• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Konstan 2000 meningkat sebesar 5,13 persen terhadap tahun 2009. Semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor listrik, Gas & Air bersih 10,67 persen dan terendah di sektor pertanian 2,02 persen.

 Besaran PDRB Provinsi NTT pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 27,71 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 12,53 triliun.

 Secara triwulanan, PDRB Provinsi NTT triwulan IV/2010 meningkat 3,94 persen dibandingkan dengan triwulan III/2010 (q-to-q), dan bila dibandingkan dengan triwulan IV/2009 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,22 persen.

 Tiga Sumber utama yang memberikan andil dalam pertumbuhan PDRB NTT tahun 2010 (C-to –C) sebesar 5,13 persen adalah : sektor Jasa-jasa sebesar 1,91 persen disusul oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tanian 1,31 persen dan sektor Pertanian 0,78 persen.

 Di sisi penggunaan, sebagian besar PDRB NTT 2010 digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba sebesar 74,86 persen, konsumsi pemerintah 22,25 persen; pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 15,42 persen serta mengalami defisit pada ekspor neto sebesar 20,03 persen (ekspor 19,18 persen dan impor 39,21 persen).

 Semua komponen PDRB penggunaan NTT mengalami pertumbuhan pada tahun 2010, dengan pertumbuhan tertinggi pada konsumsi pemerintah sebesar 9,56 persen; diikuti oleh impor barang dan jasa sebesar 6,48 persen; konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar 6,24 persen; pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik sebesar 3,28 persen; konsumsi rumahtangga 2,76 persen; serta pengaruh pertumbuhan ekspor barang dan jasa sebesar 0,90 persen.

 Sumber utama pertumbuhan ekonomi NTT sebesar 5,13 persen adalah konsumsi rumahtangga sebesar 2,38 persen, konsumsi pemerintah 1,91 persen dan perubahan stok/inventori sebesar 3,68 persen.

 PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 mencapai Rp 27,71 trilliun lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar Rp 24,18 trilliun, sementara PDRB per-kapita tahun 2010 mencapai Rp 5,92 juta, juga lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (Rp 5,26 juta).

No. 01/02/53/Th. XIV, 07 Februari 2011

P

ERTUMBUHAN

E

KONOMI

N

USA

T

ENGGARA

T

IMUR

T

AHUN

2010

(2)

I. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2009

Perekonomian Provinsi NTT pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 5,13 persen dibanding tahun 2009, Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2010 mencapai Rp 12,53 triliun, sedangkan pada tahun 2009 sebesar Rp 11,92 triliun, Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB tahun 2010 naik sebesar Rp 3,53 triliun, dari Rp 24,18 triliun pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp 27,71 triliun pada tahun 2010.

Tabel 1

Nilai PDRB Provinsi NTT Tahun 2009 & 2010 dan Laju Pertumbuhan Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha

LAPANGAN USAHA

Atas Dasar Atas Dasar Laju Pertumbuhan

(Persen)

Sumber Pertumbuhan

(Persen) Harga Berlaku Harga Konstan 2000

(Triliun Rupiah) (Triliun Rupiah)

2009 2010 2009 2010 2010 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1, Pertanian, 9.55 10.66 4.62 4.71 2.02 0.78

2, Pertambangan dan Penggalian 0.32 0.36 0.15 0.16 4.74 0.06

3, Industri Pengolahan 0.37 0.43 0.18 0.18 2.25 0.03

4, Listrik, Gas dan Air Bersih 0.10 0.12 0.05 0.05 10.67 0.04

5, Bangunan/Konstruksi 1.68 1.93 0.75 0.78 3.59 0.23

6, Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.89 4.65 1.97 2.13 7.92 1.31 7, Pengangkutan dan Komunikasi 1.47 1.60 0.88 0.93 6.44 0.47 8, Keuangan, Persewaan & Jasa Persh, 0.96 1.13 0.44 0.47 7.85 0.29

9, Jasa-jasa 5.83 6.84 2.88 3.11 7.89 1.91

PDRB 24.18 27.71 11.92 12.53 5.13 5.13

Selama tahun 2010, semua sektor ekonomi yang membentuk PDRB Provinsi NTT mengalami pertumbuhan positif, Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor listrik dan gas dan air bersih yang mencapai 10,67 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 7,92 persen dan sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa persahaan sebesar 7,85 persen, Sektor Jasa-jasa sebesar 7,89 persen, sektor Pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,44 persen, sektor pertambangan dan penggalian 4,74 persen, sektor bangunan/kontruksi 3,59 persen, sektor industri pengolahan sebesar 2,25 persen dan sektor pertanian sebesar 2,02 persen.

Sisi lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan masing-masing sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi selama tahun 2010, Sektor-sektor ekonomi yang nilai nominalnya besar tetap akan menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan, walaupun pertumbuhan sektor bersangkutan relatif kecil. Sektor Listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan tertinggi hanya memberikan kontribusi sebesar 0,04 persen terhadap total pertumbuhan 5,13 persen, Sebaliknya sektor Jasa-jasa perdagangan hotel dan restoran dengan pertumbuhan sebesar 7,89 persen namun tetap menjadi sumber salah satu sumber utama

(3)

pertumbuhan PDRB Provinsi NTT dengan andil pertumbuhan sebesar, 1,91 persen, Sumber-sumber pertumbuhan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1.

Grafik 1

Laju dan Sumber Pertumbuhan PRDB Provinsi NTT Tahun 2010 (Atas Dasar Harga Konstan 2000)

II. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan IV/2010

Kinerja perekonomian Provinsi NTT pada triwulan IV tahun 2010 yang digambarkan oleh Produk Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 meningkat sebesar 3,94 persen dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q), Peningkatan tersebut masih mengikuti pola tahun-tahun yang lalu yaitu tetap mengalami pertumbuhan pada triwulan IV setelah terjadi kenaikan pada triwulan III. Pertumbuhan positif pada triwulan IV tahun 2010 ini terutama karena sektor Jasa-jasa mengalami peertumbuhan yang signifikan sebesar 8,10 persen disusul Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,89 persen, dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 6,71 persen, Sektor-sektor lainnya selama triwulan IV juga mengalami pertumbuhan positif, Sektor sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 3,68 persen, sektor Industri pengolahan sebesar 3,44 persen Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,37 persen; sektor perdagangan, hotel dan Restoran sebesar 2,36 persen; sektor Bangunan/kosntruksi sebesar 2,17 persen dan sektor Pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 1,77 persen.

(4)

Tabel 2

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT Triwulanan Menurut Lapangan Usaha (Persen)

LAPANGAN USAHA

Triw IV 2010 Triw IV 2010 Kumulatif 4 Triw 2010 Terhadap Terhadap Terhadap Triw III 2010 Triw IV 2009 Kumulatif 4 Triw

2009

(1) (2) (3) (4)

1, Pertanian, 1.77 1.33 2.02

2, Pertambangan dan Penggalian 2.37 6.43 4.74

3, Industri Pengolahan 3.44 0.47 2.25

4, Listrik, Gas dan Air Bersih 6.71 12.61 10.67

5, Bangunan/Konstruksi 2.17 3.43 3.59

6, Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.36 7.22 7.92

7, Pengangkutan dan Komunikasi 3.68 7.44 6.44

8, Keuangan, Persewaan & Jasa Persh, 7.89 11.49 7.85

9, Jasa-jasa 8.10 8.45 7.89

PDRB 3.94 5.22 5.13

Selanjutnya, perekonomian Provinsi NTT pada triwulan IV tahun 2010 bila dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2009 (year-on-year) mengalami pertumbuhan sebesar 5,22 persen, Pertumbuhan tersebut terjadi pada semua sektor ekonomi, dimana sektor listrik gas dan air bersih mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 12,61 persen, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan 11,49 persen, jasa-jasa sebesar 8,45 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 7,44 persen; sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,22 persen; sektor pertambangan dan penggalian sebesar 6,43 persen; sektor bangunan/konstuksi sebesar 3,43 persen; sektor pertanian sebesar 1,33 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 0,47 persen.

III. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 dan 2010

Distribusi PDRB menurut sektor atas dasar harga berlaku juga menunjukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun, Tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, jasa-jasa dan perdagangan hotel dan restoran mempunyai peranan sebesar 79,90 persen tahun 2010, Sektor pertanian memberi kontribusi sebesar 38,45 persen, sektor jasa-jasa 24,69 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran 16,76 persen.

(5)

Tabel 3

Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2010 (Persen)

LAPANGAN USAHA 2009 2010

(1) (2) (3)

1, Pertanian, 39.51 38.45

2, Pertambangan dan Penggalian 1.31 1.31

3, Industri Pengolahan 1.55 1.54

4, Listrik, Gas dan Air Bersih 0.42 0.42

5, Bangunan/Konstruksi 6.93 6.97

6, Perdagangan, Hotel dan Restoran 16.09 16.76

7, Pengangkutan dan Komunikasi 6.08 5.78 8, Keuangan, Persewaan & Jasa Persh, 3.99 4.07

9, Jasa-jasa 24.12 24.69

PDRB 100,00 100,00

Dibandingkan dengan 2009, pada tahun 2010 terjadi sedikit perubahan peranan pada beberapa sektor ekonomi dimana ada beberapa sektor yang mengalami penurunan peranan seperti pada sektor pertanian dari 39,51 persen menjadi 38,45 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi dari 6,08 persen menjadi 5,78 pesen, Sedangkan sektor-sektor yang mengalami peningkatan peranan seperti sector bangunan, perdagangan hotel dan restoran, sektor keuangan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa seperti pada tabel 3.

IV. PDRB Menurut Penggunaan

PDRB atas dasar harga berlaku 2010 senilai Rp 27,71 triliun meningkat dari Rp. 24,18 triliun pada tahun 2009.Pada tahun 2010 sebagian besar PDRB digunakan untuk konsumsi rumah tangga senilai Rp 19,70 triliun; serta komponen penggunaan lainnya meliputi pengeluaran untuk konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar Rp. 1,04 triliun; pengeluaran untuk konsumsi pemerintah sebesar Rp 6,17 triliun; pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik sebesar Rp 4,27 triliun; perubahan inventori sebesar Rp 2,08 triliun, transaksi ekspor sebesar Rp 5,31 triliun dan impor sebesar Rp 10,87 triliun. Gambaran mengenai hal tersebut terlihat pada tabel berikut:

(6)

Tabel 4

Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Nusa Tenggara Timur Menurut Penggunaan Tahun 2009 dan 2010

Komponen Penggunaan

Atas Dasar Atas Dasar Laju Sumber Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Pertumbuhan Pertumbuhan (Triliun Rupiah) (Triliun Rupiah) (Persen) (Persen) 2009 2010 2009 2010 2010 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Konsumsi Rumah Tangga 17,17 19,70 10,31 10,59 2,76 2,38

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0,90 1,04 0,50 0,53 6,24 0,26

3. Konsumsi Pemerintah 5,10 6,17 2,38 2,61 9,56 1,91

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,70 4,27 1,66 1,71 3,28 0,46

5. Ekspor Barang dan Jasa 1,52 2,08 3,67 3,71 0,90 0,28

6. Dikurangi: Impor Barang dan Jasa 4,89 5,31 7,07 7,53 6,48 3,84

7. Perubahan Stok 9,09 10,87 0,47 0,91 93,47 3,68

PDRB 24,18 27,71 11,92 12,53 5,13 5,13

Pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 tercatat sebesar 5,13 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh hampir semua komponen PDRB penggunaan, yakni konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 2,76 persen; konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar 6,24 persen; konsumsi pemerintah sebesar 9,56 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 3,28 persen serta ekspor maupun impor barang dan jasa, masing-masing meningkat sebesar 0,90 persen dan 6,48 persen.Pertumbuhan PDRB tahunan tersebut merupakan pertumbuhan kumulatif dari PDRB triwulanan yang terbentuk pada Tahun 2010 dengan rincian pada tabel 4.

Pertumbuhan ekonomi Triwulan IV 2010 sebagian besar bersumber dari komponen pengeluaran konsumsi rumahtangga; komponen perubahan stok/inventori dan konsumsi pemerintah. Dari 5,13 persen pertumbuhan Triwulan IV 2010 (c-to-c), 2,38 persen bersumber dari komponen pengeluaran konsumsi rumahtangga dan 3,68 persen dari komponen perubahan stok/inventori serta 1,91 persen bersumber dari konsumsi pemerintah. Sementara pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba, pembentukan modal tetap bruto serta ekspor memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan masih dibawah 0,5 persen. Komponen yang menjadi pengurang dalam PDRB NTT Tahun 2010 adalah impor sebesar 3,84 persen.

(7)

Tabel 5

Pertumbuhan Komponen-Komponen PDRB Penggunaan (Persen) JENIS PENGGUNAAN Triw IV 2010 Terhadap Triw III 2010 (q-to-q) Triw IV 2010 Terhadap Triw IV 2009 (y-o-y) Kumulatif 4 Triwulan 2010 Terhadap Kumulatif 4 Triwulan 2009 (c-to-c) (1) (2) (4) (5)

1. Konsumsi Rumah Tangga 4,91 3,29 2,76

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5,40 10,99 6,24

3. Konsumsi Pemerintah 10,59 12,10 9,56

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 2,88 2,34 3,28

5. Ekspor Barang dan Jasa 3,96 1,97 0,90

6. Dikurangi: Impor Barang dan Jasa 0,83 7,85 6,48

7. Perubahan Stok (33,97) 79,14 93,47

Pertumbuhan masing-masing komponen penggunaan pada Triwulan IV 2010 terhadap Triwulan III 2010 terlihat hampir semuanya mengalami peningkatan terkecuali komponen perubahan stok. Laju pertumbuhan tersebut didominasi oleh komponen konsumsi pemerintah. Selanjutnya jika membandingkan masing-masing komponen PDRB pada Triwulan IV 2010 terhadap Triwulan yang sama pada Tahun 2009 seluruh komponen penggunaan menunjukkan adanya peningkatan. Kenaikan tertinggi dalam hal ini terjadi pada komponen perubahan stok/inventori, konsumsi pemerintah, serta konsumsi lembaga swasta nirlaba.

Perbandingan kumulatif seluruh triwulan pada tahun 2010 terhadap kumulatif seluruh triwulan pada tahun 2009 untuk seluruh komponen penggunaan menunjukkan adanya peningkatan. Tingkat pertumbuhan yang tinggi dalam hal ini terjadi pada komponen perubahan stok/inventori, konsumsi pemerintah, impor dan konsumsi lembaga swasta nirlaba.

Dilihat dari pola distribusi PDRB penggunaan, tampak bahwa konsumsi rumah tangga masih merupakan penyerap terbesar dalam penggunaan PDRB Nusa Tenggara Timur.Sementara hanya komponen ekspor yang mengalami penurunan porsi dari 20,21 persen pada tahun 2009 menjadi 19,18 persen pada tahun 2010. Komponen pengeluaran konsumsi rumahtangga mengalami kenaikan dari 71,00 persen pada tahun 2009 menjadi sebesar 71,11 persen pada Tahun 2010. Komponen Impor barang dan jasa meningkat peranannya dari 37,59 persen pada tahun 2009 menjadi sebesar 39,21 persen pada tahun 2010. Kemudian komponen konsumsi pemerintah meningkat perannanya dari 21,09 persen pada tahun 2009 menjadi 22,25 persen pada tahun 2010.

(8)

Tabel 6

Distribusi PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)

JENIS PENGGUNAAN 2009 2010

(1) (2) (3)

1. Konsumsi Rumah Tangga 71,00 71,10 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3,70 3,76

3. Konsumsi Pemerintah 21,09 22,25

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 15,31 15,42 5. Ekspor Barang dan Jasa 20,21 19,18 6. Dikurangi: Impor Barang dan Jasa 37,59 39,21

7. Perubahan Stok 6,28 7,50

PDRB 100,00 100,00

V. PDRB DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA

PDRB per-kapita merupakan PDRB (atas dasar harga berlaku) dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, Pada tahun 2010 angka PDB per-kapita diperkirakan mencapai Rp 5.916.368 dengan laju peningkatan sebesar 12,44 persen dibandingkan dengan PDB per-kapita tahun 2009 sebesar Rp. 5.261.938. Sementara itu PDRB Provinsi NTT atas dasar harga berlaku juga meningkat dari Rp 24,18 trilliun pada tahun 2009 menjadi Rp 27,71 triliun pada tahun 2010 atau terjadi peningkatan sebesar 14,61 persen,

Tabel 7

PDRB DAN PDRB PER-KAPITA NTT TAHUN 2009 DAN 2010

URAIAN 2009 2010

(1) (2) (4)

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

- Nilai (Jutaan rupiah) 24.179.412,16 27.711.246,07 - laju Pertumbuhan (persen) 11.65 14.61 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku

- Nilai (rupiah) 5.261.938 5.916.368

Referensi

Dokumen terkait

a) Buat empat buah kuadran sebagai tempat menggambar hasil proyeksi. b) Buat garis diagonal 45 0 miring ke kanan di kuadran III. c) Buat gambar pandangan atas di kuadran

Karena itu, dampak lingkungan atau suatu rencana usaha atau kegiatan, yang penentuannya didasarkan pada perubahan sendi-sendi kehidupan pada masyarakat tersebut dan jumlah

Gambar 2 menunjukkan nilai stabilitas yang dihasilkan dari Campuran Aspal Emulsi Dingin (CAED) tanpa serat ijuk dengan umur curing 0 hari telah memenuhi syarat

Keharaman itu meliputi segala macam bunga atau manfaat yang dijadikan syarat oleh orang yang memberikan utang (muqrid}) kepada si penghutang (muqtarid}). 3) Berutang dengan

Unsrat, Manado. mutlak dari hukum pidana, karena pada dasarnya hukum pidana memuat dua hal, yakni syarat-syarat untuk memungkinkan penjatuhan pidana dan pidananya

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden, profitabilitas, tingkat suku bunga dan tingkat inflasi

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audiovisual sudah berjalan dengan baik hal ini berdasarkan perolehan rata-rata 83%, keaktifan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara pola asuh otoriter