• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah merupakan mata pelajaran

atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang

disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta

bermaknaanya bagi siswa dalam kehidupannya mulai dari tingkat SD sampai

dengan SMA. Ilmu Pengetahuan Sosial dalam kehidupan keseharian sering

disebut IPS. Lebih lanjut Somantri (2001:103) mengemukakan, bahwa :

Untuk tingkat pendidikan sekolah dasar dan menengah Pendidikan IPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila. Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah (psikologis) untuk mewujudkan tujuan pendidikan FPIPS dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.

Dari pendapat tersebut bahwa pendidikan IPS bertujuan untuk mewujudkan

pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, dengan mengamalkan dan

menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila di kehidupan sehari-hari.

IPS dalam istilah asing lebih dikenal dengan istilah social studies, pada

tahap awal kelahiran terdapat dalam the National Herbart Society papers of

1896-1897, yang menegaskan bahwa Social Studies sebagai delimiting the social

sciences for pedagogical use (upaya mebatasi ilmu-ilmu sosial untuk penggunaan

secara pedagogik).

Pendidikan IPS merupakan program pendidikan yang banyak mengandung

muatan nilai sebagai salah satu karakteristiknya. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Mulyana (2004 :189), bahwa:

(2)

banyak membahas tentang bagaimana manusia dapat menjalin hubungan harmonis dengan sesama, lingkungan dan Tuhan, membuat dua bidang kajian ini sangat kaya dengan sikap, nilai, moral, etika, dan perilaku.

Artinya, IPS memperhatikan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang demokratis,

saling bertoleransi, moral yang baik, dan etika yang baik. IPS tentang manusia dan

berbagai dimensi kehidupannya terintegrasi dengan berbagai nilai yang mewarnai

kehidupannya, baik dalam keluarga, dalam masyarakat, dalam berbangsa dan

bernegara, maupun dalam hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta dan

lingkungan alam sekitarnya. Sedangkan dalam Permendiknas nomor 22 tahun

2006 menyatakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Jadi dalam IPS mempelajari

peristiwa dalam kehidupan sosial, kenyataan yang ada di lingkungan,

konsep-kosep dalam ilmu sosial, dan pengetahuan secara umum yang berkaitan dengan

isu sosial.

Berbagai pengertian IPS yang disampaikan para pakar tersebut,

disimpulkan IPS merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang peristiwa

kehidupan manusia dengan memperhatikam nilai-nilai kemanusiaan yang

demokratis, saling bertoleransi, moral yang baik dan etika yang baik, disiplin ilmu

sosial dan sebagai pengetahuan secara umum yang berkaitan dengan isu sosial.

Tujuan dan ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

Tujuan merupakan ukuran untuk mengetahui tercapai tidaknya program

yang telah diterapkan. IPS sebagai bagian dari program pendidikan memiliki

tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan secara

umum.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan

kebutuhan anak yang berusia 6-12 tahun. IPS di SD bergerak dari yang kongkrit

ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin luas

(expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari

yang mudah ke yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat

(3)

dijiwai oleh tujuan yang harus dicapai oleh pelaksana Proses Belajar Mengajar

(PBM) . Tujuan pendidikan IPS di SD dalam (Gunawan Rudy 2011:40)

1. Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat.

2. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

3. Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.

4. Membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

5. Membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut maka pembelajaran IPS

bertujuan untuk siswa yang akan berguna bagi kehidupannya kelak, membekali

dalam pemecahan masalah sosial, membekali untuk berkomunikasi dengan

sesama warga masyarakat, membekali dalam pemanfaatan lingkungan hidup agar

menggunakan, merawat, dan menjaga dengan bijak. Secara terperinci, Mutakin

dalam Susanto Ahmad (2013:145-146) juga merumuskan tujuan pembelajaran IPS

di sekolah, sebagai berikut:

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang dimasyarakat.

4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

(4)

Tujuan pembelajaran IPS agar siswa kelak memiliki kesadaran dan

kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya, dapat memecahkan

masalah-masalah sosial, siswa dapat membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan

masalah yang berkembang dimasyarakat, mampu berpikir kritis dan dapat

bertanggung jawab membangun masyarakat.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa dapat dibawa langsung ke

dalam lingkungan alam dan masyarakat. Dengan lingkungan sekitar, siswa akan

akrab dengan kondisi setempat sehingga mengetahui makna serta manfaat mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara nyata. Ruang lingkup materi pelajaran

IPS SD yang tercantum dalam kurikulum, Menurut Depdiknas (2006) meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

1. Manusia, tempat dan lingkungan.

2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.

3. Sistem sosial dan budaya.

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 5, Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2.Menghargai peranan tokoh

pejuang dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan

Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa

penjajahan Belanda dan Jepang 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan

kemerdekaan

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

kemerdekaan

(5)

Standar Kompetensi yang digunakan dalam penelitian yaitu SK.2

Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Siklus 1 menggunakan KD. 2.3

Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan, dan

akan dilanjutkan pada siklus 2 dengan KD. Menghargai perjuangan para tokoh

dalam mempertahankan kemerdekaan.

Pelaksanaan pembelajaran seorang guru perlu membuat desain

pembelajaran. Desain pembelajaran itu sering disebut dengan rencana pelaksaan

pembelajaran (RPP). RPP diatur dalam permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang

standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai

kompetensi kelulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran

pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses mencakup perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,

dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran

yang efektif dan efisien.

2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran di kelas, guru perlu menerapkan suatu pendekatan agar

pelaksanaan pembelajaran menjadi terarah, berjalan lancar dan diperoleh hasil

yang optimal. Salah satu pendekatan yang tepat untuk diterapkan dalam

pembelajaran IPS yaitu pendekatan problem based learning (PBL).

Menurut Wardani NS dan Susyanto (2012:21) bahwa, problem based

learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual

sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan

pembelajaran PBL, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah

dunia nyata. Jadi PBL adalah pembelajaran yang menyajikan masalah yang

sedang terjadi untuk merangsang peserta didik belajar dengan menggali

(6)

Menurut Hamruni (2012:104) mengatakan bahwa problem based learning

merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Jadi PBL adalah pembelajaran

yang mempelajari masalah di dunia nyata agar siswa dapat berpikir kritis dan

terampil dalam pemecahan masalah. Dalam (Jamil 2014:21) problem based

learning (PBL) adalah suatu pembelajaran yang mana siswa sejak awal

dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi

yang bersifat student centered. Dapat dijabarkan bahwa pembelajaran PBL

berpusat pada siswa, siswa diberi masalah dan memecahkan masalahnya sendiri

dengan mencari informasi dari berbagai sumber.

Pengertian dari para ahli tersebut diperkuat dengan adanya penyataan dari

(Uden dan Beaumont, 2006:29) unlike conventional learning, PBL takes an

integrated approach to learning based on tehe requirements of the problem as

perceived by the learners.

Makna yang terkandung dari pernyataan tersebut adalah, tidak seperti belajar

secara konvensional, PBL menggunakan pendekatan terintegrasi dalam belajar

yang mensyaratkan adanya masalah yang dapat dirasakan oleh pembelajar.

Kesimpulan pendekatan PBL dari para ahli tersebut adalah pembelajaran

yang menyajikan masalah secara konstekstual untuk belajar siswa berpikir kritis

dan terampil, PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa

dituntut aktif menemukan masalah dan memecahkan masalah terkait dengan dunia

nyata dengan memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan

pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang

diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa

berhadapan dengan situasi di mana konsep dapat diterapkan. Dalam PBL siswa

mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan

mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. PBL dapat meningkatkan

(7)

internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam

bekerja kelompok.

Penerapan PBL, sebelum memulai proses belajar mengajar di dalam kelas,

siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih

dahulu, kemudian siswa diminta mencatat masalah –masalah yang muncul. Tugas

guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah

yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan

asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka. Siswa

memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh pengalaman belajar. Rusman (2010:

232-233) mengemukakan sepuluh karakteristik model problem based learning,

yaitu: (1) permasalahan menjadi awal dalam pembelajaran; (2) permasalahan yang

diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata; (3) permasalahan

membutuhkan perspektif ganda; (4)permasalahan menantang pengetahuan yang

dimiliki oleh siswa; (5) belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; 6)

pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam merupakan proses yang penting

dalam problem based learning;(7) belajar melalui kolaboratif, komunikasi, dan

kooperatif; (8) pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah

permasalahan; (9) keterbukaan dalam proses problem based learning meliputi

sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan (10) problem based learning

melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran problem based learning terdiri dari langkah utama yang

dimulai dari guru memperkenalkan siswadengan situasi masalah dan diakhiri

dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Langkah-langkah pembelajaran

(8)

Tabel 2.2

Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

Fase-fase Tingkah Laku Guru

 Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif

dalam pemecahan yang dipilih.

Fase -2

Mengorganisasikan

peserta didik

 Membantu peserta didik mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

 Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen

 Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya sesuai seperti laporan,

model dan berbagi tugas dengan teman

Fase -5

Menganalisa dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari/ meminta kelompok presentasi

hasil karya

Sumber : Wardani, NS (2012:22)

Kelima fase PBL dapat diperjelas bahwa sebelum memulai prosese

pembelajaran, siswa terlebih dahulu mengamati suatu fenomena, kemudian siswa

diminta untuk mencatat masalah-masalah yang muncul. Guru bertugas

merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada,

siswa juga dibimbing dalam melakukan kerja kelompok memecahkan masalah

yang telah didapat untuk dijadikan sebuah laporan, dengan mencari masalah

sendiri dan memecahkan masalah sendiri siswa akan bebas bereksplorasi.

Pemebelajaran berpusat pada siswa atau sering disebut student oriented, guru

(9)

pembelajaran.Langkah-langkah PBL juga dikemukakan oleh Sudjana (dalam

Sulaiman, 2003:18) yang meliputi:

1. Merumuskan masalah,

2. Membuat hipotesis,

3. Mengumpulkan data,

4. Menguji hipotesis,

5. Menarik kesimpulan dan bisa diakhiri dengan penerapan atau aplikasi.

Langkah-langkah PBL yang dimaksud pertama merumuskan masalah

dengan mencari masalah yang ada, membuat hipotesis atau membuat dugaan

sementara yang akan diteliti, kemudian mengumpulkan data dengan mencari dari

berbagai sumber, setelah pengumpulan data selanjutnya menguji hipotesis apakah

dugaan sementara terbukti, dan yang terakhir menarik kesimpulan dari apa yang

telah didapatkan.

Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL ada delapan

tahapan (Pannen, 2001), yaitu:

1. Mengidentifikasi masalah, 2. Mengumpulkan data, 3. Menganalisis data,

4. Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, 5. Memilih cara untuk memecahkan masalah,

6. Merencanakan penerapan pemecahan masalah,

7. Melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan 8. Melakukan tindakan untuk memecahkan masalah.

Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori

tingkat berfikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bilapembelajaran

dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berfikir tingkat tinggi (higher order

thinking skills). Dalam proses pemecahan masalah sehari-hari, seluruh tahapan

terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula keterampilan seseorang

harus mencapai seluruh tahapan tersebut. Berdasarkan para pakar yang telah

mendefinisikan langkah-langkah pembelajaran PBL, maka dapat disimpulkan

langkah-langkah yang akan diterapkan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang dijelaskan oleh guru tentang

(10)

2. Siswa menemukan masalah tentang proklamasi kemerdekaan.

3. Siswa mengidentifikasi masalah tentang proklamasi kemerdekaan.

4. Siswa mengatur tugas belajar secara berkelompok tentang proklamasi

kemerdekaan.

5. Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai tentang proklamasi

kemerdekaan.

6. Siswa menganalisis informasi yang didapatkan tentang proklamasi

kemerdekaan.

7. Siswa membuat laporan tentang proklamasi kemerdekaan.

8. Siswa mengkomunikasikan hasil karya tentang proklamasi kemerdekaan.

9. Siswa melakukan refleksi hasil karya tentang proklamasi kemerdekaan.

10. Siswa melakukan evaluasi tentang proklamasi kemerdekaan.

Berdasarkan langkah-langkah yang telah disimpulkan tersebut yang

pertama siswa menyimak tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru, dari

menyimak siswa mampu mencari dan menemukan masalah, setelah menemukan

masalah siswa mengidentifikasi masalah tersebut, selanjutnya mengatur

tugasbelajar secara berkelompok membentuk kelompok kecil yang terdiri 4 siswa,

kemudian semua anggota kelompok mengumpulkan informasi dari berbagai

sumber dan mengeluarkan pendapatnya masing-masing, selanjutnya menganalisis

informasi untuk menyelesaikan pemecahkan masalah dan dibuat dalam sebuah

laporan hasil karya yang akan dikomunikasikan atau dipresentasikan di depan

kelas. Pembelajaran diakhiri dengan melakukan refleksi dan evaluasi

pembelajaran yang telah dilakukan.Peranan guru dalam kelas PBL berbeda

dengan kelas tradisional menurut Ibrahim (2003: 1), Peran guru di dalam kelas

PBL antara lain :

1. Mengajukan masalah atau mengorientasikan peserta didik kepada masalah

autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari;

2. Memfasilitasi/ membimbing penyelidikan, misalnya melakukan pengamatan

atau melakukan eksperimen/ percobaan;

3. Memfasilitasi dialog siswa;

(11)

Teknik pemecahan masalah secara efektif bagi kelompok dalam kelas

yang menerapkan pendekatan PBL dalam Suprihatiningrum (2014:224-226),

berikut teknik-teknik yang dilakukan :

1. Mendefinisikan Masalah

Dalam tahap ini, pernyataan yang timbul dijelaskan melalui fakta yang ada.Selain itu, diperlukan penggunaan bahasa yang ringkas, jelas, dan juga didukung dengan data yang diperlukan.

2. Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Akar Penyebab

Teknik yang digunakan untuk mempertimbangkan penyebab masalah adalah brainstorming, yaitu sebuah teknik yang memperbolehkan beberapa ide digeneralisasikan. Tidak diperbolehkan untuk mengkritik ide yang muncul, berusaha untuk menciptakan ide yang kreatif, dan membangun setiap ide yang berbeda menjadi satu kesatuan.

3. Membangkitkan Solusi Alternatif

Fokus dalam langkah ini adalah membangkitkan, bukan mengevaluasi. Setelah kelompok menyelesaikan ide sebagai solusi alternatif maka dikombinasikan aspek-aspek yang telah ada disolusi pertama. Beberapa solusi dapat mengintegrasikan aspek terbaik dari berbagai ide dan juga dapat mendorong untuk menemukan kesepakatan.

4. Mengevaluasi Solusi Alternatif

Sebelum mengevaluasi solusi alternatif, kelompok harus menentukan kriteria untuk menilai solusi alternatif yang telah disusun. Kriteria tersebut harus mampu menggeneralisasi segala karakteristik yang harus dipenuhi oleh solusi akhir. Setiap anggota kelompok harus fokus hanya pada kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.

5. Menyepakati Solusi Terbaik

Menyepakati solusi terbaik membutuhan aturan dasar kelompok dalam mengambil keputusan. Jika kelompok menemukan kesulitan dalam mengambil kesepakatan, fasilitator membantu mengklarifikasi area spesifik dari pernyataan tidak setuju dan kemudian mengidentifikasi jalan untuk mengintegrasikan minat-minat yang hampir serupa ke dalam suatu solusi. 6. Mengembangkan Rencana Aksi (Action Plan)

Rencana aksi dirancang untuk melibatkan anggota, membangun komitmen, dan meningkatkan minat setiap anggota, serta menciptakan keykinan bahwa solusi yang dihasilkan dapat diimplementasikan dengan efektif dan tepat waktu.

7. Implementasi dan Mengevaluasi Solusi

Solusi harus diimplementasikan sesuai dengan rencana aksi yang susdah ada. Kelompok dapat mengadaptasi akibat yang muncul dari penerapan solusi dengan memasukkannya ke adalam agenda pertemuan sehingga dapat dikontrol bagaimana perkembangannya.

8. Evaluasi

(12)

Teknik pemecahan masalah tersebut berfokus pada pemikiran bersama,

jadi setiap anggota kelompok mencari solusi bersama, mengeluarkan ide-ide atau

pendapatnya dengan menghargai setiap pendapat yang dikelurkan temannya dan

semua anggota terlibat aktif dalam pemecahan masalah dari awal proses kerja

kelompok sampai terselesainya sebuah laporan dan melakukan evaluasi. PBL

lebih cenderung dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan

berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan intelektualnya.

Uden dan Beaumont (2006 :7) menyatakan beberapa keuntungan yang dapat

diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan PBL, yaitu :

1. Mampu mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuannya

2. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan komunikasi

3. Mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi. 4. Menikmati belajar

5. Meningkatkan motivasi 6. Bagus dalam kerja kelompok

7. Mengembangkan belajar strategi belajar 8. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Keuntungan menggunakan pendekatan PBL sangat besar untuk

meningkatkan minat belajar karena siswa yang aktif dalam pembelajaran

menunjukkan adanya minat terbukti dari keuntungan yang telah dikemukakan

oleh Uden dan Beaumont 2006 tersebut siswa mampu mengingat lebih dari, siswa

bebas mencari, menyelesaikan dan mengkomunikasikan hasil laporannya. Ada

keuntungan berarti ada kekurangan atau kelemahan, menurut Wasono dan

Hariyanto (2013) mengemukakan kelemahan pendekatan problem based learning

adalah :

1. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan

masalah

2. Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang

3. Aktivitas siswa dilaksanakan di luar sekolah sulit dipantau oleh guru.

Karena masih banyaknya guru masa dulu, atau guru yang sudah tua sering

mengajar menggunakan metode ceramah, guru banyak yang tidak mau

berkembang dengan menggunakan pendekatan PBL, untuk melakukan

(13)

sehinggan membutuhkan biaya yang mahal dan juga waktu yang panjang demi

tercapainya pembelajaran menggunakan pendekatan PBL, dengan memanfaatkan

lingkungan sekitar aktivitas siswa sulit dipantau oleh guru.

2.1.3 Minat Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dari seluruh

faktor yang berhubungan dengan guru dan siswa. Mulai dari perilaku guru dalam

mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai timbal balik dari hasil sebuah

pembelajaran. Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses pembelajaran

mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran atau justru

sebaliknya ia tidak tertarik dengan pelajaran yang sedang berlangsung.

Ketertarikan siswa ini merupakan salah satu tanda minat. selanjutnya beberapa

pengertian minat.

Menurut Joko Sudarsono (2003:8) Minat adalah bentuk sikap ketertarikan

atau sepenuhnya terlibat dalam suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau

bernilainya kegiatan tersebut. Jadi jika seseorang mempunyai minat maka akan

terlibat dalam suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya

kegiatan itu baginya.

Menurut Slameto (2010:180) minat belajar adalah suatu rasa lebih suka

dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan lingkungan diluar diri. Dari pengertian tersebut maka minat belajar adalah

kecenderungan perhatian dan kesenangan dalam aktivitas, melalui jiwa dan raga

untuk menuju perkembangan manusia seutuhnya, yang mencakup cipta, rasa,

karsa, kognitif, afektif, dan psikomotor lahir batin. Dalam hal ini, besar kecilnya

minat sangat bergantung pada penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu di luar dirinya. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu, tentu

akan lebih memperhatikan dengan perasaan senang tanpa ada tekanan.

Menurut Sardiman (2007 :77), minat adalah suatu kondisi yang terjadi

(14)

dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Dari pengertian

tersebut, bahwa apa saja yang telah dilihat seseorang barang tertentu akan

membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan

dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan minat merupakan

kecenderungan jiwa seseorang terhadap suatu objek, biasanya disertai dengan

perasaan senang, karena itu ada perasaan kepentingan terhadap sesuatu.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai minat belajar, maka dapat

disimpulkan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan yang

mendorong seseorang untuk terlibat dalam aktivitas belajar. Dari pengertian

tersebut dapat diketahui bahwa hal yang penting dalam minat adalah rasa suka,

keterlibatan dalam aktivitas belajar. Maka didapat indikator dalam minat sebagai

berikut:

Indikator minat (1) Rasa suka

Menurut Dwi Sunar P (2008: 52), minat ditandai dengan rasa suka dan

terikat pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Jadi dalam minat

harus ada kerelaan dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukai. Adanya

minat dalam diri seseorang juga dapat diungkapkan melalui pernyataan yang

menunjukkan bahwa seseorang cenderung lebih menyukai suatu hal dari pada hal

yang lainnya. Seseorang yang menyukai suatu hal, biasanya akan termotivasi dan

mau melakukan aktivitas tersebut. Dengan rasa suka maka minat dapat dibagi

menjadi 13 kegiatan yang didasari dengan adanya rasa suka dan terikat, dapat

diidentifikasikan sebagai :

1. Suka pada mata pelajaran IPS.

2. Suka menyimak penjelasan guru.

3. Suka membaca buku IPS.

4. Suka bertanya seputar materi IPS yang belum dipahami.

5. Suka mencatat hal-hal yang penting dalam materi IPS.

6. Suka mengerjakan tugas IPS yang belum dipahami.

(15)

8. Suka dengan media pembelajaran IPS.

9. Suka memecahkan masalah IPS.

10. Suka merumuskan masalah.

11. Suka menanggapi kelompok lain yang sedang presentasi.

12. Suka mendengarkan kelompok lain saat presentasi.

13. Suka bekerjasama dalam kelompok.

(2) Keterlibatan

Menurut Kusnandar (2008:15), Keterlibatan adalah keaktifan siswa dalam

bentuk sikap, pikiran, perhatian, dalam kegiatan belajar guna menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan

tersebut. Jadi keterlibatan ditandai adanya keaktifan siswa untuk belajar dalam

bentuk sikap, pikiran dan perhatian dalam mengikuti proses pembelajaran akan

dijabarkan keterlibatan siswa dalam 13 indikator:

1. Mengikuti pelajaran IPS.

2. Menjawab pertanyaan dari guru seputar IPS.

3. Bertukar pendapat dengan teman kelompok.

4. Menyampaikan pendapatnya tentang IPS.

5. Ikut dalam pembelajaran IPS secara berkelompok.

6. Aktif dalam berpartisipasi kerja kelompok.

7. Merespon positif pertanyaan dari guru masalah IPS.

8. Membuat laporan terkait materi IPS.

9. Mendengarkan kelompok lain saat berdiskusi.

10.Mengkomunikasikan hasil karya.

11.Melakukan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan.

12.Menyukai penjelasan guru.

13.Melaksanakan tugas dari guru.

Ciri-ciri Minat

Menurut Slameto (2003 :58) siswa yang berminat dalam proses

pembelajaran akan mempunyai ciri-ciri yang menandakan adanya minat belajar

(16)

1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya. 5. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Berdasarkan ciri-ciri minat tersebut, bahwa siswa yang mempunyai minat

belajar mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu

yang dipelajari secara terus menerus, mempunyai rasa suka pada sesuatu yang

diminatinya, lebih menyukai suatu hal dari pada hal yang lainnya, dan diwujudkan

dalam partisipasi pada aktivitas. Menurut Sardiman (2004:8) seseorang yang

mempunyai minat tinggi memiliki ciri-ciri :

1. Tekun dalam menghadapi tugas ( dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai),

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4. Lebih senang bekerja mandiri

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif)

6. Dapat mempertahankan pendapatnya,

7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, dan 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Berdasarkan ciri-ciri yang mempunyai minat tinggi jika seseorang tekun

dalam menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, tidak berputus asa

menghadapi macam-macam masalah, senang bekerja secara mandiri, cepat bosan

jika tugas yang sama berulang-ulang, dapat mempertahankan pendapatnya,

berkomitmen pada hal yang diyakini dan senang mencari dan memecahkan

masalah. Seorang guru perlu memahami unsur-unsur minat untuk membangkitkan

minat belajar siswa, agar pelajaran yang diberikanmudah dimengerti.Kurangnya

minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasaketertarikan pada suatu bidang

tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan terhadap guru.

Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar IPS Siswa

Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa.

Kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat belajar IPS siswa akan

(17)

bersangkutan, minat belajar IPS yang rendah juga akan berpengaruh terhadap

proses dan hasil belajar IPS siswa.

Menurut Djamarah (2011) Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas

belajar dan siswa yang memiliki minat terhadap mata pelajaran akan

mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Jadi

siswa yang berminat terhadap terhadapa pelajaran cenderung memusatkan

perhatiannya pada mata pelajaran tersebut.

Instrumen minat

Instrumen minat menurut Wardani NS, dkk (2012: 47), adalah alat ukur ranah afektif yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran. Jadi, dalam pengukuran untuk mengetahui minat siswa pada sebuah mata pelajaran menggunakan alat ukur ranah afektif dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mata pelajaran. Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2012:135). Macam-macam skala pengukuran (Sugiyono, 2012:136-142) :

1. Skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atan pernyataan. Jawaban setiap instrumen pada skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang berupa kata-kata antara lain : Sangat setuju sampai sangat tidak setuju, selalu sampai tidak pernah, dan sebagainya. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:

1) Setuju/selalu/sangat positif 5

2) Setuju/sering/positif 4

3) Ragu-ragu/kadang-kadang/netral 3 4) Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif 2 5) Sangat tidak setuju/tidak pernah 1

Instrumen yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.

2. Skala Guttman

(18)

dibuat dalam bentuk pilihan ganda dan checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor satu dan tidak setuju diberi skor nol. Analisa dilakukan seperti pada skala Likert.

Contoh : Bagaimana pendapat anda bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan ini?

a. Setuju. b. Tidak setuju.

Peryataan yang berkenaan dengan fakta benda bukan termasuk dalam skala pengukuran interval dikotomi.

Contoh : Apakah tempat kerja anda dekat dengan Jalan Protokol ? a. Ya

b. Tidak 3. Rating Scale.

Data yang diperoleh pada rating scale merupakan data berupa angka kemudian ditafsirkan dalam penelitian kualitatif. Dalam skala model ini responden tidak menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif (berupa angka) yang telah disediakan.

Contoh : Seberapa baik data ruang kerja anda di perusahaan A ? Berilah jawaban dengan angka

4 bila tata ruang itu sangat baik. 3 bila tata ruang itu cukup baik. 2 bila tata ruang itu kurang baik. 1 bila tata ruang itu sangat tidak baik. 4. Semantic Deferential.

Skala ini dinyatakan dalam bentuk satu garis kontinum yang jawaban paling positif terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai seseorang.

Contoh : Beri nilai gaya kepemimpinan Manager anda

Bersahabat 5 4 3 2 1 Bermusuhan

Tepat janji 5 4 3 2 1 Ingkar janji

Demokratis 5 4 3 2 1 Otoriter

Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela

Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

Responden yang memberi jawaban angka 5, berarti persepsi responden sangat positif, angka 3 berarti netral dan angka 1 berarti sangat negatif.

(19)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan

Beberapa hasil penelitian tentang pendekatan problem based learning

yang diterapkan dalam usaha meningkatkan minat belajar siswa :

1. Penelitian yang dilakukan Tri Kusrini ( 2013) dengan judul “ Peningkatan

minat belajar dan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan melalui

model problem based learning siswa kelas 5 B SD Negeri Tambakrejo tahun 2012/2013.” Dari penelitian ini memberika hasil bahwa pembelajaran matematika dengan model PBL meningkatkan minat belajar siswa dan

kemmapuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas 5 B SD N

Tambakrejo tahun 2012/2013. Dalam penelitian maka memberikan saran

dalam proses pembelajaran matematika di SD N Tambakrejo khususnya pada

materi soal pecahan menggunakan model PBL sebagai alternatif

meningkatkan minat belajar siswa.

Kelebihan dari penelitian ini adalah siswa lebih aktif dalam

menyelesaikan soal cerita, siswa lebih mudah dalam memecahkan masalah

soalcerita pada matematika dengan penerapan pendekatan problem based

learning dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika. Kekurangan kondisi kelas menjadi gaduh.

2. Penelitian yang dilakukan Ratna Dwi Pratiwi (2013) dengan judul“Peningkatan Minat dan Hasil belajar siswa pada materi pecahan melalui model Problem Based Learning di kelas 5 SD Negeri Randu Gunting kota

Tegal Tahun 2012/2013.” Hasil dari penelitian ini adalah Penerapan

pendekatan problem based learning pada mata pelajaran Matematika materi

pecahan sudah menunjukkan keberhasilan. Nilai performansi guru

menggunakan APKG pada siklus I sebesar 79,48, meningkat pada siklus II

menjadi 94,69. Nilai performansi guru menggunakanlembar pengamatan

model pada siklus I sebesar 57,5, meningkat pada siklus II menjadi 90.

Persentase minat belajar siswa pra tindakan yaitu 43,06%, meningkat pasca

tindakan menjadi 62,89% pada siklus I, dan 83,47% pada siklus II. Persentase

(20)

kemudian meningkat pada siklus II menjadi 82,01% dengan kriteria sangat

tinggi. Nilai rata-rata kelas saat pelaksanaan pretest mencapai 47,44 dengan

tuntas belajar klasikal (TBK) 16,67%. Nilai rata-rata kelas pada hasil evaluasi

akhir pembelajaran siklus I mencapai 77,23, dengan TBK 86,11%, meningkat

pada siklus II menjadi 81,78 dengan TBK 90,28%. Nilai rata-rata kelas hasil

tes formatif I mencapai 73,14 dengan TBK 80,56%, kemudian hasil tes

formatif II meningkat menjadi 78,31 dengan TBK 86,11%. Disimpulkan

bahwa, penerapan pendekatan problem based learning dapat meningkatkan

pembelajaran matematika materi pecahan pada siswa kelas V SD Negeri

Randugunting 4 Kota Tegal.

Kelebihan siswa dengan mudah menyelesaikan soal pecahan matematika,

Minat siswa pada mata pelajaran matematika khususnya dalam

menyelesaikan soal matematika meningkat dan hasil belajar juga meningkat.

Kekurangan dalam penelitian ini, adalah alokasi waktu, waktu yang telah

ditentukan tidak tepat.

3. Penelitian yang dilakukan Sri Ariartiya (2014) dengan judul “ Peningkatan

Minat baca Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Pamulang Permai kelas V”. Minat baca melalui pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN

Pamulang Permai kelas V mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan

berdasarkan hasil angket minat membaca yang dilakukan sebelumdan

sesudah penerapan pembelajaran berbasis masalah. Dari data hasil

penghitungan angket dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan minat

bacapada siswa kelas V SDN Pamulang Permai. Sebanyak 85 persen siswa

berpendapat bahwa membaca lebih menyenangkan daripada berlibur

(meningkat 27,5 persen dari 57,5 persen pada angket prasiklus), 80 persen

siswa merasa senang ketika menyelesaikan membaca buku bacaan

(meningkat 25 persen dari 55 persen pada angket prasiklus), 80 persen siswa

suka menabung untuk membeli buku bacaan (meningkat 25 persen dari 55

(21)

waktu dengan membaca buku dari pada tidur (meningkat 25 persen dari 55

persen pada angket prasiklus).

Kelebihan dengan penerapan PBL dapat meningkatkan minat baca siswa

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, pembelajaran tercipta sangat menarik

minat siswa, siswa lebih senang membaca dari pada tidur. Kekurangan

penelitian ini menggunakan media buku yang sangat banyak sehingga siswa

yang tidak mampu membeli buku tidak dapat membaca.

Dilihat dari beberapa kajian yang relevan tersebut dapat disimpulkan

bahwa terjadi peningkatan minat belajar siswa dalam memecahkan masalah

dengan tindakan-tindakan yang telah dilakukan menggunakan pendekatan

problem based learning. Mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

tersebut, akan dilakukan penelitian tindakan kelas, yaitu dengan menggunakan

pendekatan problem based learning pada mata pelajaran IPS untuk kelas 5 SDN

Plumbon 01 Suruh kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPS di SD merupakan pembelajaran dasar yang harus dilalui

oleh setiap siswa. Agar mendapatkan hasil pembelajaran IPS yang maksimal, guru

harus mampu memilih dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat.

Namun pada kenyataannya, pembelajaran IPS pada guru kelas 5 SD masih

menggunakan model pembelajaran konvensional dan guru lebih sering

menerapkan metode ceramah dalam menyampaikan materi ajar sehingga sehingga

minat belajar IPS siswa rendah. Siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan

materi yang disampaikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran yang ada menjadi

kaku dan kurang menarik. Performansi guru pun masih kurang optimal, karena

tidak menerapkan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan menarik, pada

pembelajaran IPS KD. 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan, menerapkan pendekatan problem based

learning pada proses pembelajaran IPS di kelas 5 SDN Plumbon 01. Pendekatan

ini dianggap tepat karena sesuai dengan materi dan dunia nyata problem based

(22)

mengaktifkan siswa saat pembelajaran. Aktivitas belajar siswa akan muncul

dengan adanya minat belajar siswa. Guru dalam melaksanakan pendekatan

pembelajaran ini bertugas untuk mengendalikan jalannya proses pembelajaran.

Pembelajaran IPS dengan pendekatan problem based leaning melalui

langkah-langkah :

1. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang dijelaskan oleh guru tentang

proklamasi kemerdekaan.

2. Siswa menemukan masalah tentang proklamasi kemerdekaan.

3. Siswa mengidentifikasi masalah tentang proklamasi kemerdekaan.

4. Siswa mengatur tugas belajar secara berkelompok tentang proklamasi

kemerdekaan.

5. Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai tentang proklamasi kemerdekaan.

6. Siswa menganalisis informasi yang didapatkan tentang proklamasi

kemerdekaan.

7. Siswa membuat laporan tentang proklamasi kemerdekaan.

8. Siswa mengkomunikasikan hasil karya tentang proklamasi kemerdekaan.

9. Siswa melakukan refleksi hasil karya tentang proklamasi kemerdekaan.

10.Siswa melakukan evaluasi tentang proklamasi kemerdekaan.

Setelah langkah-langkah problem based learning, ada beberapa indikator

dalam rangka meningkatkan minat belajar IPS siswa. Minat belajar IPS siswa

harus ditingkatkan karena dengan adanya minat belajar, akan menciptakan kelas

yang menyenangkan dan nilai yang memuaskan. Indikator minat sebagai berikut :

(1) Minat ditandai adanya rasa suka terhadap mata pelajaran yang sedang

berlangsung tanpa adanya paksaan. Rasa suka terhadap mata pelajaran IPS

dapat dilihat dari indikator sebagai berikut :

1. Suka pada mata pelajaran IPS

2. Suka menyimak penjelasan guru

3. Suka membaca buku IPS

4. Suka bertanya seputar materi IPS yang belum dipahami

5. Suka mencatat hal-hal yang penting dalam materi IPS

(23)

7. Suka dengan media pembelajaran IPS

8. Suka memecahkan masalah IPS

9. Suka merumuskan masalah

10.Suka menanggapi kelompok lain yang sedang presentasi

(2) Minat ditandai adanya keterlibatan dalam aktivitas belajar. Dengan siswa

terlibat dalam pembelajaran maka tercipta pembelajaran yang aktif,

keterlibatan siswa sebagai berikut :

1. Mengikuti pelajaran IPS

2. Menjawab pertanyaan dari guru seputar IPS

3. Menyampaikan pendapatnya tentang IPS

4. Ikut dalam pembelajaran IPS secara berkelompok

5. Aktif dalam berpartisipasi kerja kelompok.

6. Merespon positif pertanyaan dari guru masalah IPS

7. Membuat laporan terkait materi IPS

8. Mengkomunikasikan hasil karya

9. Melakukan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan

10.Melaksanakan tugas dari guru

Dari aspek minat akan diketahui jumlah pernyatan minat yang akan

menunjukkan minat belajar IPS rendah, minat belajar IPS sedang, dan minat

belajar IPS tinggi. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan

(24)

Gambar 2.3 Skema Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Based Learning Pendekatan Problem Based

Learning

2. Mengidentifikasi masalah tentang proklamasi kemerdekaan.

3. Membentuk kelompok untuk memecahkan masalah tentang proklamasi kemerdekaan.

4. Mengumpulkan informasi yang sesuai dengan proklamasi kemerdekaan.

5. Menganalisis informasi yang didapatkan tentang proklamasi kemerdekaan.

6. Membuat laporan tentang proklamasi kemerdekaan.

7. Mengkomunikasikan hasil karya tentang proklamasi kemerdekaan.

8. Melakukan evaluasi pembelajaran tentang proklamasi kemerdekaan.

Rasa suka

1. Suka menyimak penjelasan dari guru.

2. Suka mencari informasi terkait IPS di dunia nyata.

3. Suka memecahkan masalah IPS.

4. Suka merumuskan masalah

Jumlah Pernyataan Minat

Keterlibatan

1. Ikut dalam pembelajaran IPS secara berkelompok.

2.

2. Membuat laporan.

3. Mengkomunikasikan hasil karya

4. Melakukan refleksi. 1. Menyimak tujuan pembelajaran tentang proklamasi kemerdekaan

KD. 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan

Minat rendah

(25)

2.4Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan

maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan: peningkatan minat

belajar IPS diduga dapat diupayakan melalui pendekatan problem based

learning siswa kelas 5 di SDN Plumbon 01 Suruh kabupaten Semarang Semester

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 2.2
Gambar 2.3 Skema Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Pendekatan Problem Based Learning

Referensi

Dokumen terkait

Untuk soal nomor 7–11, pilihlah kata-kata atau frasa yang yang merupakan padanan kata atau padanan pengertian yang paling dekat dengan kata yang dicetak dengan huruf kapital

tidak menjadi masalah begitu besar karena di lihat dari data sarana dan prasarana cukup memadai untuk menunjang kegiatan belajar pendidikan jasmani, hal ini dapat di

Alat pengumpul data yang terkumpul, dijadikan data untuk menilai hasil akhir atau evaluasi pada pasien stroke setelah dilakukan Range Of Motion (ROM), dengan cara menghitung

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif dengan mengikuti tahapan analisis percakapan model Tannen.Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa kohesi

Godfrey, dkk,(1969:8) mengemukakan pengertian keterampilan gerak sebagai berikut : Motor skill is a motor activity limited in extent on involving a single movement or a

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara komunikasi efektif dengan perilaku caring perawat terhadap pasien di ruang Asoka RSUD Jombang.. Sebagai

Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa media foto efektif untuk meningkatkan kemampuan mengarang karangan deslaipsi batrasa Perancis siswa kelas XI SMA Negeri

Abdurrachman dalam Buku Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan menjelaskan bahwa "Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai