiting the message)
Mencerminkan pilihan komunikator terhadap media atau
saluran komunikasi.
4. Penerima berita
Penerimaan berita oleh pihak penerima melalui kelima panca
indera mereka.
6
10
5. Pengertian atau menerjemahkan kembali ke berita (decoding)
Hal ini menyangkut pengertian simbol-simbol oleh penerima.
Proses ini dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan,
pendidikan, lingkungan, praduga, dan gangguan sekitarnya.
6. Umpan balik (feedback)
Setelah berita diterima dan diterjemahkan penerima mungkin
menyampaikan berita balasan yang ditujukan kepada pengirim
mula-mula atau orang lain.
Berdasarkan proses komunikasi proses komunikasi di atas
maka setiap tahapan proses komunikasi mempunyai peranannya
masing-masing sehingga suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dapat tersampaikan dengan baik kepada komunikan. Jadi
komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikan sasaran dan
tanggapan apa yang diinginkan. Komunikator harus terampil dalam
menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan
sasaran biasanya mengawasi sandi pesan. Seorang komunikator harus
mengirim pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak
sasaran. Agar komunikasi efektif proses penyandian oleh komunikator
harus bertautan dengan proses penyandian oleh komunikan.
3. Promosi Pariwisata
Secara singkat promosi berkaitan dengan upaya untuk
mengarahkan seseorang agar dapat mengenal produk perusahaan, lalu
memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin kemudian pada
Jika dilihat dari sisi pariwisata, promosi itu menjadi salah satu
langkah komunikasi pariwisata bagi sebuah instansi pengelola daerah
wisata untuk mengenalkan destinasi yang belum banyak orang
mengetahui dan mengenal wisata tersebut, lalu kemudian mereka
tertarik dan kemudian ada keinginan berkunjung.
Promosi pariwisata biasanya digunakan sebagai langkah untuk
mengenalkan kepada masyarakat luas akan kekayaan yang dimiliki di
suatu daerah. Biasanya promosi dilakukan melalui media-media yang
dianggap mampu untuk mengenalkannya.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Potensi wisata daerah yang dimiliki Kabupaten
Bojonegoro
Proses Komunikasi Pariwisata
Hambatan Komunikasi Pariwisata
Teori Marketing Mix
Komunikasi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
12
Proses penelitian ini dibangun berawal dari perhatian peneliti yang
merasa bahwa sebenarnya Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi
wisata daerah yang sangat baik. Akan tetapi masih belum banyak yang
mengetahui potensi tersebut. Jika dikelola dan dikembangkan dengan
baik dan di perkenalkan kepada masyarakat luar oleh pihak
pemerintah, pasti wisata yang dimiliki daerah lebih banyak
pengunjung dan menghasilkan pendapatan yang meningkat bagi
kabupaten Bojonegoro.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teori bauran
pemasaran dikarenakan pariwisata merupakan sektor jasa yang
memberikan pelayanan atas kebutuhan pengetahuan dari masyarakat.
Bentuk pemasaran yang diterapkan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bojonegoro adalah pemasaran jasa. Layanan
jasa dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro
memiliki karakteristik tersendiri, yang menjadi ukuran pelayanan
dalam mengenalkan tempat wisata yang diandalkan oleh Kabupaten
Bojonegoro kepada masyarakat. Karakteristik ini akan diintegrasikan
ke dalam teori pemasaran pariwisata kabupaten Bojonegoro, yaitu
konsep bauran pemasaran.
Bauran Pemasaran merupakam langkah komunikasi pariwisata
yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa
yang ditawarkan kepada pelanggan. Konsep bauran pemasaran
pertama kali dipopulerkan oleh E. Jerome Mc. Crthy yang
want, Cost, Communication, dan Convenience).7 Dalam
perkembanganya, penerapan 4P terlampau terbatas dan sempit untuk
sektor bisnis dan jasa, Boom Kotler dan Bitner Kotler menambahkan
elemen people dalam aktifitas pemasaran, yang kemudian dikenal
dengan sebutan 5P. Namun, kelima elemen tersebut masih dianggap
belum sesuai dengan pemasaran jasa, maka Cowell menambahkan dua
elemen tambahan yaitu process dan physical evidence dalam konsep
bauran pemasaran jasa.8 7 elemen tersebut adalah Product, Price,
Place, People, process, Physical Evidence, dan Promotion.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah,
dianalisis dan diambil kesimpulan.9
Penelitian ini menggunakan pendekatan mapping. Dalam
penelitian ini peneliti ingin mengetahui secara mendalam dengan
memetakan potensi-potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Bojonegoro
serta mengetahui fenomena terjadi di masyarakat dimana banyak orang
yang tidak mengetahui bahwasanya kabupaten Bojonegoro kaya akan
destinasi wisata. Dan bagaimana langkah komunikasi pariwisata yang
dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk mengenalkan
potensi wisata yang ada di Kabupaten Bojonegoro.
7
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Malang: Bayumedia Publishing, 2006), hlm.30
8
Dian Sulistyowati, Strategi edukasi museum dan pemasaranya: studi kasus museum sejarah jakarta,https://museumku.wordpress.com/2011/03/08/strategi-edukasi-museum-dan-pemasaranya studikasus-museum-sejarah-jakarta/, diakses pada 20 November 2015
9
14
Sedangkan jenis penelitiannya, peneliti menggunakan deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan memperoleh
informasi-informasi mengenai keadaaan yang ada pada saat ini tidak menguji
hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya
mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel
yang dteliti.10
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti
yang dikutip Lexy J. Moeleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.11
Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan secara
mendalam hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi.
2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian
1. Subjek dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten
Bojonegoro. Yaitu pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bojonegoro.
2. Objek dalam Penelitian ini adalah langkah Komunikasi
Pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
10
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarrta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 26.
11
3. Lokasi penelitian kali ini adalah berada di Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro. Jl. Teuku Umar No. 80
Bojonegoro.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Pada penelitian ini, ada dua macam jenis data yang digunakan oleh
peneliti untuk mendukung penelitian ini, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1) Data primer
Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat
berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan
hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data
primer yaitu: (1) metode survey dan (2) metode observasi. Data
primer dari penelitian ini diambil dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
2) Data sekunder
Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain). Data Sekunder umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.
16
Menurut Suharmi Arikunto, “yang dimaksud dalam sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh”.12
Ada beberapa sumber data yang bisa digunakan oleh peneliti di
antaranya:
1. Informan adalah orang yang berpengaruh dalam
proses pengumpulan data bisa juga kita sebut sebagai
narasumber atau key member, orang yang memegang
kunci utama sumber data dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data primer yaitu
Bapak Lukman, Bapak Sujoko, dan Bapak Agustono
dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bojonegoro selaku komunikator. Sedangkan sumber
data sekunder diperoleh dari mengamati proses
komunikasi itu berlangsung.
2. Tempat atau lokasi, yaitu dari memahami kondisi
lokal penelitian, secara tidak langsung peneliti bisa
cermat mencoba untuk mengkaji dan secara kritis
menarik kemungkinan kesimpulan.
3. Dokumen atau arsip, merupakan bahan tertulis atau
benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau
aktifitas tertentu.
4. Catatan lapangan, yaitu catatan yang diperoleh dari
hasil pengamatan dan peniliti yang berupa situasi,
12
proses, dan perilaku terutama yang berkaitan dengan
perilaku terutama yang berkaitan dengan perilaku
komunikasi yang dilakukan peneliti, kemudian
hasilnya dibuat suatu catatan.
4. Tahap-tahap Penelitian
Secara umum tahapan penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Tahap Pra-Lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pra-lapangan adalah peneliti
menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah
dan alasan pelaksanaan penelitian, studi pustaka, penentuan lapangan
penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian,
rancangan pengumpulan data, rancangan prosedur analisa data,
rancangan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, dan rancangan
pengecekan kebenaran data.
b. Tahap Pekerejaan Lapangan
Pada tahap pekerjaan lapangan, pada tahap awal peneliti
memahami situasi dan kondisi lapangan penelitian. Menyesuaikan
penampilan fisik serta cara berperilaku peneliti dengan norma-norma,
nilai-nilai, kebiasaan, dan adat istiadat tempat penelitian.
Selanjutnya dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti
menerapkan teknik pengamatan (observation), wawancara (interview),
dengan menggunakan alat bantu seperti tape recorder, foto, slide, dan
sebagainya.
18
Pada analisa data, peneliti mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang
disarankan oleh data.
d. Tahap penulisan laporan
Tahap penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu
penelitian sehingga peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil
laporan. Hal ini dilakukan peneliti setelah mengikuti kegiatan di
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, dan
menganalisanya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini menggunakan sumber bukti
(triangulasi). Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi secara bersamaan.
a. Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Menurut Deddy Mulyana wawancara adalah bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.13
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
13
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.14
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih dalam.15 Proses wawancara
mendalam digunakan untuk memperoleh keterangan pemicu dan
gambaran proses komunikasi.
Wawancara secara global dibagi menjadi dua macam yaitu
wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Dalam
penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara
tidak berstruktur, yang dikenal dengan sebutan wawancara informal.
Wawancara ini bersifat luwes dan fleksibel, karena dapat disesuaikan
dengan kondisi informan. Kondisi yang dimaksud yaitu: usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial, dan juga tingkat pendidikan.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari data sebanyak
mungkin melalui wawancara terhadap para informan, terutama
informan kunci. Peneliti berupaya mengajukan pertanyaan sedetail
mungkin tentang potensi dan langkah yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro.
b. Observasi
14
Lexy J.Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008), hlm,186
15
20
Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan.16 Peneliti menggunakan observasi partisipatif
untuk mengamati yang dikerjakan, mendengarkan yang diucapkan dan
berpartisipasi aktif dalam aktivitas subyek penelitian. Hasil kongkrit
kegiatan ini dituangkan dalam bentuk catatan-catatan terstruktur yang
disebut catatan lapangan (field note).
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dan
pencarian informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti
berupa catatan, transkip, buku, dan sebagainya.17 Data yang dimaksud
yaitu dokumen atau data tertulis tentang potensi wisata yang dimiliki
oleh Kabupaten Bojonegoro. Termasuk foto-foto yang menunjukkan
tempat wisata.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
bermacam-macam, dan dilakukan terus menerus sampai datanya jenuh.
Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja
keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan untuk
melakukan intelektual yang tinggi. Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 226
17
mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintea, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.18
Analisi terdiri dari 3 alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
yaitu:
a. Data Reduction (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data
semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data yang melalui reduksi data.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi
peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat
mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli
melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang,
sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki temuan dan
pengembangan teori yang signifikan.19
b. Penyajian Data (Data Display)
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 244
19
22
Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori.
Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan,
dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif juga
dapat berupa grafik, matriks.
c. Kesimpulan (Conclution Drawing)
Langkah ketiga dalam penelitian data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya.20
Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya remang-remang atau
20
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kasual atau
interaktif, hipotesis suatu teori.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Uji keabsahan dapat dilakukan dengan Triangulasi pendekatan
dengan kemungkinan melakukan terobosan metodologis terhadap
masalah-masalah tertentu yang kemungkinan dapat dilakukan.21
Menurut Moeleong untuk menetapkan keabsahan data diperlukan
teknik pemeriksaan. Dalam hal ini digunakan teknik:
a. Keikusertaan di lapangan dalam rentan waktu yang panjang
dalam penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data
yang telah dikumpulkan dari informan utama, maka perlu
mengadakan keikutsertaan dalam rentan waktu yang panjang.
Adapun maksud utama adanya perpanjangan di lapangan ini
untuk mengecek kebenaran data yang diberikan baik dari
informan utama maupun informan penunjang.
b. Triangulasi, untuk keabsahan data yang telah dikumpulkan agar
memperoleh kepercayaan dan kepastian data, maka peneliti
melaksanakan pemeriksaan dengan teknik mencari informasi
dari sumber lain. Menurut Patton dalam Moeleong triangulasi
dengan sumber lain berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
21
24
1) Membandingkan data informasi hasil observasi dengan
informasi dari hasil wawancara kemudian menyimpulkan
hasilnya.
2) Membandingkan data hasil dari informan utama (primer)
dengan informasi yang diperoleh dari informan lainnya
(sekunder).
3) Membandingkan hasil wawancara dari informan dengan
didukung dokumentasi sewaktu penelitian berlangsung,
sehingga informasi yang diberikan oleh informan utama
pada penelitian dapat mewakili validitas dan mendapatkan
derajat kepercayaan yang tinggi.
c. Pengecekan Anggota Peneliti, mengadakan pengecekan
anggota dengan tujuan untuk menguji terhadap derajat
kepercayaan tentang data-data yang diberikan oleh informan
utama. Pelaksanaan pengecekan anggota ini lebih banyak
I. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan
yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah
pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini terdiri dari delapan sub-bab antara
lain: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Kajian Hasil Penelitian Terdahulu, Definisi Konsep,
Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : Kajian Teoritis. Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni
Kajian Pustaka (beberapa referensi yang digunakan untuk menelaah objek
kajian), dan Kajian Teori (teori yang digunakan untuk menganalisis
masalah penelitian).
BAB III : Penyajian Data. Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni
Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian, dan Deskripsi Data Penelitian.
BAB IV : Analisis Data. Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni
Temuan Penelitian, dan Konfirmasi Temuan dengan Teori.
Penelitian ini terfokus tentang masalah komunikasi pariwisata.
Beberapa pengertian komunikasi pariwisata serta hal atau materi yang
berhubungan dengan komunikasi pariwisata telah dijelaskan oleh
beberapa pakar dalam buku. Dalam hal ini peneliti mengambil
beberapa buku dan para tokohnya dalam memberi penjelasan
mengenai komunikasi pariwisata.
1. Komunikasi Pariwisata
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan
wisata sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di
luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan
kegiatan yang menghasilkan upah.22
Keberadaan pariwisata dalam suatu daerah bisa dikatakan
merupakan suatu gejala yang kompleks di dalam masyarakat. Di sini
terdapat suatu ketertarikan antara daerah objek wisata yang memiliki
daya tarik, masyarakat atau penduduk setempat, dan wisatawan itu
sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh
masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Di Indonesia sendiri
kata pariwisata mulai memasyarakat pada tahun 1958, yaitu setelah
22
Maman, Chatamallah. Strategi “Public Relations” dalam promosi Pariwisata: Studi
Kasus dengan Pendekatan “Marketing Public Relations” di Provinsi Banten. (Jurnal: 2005) hlm.
diadakannya Musyawarah Nasional Tourism II di Tretes Jawa Timur
pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958.
Secara etimologi kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu:
1. “Pari” yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan
keliling. dan;
2. “Wisata” yang berarti perjalanan atau bepergian.
Jadi, kata pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk
memperjelasnya, maka dapat disimpulkan definisi pariwisata adalah
sebagai berikut:23 “Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
tempat yang dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau
mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk
menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau
untuk memenuhi keinginan yang beragam.”
Robert Melntosh bersama Shasikant Gupta juga mencoba
mengungkapkan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan
hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah
tuan daerah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan
melayani wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainya.24
23
Oka A. H, Yoeti. Pengantar Ilmu Pariwisata. (Bandung: Angkasa Bandung, 1982) hlm. 109
24
30
Pada masa pra-Perang Dunia ke II, tidak banyak wisatawan yang
ada pada umumnya berasal dari mereka yang memiliki status sosial
ekonomi tinggi. Pariwisata menjadi milik mereka yang berkelas elite
saja sehingga hal ini menelelurkan istilah pariwisata aristokrati
khususnya, sebab ini hanya dapat dinikmati secara istimewa oleh
sekelompok kecil masyarakat (minoritas).
Pada era sekarang ini Pariwisata dipandang sebagai bisnis modern
dikarenakan konsep pariwisata yang mendefinisikan dirinya sebagai
produk bisnis modern. Jadi semua produk pariwisata didesain sebagai
produk bisnis, mulai dari destinasi, ekonomi kreatif, transportasi,
perhotelan, venue rekreasi, atraksi seni dalam paket-paket wisata yang
menarik, mengagumkan, menantang, dan mengesankan. Pariwisata
modern bersentuhan dengan sektor-sektor bisnis, sebab pariwisata
ataupun tidak telah menjadi produk yang dijualkan kepada orang
luar.25
Destinasi pariwisata modern sangat kompleks dan sangat
kapitalistik, dengan demikian pengelolaan pariwisata modern harus
menggunakan manajemen bisnis yang akurat dan terukur. Dalam
manajemen pariwisata modern, seluruh hal ihwal pariwisata harus
dipetakan berdasarkan jenis usaha yang dapat dikelola dengan baik,
sehingga manajemenya menjadi baik dan dapat dibangun koneksitas
yang baik pula di antara jenis-jenis usaha pariwisata itu. Saat ini
25
seluruh kompleksitas pariwisata dapat dikelompokkan berdasarkan
komponen dan elemen penting.
Pariwisata modern dapat diklasifikasikan dalam beberapa
komponen penting, yaitu: (1) destinasi, (2) transportasi. (3) pemasaran
pariwisata, (4) sumber daya. Dalam perspektif yang lain, pemerintah
Indonesia mengklasifikasikan komponen pariwisata ke dalam beberapa
bagian penting seperti; (1) industri pariwisata, (2) destinasi pariwisata,
(3) pemasaran pariwisata, dan (4) kelembagaan pariwisata.
Johnpaul mengatakan, komponen utama pariwisata adalah terdiri
dari; (1) aksesibilitas, (2) akomodasi, (3) atraksi. Adapun menurut
Ramesh komponen pariwisata terpenting adalah: (1) akomodasi, (2)
aksesibilitas, (3) fasilitas, (4) atraksi dan (5) aktivitas.
Di dalam obyek-obyek kajian itu nantinya masih adalagi sub-sub
komponen yang disebut sebagai elemen pariwisata yang lebih spesifik
lagi, sesuai dengan beberapa kompleks masalah pariwisata di objek
pariwisata tersebut. Komponen dan elemen-elemen pariwisata itu terus
akan berkembang sesuai dengan kreatifitas stakeholder pariwisata di
suatu destinasi negara atau destinasi venue wisata. Kemajuan teknologi
informasi dan transportasi saat ini menyebabkan berbagai destinasi
dapat berinteraski dan dengan mudah saling bertukar pengalaman,
sehingga perkembangan destinasi disesuaikan dengan kekuatan modal
destinasi pariwisata. Hukum ekonomi berlaku dalam perkembangan
32
maupun wisata mancanegara menjadi dasar dan alasan yang kuat
masuknya modal inventasi di destinasi-destinasi berprospektif.26
Negara sebenarnya memiliki kepentingan terhadap destinasi
pariwisata ini, yaitu sebagai ruang publik bagi warga negaranya, bukan
saja sebagai ruang rekreasi, namun juga sebagai ruang melepaskan
tekanan-tekanan psikologis warga negara dari berbagai kesibukan
hidup dan kesulitan hidup. Sehubungan dengan itu semua, peran
komunikasi sangat penting di dalam bidang pariwisata, baik pada
komponen maupun elemen-elemen pariwisata. Peran komunikasi
bukan hanya pada komponen pemasaran saja, akan tetapi mencakup
juga mengkomunikasi aksesibilitas, destinasi dan sumber kepada
wisatawan.
Komunikasi membantu pemasaran pariwisata di berbagai elemen
pemasaran, komunikasi berperan baik di media komunikasi maupun
konten komunikasi. Di media komunikasi, tersedia berbagai macam
media komunikasi sebagai saluran pemasaran, destinasi, aksesibilitas
maupun saluran media SDM dan kelembagaan pariwisata. Komunikasi
juga berperan menyiapkan konten pesan yang harus disampaikan
kepada masyarakat atau wisatawan, tentang apa yang seharusnya
mereka tahu tentang media-media pemasaran, tentang destinasi,
aksesibilitas dan SDM serta kelembagaan pariwisata. Dalam perspektif
modern, komponen pemasaran, destinasi, aksesibilitas, SDM, dan
kelembagaan pariwisata, serta elemen-elemen yang ada menjadi
26
kesatuan produk pariwisata di sebuah destinasi yang dikemas di dalam
suatu brand destinasi, sehingga destinasi, aksesibilitas, pemasaran,
SDM dan kelembagaan pariwisata menjadi kesatuan produk
pariwisata.
Sebagai disiplin ilmu, komunikasi telah berkembang begitu pesat,
terutama di Indonesia, setelah reformasi, kajian-kajian komunikasi
tumbuh subur dan berkembang secara multilinear membangun
disiplin-disiplin ilmu baru yang memperkaya khazanah disiplin ilmu
komunikasi, komunikasi multietnik, komunikasi kesehatan, ekonomi
media, sosiologi komunikasi, komunikasi kebijakan publik,
komunikasi pemerintahan, government public relations (GPR),
konstruksi sosial public policy, komunikasi pemasaran, brand,
periklanan dan masih banyak lagi. Kajian-kajian dan disiplin-disiplin
ilmu baru ini terus memperkaya disiplin ilmu komunikasi, sehingga
menjadi pohon ilmu yang kuat dan kukuh dengan ranting yang lebat
dan buah-buahanya yang lebat dan lezat.
Komunikasi pariwisata berkembang dengan menyatunya beberapa
disiplin ilmu di dalam satu kajian tentang komunikasi dan pariwisata.
Kajian komunikasi pariwisata memiliki kedekatan biologis dengan
kajian-kajian komunikasi dan pariwisata yang melahirkanya.
Komunikasi menyumbangkan teori-teori komunikasi persuasif, teori
komunikasi massa, teori komunikasi interpersonal dan kelompok.
34
pariwisata, destinasi pariwisata, aksesibilitas ke destinasi dan SDM
serta kelembagaan kepariwisataan.27
Komunikasi pariwisata memiliki beberapa bidang kajian utama
yang dapat dikembangkan sebagai bidang-bidang kajian yang menarik.
Bidang-bidang ini akan terus berkembang di waktu-waktu yang akan
datang sejalan dengan berkembangnya kompleksitas kajian di
komunikasi pariwisata. Bidang-bidang yang dimaksud adalah berikut
dibawah ini:28
1) Komunikasi Pemasaran Pariwisata
Bidang komunikasi pemasaran pariwisata (tourism
communication marketing) atau disingkat (TCM). Bidang TCM
ini mengkaji secara keseluruhan dalam konteks komunikasi
pemasaran. Bidang kajian ini menjelaskan 4P, 7P,
Communication Mix, Marketing Mix dan hal ihwal tentang
TCM. Bidang ini adalah bidang yang secara utuh
membincangkan TCM dalam konteks teoritis dan praktis yang
lengkap, namun tidak spesifik dalam konteks-konteks spesialis.
2) Brand Destinasi
Brand destinasi adalah kajian tentang brand destinasi dalam
konteks brand produk destinasi, di mana brand destinasi adalah
media dan pesan itu sendiri di dalam konteks dan proses
komunikasi pemasaran secara umum dan khususnya di dalam
konteks pemasaran pariwisata.
27
Burhan bungin, Komunikasi Pariwisata Pemasaran dan Brand Destinasi, (Jakarta: Prenadamedia group, 2015) hlm. 92
28
3) Manajemen Komunikasi Pariwisata
Di dalam kajian ini, prinsip-prinsip manajemen komunikasi
menjadi ulasan-ulasan penting yang dilakukan dan diterapkan
di bidang komunikasi pariwisata. Kajian ini mengulas
mengenai bagaimana manajemen diterapkan di bidang
komunikasi pariwisata, yaitu memenej pemasaran pariwisata,
memenej destinasi, memenej aksesibilitas dan memenej SDM
serta kelembagaan pariwisata
4) Komunikasi Transportasi Pariwisata
Masyarakat pariwisata (tourism community) memerlukan
informasi tentang aksesibilitas ke destinasi pariwisata. Karena
itu salah satu yang terpenting adalah informasi transportasi
ketika akan berpergian ke destinasi pariwisata. Hal ini sangat
penting dan mengambil hampir separuh perhatian mereka
ketika akan berwisata. Karena itu, perhatian khusus di bidang
ini sangat penting.
5) Komunikasi Visual Pariwisata
Bidang komunikasi visual pariwisata adalah bidang desain
grafis yang sangat menantang di bidang industri pariwisata.
Karena itu bidang ini akan selalu berkembang di masa depan di
mana kajiannya diarahkan kepada komunikasi
entrepreneurship, pentas, seni, dan kebebasan berkreasi.
Komunikasi visual pariwisata mengambil sisi kajian konseptual
36
menghasilkan cinderamata, oleh-oleh yang memiliki ikon local
tourism yang berkesan dan menjadi brand pariwisata.
6) Komunikasi Kelompok Pariwisata
Bidang komunikasi kelompok pariwisata menyangkut
kemampuan pribadi pelaku pariwisata baik pemilik destinasi,
penguasa venue atau bahkan kemampuan pribadi pramuwisata
dan panduwisata. Bisnis pariwisata bukan bisnis personal,
namun bisnis yang dijalankan secara berkelompok sehingga
keterampilan komunikasi kelompok menjadi penting. Hal-hal
lain yang penting pula dalam kajian ini seperti penyelenggaraan
event, dinamika kelompok, kemampuan bertutur, penguasaan
sejarah destinasi, dan venue wisata.
7) Komunikasi Online Pariwisata
Media online menjadi kajian tersendiri di dalam komunikasi
pariwisata, karena itu media online tidak saja dapat digunakana
sebagai media pemasaran, namun juga dapat digunakan untuk
berbagai kepentingan di dalam dunia pariwisata. Ada lima
kemampuan media online saat ini, yaitu kemampuan
menyimpan (upload) informasi, kemampuan mengolah
informasi, kemampuan mengeluarkan informasi (download),
menyebarkan komunikasi dan kemampuan mengkonstruksi
citra informasi. Jadi kelima-lima kemampuan media online ini
dikaji di dalam penerapannya di dalam komunikasi pariwisata.
Bidang Public Relations (PR) dan MICE ini adalah bidang
yang sangat menarik dalam komunikasi pariwisata, karena
bidang ini menjadi salah satu pintu masuk pariwisata ke
destinasi. Karena itu peran PR sangat diperlukan untuk
mengatur semua program MICE, mulai dari merencanakan dan
merumuskan program MICE, masalah funding explore,
sponsorship, pemasaran MICE, akomodasi MICE, sampai
dengan pelaksanaan (implementasi MICE), evaluasi dan
perencanaan event MICE menjadi kajian panjang di dalam
komunikasi pariwisata.
9) Riset Komunikasi Pariwisata
Salah satu ujung tombak pengembangan kajian adalah riset,
karena itu komunikasi pariwisata juga menaruh harapan yang
tinggi kepada riset ini. Riset komunikasi pariwisata dapat
mengambil objek-objek riset pada bidang-bidang kajian
komunikasi pariwisata.29
Oleh karena itu Komunikasi pariwisata merupakan suatu
aktivitas manusia dalam menyampaikan informasi tentang
perjalanan ke suatu daerah atau objek wisata yang akan dikunjungi
wisatawan dengan menikmati perjalanan dari suatu objek ke objek
wisata lain sehingga wisatawan tertarik dan sampai pada suatu
tindakan untuk mengunjungi.
2. Langkah-langkah Komunikasi
29
38
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
berasal dari bahasa Latin Communicatio, dan perkataan ini bersumber
pada kata Communis. Arti Communis disini adalah sama, dalam arti
kata sama makna, yaitu sama makna mengenai satu hal. Jadi,
komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan30.
Artinya ide atau lambang yang disampaikan sama dengan pikiran.
Atau memindahkan gagasan melalui lambang-lambang yang
dimengerti oleh orang lain, dengan tujuan agar orang lain memahami
apa yang dimaksudkan.
Komunikasi sering dinamakan juga sebagai sistem informasi, yaitu
segenap unsur yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan
dalam upaya membuat, menerima dan memberikan sesuatu kepada
orang lain dengan maksud tertentu.31
Proses adalah tahap-tahap atau langkah-langkah yang dilalui dalam
mencapai suatu tujuan. Proses komunikasi ialah tahap-tahap atau
langkah-langkah yang dilalui dalam melakukan komunikasi. Onong U.
Effendy menyatakan bahwa proses komunikasi tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Sumber (Source)
Sumber atau pengirim berita memainkan langkah pertama
dalam proses komunikasi.
2. Pengubahan berita ke dalam sandi/kode (encoding)
30
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2004) hlm. 3-4
31
Langkah kedua ini adalah encoding the message, yaitu
mengubah berita ke dalam berbagai bentuk simbol-simbol
verbal atau non-verbal yang mampu memindahkan pengertian,
seperti kata-kata percakapan atau tulisan, angka, gerakan,
ataupun kegiatan.
3. Pengiriman berita (transmiting the message)
Mencerminkan pilihan komunikator terhadap media atau
saluran komunikasi.
4. Penerima berita
Penerimaan berita oleh pihak penerima melalui kelima panca
indera mereka.
5. Pengertian atau menerjemahkan kembali ke berita (decoding)
Hal ini menyangkut pengertian simbol-simbol oleh penerima.
Proses ini dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan,
pendidikan, lingkungan, praduga, dan gangguan sekitarnya.
6. Umpan balik (feedback)
Setelah berita diterima dan diterjemahkan penerima mungkin
menyampaikan berita balasan yang ditujukan kepada pengirim
mula-mula atau orang lain.
Berdasarkan proses komunikasi proses komunikasi di atas maka
setiap tahapan proses komunikasi mempunyai peranannya
masing-masing sehingga suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator
dapat tersampaikan dengan baik kepada komunikan. Jadi komunikator
40
yang diinginkan. Komunikator harus terampil dalam menyandi pesan
dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya
mengawasi sandi pesan. Seorang komunikator harus mengirim pesan
melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran. Agar
komunikasi efektif proses penyandian oleh komunikator harus
bertautan dengan proses penyandian oleh komunikan.
Dalam kelangsunganya pasti ada orang yang menyampaikan suatu
pesan tertentu dan harus ada orang lain yang menerima pesan itu. Jadi
dalam proses komunikasi paling sedikit harus ada tiga unsur, dua unsur
diataranya adalah manusia, yang satunya adalah peran. Apabila
orang-orang yang terlibat dalam komunikasi itu berjauhan tempatnya atau
banyak jumlahnya, maka bertambahlah unsurnya dengan sebuah
sarana untuk menyambung pesan tadi kepada orang atau orang-orang
yang dijadikan sasaran komunikasi. Jadi proses komunikasi adalah
pengoperan (dan penerimaan) dari lambang-lambang yang
mengandung arti32.
Komunikasi juga merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan setiap hari dengan masyarakat atau lingkungannya. Dan
bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya
suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi,
dimana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling
32
berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan
bersama.33
Williem Al Big mengatakan, bahwa komunikasi adalah proses
transmisi dalam memaknakan simbol-simbol di antara individu.
Dengan demikian, maka komunikasi adalah proses sosial yang terjadi
di antara dua orang atau lebih, di mana mereka saling mengirim
simbol-simbol satu dan lainnya. Komunikasi dikatakan berjalan
dengan baik apabila mereka saling mengolah dengan baik
simbol itu didalam proses komunikasi itu. Proses pertukaran
simbol-simbol itu juga terjadi di dalam mengkomunikasikan suatu produk
brand. Ketika suatu brand dikomunikasikan kepada masyarakat, maka
terjadi proses komunikasi seperti yang dikatakan oleh Al Big, bahwa
brand sebagai simbol yang dikomunikasikan oleh pemilik brand
mengalami proses komunikasi.34
Dalam proses komunikasi massa, proses komunikasi seperti yang
dikatakan oleh Al Big tidak cukup, karena untuk menjangkau wilayah
yang lebih luas, proses komunikasi memerlukan peran media massa,
sejauh ini media massa menjadi faktor penting didalam proses
komunikasi massa seperti yang dikatakan oleh McQuail bahwa
didalam komunikasi, massa media menjadi salah satu poros dimensi
penting.35 Di dalam teori media, ada empat dimensi dan tipe teori yang
33
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: perspektif, ragam dan aplikasi (jakarta: Rineka Cipta,2009), hlm.8
34
Burhan Bungin, komunikasi pariwisata pemasaran dan brand destinasi, (jakarta: Prenadamedia group, 2015) hlm. 45
35
42
sesungguhnya dapat disimpulkan menjadi dua dimensi yaitu
media-sentris versus social-media-sentris dan culturalis versus materialis.36
Pentingnya media massa di dalam komunikasi itu untuk
memaksimalkan peran pesan didalam komunikasi.
Thill dan Bovee mengatakan bahwa komunikasi yang efektif,
memiliki karakteristik, yaitu (1) memberikan informasi praktis, (2)
memberi fakta dari yang disampaikan, (3) mengklarifikasi dan
meringkas informasi, (4) mengatakan sesuatu yang spesifik, (5)
membujuk orang lain dan menawarkan rekomendasi.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif maka perlu adanya
tindakan terorganisasi di dalam memersuasi pesan sehingga
komunikasi menjadi lebih efektif. Salah satu strategi dalam mencapai
komunikasi yang efektif adalah dengan menggunakan model AIDA,
yaitu Attention, Interest, Desire, Action. Penjelasan model ini ada pada
tabel dibawah ini.
Mendapatkan perhatian pembaca dengan
menunjukkan manfaat yang nyata atau nilai tertentu.
Interest-Minat Membangun perhatian pembaca melalui
penjelasan lanjutan tentang manfaat secara logik dan emosional.
Desire-Keinginan Membangun keinginan dengan memberikan
perincian pendukung tambahan dan menjawab pertanyaan potensial.
Action-Tindakan Memotivasi untuk melakukan langkah
berikutnya melalui closing dengan kegiatan yang
menarik untuk melakukan tindakan.
36
Sumber: Thill dan Bovee, 2007
Komunikasi yang efektif juga bergantung kepada proses dan
model komunikasi yang dilakukan. Beberapa pendekatan proses
komunikasi, yang mana dilakukan dalam beberapa model. Smith dan
Tylor mengatakan model komunikasi terdiri dari model satu langkah,
model dua langkah, dan model multilangkah, dan model komunikasi
web.
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi juga memegang peranan
penting sebagai bentuk dari interaksi sosial manusia. Baik kepada
manusia lain atau kepada lingkunganya. William I. Golden
mengemukakan bahwa komunikasi memiliki empat fungsi. Keempat
fungsi tersebut, yakni komunikasi sosial, komunikasi ekspresif,
komunikasi ritual dan komunikasi instrumental. Dimana pada setiap
fungsi komunikasi tersebut tidak ada yang berdiri sendiri, melainkan
saling berkaitan satu sama lain.
Fungsi pertama yaitu komunikasi sosial. Fungsi komunikasi
sebagai komunikasi sosial merujuk pada pembangunan konsep diri,
aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang
lain.37
Fungsi terakhir menurut William adalah komunikasi instrumental.
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum seperti
37
44
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan
juga menghibur. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk dapat
mencapai tujuan, baik tujuan pribadi maupun pekerjaan, baik tujuan
jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
misalnya adalah memperoleh pujian atau kesan yang baik dari orang
lain serta mendapatkan keuntungan material, ekonomi dan politik
yang didapat melalui pengelolaan kesan verbal maupun nonverbal.
Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk mencapai kesuksesan
dalam karier yang dapat diraih lewat keahlian komunikasi.38
Pada tingkat dasar, komunikasi memegang peranan penting dalam
proses pertukaran. Dengan adanya komunikasi maka akan dapat
menginformasikan atas keberadaan suatu produk, jasa atau tempat
yang ditawarkan kepada masyarakat. Peran yang penting komunikasi
juga berkaitan dengan membujuk konsumen dengan komunikasi yang
bersifat persuasif. Dengan komunikasi pula, perusahaan atau lembaga
yang melakukan pemasaran akan dapat memberikan defferensial dari
produk atau jasa yang ditawarkan dengan cara menanamkan persepsi
kepada konsumenya.
Sedangkan pada tingkatan yang lebih tinggi, komunikasi dapat
menjadi sarana penghantaran nilai-nilai sosial kepada masyarakat.
Peran pada tingkatan ini menyangkut dengan daya terima masyarakat
terhadap jasa atau produk yang ditawarkan. Masyarakat akan menolak
38
produk jika cara penyampaiannya menyinggung perasaan sosial
masyarakat. Karenanya dalam melakukan pemasaran dibutuhkan cara
komunikasi yang baik dan memperhatikan kemampuan psikologis dari
konsumen.39
Sehubungan dengan segala peranan komunikasi itu semua, peran
komunikasi dalam bidang pemasaran pariwisata juga sangat penting,
baik pada aspek komponen maupun elemen-elemen pariwisata. Peran
penting komunikasi bukan saja pada komponen pemasaran pariwisata,
namun pada semua komponen dan elemen pariwisata, memerlukan
peran komunikasi, baik komunikasi personal, komunikasi massa,
komunikasi persuasif, serta komunikasi lainnya. Dunia pariwisata
sebagai kompleks produk, memerlukan komunikasi untuk
mengkomunikasikan pemasaran pariwisata, mengkomunikasi
aksesbilitas, mengkomunikasi destinasi, dan sumber daya kepada
wisatawan dan seluruh stakeholder pariwisata termasuk membentuk
kelembagaan pariwisata.40
3. Promosi Pariwisata
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu
program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila
konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk
itu berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.
Begitu juga dengan destinasi wisata. Seseorang tidak akan pernah
39
Sutrisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), hlm. 267
40
46
mengetahui keberadaan dimana tempat wisata itu berada jika tanpa
adanya promosi dari pihak pengelola.
Dengan adanya promosi maka konsumen akan mengetahui bahwa
perusahaan meluncurkan produk baru yang akan menggoda konsumen
untuk melakukan kegiatan pembelian.41 Pentingnya promosi dapat
digambarkan lewat perumpamaan bahwa pemasaran tanpa promosi
dapat diibaratkan seorang pria berkaca mata hitam yang dari tempat
gelap pada malam kelam mengedipkan matanya pada seorang gadis
cantik dari kejauhan. Tak seorangpun yang tahu apa yang dilakukan
pria tersebut. Begitu juga dengan sebuah brand destinasi wisata, jika
tanpa promosi sebuah tempat wisata itu tidak akan pernah terlihat oleh
orang lain.
Promosi juga merupakan kegiatan yang lebih banyak mencakup
mendistribusikan promotion materials, seperti film, slides,
advertisement, brochures, booklets, leaflets, folders, melalui
bermacam-macam saluran (channel) seperti: TV, radio, majalah,
bioskop, direct-mail baik kepada ”potensial tourist”, yaitu sejumlah
orang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan
wisata, karena memiliki banyak uang, keadaan fisik masih kuat, hanya
belum mempunyai waktu senggang untuk berpergian sebagai
wisatawan maupun ” actual tourist”, yaitu sejumlah orang yang sedang
melakukan perjalanan pariwisata ke suatu daerah tujuan tertentu;
41