• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKL UPL Embung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UKL UPL Embung"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

I-1

BAB I

UMUM

I.1

LATAR BELAKANG

Lingkungan hidup Indonesia sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang, baik bagi kehidupan dalam segala aspek yang perlu dilindungi dari kerusakan dan pencemaran oleh karenanya perlu dilestarikan. Pembangunan, penataan dan revitalisasi embung merupakan rangkaian upaya untuk meningkatkan nilai-nilai vitalitas yang strategis dan signifikan dari kawasan yang masih mempunyai potensi serta pengendalian lingkungan kawasan.

Dengan adanya pembangunan/rehabilitasi embung, maka akan terjadi perubahan morfologi sungai berupa pendangkalan, penggenangan air dan penggalian material yang akan sangat berbahaya jika tidak ditangani secara seksama dan secepat mungkin.Dalam rangka upaya revitalisasi embung tersebut, tentunya akan membawa dampak positif baik secara sosial, ekonomi dan budaya, namun tentunya juga tidak dapat dipungkiri bahwa upaya-upaya tersebut dapat membawa dampak negatif bagi kelestarian lingkungan sekitar, bila tidak direncanakan dan diawasi dengan baik.

Kebijakkan Pemerintah Republik Indonesia dalam melakukan upaya peningkatan produktivitas disektor pertanian di Indonesia bagian timur khususnya pada Pulau Lombok, dengan melakukan revitalisasi embung-embung secara bertahap.Hal ini dilakukan untuk menjamin kontinuitasbagi tersedianya sumber daya air yang mencukupi, sebagai salah satu kebutuhan pokok pendukung keberhasilan di sektor pertanian.

Karena skala kegiatan ini tidak terlalu besar, maka sejalan dengan hal tersebut, pembangunan embung ini perlu untuk dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup – Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).

(2)

I-2

Ketentuan ini juga sejalan dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dan diperjelas lagi dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.Berdasarkan uraian tersebut maka pihak Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I perlu melakukan Penyusunan UKL/UPL 10 Buah Embung di Pulau Lombok.

Lokasi kegiatan pembangunan/ perbaikan 10 buah embung di Pulau Lombok antara lain 5 buah embung di Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari Embung Bisok Bokah, Embung Gamang, Embung Rembuah, Embung Brami. Sedangkan di Kabupaten Lombok Timur terdiri dari 5 buah embung, antara lain; Embung Lendang Belo, Embung Batu Cangku, Embung Batu Payung, Embung Seliat dan Embung Damrug. Lokasi pelaksanaan pekerjaan ditunjukkan pada Gambar I-1.

(3)

I-3

I.2

METODOLOGI

I.2.1 Kewajiban Ketersediaan Dokumen UKL/UPL

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012, terdapat beberapa kegiatan yang memerlukan AMDAL di Bidang Pekerjaan Umum, antara lain:

1. Pembangunan bendungan/waduk atau jenis tampungan air lainnya dengan tinggi ≥ 15 m, daya tampung ≥ 500,000 m3, dan luas genangan ≥ 200 Ha.

2. Pembangunan daerah irigasi dengan luas ≥ 3000 Ha. 3. Peningkatan/rehabilitas dengan luas tambahan ≥ 1000 Ha. 4. Percetakan sawah dengan luas ≥ 500 Ha.

5. Pengembangan/reklamasi rawa untuk kepentingan irigasi dengan luas ≥ 1000 Ha. 6. Pembangunan pengaman pantai dan perbaikan muara sungai dengan jarak dihitung

tegak lurus pantai sebesar ≥ 500 m.

7. Normalisasi sungai (termasuk sodetan) dan pembuatan kanal banjir dengan panjang ≥ 10 km dan volume pengerukan ≥ 500,000 m3.

8. Pembangunan dan/atau peningkatan jalan tol yang membutuhkan pengadaan lahan diluar rumija (ruang milik jalan).

9. Pembangunan subway/underpass, terowongan/ tunnel, jalan layang/flyover, dengan panjang ≥ 2 Km.

10. Pembangunan jembatan, dengan panjang ≥ 500 m.

11. Pembangunan TPA sampah domestik pembuangan dengan sistem controlled landfill/sanitary landfill termasuk instalasi penunjangnya.

12. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk fasilitas penunjangnya.

13. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) limbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya.

14. Pembangunan sistem perpipaan air limbah.

15. Pembangunan saluran drainase (primer dan/atau sekunder) di permukiman. 16. Jaringan air bersih di kota besar/metropolitan.

Skala pembangunan kegiatan ini tidak termasuk salah satu dari kegiatan di atas, sehingga lebih memerlukan dokumen UKL/UPL daripada dokumen AMDAL.Didalam penyusunan dokumen UKL/UPL memerlukan beberapa aspek penyusunnya, antara lain :

1. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan dapat pula didasarkan pada dampak usaha atau kegiatan tersebut terhadap salah satu aspek lingkungan saja, atau

(4)

I-4 dapat juga terhadap kesatuan dan tata kaitannya dengan aspek-aspek lingkungan lainnya dalam batas wilayah studi yang telah ditentukan.

2. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan atas dasar kemungkinan timbulnya dampak positif atau dampak negatif tak boleh dipandang sebagai faktor yang masing-masing bisa berdiri sendiri, melainkan harus diperhitungkan bobotnya guna dipertimbangkan hubungan timbal baliknya untuk mengambil keputusan.

3. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan berkaitan secara relatifdengan besar kecilnya rencana usaha atau kegiatan, hasil guna dan daya gunanya, bila rencana usaha atau kegiatan tersebut dilaksanakan.

Pedoman mengenai ukuran dampak penting yang menjadi dasar dalam penyusunan dokumen UKL/UPL adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Manusia yang Akan Terkena Dampak

Setiap rencana usaha atau kegiatan mempunyai sasaran sepanjang menyangkut jumlah manusia yang diperkirakan akan menikmati manfaat dari rencana usaha atau kegiatan itu bila nanti usaha atau kegiatan tersebut dilaksanakan. Namun demikian, dampak lingkungan, baik yang bersifat negatif maupun positif yang mungkin ditimbulkan oleh suatu usaha atau kegiatan, dapat dialami oleh baik sejumlah manusia yang termasuk maupun yang tak termasuk dalam sasaran rencana usaha atau kegiatan.

Mengingat pentingnya manusia yang akan terkena dampak mencakup ,spek yang luas, maka kriteria dampak penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang di kalangan masyarakat luas berada dalam posisi atau mempunyai nilai yang penting. Karena itu, dampak lingkungan atau suatu rencana usaha atau kegiatan, yang penentuannya didasarkan pada perubahan sendi-sendi kehidupan pada masyarakat tersebut dan jumlah manusia yang terkena dampak menjadi penting bila manusia di wilayah studi ANDAL yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah studi.

Adapun yang dimaksud dengan manfaat dari usaha atau kegiatan adalah manusia yang secara langsung menikmati produk suatu rencana usaha atau kegiatan dan atau yang diserap secara langsung sebagai tenaga kerja pada rencana usaha atau kegiatan.

(5)

I-5 2. Luas Wilayah Persebaran Dampak

Luas wilayah persebaran dampak merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan pentingnya dampak terhadap lingkungan. Dengan demikian dampak lingkungan suatu rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila: rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dan segi intensitas idampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak.

3. Lamanya Dampak Berlangsung

Dampak lingkungan atau suatu rencana usaha atau kegiatan dapat berlangsung pada suatu tahap tertentu atau pada berbagai tahap dari kelangsungan usaha atau kegiatan. Dengan kata lain dampak suatu usaha atau kegiatan ada yang berlangsung relatif singkat, yakni hanya pada tahap tertentu dari siklus usaha atau kegiatan (perencanaan, konstruksi, pasca konstruksi). Namun ada pula yang berlangsung relatif lama, sejak tahap konstruksi hingga masa pasca operasi usaha atau kegiatan.Berdasarkan pengertian ini dampak lingkungan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan.

4. Intensitas Dampak

Intensitas dampak mengandung pengertian perubahan lingkungan yang timbul bersifat hebat, atau drastis, serta berlangsung di areal yang relatif luas, dalam kurun waktu yang relatif singkat. Dengan demikian dampak lingkungan tergolong penting bila:

a.

Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan perundang-undang yang berlaku.

b.

Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah.

c.

Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan atau endemik, dan atau dilindungi menurut peraturan perundang - undangan yang berlaku terancam punah atau habitat alaminya mengalami kerusakan.

d.

Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan sebagainya) yang telah ditetapkan rnenurut peraturan perundang-undangan.

(6)

I-6

e.

Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-benda dan

bangunan peninggalan sejarah yang bemilai tinggi.

f.

Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat, pemerintah daerah, atau pemerintah pusat dan atau menimbulkan konflik atau kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah pusat.

g.

Rencana usaha atau kegiatan mengubah atau memodifikasi area yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi.

5. Banyaknya Komponen Lingkungan Lain yang Terkena Dampak

Mengingat komponen lingkungan hidup pada dasamya tidak ada yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain satu sama lain saling terkait dan pengaruh mempengaruhi maka dampak pada suatu komponen lingkungan umumnya berdampak lanjut pada komponen lingkungan lainnya. Atas dasar pengertian ini dampak tergolong penting bila rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya Iebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.

6. Sifat Kumulatif Dampak

Kumulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk, atau bertimbun.Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila.pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau dianggap tidak penting, tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama kelamaan dampaknya bersifat kumulatif. Dengan demikian dampak suatu usaha atau kegiatan tergolong penting bila:

a.

Dampak Iingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.

b.

Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.

c.

Dampak lingkungan dan berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling memperkuat (sinergetik).

(7)

I-7 7. Berbalik atau Tidak Berbaliknya Dampak

Dampak kegiatan terhadap lingkungan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun ada pula yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia sekalipun. Dalam hal ini maka dampak bersifat penting bila perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.

I.2.2 Rencana Usaha Atau Kegiatan dan Komponen Lingkungan

BerdasarkanPeraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012, secara garis besar sistematika Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan meliputi:

1. Identitas Pemrakarsa

2. Rencana Usaha atau Kegiatan

3. Dampak Lingkungan yang ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

4. Jumlah dan Jenis Izin IZIN PPLH yang dibutuhkan 5. Surat Pernyataan

6. Daftar Pustaka 7. Lampiran

Pada bagian ini hanya akan diuraikan tentang Rencana Usaha atau Kegiatan dan Komponen Lingkungan. Dampak-dampak yang akan terjadi dan upaya Pengelolaan Lingkungan serta upaya Pemantauan Lingkungan akan diuraikan menurut komponen proyek. Pada bab terakhir akan diuraikan tentang Pelaporan dan Pernyataan Pelaksanaan.

I.2.3 Metodologi dan Rancangan Kegiatan Penyusunan UKL dan UPL

Penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) 10 Buah Embung di Pulau Lombok memerlukan kajian atau studi yang mendalam terhadap berbagai komponen terkait.Mempertimbangkan hal tersebut diatas dan mempertimbangkan juga tentang tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan sesuai dengan pedoman penyusunan yang telah ditetapkan serta kepentingan dokumen UKL-UPL. Maka diperlukan suatu metodologi yang memuat proses penyusunan UKL-UPL dan metode-metode yang akan digunakan dalam studi ini dengan diskripsi yang lengkap dan berurutan sehingga bisa dijadikan sebagai acuan dalam penentuan rincian kegiatan studi UKL-UPL. Proses punyusunan tersebut harus dijelaskan dengan lengkap dan berurutan sehingga dapat menjadi

(8)

I-8 acuan dalam studi penyusunan dokumen UKL-UPL 10 Buah Embung di Pulau Lombok dengan rincian metode sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data pada Pekerjaan Penyusunan UKL/UPL 10 Buah Embung Di Pulau Lombok, meliputi komponen data primer dan data sekunder yang berhubungan dengan data rencana kegiatan penggunaan lahan, serta data komponen lingkungan di wilayah studi. Kualitas data komponen lingkungan akan memberikan input yang sangat bermanfaat dalam pendekatan prakiraan dan evaluasi dampak dari suatu rencana kegiatan.

Pengumpulan dan analisis data yang berupa parameter-parameter dari berbagai komponen lingkungan hidup dilakukan untuk:

a. Menelaah, mengamati, dan mengukur rona lingkungan awal yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek.

b. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya.

c. Memprakirakan kualitas lingkungan akibat kegiatan proyek, berdasarkan perhitungan pada data (parameter) rona lingkungan awal

Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi yang berada di dalam wilayah studi.Dengan penentuan lokasi ini kondisi lingkungan atau rona awal lingkungan hidup pada lokasi-lokasi yang berpotensi menerima dampak, dapat diamati atau diukur sehingga dapat diprakirakan besaran dampak di wilayah studi.Data yang berkualitas sangat ditentukan oleh metode dan analisisnya. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

A. Pengukuran Kualitas Udara Ambien

Udara ambien merupakan udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yuridiksi RI, yang di butuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

Zat atau senyawa yang dapat mencemari udara digolongkan dalam dua golongan, yaitu gas dan partikel. Dari banyak jenis gas yang berbahaya dan dianggap mencemari ialah gas-gas yang mengandung SOX, NOX, CO, oksidan dan

(9)

I-9 hidrokarbon. Gas-gas tersebut dalam jumlah yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan unsur lingkungan hidup lainnya.

Teknis analisa parameter kualitas udara dapat dilihat pada Gambar I-2 sebagai berikut.

Gambar I- 2.Teknik analisa parameter kualitas udara menggunakan Gas Monitor Portable IMR buatan USA

Sedangkan partikel merupakan zat dispersi, baik padat maupun cair yang ukurannya lebih dari satu molekul dengan garis tengah kurang dari 500 A. Adapun beberapa metode yang digunakan dalam pengukuran kualitas udara ambien adalah sebagai berikut:

1. Lokasi pengambilan sampel dilakukan secara representatif agar dapat mewakili wilayah studi, dengan cara pengukuran dilakukan pada tempat terbuka sehingga aliran udara tidak terhambat.

2. Asumsi bahwa perubahan arah angin dapat mempengaruhi tingkat pemaparan SOX, NOX, CO2, H2S disamping unsur lain yang berhubungan dengan kualitas udara.

3. Jika menggunakan mesin genset yang bernahan bakar minyak, harus ditempatkan sejauh 25 m dari lokasi pengambilan sampel untuk menghindari gas buangan mesin tersebut.

4. Pengambilan contoh udara dilakukan bersamaan dengan pengamatan arah dan kecepatan angin.

Teknik analisa parameter kualitas udara dilakukan dengan :

1) Menggunakan sampler udara kemudian hasil koleksi udara di analisa dengan menggunakan spektrophotometrik.

2) Khusus CO dianalisa dengan NDIR atau CO meter

(10)

I-10 Tabel I-1.Baku Mutu Udara Ambient

No Parameter Satuan Standar Kualitas

1. 2. 3. 4. 5. Dust/debu CO NOx SO2 Pb µg/nm3 µg/nm3 µg/nm3 µg/nm3 µg/nm3 230 30.000 400 900 ( - )

Hasil dari pengukuran kualitas udara ambien akan dibandingkan dengan standar kualitas lingkungan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Kontrol Kualitas Udara. Standar Kualitas dari masing- masing parameter dalam penentuan baku mutu udara ambient yang ditetapkan pemerintah dapat terlihat dalam Tabel I-1.

B. Pengukuran Kualitas Air Badan Air (ABA)/Air Permukaan

Badan air adalah kumpulan air yang besarnya antara lain bergantung pada relief permukaan bumi, curah hujan, suhu. Sebagai contoh sungai, rawa, danau, laut, dan samudera.Metode pengambilan sampling dan hasil analisa laboratorium dijelaskan sebagai berikut.

Pengambilan sampel kualitas air badan air (ABA)/air permukaan pada pekerjaan ini diambil di permukaannya (15-30 cm).Kualitas air permukaan dibandingkan dengan Per PPRI. No.82/2001, kategori IV tentang pengelolaan kualitas air dan standar bakumutu air. Sedangkan data dari kualitas air tanah dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MenKes/Per.IX/1990 tentang baku mutu persyaratan air bersih.Pengambilan sampel kualitas air dapat dilihat pada Gambar I-3 sebagai berikut.

(11)

I-11 Metode pengukuran kualitas air dilaksanakan secara insitu (langsung dilapangan) dan pengambilan sampel untuk dianalisis dilaboratorium. Parameter yang diukur dilapangan (insitu) adalah suhu, oksigen terlarut/ Dissolved Oxygen(DO), Derajat Keasaman/pH, Daya Hantar Listrik (DHL) dan Zat Padat Terlarut (TDS), Peralatan yang dipakai untuk pengukuran kualitas air secara langsung ditunjukkan pada Tabel I-2 sebagai berikut.

Tabel I-2. Peralatan Kualitas Air

No Peralatan Model/Tipe Merck Buatan Unit

1 2 3 4 Termometer pH Meter DO Meter Conductivity Meter 20 – 8440 - 03 230 A+ Orion 862A Sension 5 Isuzu Thermo Thermo Hach Jepang USA USA USA 2 1 1 1

Analisis laboratorium dilaksanakan untuk pengukuran parameter–parameter kualitas air yang tidak dapat dilakukan secara langsung (insitu). Pengambilan sampel air pada setiap lokasi pengamatan dilaksanakan analisis sebagai berikut.

1) BOD5 menggunakan 500 ml botol gelas 2) COD menggunakan 500 ml botol gelas

3) Logam berat menggunakan 250 ml botol gelas + HNO3 4) E.Coli/Coliform menggunakan 500 ml botol gelas steril 5) Minyak dan lemak menggunakan 500 ml botol gelas

Hasil analisa laboratorium atas sampel air permukaanmengenai baku mutu kualitas air badan air / air permukaan disajikan pada Tabel I-3. sebagai berikut

Tabel I-3.Baku Mutu Kualitas Air Badan Air (ABA)/Air Permukaan

No Parameter Satuan Baku Mutu Metode Analisa

FISIKA

1 Suhu/ Temperatur 0C Deviasi 3 Termometri

2 Kekeruhan/ Turbidity NTU (-) Turbidimetri

3 Residu Tersuspensi (TSS) mg/l 50 Gravimetri

4 Residu Terlarut (TDS) mg/l 1000 Gravimetri

KIMIA

1 pH - 6-9 Elektrometri

(12)

I-12

No Parameter Satuan Baku Mutu Metode Analisa

3 COD mg/l 10 Titrimetri

4 Oksigen Terlarut (DO) mg/l 6 Elektrometri

5 Total Fosfat sebagai P mg/l 0,2 Spektrophotometri

6 Amoniak (NH3-N) mg/l 0,5 Fotometri

7 Minyak/Lemak µg/l 1 Spektrophotometri

8 Nitrit (NO2-N) mg/l 0,06 Spektrophotometri

9 Sulfat (SO4) mg/l 400 Spektrophotometri

10 Khlorin bebas (CL2) mg/l 0,03 Fotometri

11 Daya Hantar Listrik (DHL) µs/cm (-) Elektrometri

12 Sianida (CN) mg/l 0,02 Fotometri

13 Flourida (F) mg/l 0,5 Fotometri

14 Mangan (Mn) mg/l 0,1 SSA

15 Besi (Fe) mg/l 0,3 SSA

16 Chromium IV (Cr) mg/l 0,05 SSA

17 Seng (Zn) mg/l 0,05 SSA

18 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 SSA

19 Timbal (Pb) mg/l 0,03 SSA

BAKTERIOLOGI

1 E.Coli mg/100ml 100 Tabung Ganda

2 Coliform mg/100ml 100 Tabung Ganda

C. Pengukuran Tingkat Kebisingan

Metodologi pengukuran tingkat kebisingan dapat dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep – 48/MenLH/11/1996, berhubungan dengan Metode pengukuran, perhitungan dan tingkat kebisingan lingkungan.Metodologi yang dipilih adalah metode secara langsung, yaitu menggunakan Sound Level Meter dengan Durasi 5 detik selama 10 menit. Metode perhitungan menggunakan formula:

Ls = 10 log 1/16 [ T1. 10 0,1L1 + ………….+ T4. 100,1L4 ] dB (A) Lm = 10 log 1/8 [ T5. 10 0,1L5 + ………….+ T7. 100,1L7 ] dB (A)

Untuk menunjukkan apakah tingkat kebisingan memenuhi atau melebihi baku mutu standar, nilai Lsm harus dihitung dari pengukuran lapangan yaitu :

Lsm = 10 log 1/24 [ 16. 10 0,1Ls +8.10 0,1(Lm+5) ] dB (A)

Nilai Lsm yang didapat harus dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan dengan +3 dB (A) sebagai toleransi.Pengambilan sampeltingkat kebisingan ditunjukkan pada Gambar I-4 dibawah ini.

(13)

I-13

Gambar I-4 Pengambilan Sampel Tingkat Kebisingan

Peralatan yang digunakan dalam pengukuran sampel tingkat kebisingan ditunjukkan pada Tabel I-4 dibawah ini.

Tabel I-4.Peralatan Pengukuran Tingkat Kebisingan

No Peralatan Model/ Tipe Buatan Unit

1. Sound Level Meter REED C-322 USA 1

D. Monitoring Fauna

Pengamatan terhadap fauna dilakukan terhadap semua fauna yang dilakukan secara sensus visual dengan mencatat semua spesies yang teramati dan dihitung jumlahnya tanpa melakukan penangkapan atau gangguan.

Dalam upaya pemantauan fauna, fauna dari jenis ikan endemik yang berada di sekitar embungakan diamati berdasarkan wawancaradengan penduduk setempat, sedangkan dari jenis aves (burung)pengamatannya dilakukan pada pagi hari yaitu dari jam 06.30 – 8.30 WIB. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis terhadap beberapa parameter biologis penting. Pengamatan fauna yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar I-5.

(14)

I-14 Parameter struktur komunitas yang dilihat adalah indeks diversitas (H’), indeks kesamarataan (E) dan indeks dominansi (C) dengan rumus sebagai berikut:

Rumus : i s i i p p H' ln 1

  Keterangan : H’ = indeks keragaman S = jumlah jenis

pi = perbandingan jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah total individu (ni/N) Rumus :

H

maks

H

E

'

'

Keterangan : E = indeks kesamarataan

Hmaks = indeks keragaman maksimum (= ln S)

Rumus : 2 1 ) (

  s i i p C Keterangan : C = indeks dominansi E. Monitoring Flora

Pengamatan flora terdiri dari semua vegetasi, komposisi, kepadatan, keanekaragaman dan dominasi. Pengamatan lapangan dilaksanakan di hutan sekitar.Parameter penting yang didapat dari pengukuran dengan menggunakan metode persegi empat ini adalah; Intensitas Relatif (Ri), Dominasi Relatif (Rd), dan Frekuensi Relatif (Rf). Indek nilai penting (IVI) diketahui dengan formula sebagai berikut.

(15)

I-15 Hasil pengamatan flora ditunjukkan pada Gambar I-6 sebagai berikut

Gambar I-6 Pengamatan Flora F. Survey Meteorologi

Data iklim dikumpulkan dari stasiun klimatologi terdekat yang representatif. Data iklim yang dikumpulkan meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin. Untuk mempermudah dan mempersingkat waktu pelaksanaan pekerjaan pengumpulan data sekunder yang mencakup curah hujan, suhu udara,

(16)

I-16 radiasi matahari, kelembaban udara, kecepatan dan arah angin data-data tersebut di atas dapat diperoleh Stasiun Meteorologi di skitar area studi.

Selain data sekunder, akan dilakukan pengamatan langsung terhadap kondisi iklim mikro yang meliputi suhu udara dan kelembaban udara, arah dan kecepatan angin di areal studi.

Gambar.I-7 Pengamatan Meteorologi ATE

Pelaksanaan survey meteorologi di lokasi studi harus mempertimbangkan tata guna lahan eksisting serta lokasi-lokasi yang diduga akan mengalami perubahan yang signifikan akibat rencana kegiatan. Hasil kajian dan analisa dilakukan dengan penyajian dalam bentuk grafik yang ditunjukkan pada Gambar I- 7 dan Gambar I-8 sebagai berikut.

(17)

I-17 G. Survey Sosial, Ekonomi dan Budaya

Survey sosial, ekonomi dan budaya merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualtitatif.Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Sedangkan pendekatan kualitatif dilakukandengan menggunakan teknik wawancara mendalam.

Dalam menentukan jumlah responden, salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:

Rumus :

Keterangan :

n = Jumlah sampel N = jumlah populasi

e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan.Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase.Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi.Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan 5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%.Penelitian dengan batas kesalahan 2% memiliki tingkat akurasi 98%. Dengan jumlah populasi yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan.

Namun jika terkendala oleh keterbatasan waktu, biaya dan luasan area, maka dengan pertimbangan efektifitas tanpa mengurangi kualitas hasil survey, dapat digunakan metode prosentase responden sebagai berikut:

Rumus :

Keterangan :

n = Jumlah responden

(18)

I-18 N = Total jumlah populasi

E = Jumlah sampel yang di inginkan

Data dari kuesioner ini diolah menjadi menggunakan statistik deskripstif sehingga dapat memberikan deskripsi aspek-aspek kehidupan masyarakat yang diungkap melalui kuisioner.Pemahaman sosial lebih mendalam didapatkan dengan teknik observasi wawancara mendalam kepada informan-informan kunci di lapangan yang mampu menjadi sumber informasi yang relevan dengan tujuan kegiatan ini.

Data hasil wawancara kemudian diubah menjadi transkripsi unit-unit analisis pokok yang kemudian menjadi basis analisis kritis bagi interpretasi data. Analisis data kemudian diolah sedemikian rupa sehingga mampu memberi gambaran tentang:

1) Karakteristik masyarakat di area studi

2) Persepsi masyarakat atas rencana pembangunan dan perbaikan embung

3) Pemetaan masalah dan isu strategis berdasarkan wilayah dan dinamika sosial yang melatarbelakanginya.

4) Kondisi sosial ekonomi dan adat istiadat masyarakat setempat

Penelitian di lapangan terkait kegiatan survey sosial dan ekonomi ditunjukkan pada Gambar I-9 dibawah ini.

(19)

I-19 Apek pengukuran, lokasi sampel, jenis dan kebutuhan data serta alat yang digunakan dalam metode pengumpulan data primer dan data sekunder ditunjukkan pada Tabel I-5 dan Tabel I-6 sebagai berikut.

Tabel I- 5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Primer

NO ASPEK PENGUKURAN LOKASI SAMPEL ALAT

1 Kualitas Udara

Lokasi terpilih mewakili: 1. Kawasanpemukiman 2. Lokasi rencana kegiatan 3. Rencana jalan akses proyek

Dust sampler

2 Tingkat Kebisingan

Lokasi terpilih mewakili: 1. Kawasanpemukiman 2. Lokasi rencana kegiatan 3. Rencana jalan akses proyek

Sound Level Meter

3 Kualitas air permukaan

Lokasi terpilih mewakili: Perairan embung sekitar area rencana kegiatan : pengambilan sample sebanyak 3 titik

Water

QualityMeasurement

4 Vegetasi

Lokasi terpilih mewakili: 1. Kawasan embung, 2. Lokasi rencana kegiatan 3. Pemukiman penduduk

Visual & wawancara

5 Satwa liar

Lokasi terpilih mewakili: 1. Kawasan embung, 2. Lokasi rencana kegiatan 3. Pemukiman penduduk

Visual & wawancara

6 Kondisi sarana dan prasarana

Wilayah administrasi Desa

yang menjadi lokasi kegiatan Visual & wawancara

7

Tempat/area yang disucikan , bangunan cagar budaya, dan Kawasan Lindung

Wilayah administrasi Desa yang menjadi lokasi kegiatan

(20)

I-20 Tabel I-6.Jenis dan Metode Pengumpulan Data Sekunder

NO JENIS DATA KEBUTUHAN DATA SUMBER DATA

1 Kebijakan Pembangunan

RTRW Kabupaten Bappeda

Status Lingkungan Hidup BLH Baku Mutu Lingkungan Prop/Kab

BLH

2 Meterologi ATE

Curah Hujan BMKG Lombok

Suhu Udara BMKG Lombok

Kelembapan BMKG Lombok

Radiasai Matahari BMKG Lombok 3 Kependudukan

Jumlah & Sebaran BPS dan Profil Desa Penduduk, Komposisi:

Umur, Jenis Kelamin, Agama, Pendidikan

BPS dan Profil Desa

Mata Pencaharian BPS dan Profile Desa Jenis Penyakit yang ada BPS dan Puskesmas 4 Ekonomi

Pengangguran BPS dan Profil Desa Pelayanan Umum (LH,

Kemiskinan, Kejahatan, Kesehatan, Pendidikan)

BPSdan Profil Desa

5 Sarana dan Pra sarana

Jaringan Jalan Bina Marga

Persampahan DKP

Drainase Dinas PU

Air Bersih Dinas PU

Fasilitas Pendidikan BPS Fasilitas Kesehatan BPS Fasilitas Peribadatan BPS Fasilitas Sosial/Umum lainnya BPS 6 Data Teknis

Gambar Desain BWS-Nusa Tenggara I Bangunan Embung

Batas Lokasi Proyek BWS-Nusa Tenggara I Lama Berlangsungnya Proyek BWS-Nusa Tenggara I Surat Permohonan Masyarakat BWS-Nusa Tenggara I

(21)

I-21

NO JENIS DATA KEBUTUHAN DATA SUMBER DATA

untuk Pembangunan Embug Surat Pernyataan Kesediaan Masyarakat

BWS-Nusa Tenggara I

Surat Ketersediaan Masyarakat untuk Pembangunan Embung

BWS-Nusa Tenggara I

Surat Ijin Penggunaan Kawasan Hutan

BWS-Nusa Tenggara I

Data sekunder sebagai pelengkap untuk studi ini bersumber dari : 1) Sketsa daerah proyek

2) Peta Topografi / Rupa Bumi skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal, 1998)

a. Dalam batas-batas wewenangnya, Pemberi Pekerjaan akan membantu konsultan guna memperoleh data-data yang mutlak diperlukan seperti catatan curah hujan dan banjir, data meteorologi, peta-peta lain yang ada, hasil penyelidikan lainnya dan biaya untuk mendapatkan data tersebut ditanggung oleh konsultan.

b. Konsultan bertanggung jawab atas mutu data yang dipakai untuk membuat Perencanaan. Konsultan wajib memeriksa kembali, bila ternyata data tidak teliti, tidak realistik atau kurang memadai/kurang lengkap, maka konsultan harus memberitahukan hal ini kepada Pemberi Pekerjaan. Selanjutnya pihak Pemberi Pekerjaan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar pekerjaan dapat diteruskan.

1. Metode Prakiraan Dampak

Adapun metode-metode yang digunakan untuk prakiraan dampak adalah sebagai berikut:

A.

Metode Pendekatan Model Matematis

Metode pendekatan model matematis dilakukan melalui penggunaan rumus yang sesuai dengan kegiatan proyek serta keadaan alam di sekitar proyek yang akan diperkirakan seberapa jauh dampak yang terjadi antara lain tingkat kebisingan, kualitas udara dan kualitas air badan air (ABA).

(22)

I-22

B.

Metode Pendekatan Berdasarkan Analogi

Metode pendekatan berdasarkan analogi dalam memprakirakan dampak dengan metode ini adalah dengan mengkaji masalah lingkungan yang timbul di suatu lokasi yang mempunyai perilaku ekosistem yang sama dengan lokasi proyek yang akan diprakirakan dampaknya. Lokasi tersebut dipakai sebagai suatu pembanding dari suatu lokasi proyek yang akan dipakai sebagai studi sehingga dengan demikian akan didapatkan prakiraan masalah lingkungan yang akan timbul dari kegiatan proyek ini. Komponen lingkungan yang prakiraan dampaknya berdasarkan analogi adalah: kecelakaan kerja, kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, terganggunya pasokan air terhadap lahan pertanian, dan gangguan kamtibmas, dan lain-lain.

C.

Metode Pendekatan Berdasarkan Empiris

Metode pendekatan berdasarkan empiris dilakukan melalui metode yang berdasarkan hukum-hukum yang berlaku di lingkungan yang menggambarkan sebab akibat misalnya timbulnya kesempatan kerja atau kesempatan berusaha, adanya peningkatan pendapatan dan sebagainya.

D.

Metode Pendekatan dengan Penggunaan Baku Mutu Lingkungan

Metode pendekatan dengan penggunaan baku mutu lingkungan dalam prakiraan dampak dengan metode ini dengan menggunakan pendekatan pada standar atau kriteria baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku, baik yang berskala nasional, sektoral maupun regional. Standar baku mutu ataupun kriteria ini umumnya dipergunakan sebagai pembanding terhadap nilai parameter komponen lingkungan yang telah maupun yang akan diperkirakan berubah terhadap nilai ambang batas yang diperbolehkan atau diijinkan. Komponen lingkungan yang menggunakan baku mutu lingkungan adalah kualitas air dan kualitas udara.

E.

Metode Penilaian Para Ahli (Professional Judgement)

Dampak lingkungan yang akan timbul dari pembangunan/perbaikan 10 Buah Embung Di Pulau Lombok diprakirakan oleh para anggota tim ahli sesuai dengan keahlian dari masing-masing anggota tim.

Dengan pengalaman dalam disiplin ilmu pakar, yang bersangkutan mempunyai intuisi yang kuat terhadap sesuatu hal dalam bidang atau komponen yang ditekuni.Dari alasan ini maka dugaan komponen lingkungan dapat didekati dengan pakar ahli di bidangnya.Komponen

(23)

I-23 lingkungan yang digunakan biasanya bukan komponen yang detail, tetapi merupakan bidang yang luas.

Komponen lingkungan yang diprakirakan dampaknya berdasarkan pendugaan (judgement) adalah kualitas udara dan kebisingan, air badan air, flora, fauna, keresahan masyarakat, konflik sosial/ketidakpuasan serta persepsi dan sikap masyarakat.

Gambar

Gambar I-1. Lokasi Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar I- 2.Teknik analisa parameter kualitas udara menggunakan   Gas Monitor Portable IMR buatan USA
Gambar I-3. Pengambilan Sampel Kualitas Air
Tabel I-3.Baku Mutu Kualitas Air Badan Air (ABA)/Air Permukaan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Buku Studi Kelayakan Lingkungan akan memberikan pengetahuan secara umum kepada masyarakat tentang: bagaimana melakukan pengelolaan lingkungan dari pengaruh suatu

Sasaran pemantauan pada kegiatan ini adalah kondisi kualitas lingkungan lokasi rencana usaha yang terdiri dari kualitas udara dan kebisingan, kejadian kecelakaan kerja.

Komponen rencana usaha dan/atau kegiatan kawasan pariwisata Teupin Layeu-Gapang yang diyakini akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup dapat dilihat pada

Pemantauan kualitas udara, kebisingan, aksesibilitas, persepsi, keresahan dan kesehatan masyarakat dilakukan minimal sekali dalam tahap kegiatan pembangunan embung

Adapun usaha dan/atau kegiatan di luar daftar jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL dapat langsung diperintahkan melakukan

Besaran Dampak Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Lingkungan Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Matrik Dampak Lingkungan Beserta Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Usaha dan/atau Kegiatan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPLT No SUMBER DAMP AK

Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan Pembangunan Daerah Irigasi Tambak Desa Selangkau No Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran