• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Video untuk Meningkatkan Hasil Belajar Muatan IPA Di Kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Semester II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Video untuk Meningkatkan Hasil Belajar Muatan IPA Di Kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Semester II"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

53

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD Negeri Mangunsari 01 Semester II Tahun pelajaran 2017/2018 pada muatan IPA kelas 4 dengan jumlah siswa 41. Penelitian dimulai dengan penulisan proposal TA 1 kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan penelitian dan pengambilan data. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, tiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan dengan 2 kali digunakan untuk menyampaikan materi dan 1 kali digunakan untuk tes. Penelitian ini dimulai pada 19 Februari sampai 28 Februari 2018, pelaksanaannya akan diuraikan sebagai berikut.

4.1.1.Diskripsi Kondisi Awal

Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan siklus di kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga. Pertama, peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun dan dirancang dengan guru kelas menggunakan model Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik. Kedua, peneliti menyusun instrumen pembelajaran. Selanjutnya, peneliti mengecek dan menyiapkan semua yang dibutuhkan dalam pelaksanaan untuk action.

(2)

mengembangkan dan menyajikan hasil, dan tahap 5 menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan.

Penelitian dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 dengan jumlah siswanya 41 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Materi untuk siklus I yaitu tentang macam-macam gaya dan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari. selanjutnya materi untuk siklus II yaitu manfaat gaya listrik dan penyebab alat-alat elektronik dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar yang digunakan sama antara siklus I dan siklus II yaitu 3.3 Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. 4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan.

Dengan karakter siswa yang berbeda-beda, disamping itu siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran pada muatan IPA, maka berdampak pada hasil belajar yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa yang telah dilaksanakan pada muatan IPA bahwa sebagian siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu di bawah 68 sehingga banyak siswa yang mengikuti program remidial.

Untuk menyajikan hasil ulangan siswa dibutuhkan acuan dalam membuat tabel distribusi frekuensi hasil ulangan siswa dengan cara sebagai berikut:

Range/jangkauan = (skor maksimal-skor minimal)+1 = (92-48)+1

= 45

Banyaknya kategori = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 41

= 6,313 (dibulatkan menjadi 6)

Interval =

=

= 7,5 (dibulatkan menjadi 8)

(3)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Ulangan Harian Muatan IPA Siswa Kelas 4 Semester II SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Sebelum Tindakan

No Interval Frekuensi Persentase

1 48 - 55 12 29,27%

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pada muatan IPA terdapat 12 siswa berada pada skor 48 sampai 55 dengan presentase 39,0%, 14 siswa berada di skor 56 sampai 63 dengan presentase 34,14%, 7 siswa berada di skor 64 sampai 71 dengan presentase 17,07%, 2 siswa berada di skor 72 sampai 79 dengan presentase 4,88%, 2 siswa berada di skor 80 sampai 87 dengan presentase 4,88% dan 4 siswa berada di skor 88 sampai 95 dengan presentase 9,76%. Dengan nilai tertingginya 92. Sedangkan nilai terendahnya 48. Untuk lebih jelasnya data prasiklus dapat ditunjukan dengan diagram seperti pada gambar 4.1

Gambar 4.1

Diagram Hasil Ulangan Harian IPA Siswa Kelas 4 Semester II SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Sebelum Tindakan

Selain frekuensi hasil ulangan harian siswa didapat juga ketuntasan hasil belajar siswa. Berikut merupakan data hasil ketuntasan siswa sebelum dilakukan tindakan yang disederhanakan kedalam tabel distribusi ketuntasan belajar.

(4)

Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 Semester II SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Sebelum Tindakan

No Ketuntasan Frekuensi Presentase

1 Tuntas ( ≥KKM 68) 10 24%

2 Belum Tuntas ( ≤ KKM 68) 31 76%

Rata-rata 62,46

Skor Maksimal 92

Skor Minimum 48

Berdasarkan tabel 4.2 dapat terlihat perbandingan siswa yang mencapai ketuntasan belajar, Tuntas ( ≥KKM 68) sebanyak 10 siswa dengan presentase 24%

dan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar adalah 31 siswa dengan presentase 76%.

Data yang diuraikan terdapat 31 siswa yang belum tuntas. Penyebab belum tuntasnya nilai karena siswa sering sibuk bermain sendiri, kurangnya konsentrasi dan kurang serius dalam menyimak pelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa kurang bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas dan kerjasama siswa dengan teman yang lain masih kurang. Masalah-masalah yang muncul diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Dari uraian masalah ditemukan 31 dari 41 siswa kelas 4 masih dibawah KKM. Disamping itu, faktor dari luar sekolah dapat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa.

Maka dari itu, peneliti menggunakan penggunaan metode, pendekatan atau model agar dapat membantu siswa lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan adanya model, pendekatan dan metode pembelajaran dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa.

(5)

4.1.2. Deskripsi Siklus 1

Praktek pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan Kompetensi Inti 3.3 Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan; 4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Penelitian pada siklus I direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Februari 2017 selanjutnya pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Februari 2017 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 Februari 2017. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus I sebagai berikut.

4.1.2.1. Perencanaan

Perencanaan dimulai dengan hal yang paling mendasar yaitu dengan meminta ijin dari guru kelas 4 untuk membicarakan hal yang akan dilakukan peneliti pada kelas 4 sebagai subjek penelitian. Permohonan ijin penelitian disambut baik oleh kepala sekolah. Selanjutnya peneliti mendiskusikan hal yang akan dilakukan peneliti dengan guru kelas. Peneliti akan melakukan tindakan pada muatan IPA dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dikarenakan hasil belajar siswa banyak yang dibawah KKM.

Setelah mendapatkan ijin dari kepala sekolah dan guru yang bersangkutan, hal yang pertama dilakukan peneliti adalah melakukan wawancara kepada guru kelas 4 dengan bertanya beberapa pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang subjek yang akan digunakan peneliti pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti berdiskusi dengan guru kelas untuk membicarakan materi atau tema yang akan digunakan peneliti.

(6)

masalah agar dapat hasil yang baik; 2) Merancang RPP sesuai langkah-langkah PBL dan berbantuan video sesuai kebutuhan siswa; 3) Merancang instrumen observasi yang akan digunakan sebagai panduan dalam mengamati pencapaian proses pembelajaran maupun siswa saat pembelajaran berlangsung dengan model pembelajaran PBL; 4) Merancang alat penilaian berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

Peneliti melakukan pertemuan dengan guru kelas 4 untuk berdiskusi. Pertama peneliti mengenalkan model yang akan digunakan peneliti yaitu model PBL (Problem Based Learning) untuk menindaklanjuti masalah yang ada di SD Negeri Mangunsari 01 khususnya pada siswa kelas 4. Peneliti memperkenalkan model yang akan digunakan peneliti agar guru dapat memberikan masukan tentang penggunaan model PBL (Problem Based Learning) kepada peneliti. Dengan adanya masukan dari guru, peneliti akan lebih mantap untuk menggunakan dan menerapkan model PBL (Problem Based Learning). Selanjutnya peneliti mendiskusikan kagiatan pembelajaran yang akan dilakukan peneliti saat melakukan tindakan di SD Negeri Mangunsari 01 khususnya kelas 4. Dengan berdiskusi dan berbagi pendapat tentang penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran diharapkan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran akan mendapatkan hasil yang lebih baik.

Pada tahap ini, peneliti diberikan kesempatan untuk persiapan mengajar seperti menyiapkan RPP dan mempelajari langkah-langkah pembelajaran yang sudah dirancang sebelum melakukan tindakan. Tujuannya supaya proses pembelajaran berjalan sesuai tahap-tahap yang direncanakan dalam RPP. Peneliti juga menjelaskan kepada guru kelas langkah-langkah penggunaan LCD yang digunakan untuk memutarkan video karena guru jarang menggunakan media video dalam pembelajaran.

(7)

4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan, pertemuan pertama dilakukan pada hari Senin tanggal 19 Februari 2017 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB pada hari Selasa tanggal 20 Februari 2018 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB, dan pada Rabu tanggal 21 Februari 2018 pukul 07.00 samapi 09.00 WIB di kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01. Alokasi waktu selama 2 jam pelajaran atau 70 menit. Banyaknya siswa yang mengikuti pembelajaran 41 terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan, serta dihadiri 2 orang rekan sejawat sebagai observer dan dokumentasi.

Dalam pelaksanaan tindakan guru melaksanakan pembelajaran IPA dengan tema 7 Indahnya Keberagaman di Negeriku, Sub Tema 1 Keberagaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku, pembelajaran 1 dan 2. Peneliti melakukan tindakan dan guru kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 bertugas sebagai observer. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan saat pelajaran IPA berlangsung untuk mengetahui sintaks model PBL (Problem Based Learning) berjalan dengan baik. Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi sesuai sintaks model pembelajaran yang digunakan peneliti untuk mengamati kegiatan guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Sintak pembelajaran dirancang untuk selesai dalam 3 kali pertemuan.

Siklus I dilakukan pada pertemuan pertama hari Senin, 19 Februari 2018 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB. Pada kegiatan pendahuluan atau kegiatan awal beralokasi kurang lebih 15 menit. Kegitan tersebut diawali guru memberi salam, selanjutnya guru meminta ketua kelas memimpin doa, guru mengecek kehadiran siswa, guru memotivasi seluruh siswa dengan memberikan semangat kepada seluruh siswa, guru melakukan apersepsi dengan bertanya sesuai materi yang akan dipelajari hari ini. Guru memberikan pengantar materi sebelumnya mengenai gaya. Setelah mengulas secara singkat materi sebelumnya, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Kegiatan inti dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 50 menit.

Selanjutnya, guru mengajak siswa bernyanyi “Pada Hari Minggu” secara

(8)

pertanyaan kepada seluruh siswa, pertanyaannya yaitu : siapa yang pernah naik delman?, bagaimana rasanya dibandingkan dengan naik becak?, jika berada di jalan yang menanjak lebih capat yang mana? termasuk gaya apa yang ditimbulkan kuda menarik bendi? (Tahap Orientasi Siswa pada Masalah). Seluruh siswa menjawab dengan saling menyaut. Pada kagiatan ini suasana kelas nampak hidup, dikarenakan hampir semua siswa aktif bertanya. Guru mencoba menggali jawaban siswa dengan pertanyaan : baiklah sekarang Ibu mau kalian mencoba bercerita pengalamanmu saat naik delman. Kegiatan ini bertujuan agar siswa aktif mencari jawaban dari permasalahan yang telah diajukan. Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya mengenai hal yang belum dimengerti. Kegiatan selanjutnya guru mengajak semua siswa praktik mengangkat buku, mendorong kursi, menendang bola, membuka pintu dan tarik tambang untuk membuktikan bahwa gaya merupakan tarikan dan dorongan. Kemudian guru mengkonfirmasi bahwa gaya merupakan tarikan dan dorongan dan gaya juga mempunyai 3 sifat. Kegiatan dilanjutkan dengan guru membagi siswa sesuai dengan kelompok duduknya yang terdiri dari 3 sampai 4 orang. Kegiatan selanjutnya dengan bimbingan guru, siswa melaksanakan diskusi untuk merencanakan menyelesaikan masalah yang ada pada LKS (Tahap Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar).

Guru mengarahkan dan membimbing pada setiap kelompok untuk berdiskusi. Tujuannya agar saat berdiskusi berjalan dengan lancar. Pada tahap ini guru membimbing tiap kelompok untuk melaksanakan penyelidikan dengan melakukan percobaan. Tiap-tiap kelompok melakukan percobaan salah satunya mendorong kursi untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan (Tahap Investigasi Kelompok).

Selanjutnya siswa mengumpulkan semua informasi dari percobaan yang dilakukan bersama-sama. Tiap kelompok mengolah data dari hasil percobaan dan disajikan di Lembar Kerja Siswa. Secara bergantian tiap perwakilan kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil dari diskusi dengan kelompoknya. Dengan bantuan guru, jawaban setiap kelompok siswa dibahas secara

bersama-sama dengan guru bertanya “ Semuanya setuju?”. Dengan pertanyaan seperti itu

(9)

diskusinya karena sudah di bahas bersama-sama. (Tahap Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil). Setiap siswa kembali ketempat duduknya seperti semula.

Langkah selanjutnya, guru mengkonfirmasi dan membimbing siswa untuk menarik kesimpulan, guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami siswa dan guru menjelaskan ulang tentang hal yang belum dipahami siswa serta meluruskan kesalah pahaman pada pembelajran yang telah dilaksanakan.

Kegiatan penutup guru bersama siswa untuk mengerjakan soal evaluasi untuk sebanyak 5 soal uraian untuk dikerjakan siswa, membahas secara singkat materi yang telah disampaikan dari awal hingga akhir. Guru menutup pembelajaran dengan salam penutup. Kegiatan penutup ini dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 5 menit.

Pembelajaran pada pertemuan kedua, dilakukan pada hari Selasa tanggal 20 Februari 2018 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB. Materi pada pertemuan kedua ini masih seputar dengan gaya dan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan diawali dengan guru memberikan salam dan guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Pada kegiatan ini, guru tidak lupa memberikan motivasi kepada seluruh siswa agar tetap semangat dalam belajar. Guru mengajak

siswa untuk senam “Maumere”. Suasana kelas menjadi menyenangkan dan siswa

menjadi lebih antusias serta bersemangat. Langkah berikutnya guru melakukan tanya jawab kepada semua siswa untuk mengingat pembelajaran sebelumnya. Guru mengaitkan materi sebelumnya dan materi yang akan diajarkan. Langkah berikutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan pembuka ini dilakukan dengan alokasi kurang lebih 15 menit.

Kegiatan inti, guru mengajak siswa bertukar pendapat atau tanya jawab mengenai materi yang akan dipelajari yaitu pemanfaatan gaya otot dalam kehidupan sehari-hari (Tahap Orientasi Siswa Pada Masalah). Guru memberi

pertanyaan kepada siswa mengenai “siapa yang pernah mengikuti senam sehat setiap hari jumat?” mengapa kalau gerakan ke kiri bisa ikut ke kiri semua dan bisa

(10)

untuk memanving siswa mencari jawabannya. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai permasalahan yang diajukan.

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelompok belajarnya. Dengan bimbingan guru, tiap anggota melakukan diskusi untuk menyelesaikan masalah (Tahap Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar). Setelah siswa menyelesaikan tugasnya kemudian tiap kelompok menyajikan dan memaparkan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian. Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan jawaban secara bersama-sama dengan cara bertukar pendapat (Tahap Mengembangkan dan Mempresentasikan hasil). Setelah memaparkan hasil, kemudian siswa kembali ketempat duduknya seperti semula.

Kegiatan penutup, guru melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa. Guru memberikan soal evaluasi untuk sebanyak 5 soal uraian untuk dikerjakan siswa. Kegiatan ditutup dengan beristirahat.

Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Rabu, 21 Februari 2018 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB dengan alokasi waktu selama 2 jam pelajaran atau 70 menit. Peneliti melakukan tindakan dan guru kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga bertugas sebagai observer. Kegiatan pendahuluan atau kegiatan awal beralokasi kurang lebih 15 menit. Kegiatan tersebut diawali guru memberi salam, guru dan siswa berdoa bersama-sama, guru mengecek kehadiran siswa, guru melakukan apersepsi dengan bertanya sesuai materi yang akan dipelajari hari ini, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari hari ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini, guru menjelaskan manfaat mempelajari materi yang akan disampaikan.

Kegiatan inti dilakukan dengan alokasi waktu 50 menit, diawali dengan siswa mengatur tempat duduk dan mengatur jarak. Selanjutnya siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.

Kegiatan penutup dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 5 menit yang digunakan guru untuk menyampaikan materi yang akan dipelajari dipertemuan berikutnya, guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.

(11)

siswa. Aspek-aspek yang diobservasi adalah kinerja dan aktivitas belajar siswa dan kinerja guru. Aspek-aspek aktivitas belajar siswa meliputi: 1) siswa siap mengikuti pembelajaran; 2) berdoa sebelum memulai pembelajaran; 3) aktif menjawab apresepsi guru; 4) siswa memperhatikan penjelasan materi oleh guru dan sungguh-sungguh; 5) tidak mengganggu teman saat guru menjelaskan materi; 6) siswa berkelompok sesuai yang ditentukan guru; 7) siswa mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru; 8) siswa menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas; 9) siswa bersama guru membahas hasil diskusi; 10) siswa menyampaikan hasil diskusinya secara bergantian; 11) siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan memberikan pendapat; 12) siswa membuat catatan tentang pembelajaran hari ini; 13) siswa melakukan refleksi pembelajaran; 14) siswa mengerjakan tindak lanjut pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Keterlaksanaan Sintak Model Problem Based Learning pada Lembar Observasi Siswa pada Muatan IPA Siklus 1

Sintak Butir Pengamatan

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk

Tahap 2 mengorganisasikan siswa untuuk penyelidikan

(12)

tes. Item yang tidak dilaksanakan siswa berjumlah 9 lebih banyak jika dibandingkan dari pada pertemuan I dan II.

(13)

Tabel 4.4 Keterlaksanaan Sintak Model Problem Based Learning pada Lembar Observasi Guru pada Muatan IPA Siklus 1

Sintak Butir Pengamatan

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada pertemuan I ada 1 item pengamatan yang tidak dilaksanakan oleh guru. Pada saat kegiatan inti tahap ke 2 (mengorganisasikan siswa untuk penyelidikan), guru belum menggunakan LCD dan tahap 4 (mengembangkan dan menyajikan hasil), guru tidak mengarahkan siswa lain untuk bertanya atau menanggapi hasil kelompok yang sudah mempresentasikan hasil diskusi di depan. Item yang terlaksana berjumlah 19 terlaksana semua. Pada pertemuan II ada item yang tidak terlaksana yaitu pada tahap 2, guru belum menggunakan LCD. Selanjutnya pertemuan ke III ada beberapa item yang tidak dilaksanakan oleh guru karena pada pertemuan ketiga hanya evaluasi atau tes. Item yang tidak dilaksanakan guru berjumlah 14 lebih banyak jika dibandingkan dari pada pertemuan I dan II.

4.1.2.3. Hasil Belajar Peserta Didik

(14)

selanjutnya dianalisa agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada siklus 1 dengan materi gaya dengan

kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥ 68.

Untuk menyajikan hasil belajar siswa dibutuhkan acuan dalam membuat tabel distribusi frekuensi hasil belajar siswa dengan cara sebagai berikut:

Range/jangkauan = (skor maksimal-skor minimal)+1

Dari perhitungan diatas diketahui banyaknya kelas ada 6 dengan panjang interval 7.

Hasil belajar yang sudah dianalisis oleh peneliti menunjukan masih terdapat beberapa siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan pada muatan IPA. Kemampuan siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga setelah mendapatkan tindakan siklus I dengan mengerjakan soal pada muatan IPA dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siswa Kelas 4 Semester 2 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Siklus 1

No Interval Frekuensi Persentase

1 52 - 59 2 4,88%

(15)

siswa berada pada interval 74 sampai 80 dengan presentase 14,63%, 6 siswa berada pada interval 81 sampai 87 dengan presentase 14,63% dan 7 siswa berada pada interval 88 sampai 94 dengan presentase 17,08%. Dengan nilai tertinggi 94. Sedangkan nilai terendah adalah 52. Untuk lebih jelas data distribusi frekuensi hasil tes dapat dilihat dengan diagram 4.5 di bawah ini

Gambar 4.2 Diagram Frekuensi Hasil Tes Siswa Kelas 4 Semester 2 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Siklus I

Selain frekuensi hasil tes siswa juga didapatkan data ketuntasan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga pada siklus I yang sudah disederhanakan di dalam tabel distribusi ketuntasan belajar.

Tabel 4.6 Distribusi Ketuntasan Belajar pada Tes Hasil Belajar Siswa Kelas 4 Semester II SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Siklus I

No Ketuntasan Frekuensi Presentase

1 Tuntas ( ≥KKM 68) 18 44%

2 Belum Tuntas ( ≤ KKM 68) 23 56%

Rata-rata 72,48

Skor Maksimal 94

Skor Minimum 58

Berdasarkan tabel di atas terlihat perbandingan siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (KKM ≥68) adalah 18 siswa (44%) dan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 23 siswa (56%). Dengan nilai tertinggi 94 dan nilai terendah adalah 58.

4.1.2.4. Refleksi

Tahap ini bertujuan mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I, agar tidak terulang lagi pada siklus II. Secara umum, kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar. Suasana pembelajaran dikelas dinilai cukup baik

(16)

dan siswa siap menerima materi. Jika dibandingkan prasiklus siswa tampak lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Dalam pemberian tugas, nampak banyak siswa yang cepat menyelesaikan tugas yang diberikan. Permasalahan yang timbul seperti siswa mengobrol dengan teman satu kelompoknya. Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, dapat diatasi oleh guru. Secara umum, proses pembelajaran siklus I berjalan dengan baik.

Berdasarkan refleksi ini perlu adanya tindakan terhadap masalah yang dialami di siklus I untuk digunakan sebagai dasar perbaikan dalam pelaksanaan siklus II agar hasil belajar muatan IPA kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga menjadi lebih baik.

4.1.3. Deskripsi Siklus 2

Pelaksanaan siklus 2 hampir sama dengan siklus I. Praktek pembelajaran pada siklus 2 ini dilaksanakan dengan Kompetensi Inti 3.3 Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan; 4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Penelitian pada siklus II ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26 Februari 2018 selanjutnya pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Februari 2018 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Februari 2018. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus II sebagai berikut. 4.1.3.1. Perencanaan

(17)

peneliti berdiskusi dengan guru mengenai gambaran pelaksanaan serta materi yang akan disampaikan. Peneliti juga menyiapkan instrumen pembelajaran, seperti lembar observasi siswa dan guru. Selanjutnya, peneliti melakukan siklus II, karena dirasa semua persiapan telah terpenuhi.

Dalam melakukan tindakan tidak hanya guru saja yang berperan namun peneliti membutuhkan 3 observer yang mempunyai tugas yang berbeda-beda. Untuk mengamati terlaksana atau tidak terlaksana sintak pembelajaran yang telah disusun peneliti, dapat dilihat di lembar observasi. Di dalam lembar observasi terdapat aspek-aspek yang akan dilakukan oleh guru. Lembar observasi disusun berdasarkan kisi-kisi tindakan dan penerapan sintak pembelajaran.

4.1.3.2. Pelaksanaan dan Observasi

Pelaksanaan dan observasi pada siklus II dilakukan setiap pertemuan. Siklus 2 terdiri dari 3 kali pertemuan, pertemuan pertama dilakukan pada hari Senin tanggal 26 Februari 2018 pukul 09.00 sampai 11.00 atau kurang lebih 70 menit. Siklus II ini masih menggunakan Tema 7 Indahnya Keberagamaan di Negeriku, Sub tema 2 Indahnya Keragamaan Budaya Negeriku. Materi pokok yang akan disampaikan yaitu listrik statis dan dinamis, dan penyebab benda elektronik dapat menyala serta fungsinya. Dalam melakukan tindakan tidak hanya guru yang berperan, namun peneliti melibatkan guru kelas dan teman sebaya sebagai observer. Yang melakukan tindakan adalah peneliti dan guru kelas SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga bertugas sebagai observer. Martha sebagai observer siswa. Sedangkan Yudha berperan sebagai dokumentasi. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan saat pembelajarn muatan IPA berlangsung untuk mengetahui sintaks model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) berjalan dengan baik dan lancar. Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi sesuai sintaks model pembelajaran yang digunakan peneliti untuk mengamati kegiatan guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Sintaks pembelajaran dirancang untuk selesai dalam 3 kali pertemuan.

(18)

dalam mengikuti pembelajaran tetap semangat. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan pendahuluan beralokasi waktu kurang lebih 15 menit.

Guru memberikan pengantar materi sebelumnya mengenai penggunaan

listrik. Dalam mengaitkan materi, guru mengajak siswa untuk bernyanyi “hemat energi”. Suasana kelas berubah menjadi menyenangkan. Nampak dari semangat

siswa yang segera memperoleh materi. Setelah bernyanyi guru memberikan permasalahan berupa pertanyaan-pertanyaan ringan kepada siswa untuk membuka pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari hari ini.

Kegiatan inti dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara singkat pertanyaan seperti mengapa kita harus hemat energi?. Selanjutnya secara bergantian siswa saling menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru (Tahap Orientasi Siswa Pada Masalah).

Kegiatan inti dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 50 menit. Selanjutnya siswa mengamati video tentang ibu memasak yang menggunalan kayu bakar pada LCD. Melalui tanya jawab siswa dan guru bertukar pendapat mengenai manfaat listrik dalam kehidupan sehari hari. Siswa membaca teks

mengenai “Urang Kanekes, Si Suku Baduy” untuk mencari informasi bahwa suku

Baduy telah mengenal listrik. Selanjutnya dengan bimbingan guru siswa praktik mematikan dan menghidupkan lampu yang ada dikelas. Guru membagi siswa kedalam kelompok belajarnya, (Tahap Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar). Guru membagi LKS, guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok, guru menyuruh perwakilan kelompok maju ke dapan kelas untuk membacakan hasil diskusinya (Tahap Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil).

Pada tahap konfirmasi guru membimbing siswa menarik kesimpulan, guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami siswa dan guru menjelaskan ulang tentang yang belum dipahami siswa serta meluruskan kesalahpahaman pada pembelajaran yang sudah terlaksana.

(19)

Pembelajaran pada pertemuan kedua, dilakukan pada hari Selasa tanggal 27 Februari 2018 pukul 09.00 sampai 11.00 WIB beralokasi waktu selama 2 jam pelajaran atau 70 menit dengan materi pemanfaatan enegi listrik dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti melakukan tindakan dan guru kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga bertugas sebagai observer. Selain guru kelas, peneliti juga melibatkan teman sebaya sebagai observer. Martha sebagai observer siswa dan Prayuda sebagai dokumentasi.

Kegiatan pendahuluan atau kegiatan awal beralokasi kurang lebih 15 menit. Kegiatan diawali oleh guru yang memberikan salam, guru dan siswa berdoa bersama-sama, guru mengecek kehadiran siswa, guru melakukan apersepsi dengan bertanya sesuai materi yang akan dipelajari hari ini yaitu guru membawa sebuah kado yang berisikan senter. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa:

“apa manfaat senter ini?”(Tahap Orientasi Siswa Pada Masalah). Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.

Kegiatan inti beralokasi waktu kurang lebih 50 menit. Guru mengajukan permasalahan untuk memancing siswa mencari jawabanya. Guru mengajak siswa untuk mengamati video mengenai kegunaan senter. Kemudian siswa menjawab pertanyaan mengenai “termasuk listrik apa yang ada di senter?”, selanjutnya siswa bersama guru menanggapi pertanyaan dan mengamati gambar beberapa alat elektronik yang menggunakan listrik dalam kehidupan sehari-hari pada layar LCD. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti tentang permasalahan.

(20)

Kegiatan penutup beralokasi waktu kurang lebih 5 menit. Pada kegiatan ini, guru melakukan refleksi bersama siswa, kemudian dilanjutkan dengan tindak lanjut dan memberikan salam penutup untuk mengakhiri pembelajaran.

Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Rabu tanggal 28 Februari 2018 dengan mengerjakan soal tes evaluasi dengan alokasi waktu selama 2 jam pelajaran atau 70 menit. Peneliti melakukan tindakan dan guru kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga bertugas sebagai observer.

Kegiatan pendahuluan atau kegiatan awal beralokasi kurang lebih 15 menit. Kegiatan tersebut diawali guru memberi salam, guru dan siswa berdoa bersama-sama, guru mengecek kehadiran siswa, guru melakukan apersepsi dengan bertanya sesuai materi yang akan dipelajari hari ini, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari hari ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini, guru menjelaskan manfaat mempelajari materi yang akan disampaikan.

Kegiatan inti dilakukan dengan alokasi waktu 50 menit, diawali dengan siswa mengatur tempat duduk dan mengatur jarak. Selanjutnya siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.

Kegiatan penutup dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 5 menit yang digunakan guru untuk menyampaikan materi yang akan dipelajari dipertemuan berikutnya, guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.

(21)

pembelajaran hari ini; 13) Siswa melakukan refleksi pembelajaran; 14) Siswa mengerjakan tindak lanjut pembelajaran. Berikut disajikan hasil observasi siswa berupa tabel sebagai berikut:

Tabel 4.7 Keterlaksanaan Sintak Model Problem Based Learning pada Lembar Observasi Siswa Muatan IPA Siklus II

Sintak Butir Pengamatan

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa pada pertemuan I ada semua item sudah terlaksana semua. Item yang terlaksana berjumlah 14. Pada pertemuan II semua item sudah dilaksanakan oleh siswa. Selanjutnya pertemuan ke III ada beberapa item yang tidak dilaksanakan oleh siswa karena pada pertemuan ketiga hanya evaluasi atau tes. Item yang tidak dilaksanakan siswa berjumlah 9 lebih banyak jika dibandingkan dari pada pertemuan I dan II.

(22)

jawaban siswa; 10) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelompok belajar; 11) guru membimbing siswa berdiskusi untuk siswa merencanakan kegiatan untuk menyelesaikan masalah; 12) guru mengarahkan jalannya diskusi; 13) membantu penyelidikan kelompok dengan menyediakan fasilitas untuk membantu siswa memecahkan masalah melalui penyelidikan; 14) guru menunjukan sikap terbuka terhadap respon siswa; 15) guru mamantau siswa dalam mengolah data dari hasil diskusi; 16) guru membimbing siswa dalam menyampaikan hasil diskusi; 17) guru memgarahkan siswa lain untuk bertanya atau menanggapi hasil kelompok yang sudah mempresentasikan hasil diskusi di depan; 18) menganalisis hasil diskusi tiap kelompok; 19) membimbing siswa membuat kesimpulan hasil presentasi siswa; 20) guru melibatkan siswa dalam membuat refleksi pembelajaran; 21) guru memberikan tindak lanjut. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Keterlaksanaan Sintak Model Problem Based Learning pada Lembar Observasi Guru Muatan IPA Siklus II

Sintak Butir Pengamatan

(23)

4.1.3.3. Hasil Belajar Peserta Didik

Pada siklus II peneliti menguji kemampuan siswa setelah melakukan tindakan siklus II dengan cara memberikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa. Dari hasil tes tersebut didapatkan hasil belajar siswa yang dikerjakan masing-masing siswa pada akhir pertemuan siklus 2.

Hasil tes tersebut merupakan ukuran keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada muatan IPA pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Hasil belajar yang diperoleh selanjutnya dianalisa agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada siklus II dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥68.

Hasil belajar yang sudah dianalisis oleh peneliti menunjukan hasil yang memuaskan pada siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga karena hanya 3 siswa kelas 4 dari 41 siswa, yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan pada muatan IPA.

Untuk menyajikan hasil belajar siswa dibutuhkan acuan dalam membuat tabel distribusi frekuensi hasil belajar siswa dengan cara sebagai berikut:

Range/jangkauan = (skor maksimal-skor minimal)+1 = (100-65)+1

= 36

Banyaknya kategori = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 41

= 6,313 (dibulatkan menjadi 6) Interval =

=

= 6,00 (dibulatkan menjadi 6)

(24)

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siswa Kelas 4 Semester 2 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Siklus II

No Interval Frekuensi Persentase

1 65 - 70 11 26,82%

2 71 - 76 2 4,88%

3 77 - 82 12 29,27%

4 83 - 88 5 12,20%

5 89 - 94 5 12,20%

6 95 - 100 6 14,63%

Jumlah 41 100,00%

Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan hasil tes siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga pada muatan IPA diperoleh siswa yang mendapatkan skor 65 sampai 70 sebanyak 11 anak dengan presentase 26,82%. Siswa yang mendapatkan skor hasil belajar 71-76 sebanyak 2 anak dengan presentase 4,88%. Siswa yang mendapatkan skor hasil belajar 83 sampai 88 sebanyak 5 anak dengan presentase 12,20%. Siswa yang mendapatkan skor hasil belajar 89 sampai 94 sebanyak 5 anak dengan presentase 12,20%. Dan siswa yang mendapatkan skor hasil belajar 95 sampai 100 sebanyak 6 anak dengan presentase 14,63% dengan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah 64. Untuk lebih jelas data distribusi frekuensi hasil belajar dapat dilihat dengan diagram 4.7 dibawah ini :

Gambar 4.3 Diagram Frekuansi Hasil Tes Siswa Kelas 4 Semester II SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Siklus II

Selain frekuensi hasil tes siswa juga didapatkan data ketuntasan belajar siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga pada siklus II yang sudah disederhanakan di dalam tabel distribusi ketuntasan belajar:

0 2 4 6 8 10 12 14

65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100

(25)

Tabel 4.10 Distribusi Ketuntasan Belajar pada Tes Hasil Belajar Siswa Kelas 4 Semester II SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga Siklus II

No Ketuntasan Frekuensi Presentase

1 Tuntas ( ≥KKM 68) 38 93%

2 Belum Tuntas ( ≤ KKM 68) 3 7%

Rata-ratata 81,09

Skor Maksimal 100

Skor Skor MinimumMinimum 65

Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan hasil tes siklus II siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga pada muatan IPA dari jumlah siswa 41 , 38 siswa yang telah mengalami ketuntasan belajar (KKM ≥68). Dengan niilai tertinggi 100 dan nilai terendah adalah 65. Untuk siswa yang belum tuntas, peneliti memberikan tugas remidial dengan bantuan guru kelas dan orang tua siswa, agar dapat diawasi perkembangannya.

4.1.3.4. Refleksi

Pada siklus II ini pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learing (PBL), pada siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga secara keseluruhan sudah baik. Sintak yang telah direncanakan pada pertemuan 1 dan 2 terlaksana semua. Dalam mengontrol atau mengelola kelas sudah berjalan dengan lancar. Proses pembelajaran guru sangat mengusai penerapan model pembelajaran Problem Based Learing (PBL) sehingga lebih meningkatkan hasil belajar yang dapat dilihjat dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus II. Hasilnya 38 siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga mencapai ketuntasan belajar yang sudah ditentukan yaitu KKM ≥ 68.

(26)

mencapai KKM ≥ 68. Berikut inii adalah hasil belajar siswa pada muatan IPA pada kondisi awal, siklus I dan siklus II

Tabel 4.11 Perbandingan Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar Muatan IPA Kondisi awal, Siklus I dan Siklus II

No Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus 2

f % f % f %

1 Tuntas 10 24% 18 44% 38 93%

2 Belum Tuntas

31 76% 23 56% 3 7%

Jumlah 41 100% 41 100% 41 100%

Berdasarkan tabel rekaptulasi ketuntasan hasil belajar muatan IPA terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari jumlah 41 dalam muatan IPA. Terbukti dari kondisi awal siswa yang belum tuntas dan setelah dilakukan tindakan siklus I jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 18 siswa, dapat dilihat dari hasil siklus I. Pada siklus II juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu 38 siswa. Hal ini terbukti dari pengaruh penggunaan metode, model atau pendekatan yang menarik dan sesuai dengan materi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), menjadikan siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari diagram berikut:

Gambar 4.4 Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar Muatan IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Dari diagram yang disajikan terlihat adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa yang terjadi pada kondisi awal, siklus I dan siklus II.

0 10 20 30 40

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Ketuntasan Hasil Belajar Muatan

IPA

(27)

4.3. Rekaptulasi Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II 4.3.1. Rekaptulasi Hasil Observasi Siswa

Hasil observasi siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga menggunakan model Problem Based Learing (PBL), pada siklus I bahwa pada pertemuan I ada 1 item pengamatan yang tidak dilaksanakan oleh siswa. Pada saat kegiatan inti tahap ke 5 (menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan), siswa belum diberikan kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapat. Item yang terlaksana berjumlah 13 terlaksana semua. Pada pertemuan II semua item sudah dilaksanakan oleh siswa. Selanjutnya pertemuan ke III ada beberapa item yang tidak dilaksanakan oleh siswa karena pada pertemuan ketiga hanya evaluasi atau tes. Item yang tidak dilaksanakan siswa berjumlah 9 lebih banyak jika dibandingkan dari pada pertemuan I dan II.

Selanjutnya pada siklus II bahwa pada pertemuan I ada semua item sudah terlaksanasemua. Item yang terlaksana berjumlah 14. Pada pertemuan II semua item sudah dilaksanakan oleh siswa. Selanjutnya pertemuan ke III ada beberapa item yang tidak dilaksanakan oleh siswa karena pada pertemuan ketiga hanya evaluasi atau tes. Item yang tidak dilaksanakan siswa berjumlah 9 lebih banyak jika dibandingkan dari pada pertemuan I dan II.

Berikut ini adalah rekaptulasi hasil lembar observasi siswa pada muatan IPA pada siklus I dan siklus II:

Tabel 4.12 Perbandingan Rekaptulasi Keterlaksanaan Item pada Lembar

Observasi Siswa Muatan IPA Siklus I dan Siklus II

Keterangan

Siklus I Siklus 2

P1 P2 P3 P1 P2 P3

f % f % f % f % f % f %

Terlaksana 13 93 14 100 5 36 14 100 14 100 5 36 Tidak

terlaksana 1 7 0 0 9 64 0 0 0 0 9 64

Jumlah 14 100 14 100 14 100 14 100 14 100 14 100

(28)

Sedangkan pertemuan 3 hanya 5 item dari 14 item yang terlaksana, disebabkan karena pada pertemuan 3 siswa hanya mengerjakan soal evaluasi.

Pada siklus II juga terjadi peningkatan jumlah ittem yang terlaksana dari pertemuan 1 samapi pertemuan 2 semua item yang tersedia telah terlaksana dengan baik. Sama seperti siklus I pada pertemuan 3 hanya 5 item dari 14 item yang terlaksana, disebabkan karena pada pertemuan 3 siswa hanya mengerjakan soal evaluasi. Hal ini terbukti dari pengaruh penggunaan metode, model atau pendekatan yang menarik dan sesuai dengan materi dapat berpengaruh pada kerja siswa.

Dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), menjadikan siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru. Keterlaksanaan sintak pada lembar observasi siswa Muatan IPA dapat dilihat dari diagram berikut:

Gambar 4.5 Perbandingan Rekaptulasi Keterlaksanaan Sintak pada Lembar Observasi Siswa Muatan IPA Siklus I dan Siklus II Dari diagram yang disajikan terlihat adanya peningkatan keterlaksanaan item pada lembar observasi siswa yang terjadi pada siklus I dan siklus II.

4.3.2. Rekaptulasi Hasil Observasi Guru

Hasil observasi guru kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga menggunakan model Problem Based Learing (PBL), pada siklus I bahwa pada pertemuan I 1 item pengamatan yang tidak dilaksanakan oleh guru. Pada saat kegiatan inti tahap ke 2 (mengorganisasikan siswa untuk penyelidikan), guru belum menggunakan LCD dan tahap 4 (mengembangkan dan menyajikan hasil), guru belum mengarahkan siswa lain untuk bertanya atau menanggapi hasil hasil

(29)

kelompok yang sudah mempresentasikan hasil diskusi di depan. Item yang terlaksana berjumlah 19 terlaksana semua. Pada pertemuan II semua item sudah dilaksanakan oleh guru. Selanjutnya pertemuan ke III ada beberapa item yang tidak dilaksanakan oleh guru karena pada pertemuan ketiga hanya evaluasi atau tes. Item yang tidak dilaksanakan guru berjumlah 11 lebih banyak jika dibandingkan dari pada pertemuan I dan II.

Selanjutnya pada siklus II bahwa pada pertemuan I, pertemuan II semua item sudah terlaksana semua. Selanjutnya pertemuan ke III ada beberapa item yang tidak dilaksanakan oleh guru karena pada pertemuan ketiga hanya evaluasi atau tes. Item yang tidak dilaksanakan guru berjumlah 11 lebih banyak jika dibandingkan dari pada pertemuan I dan II. Berikut ini adalah rekaptulasi hasil lembar observasi guru pada muatan IPA pada siklus I dan siklus II:

Tabel 4.13 Perbandingan Rekaptulasi Keterlaksanaan Item pada Lembar Observasi Guru Muatan IPA Siklus I dan Siklus II

Ketera ngan

Siklus I Siklus 2

P1 P2 P3 P1 P2 P3

f % f % f % f % f % f %

Terlaksana 19 91 20 95 7 33 21 100 21 100 7 33 Tidak

terlaksana 2 9 1 5 14 67 0 0 0 0 14 67

Jumlah 21 100 21 100 21 100 21 100 21 100 21 100

Berdasarkan tabel rekaptulasi lembar observasi guru muatan IPA terjadi peningkatan jumlah item yang terlaksana dari pertemuan 1, terlaksana 19 item kemudian pertemuan 2 meningkat menjadi 20 item yang terlaksana. Sedangkan pertemuan 3 hanya 7 item dari 21 item yang terlaksana, disebabkan karena pada pertemuan 3 siswa hanya mengerjakan soal evaluasi.

(30)

Dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), menjadikan siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru. Keterlaksanaan item pada lembar observasi guru Muatan IPA dapat dilihat dari diagram berikut:

Gambar 4.6 Perbandingan Rekaptulasi Keterlaksanaan Sintak pada Lembar Observasi Guru Muatan IPA Siklus I dan Siklus II Dari diagram yang disajikan terlihat adanya peningkatan keterlaksanaan item pada lembar observasi guru yang terjadi pada siklus I dan siklus II.

4.4. Pembahasan

Dalam pembahasan ini dilakukan untuk melihat perbedaan peningkatan hasil belajar dari pra siklus, siklus I sampai siklus II. Dengan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan video kelas 4 pada muatan IPA terdapat peningkatan. Pada hasil observasi kondisi awal sebelum adanya tindakan di kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga, terdapat beberapa masalah pada proses pembeajarannya yaitu kurangnya pemahaman siswa pada muatan IPA dapat dilihat dari hasil ulangan harian IPA yang sebagian siswa belum mencapai kritetia ketutasan minimal (KKM ≥ 68). Kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor dari guru, siswa atau sarana dan prasarana yang ada di sekolah yang kurang menunjang atau mendukung dalam proses pembelajaran. Jika dilihat dari kelebihan model Problem Based Learning dalam pelaksanaan penelitian, siswa lebih aktif dalam melakukan penemuan. Model ini juga tidak hanya menuntut siswa yang aktif, namun guru juga aktif dalam membimbing siswa. Peneliti melakukan observasi di kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga yang pertama menemui guru dalam menyampaikan materi masih menggunakan cara

(31)

konvensional yang cenderung membuat siswa menjadi lebih bosan dan konsentrasi siswa menjadi rendah. Pembelajaran yang terjadi, sebelum tindakan hasil belajar siswa yang belum mencapai (KKM ≥ 68) adalah 31 siswa dengan presentase 76% sedangkan siswa yang mencapai KKM adalah 10 siswa dengan presentase 24% dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 48.

Dari permasalahan ini peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga dengan II siklus. Selanjutnya dilakukan tindakan didapatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga dari analisis data yang dilakukan peneliti mengalami peningkatan ketuntasan belajar siswa dari keadaan awal hingga siklus II. Dari kondisi awal ke siklus I terjadi peningkatan dengan jumlah siswa yang tuntas pada siklus I yaitu 18 siswa dengan presentase 44%, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 23 siswa dengan presentase 56%. Pada siklus I nilai tertinggi 94 dan nilai terendah yaitu 52. Kemudian yang tuntas pada siklus II sebanyak 38 siswa dengan presentase 93%. Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 3 siswa dengan presentase 7%. Pada siklus II nilai tertinggi 100 dan nilai terendah yaitu 64. Pada siklus II tersisa 3 siswa yang tidak memenuhi KKM yang ditentukan. Setelah mewawancarai guru kelas dan guru yang ada di SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga ternyata 3 siswa ini mempunyai latar belakang yang tidak mendukung proses belajarnya, seperti orang tuanya yang cerai. Hal ini menyebabkan hasil belajarnya yang kurang maksimal, sehingga 3 siswa tidak bisa memenuhi KKM yang telah ditentukan disekolah.

(32)

pertemuan I dan II semua item sudah terlaksana dengan baik. Kondisi ini dapat dikatakan tuntas dalam menerapkan setiap sintak model PBL.

Berdasarkan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) hasil belajar siswa dapat meningkat dan siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan lebih mudah dengan adanya media video yang digunakan oleh guru dalam menjelaskan materi pelajaran. Dari hasil penggunaan model PBL hasil yang diperoleh pada siklus I dan II menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga, karena dengan berkelompok siswa dapat memecahkan masalah yang ajukan oleh guru. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunantara (2014: 1)

dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V” hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL), dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan penggunaan model Problem Based Learning terhadap hasil belajar.Penelitian berikutnya dilakukan oleh Pricilla Anindyta ( 2014: 1) dengan penelitiannya yang berjudul

(33)

Paloloang (2014: 1) dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran Di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu” juga memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII termasuk jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menggunakan desain dari Kemmis dan Mc. Taggart. Dengan melaksanakan langkah-langkah sesuai sintak model Problem Based Learning (PBL). Widodo

(2013: 1) dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa

Dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VIIA MTs Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013” memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa dari siklus I, II, dan III menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal posttest belum tercapai

yaitu ≤ 85%, siklus II dan siklus III sudah memenuhi kriteria ketuntasan belanar

klasikal pretest dan posttest yaitu ≥ 85 %.

Berdasakan hasil penelitian di MTs Negeri Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo dapat disimpulkan yaitu metode Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII A di MTs Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo pada pokok bahasan wujud zat dan perubahannya. metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A di MTs Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo pada pokok bahasan wujad zat dan

perubahannya. U. Setyorini (2011: 1) dengan judul “Penerapan Model Problem

(34)

Gambar

tabel distribusi frekuensi hasil ulangan siswa dengan cara sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Ulangan Harian Muatan IPA Siswa
Tabel 4.3 Keterlaksanaan Sintak Model Problem Based Learning pada
Tabel 4.4 Keterlaksanaan Sintak Model Problem Based Learning pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai arus yang dihasilkan adalah 6,667A, dimana nilai tersebut didapatkan dari pembagian tegangan sumber dengan hambatan ekivalen. Bentuk gelombang tegangan dan arus pada

Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah : Melakukan pembelian teratur merupakan persepsi pelanggan AHA sebagai responden yang selalu

Pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 2, dapat diketahui bahwa presentase berat kuning telur burung puyuh dari berat keseluruhan adalah sebesar 38,145% dan presentase berat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa menyertai dan memberi kekuatan kepada penulis dalam pembuatan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Kualitas

Pada tingkatan ini, sikap dibentuk oleh konsumen atas dasar keinginan konsumen agar dapat menyesuaikan dengan orang lain atau kelompok. Pada tingkatan ini sikap relatif cukup

5) Calon pelamar dari lulusan Perguruan Tinggi Luar Negeri dapat mendaftar setelah mendapat penyetaraan ijazah dan surat keterangan yang menyatakan kelulusan dengan

Dalam Peraturan Menteri tersebut, Pemagangan diartikan sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan saran kepada: 1) Bagi Responden, agar dapat meningkatkan motivasi dan semangat hidup yang tinggi serta meningkatkan