• Tidak ada hasil yang ditemukan

13 PERSEPSI RISIKO MAHASISWAMAHASISWI TERHADAP EKSPEDISI PETUALANGAN PENDAKIAN GUNUNG Munauwar Mustafa 1) , Mohd Azril Ismail 2) dan Donny Abdul Latief Poespowidjojo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "13 PERSEPSI RISIKO MAHASISWAMAHASISWI TERHADAP EKSPEDISI PETUALANGAN PENDAKIAN GUNUNG Munauwar Mustafa 1) , Mohd Azril Ismail 2) dan Donny Abdul Latief Poespowidjojo"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

13

PERSEPSI RISIKO MAHASISWA/MAHASISWI TERHADAP EKSPEDISI PETUALANGAN PENDAKIAN GUNUNG

Munauwar Mustafa1), Mohd Azril Ismail2)dan Donny Abdul Latief Poespowidjojo3) Pensyarah Kanan Pusat Pengajian Pengurusan Perniagaan. Kolej Perniagaan Universiti

Utara Malaysia.munawar@uum.edu.my azril@uum.edu.my donny@uum.edu.my ABSTRAK

Risiko sering dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Namun, penelitian ini menganggapnya sebagai satu variabel yang positif di dalam membantu proses pembelajaran atau pembentukan kompeten individu. Sebagai dasar bagi pengembangan program pelatihan untuk meningkatkan kompeten diri, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan meanpersepsi risiko mahasiswa / mahasiswi universitas publik terhadap empat ekspedisi pendakian adventur yang terkenal di Semenanjung Malaysia iaitu Ekspedisi Chamah- Ulu Sepat, Ekspedisi Gunung Tahan, Ekspedisi Trans Titiwangsa Versi 1 dan ekspedisi Trans TitiwangsaVersi 2. Populasi penelitian ini adalah pendaki-pendaki yang menyertai salah satu dari ekspedisi-ekspedisi petualangan pendakian di dalam periode waktu pengumpulan data. Setelah penelitian dilakukan pada jumlah penlaksanaan ekspedisi dan jumlah peserta serta jadwal yang telah dikeluarkan oleh pihak pengelola, peneliti menggunakan sampling acak sederhana untuk memilih 8 kelompok dari 13 kelompok ekspedisi yang diselenggarakan pada saat libur panjang akhir semester. kajian ini menggunakan satu jenis instrumen lengkap yang telah dikembangkan oleh peneliti yang lainnya yang mampu membantu mencapai tujuan penelitian dengan memperhitungkan keabsahannya dan tingkat reliabilitas isi serta kesesuaiannya dengan responden-responden. Uji ANOVA One Way diberlakukan dan dapatannya mendapatkan nilai p> adalah .05, menandai hipotesis nol dapat diterima. Kesimpulannya, hasil penelitian ini telah berhasil membuktikan secara empiris bahwa mean persepsi kepada risiko peserta untuk keempat ekspedisi tersebut adalah tidak berbeda secarasignifikan. Oleh karena itu, jika satu dari kriteria-kriteria penting untuk menyukseskan setiap program kepada menajemen latihan menjadi faktor persepsi risiko, pengembang dan operator dapatlah memilih salah satu empat ekspedisi petualangan pendakian karena masing-masing tidak memberikan mean persepsi risiko yang berbeda antara keduanya.

Kata kunci:PersepsiRisiko, Pelatihan dan Pengembangan, Pembelajaraninsidental, Petualangan Pelatihan

ABSTRACT

Risk is normally perceived negatively. However, in this study it is perceived as a factor that can help the learning process or enhance the development of individual competece. This study was carried out to look into mean difference of perception of risk of the participants of four well known moutaineering expeditions in Peninsular Malaysia namely Chamah - Ulu Sepat, Tahan, Trans Titiwangsa Version 1 and Trans Titiwangsa Version 2, as a basis of developing training programmes to boost self competence. The study population were public university students who participated in one of the aforementioned expeditions within the period of data collection which was during the long break between the second semester and the first semester of academic session. After carrying out a thorough study on both the number of expeditions and the participants as well as the schedule produced, the researcher has used easy random sample to select eight out of 13 expeditions carried out within the data collection period. This study utilizes an established instrument developed by a previous researcher which is potentially able to help achieving the study objective, taking into consideration the validity and reliability of the construct and its suitability with the respondents. One way ANOVA test was done and the result yielded the value of p>0.5, signalling that the nol hypothesis could not be rejected. To conclude, the study has proven that empirically, the minimum perception of risk of the participants of the four selected expeditions did not differ significantly. Therefore, if perception of risk is to be considered as one of the critical criteria in any training programmes, programme developers can choose any one of the four adventure mountaineering expeditions as each one of them did not yield different minimum perception of risk.

(2)

Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah PENDAHULUAN

Keterlibatan kelompok mahasiswa untuk

kegiatan-kegiatan kokurikulum di luar kampus dapat

memberikan berbagai manfaat untuk mahasiswa.

Manfaat-manfaat tersebut dapat dilakukan secara

sadar dan terukur oleh setiap individu-individu

yang terlibat dan juga dapat dihasilkan dalam diri

mahasiswa tanpa dia sadari sebelumnya. Horwood

(1999) mengatakan bahwa keterlibatan dalam

kegiatan adventur luar membantu meluncurkan

perubahan atau pengembangan pribadi dan juga

kelompok. Ini dikatakan berpotensi untuk

meningkatkan pengembangan individu untuk

komponen fisik, keterampilan dan pengetahuan

tentang kerjasama yang kuat dan terkontrol (Klint,

1999). Selanjutnya kegiatan ini dapat juga

memberikan manfaat secara fisik, psikologis dan

fisiologis kepada pribadi mahasiswa individu,

bahkan ia juga memberikan manfaat kepada

aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. dalam

pandangan Brown (1999) juga menyatakan bahwa

manfaat-manfaat pengalaman dari kegiatan

petualangan termasuk meningkatnya percaya diri,

keyakinan diri, perasaan gembira ketika berhasil

melewati tantangan, peluang-peluang untuk

bekerjasama dan mengembangkan tim/kelompok,

kesadaran kepada tujuan yang baru dalam

kehidupan, kontrol emosional, kesadaran

lingkungan dan peningkatan tingkat kesehatan yang

dapat terbentuk. Ewert (1985; 1989) menyatakan

bahwa gunung-gunung didaki untuk menguji diri,

mendapatkan kesenangan, merasakan kesuksesan,

mengistirahatkan pikiran, mengembangkan

kreativitas dan kemampuan. Terdapat juga

kekuatan sosial dalam suatu lingkungan,

membentuk hubungan dengan teman, menikmati

flora dan fauna, menghayati pemandangan dan

merasa dekat dengan alam yang menjadi kagum

atas ciptaan Tuhan yang maha esa.

Dalam penelitian menjabarkan ke atas

hipotesis tentang kegunaan dan kontribusi kepada

pembentukan kompeten diri hasil dari kegiatan

pendakian gunung. Diberikan satu variabel utama

yang dikenal sebagai persepsi risiko dalam aktivitas

pendakian baik secara kelompok mahupun secara

perorangan. Persepsi risiko tidak akan muncul

dalam kegiatan-kegiatan biasa yang tidak

berbahaya dan menantang seperti dalam pendakian,

balapan mobil terbang layang dan lain sebagainya.

Ia ada dalam kegiatan-kegiatan luar yang berat,

rumit, kasar dan perlu nyali yang tidak sedikit.

Kegiatan-kegiatan luar kasar pula dapat dibagi

menjadi beberapa jenis salah satu dari jenis

kegiatan luar kelas adalah kegiatan pendakian

gunung atau petualangan.

Ekspedisi-ekspedisi petualangan

pendakian yang dilaksanakan ni penuh dengan

risiko-risiko yang harus di lalui sepanjang

perjalanan. Banyak kasus-kasus kecelakaan dan

kematian telah dilaporkan terjadi. Pada 24 Mei

1999, dua dari sekelompok 14 pendaki Gunung

Korbu telah meninggal dunia dalam tenda mereka

di puncak gunung tersebut akibat kepenatan

melampau (Keracunan gas penyebab kematian 2

peserta ekspedisi Gunung Korbu," 1999, 16 Juni).

Pada 3 April 2004, dua orang pendaki tewas

sedangkan 22 lainnya turut terluka dipanah petir

ketika sedang tidur dalam tenda mereka di puncak

Gunung Gambar (Beh, Florence & Jonathan, 2004,

4 May). Pada 25 Juni 2005, seorang pendaki yang

juga seorang supervisor asrama Universitas Utara

Malaysia meninggal dunia ketika mengiringi

sekelompok mahasiswa mendaki Gunung Chamah

(Hah & Embun, 2005, 27 Juni). Pada 18 April 2007

pula, seorang pendaki telah meninggal dunia di

sekitar Kem Teku dalam perjalanan turun dari

(3)

Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Pada 7 Februari 2008, seorang pelajar tahun akhir

Universiti Teknologi MARA, Perlis telah hilang

selama 19 hari ketika turun dari puncak Gunung

Tahan (Leong, 2010, 6 Februari). Pada 15 Februari

2009, seorang pegawai Bank RHB, Bangi telah

hilang di sekitar Pos Brooke, Gua Musang dalam

perjalanan pulang dari mendaki Gunung Yong Yap

bersama 13 orang teman (Pendaki hilang di

Gunung Yong Yap," 2009). Dia masih belum

ditemukan sampai hari ini. Contoh-contoh di atas

menunjukkan bahwa risiko adalah inti kepada

kegiatan petualangan. Risiko-risiko ini benar-benar

potensial untuk mendatangkan kecelakaan serius

yang mengancam khidupan peserta bahkan cacat

anggota tubuh dan juga menyebabkan hilang nyawa

para pendaki. Jika ada ancaman risiko dan

ditanggapi pula sebagai berisiko oleh individu

tersebut, maka secara alamiah keseluruhan

menajemen/mekanisme pertahanan anggota tubuh

baik dari segi fisiologinya, psikomotornya,

afektifnya dan juga kognitifnya akan ditujukan

untuk usaha-usaha terpadu untuk mempersiapkan

diri mengurangi resiko dalam petualang (Goetsch,

2008).

Sebagai dasar bagi pengembangan

program pelatihan untuk meningkatkan kompeten

diri, penelitian ini dilakukan untuk melihat

perbedaan mean persepsi risiko peserta terhadap

empat ekspedisi petualangan pendakian yang

terkenal di Semenanjung Malaysia yaitu Ekspedisi

Chamah - Ulu Sepat, Ekspedisi Gunung Tahan,

Ekspedisi TransTitiwangsa Versi 1 dan Ekspedisi

Trans Titiwangsa bahagian kedua.

TINJAUAN LITERATUR

Risiko sering dianggap sebagai sesuatu yang

negatif dalam sebuah aktivitas manusia dan dapat

juga diartikan sebagai sebuah ancaman serius

terhadap kesejahteraan fisik, psikologis dan sosial

(Lupton & Tullock, 2002; Priest, 1999; Renn,

1998; Sokolowska & Pohorille, 2000). Pengertian

seperti ini bersifat anti-tesis dan menjadikan risiko

sebagai penyebab efek buruk pada kegiatan pribadi.

Bagian ini membahas persepsi risiko dengan

menitik beratkan pada kemungkinan ke hal-hal

yang positif yaitu berfungsi dalam membantu

proses pembelajaran atau pembentukan kompeten

individu setiap mahasiswa.

Pandangan Renn (1998) bahwa risiko ini

adalah suatu hal yang perlu ditelusuri atau

dilakukan aspek yang ada pada resiko kegiatan

petualangan. Risiko jenis ini adalah risiko yang

berada di bawah kontrol kemampuan mahasiswa

yaitu individu tersebut dapat memilih tingkat risiko

tersebut dan melakukannya secara sukarela. Risiko

yang dilakukan secara sukarela ini sering dicari

untuk tujuan-tujuan menghadapi dan menghindari

perasaan takut, menunjukkan keberanian,

menemukan kegembiraan serta mencapai

aktualisasi diri (Lupton & Tulloch, 2002).

Diantaranya adalah keterlibatan dalam

kegiatan-kegiatan luar dengan keterampilan-keterampilan

pribadi diperlukan untuk melewati situasi

berbahaya dan perasaan senang dihasilkan dari

kemampuan untuk mengontrol diri dan lingkungan

(4)

Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah

Persepsi risiko adalah penilaian

subjektif terhadap ancaman nyata atau persiapan

atas ancaman terhadap keselamatan umum, sosial,

moral pada setiap orang (Sokolowska & Pohorille,

2000). Ada juga Byrnes, Miller dan Schafer (1998)

menegaskan penilaian terhadap risiko subjektif

membawa maksud tersirat bahwa individu-individu

hanya mengambil risiko setelah mereka menyadari

akan risiko tersebut. Persepsi subjektif risiko juga

dikatakan sebagai lebih mempengaruhi persepsi

risiko keseluruhan dibandingkan dengan persepsi

objektif risiko. Kouabeanan (1998) menemukan

bahwa penilaian risiko subyektif adalah komponen

utama persepsi risiko untuk kedua kelompok

penelitiannya yaitu golongan ahli di dalam sesuatu

bidang dan juga masyarakat umum.

Lingkup penelitian ini adalah untuk

melihat perbedaan persepsi risiko

penggemar-penggemar kegiatan petualangan dengan mengacu

pada empat ekspedisi yang berbeda. Ada banyak

penelitian yang telah dilakukan terkait dengan

persepsi risiko. Namun, penelitian-penelitian

tersebut tidak dilakukan secara khusus tentang

persepsi risiko di dalam kegiatan petualangan

pendakian gunung-gunung. Pendapat dari Boholm

(1998) menemukan bahwa faktor usia dan jenis

kelamin tidak menunjukkan perbedaan persepsi

risiko yang berarti. Namun, temuan studi-studi lain

menunjukkan bahwa sebaliknya yaitu kaum dan

gender mempengaruhi persepsi risiko (Flynn,

Slovic & Mertz, 1994; Byrnes et al., 1998;

Gustafson, 1998; Finucane, Slovic, Mertz & Flynn,

2000; Lupton & Tulloch, 2002; Rundmo, 2002;

Stuessy, 2007).

Namun, persepsi risiko terkait dengan

keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan luar ini

berkurang ketika peribadi peserta semakin biasa

dengan kegiatan- kegiatan tersebut dan minat serta

kecenderungan untuk melakukan kegiatan-kegiatan

tersebut bertambah banyak

(Cheron&Ritchie,1982). Ada suatu hubungan yang

sama yaitu persepsi risiko dipengaruhi oleh kualitas

dan kebiasaan peserta. Begitu juga dengan hasil

penelitian Creyer et al. (2003) yang menemukan

bahwa semakin sering responden melakukan

pendakian atau jenis sepeda gunung semakin

rendah persepsi risiko gagal kepada mereka dan

semakin tinggi harapan mereka untuk sukses atau

berhasil. Individu-individu yang mendapatkan hasil

yang positif dari keterlibatan tersebut pula, akan

seterusnya berusaha pula untuk melakukan sesuatu

yang lebih tinggi tingkat risikonya. Temuan ini

mendukung temuan sebelumnya yang dilakukan

oleh Ewert (1985) yang menemukan bahwa

individu-individu yang terlibat dalam

kegiatan-kegiatan petualangan luar dengan tingkat

keterampilan yang tinggi akan memberikan fokus

mereka kepada manfaat-manfaat yang tersedia hasil

dari keterlibatan tersebut dan bukan lagi kepada

risiko -risiko yang ada. Slanger dan Rudestam

(1997) yang juga mendukung pandangan ini

dengan menegaskan bahwa setiap individu-individu

yang lebih berpengalaman harus melakukan

kegiatan-kegiatan yang lebih besar risikonya untuk

memungkinkan mereka menikmati perasaan

menyenangkan ketika berhasil melewati rintangan

yang lebih sulit lagi.

Berdasarkan tinjauan literatur tentang persepsi

risiko adalah hasil kajian studi-studi terdahulu

memperlihatkan ada beberapa perbedaan persepsi

risiko dengan mengacu kepada faktor-faktor alam

lingkungan, cuaca, dukungan pengetahuan dan

pengalaman peserta, perlu dipersiapkan secara

(5)

Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Berdasarkan argumentasi di atas, maka dapat dikemukakan kerangka teoritikal penelitian

ini

ditunjukkan seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 1: Kerangka teori

Kerangka teoritikal ini menghipotesiskan bahwa keempat jenis pendakian yang dikaji tidak dapat

memberikan mean persepsi risiko yang berbeda secara nyata di antara mereka.

METO PENELITIAN.

Populasi penelitian ini adalah para mahasiswa

pendaki-pendaki yang menyertai salah satu dari

ekspedisi-ekspedisi petualangan pendakian di

dalam periode waktu pengumpulan data yaitu pada

masa libur panjang pada akhir semester kedua

tahun akademik. Di dalam rentang waktu

pengambilan data dilakukan, peneliti menemukan

ada 17 pelaksanaan/kegiatan ekspedisi-ekspedisi

dengan jumlah peserta sebanyak 315 orang. Jumlah

kegiatan ekpedisi dan jumlah peserta ini diperoleh

dari Kantor-Kantor Kehutanan Daerah yang

bersangkutan yang dihubungi dari waktu ke waktu

di dalam pengumpulan data tersebut dengan

mengacu pada jumlah surat izin yang dikeluarkan

dan daftar nama yang tertera dalam formulir izin

untuk pendakian tersebut.

Mengingat populasi penelitian ini

adalah diketahui dan memiliki probabilitas untuk

dipilih sebagai subjek sampel, maka peneliti

memutuskan untuk menggunakan desain sampling

ber struktur. Peneliti juga memutuskan untuk

menggunakan metode sampling secara kluster

berdasarkan ekspedisi karena dapat memberikan

lebih heterogen di dalam kelompok dan lebih

homogen di antara kelompok (Sekaran & Bougie,

2009). Setelah penelitian dilakukan pada jumlah

kegiatan ekspedisi dan jumlah peserta serta jadwal

yang dikeluarkan, peneliti menggunakan sampling

acak sederhana untuk memilih 8 dari 13 ekspedisi

yang diselenggarakan pada libur panjang akhir

Semester kedua tahun akademik.

Variabel Referensi Item

Persepsi risiko Ward, 2008 23

Setelah melalui langkah-langkah untuk memastikan

keesahan instrumen, instrumen penelitian ini juga

melalui proses pengujian keabsahan. Uji keabsahan

ini bertujuan mengukur tingkat konsistensi

instrumen yang digunakan (valid dan realibel).

Hasil tes keandalan melalui pengukuran

"coefficient Cronbach s Alpha" adalah seperti

berikut:

Tabel 2: Uji Keabsahan

PERSEPSI RISIKO

EKSPEDISI PETUALANGAN

(6)

Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah

Variabel Cronbach’s Alpha

Persepsi risiko 0.845

Cooper & Schindler (2006), Sekaran (2005), Hair

et al. (1998) dan Nunally (1978) menyatakan

bahwa setiap skor koefisien Cronbach s Alpha di

sekitar 0.60 dianggap memiliki standar keabsahan

yang dapat diterima. Mengingat skor tes yang

tersedia adalah melebihi nilai tersebut, maka

instrumen tersebut dapat dipakai-pakai untuk

mengukur variabel penelitian sesuai dengan valid

dan reliabel.

Analisis Data

Secara khusus, tes ANOVA One Way digunakan

untuk menguji perbedaan mean persepsi risiko

populasi. Sebelum tes dilakukan, data yang

diperoleh dilapangan untuk memastikan

asumsi-asumsi yang diperlukan sudah terpenuhi. Kedua

asumsi tes ini adalah normaliti populasi dan varian

homogeniti. Hasil tes skewness dan kurtosis

menunjukkan skor variabel berada dalam

lingkungan normal seperti yang diusulkan oleh

Meyers, Gamst dan Guarino (2006); sedangkan

hasil tes Levene adalah tidak signifikan (p> .05),

menandakan bahwa varian populasi untuk setiap

kelompok adalah hampir sama.

Dapatan kajian dan Pembahasan

Setelah kedua asumsi tes dipenuhi, tes ANOVA One Way dilaksanakan dan dapatannya adalah sebagai berikut.

Tabel 3: Uji ANOVA pada persepsi risiko peserta ekspedisi

F Sig

1.910 0.132

Tes ini mendapatkan nilai p> .05, menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima di mana nilai mean persepsi risiko peserta adalah tidak berbeda secara signifikan melintasi empat ekspedisi pendakian tersebut.

Mengingat tidak ada penelitian penelitian terdahulu yang sama persis dilakukan sebelumnya, maka diskusi sebagai pembanding tidak dapat

(7)

Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah

Kesimpulan

Dari tulisan ini bermaksud untuk melihat perbedaan mean persepsi risiko dalam kalangan peserta ke empat ekspedisi pendakian di Semenanjung Malaysia. Penelitian ini berhasil membuktikan secara empiris bahwa mean persepsi risiko peserta untuk keempat ekspedisi tersebut adalah tidak berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, jika satu

dari kriteria-kriteria penting untuk menyukses kan setiap program latihan adalah faktor persepsi risiko, panitia penyelenggara dan pihak operator boleh memilih salah satu dari empat ekspedisi pendakian karena masing-masing tidak memberikan mean persepsi risiko yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Referensi

Beh, Y. H., Florence, S., & Jonathan, C. (2004, 4 May). Lightning horror: Two killed, 22 injured in striked on mountain peak. The Star. Akses 7 Jun 2014,

daripadahttp://thestar.com.my/news/story. asp?file=/2004/5/4/nation/7908095&sec=n ation.

Boholm, A. (1998). Comparative studies of risk perception: A review of twenty years of research. Journal of Risk Research, 1(2), 135-163.

Brown, T. J. (1999). Adventure risk management. In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure programming (pp. 273-284). State College, PA: Venture.

Byrnes, J. P., Miller, D. C., & Schafer, W. D. (1998). Gender differences in risk taking: A meta-analysis. Psychological Bulletin, 125(3), 367-383.

Cheron, E. J., & Ritcie, J. R. (1982).Leisure activities and perceived risk. Journal of Leisure Research, 14(2), 139-154. Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2006).

Marketing Research. New York: McGraw–Hill.

Creyer, E. H., Ross, W. T., & Evers, D. (2003). Risky recreation: An exploration of factors influencing the likelihood of participation and the effects of experience. Leisure Studies, 22, 239-253.

Driver, B.L. (1996).Benefits-driven management of natural areas.Natural Areas Journal.16(2), 94 –99.

Ewert, A. (1989). Outdoor adventure pursuits: Foundations, models, and theories. Scottsdale, AZ: Horizon Publishing.

Ewert, A. (1985). Why people climb: The relationship of participant motives and experience level to mountaineering. Journal of Leisure Research, 17(3), 241-250.

Faye, A. D., Bassi, M., & Massimini, F. (2003). Quality of experience and risk perception in high altitude rock climbing. Journal of Applied Sport Psychology, 15, 82-98. Finucane, M. L., Slovic, P., Mertz, C. K., & Flynn,

J. (2000). Gender, race, and perceived risk: The white male effect. Health, Risk, and Society, 2(2), 159-172.

Flynn, J., Slovic, P., & Mertz, C. K. (1994).Gender, race, and perception of environmental health risks. Risk Analysis, 14(6), 1101-1108.

Goetsch, D. L. (2008).Occupational safety and health for technologists, engineers, and managers, 6th edition. Saddle River, NJ: Pearson Education.

Gustafson, P. E. (1998). Gender differences in risk perception: Theoretical and

methodological perspectives. Risk Analysis, 18(6), 805-811.

Hah, F. L., &Embun, M. (2005, 27 Jun). Day of joy turns to sorrow for UUM. The Star. Akses 7 Jun 2014,

(8)

Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Hair, J. F., Anderson, R. E., Tatham, R. L., &

Black, W. C. (1998). Multivariate data analysis (5th ed.). New Jersey: Prentice-Hall International.

Horwood, B. (1999). Educational adventure and schooling. In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure programming (pp. 9-12). State College, PA: Venture.

Keracunan gas punca kematian 2 peserta ekspedisi Gunung Korbu (1999, 16 Jun).Utusan Malaysia. Akses 17 Ogos 2014, daripada http://www.utusan.com.my/utusan/info.as p?y=2010&dt=0614&pub=Utusan_Malay sia&sec=Dalam_Negeri&pg=dn_02.htm. Klint, K. A. (1999). New directions for inquiry into

self-concept and adventure experiences. In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure programming (pp. 163-168). State College, PA: Venture.

Kouabenan, D. R. (1998).Beliefs and the perception of risks and accidents. Risk Analysis, 18(3), 243-252.

Krejcie, R., & Morgan, D. (1970).Determining sample size for research activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610. Leong, S. H. (2010, 6 Februari).A mind for

surviving.The Star. Akses 17 Ogos 2014, daripadahttp://thestar.com.my/lifestyle/sto ry.asp?file=/2010/2/6/lifefocus/5421941& sec=lifefocus.

Lupton, D., & Tulloch, J. (2002). Life would be pretty dull without risks. Health, Risk, and Society, 4(2), 113-124.

Meyers, L.S., Gamst, G., &Guarino, A.J. (2006).Applied multivariate research: Design and interpretation. Thousand Oaks, CA: Sage.

New Straits Times, 27 Jun 2005. UUM hostel adviser dies while trekking.

Nunnaly, J. C. (1978). Psychometric Theory (2nd ed.). New York: McGraw Hill.

Pendaki hilang di Gunung Yong Yap (2009, 19 Februari). Berita Harian. Akses 7 Jun 2014, daripada

http://www.bharian.com.my/Current_New s/BH/Wednesday/Mutakhir/20090218161 012/Article/index_html.

Priest, S. (1999). The adventure experience paradigm. In J. C. Miles, & S. Priest, Adventure Programming (pp. 159-162). State College, PA: Venture.

Renn, O. (1998). Three decades of risk research: Accomplishment and new challenges. Journal of Risk Research, 1(1), 49-71. Rowe, G., & Wright, G. (2001). Differences in

expert and lay judgment of risk: Myth or reality? Risk Analysis, 21(2), 341-356. Rundmo, T. (2002).Associations between affect and risk. Journal of Risk Research, 5(2), 119-135.

Sekaran, U. (2005). Research Methods for Business: A skill-building approach (4th ed.). NY: John Wiley & Sons.

Sekaran, U. & Bougie, R. (2009). Research Methods for Business: A skill-building approach (5th ed.). NY: John Wiley & Sons.

Sjoberg, L. (2002). Allegedly simple structure of expert's risk perceptions: An urban legend in risk research. Science, Technology, and Human Values, 27(4), 443-459.

Slanger, E., & Rudestam, K. E. (1997). Motivation and disinhibition in high risk sports: Sensation seeking and self-efficacy. Journal of Research in Personality, 31, 355-374.

Slovic, P. 1997. Public perception of risk. Risk Analysis. 59, 22-23.

Sokolowska, J., & Pohorille, A. (2000). Models of risk and choice: Challenge or danger. Acta Psychologikla, 104, 339-369.

Stuessy, T. (2007). Risk perception: A quantitative analysis of skydiving participation. Ann Arbor, MI: ProQuest LLC.

Walker, G. J., Hull, R. B., & Roggenbuck, J. W. (1998).On-site optimuml experiences and their relationship to off-site benefits. Journal of Leisure Research, 30(4), 453-471.

Gambar

Tabel 3: Uji ANOVA pada persepsi risiko peserta ekspedisi

Referensi

Dokumen terkait

yang mempengaruhi tingkat suku bungadeposito berjangka.. Standar deviasi yang lebih kecil dari rata-rata menunjukkan simpangan data yang rendah, ini menunjukkan bahwa

Penggunaan Vancomycin sebagai terapi defenitif harus pada pasien dengan hasil uji laboratorium yang terbukti positif terinfeksi bakteri jenis Meticillin-resistant

Dengan alasan tersebut, maka penulis mencoba mengimplementasikan metode work sampling pada penjaga kasir McDonald’s, dengan tujuan mengukur produktivitas, waktu normal,

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Subsektor perikanan (Juta Rupiah). 239.013

Persamaan kalibrasi dan uji validasi untuk penentuan KPT buah sawo dibangun dengan menggunakan metode Partial Least Squares (PLS) regression untuk tiga jenis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis strategi, faktor-faktor yang menjadi penghambat serta pendukung, dan upaya yang dilakukan Pemerintah

Tidak adanya dominansi pada setiap stasiun pengamatan di Sungai Belawan disebabkan faktor fisika kimia perairan masih sesuai untuk kehidupan perifiton di perairan

acara : Membahas program acara dan penetapan anggaran biaya Kepada seluruh Panitia J 50 GKPS Cikoko, sangat diharapkan kehadirannya sehubungan dengan semakin dekatnya acara yang