• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENERAPAN BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DENGAN METODE DO IT DI CENTRAL PROCESSING AREA (CPA) JOB PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENERAPAN BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DENGAN METODE DO IT DI CENTRAL PROCESSING AREA (CPA) JOB PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN PENERAPAN BEHAVIOR BASED

SAFETY (BBS) DENGAN METODE DO IT DI

CENTRAL PROCESSING AREA (CPA) JOB

PERTAMINA-PETROCHINA

EAST JAVA

Fenita Indriani R.0009044

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2012

(2)

commit to user

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

GAMBARAN PENERAPAN BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DENGAN METODE DO IT DI CENTRAL PROCESSING AREA (CPA) JOB

PERTAMINA- PETROCHINA EAST JAVA

Fenita Indriani*, Tarwaka, PGDip.Sc,M.Erg.* , Drs. Hardjono, M.Si.**

Tujuan : Penyebab langsung (direct cause) kecelakaan berasal dari tindakan tidak aman (unsafe act) yang menyumbang sekitar 80 % dan kondisi tidak aman (unsafe

condition) menyumbang sekitar 18%. Maka dari itu kunci untuk menghilangkan

kecelakaan adalah dengan menerapkan perilaku keselamatan(behavior based safety) sebagai pencegahan proaktif terhadap potensi bahaya di tempat kerja. Bila setiap individu sudah menerapkan behavior based safety, maka diharapkan dapat tercipta

safety culture di tempat kerja sehingga risiko kecelakaan dapat menurun.Tujuan

penelitian ini adalah mengetahui gambaran penerapan behavior based safety di

JOB Pertamina-Petrochina East Java, khususnya di Central Processing Area,

serta kesesuaian upaya penerapan behavior based safety dengan standar perusahaan dan peraturan perundang-undangan.

Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif

yaitu menggambarkan tentang penerapan behavior based safety dengan metode

DO IT di perusahaan dan membandingkannya dengan standar perusahaan serta

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hasil : JOB Pertamina – Petrochina East Java telah mendefinisikan target

program Behavior Based Safety yaitu pelaksanaan tool box meeting , perilaku penggunaan APD, pelaksanaan training K3, perilaku kepatuhan terhadap prosedur kerja, dan keikutsertaan pekerja dalam agenda K3. JOB Pertamina-Petrochina juga telah memberikan intervensi berdasarkan hasil observasi terhadap target-target yang telah didefinisikan, kemudian dilakukan semacam test atau pengukuran untuk evaluasi. Data yang diperoleh kemudian dibahas sesuai dengan standar perusahaan dan peraturan perundangan yang berlaku.

Simpulan : JOB Pertamina – Petrochina East Java telah mendefinisikan target

program Behavior Based Safety dan memberikan intervensi berdasarkan hasil observasi. Saran yang diberikan adalah meningkatkan upaya intervensi terhadap target secara berkelanjutan dan melakukan evaluasi guna mengetahui efektifitas.

Kata kunci : Behavior Based Safety, Metode DO IT

* Prodi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

DESCRIPTION OF APPLICATION BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) WITH DO IT METHOD IN CENTRAL PROCESSING AREA (CPA) JOB

PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA

Fenita Indriani *, Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg. *, Drs. Hardjono, M.Si. **

Objectives: The direct cause of accidents from unsafe acts , which contributes

about 80% and about 18% from unsafe conditions. So, the key to eliminate accidents is to apply the behavior based safety as a proactive prevention of potential hazards in workplace. If each individual applies behavior based safety, expected safety culture will be implied at work, so the risk of accidents can be decreased. The purpose of this research was to determine the application of behavior based safety in JOB Pertamina-Petrochina East Java, especially in Central Processing Area, as well as the suitability of the application of behavior based safety efforts with corporate standards and regulations.

Methods: This research used descriptive methods which described the application

of behavior-based safety by DO IT method in the company and to compare them with corporate standards and regulations.

Results: JOB Pertamina - Petrochina East Java had defined its target of Behavior

Based Safety program : implementation of the tool box meeting, the behavior to use of PPE, occupational safety and health training, behavioral adherence to work procedures, and participation of workers in occupational safety and health events. JOB Pertamina-Petrochina had also provided interventions based on the observation of targets that had been defined. Then took a sort of test or measurement evaluation. The data discussed and compared with company standards and regulations.

Conclusion: JOB Pertamina - Petrochina East Java had defined its target of

Behavior Based Safety program and provided interventions based on observations. The author advised to step up efforts in interventions to target and conduct an evaluation to determine effectiveness.

Keywords: Behavior Based Safety, DO IT Method

*) Diploma III of Industrial Higiene Occupational Health and Safety, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

**) Study Program of Psychology, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

(6)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan penyusunan tugas akhir dengan judul “Gambaran Penerapan Behaviour Based Safety (BBS) dengan metode DO IT di Central

Processing Area (CPA) JOB Pertamina- Petrochina East Java”.

Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes & Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mendapatkan bimbingan saran dan batuan dari berbagai pihak, sehubungan dengan hal itu dari pribadi penulis menyampaikan terima kasih yang kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan , dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM.,M.Kes. selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Bapak Tarwaka, PGDip.Sc.,M.Erg. selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

4. Bapak Drs. Hardjono, M.Si. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

5. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Andari sebagai Training Coordinator yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk melakukan kegiatan tugas akhir di JOB Pertamina-Petrochina East

Java.

7. Bapak Meddy sebagai HSE Supervisor yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk melakukan kegiatan tugas akhir di HSE Departement.

8. Bu Yulia selaku pembimbing lapangan, yang telah memberi bimbingan dan arahan yang luar biasa kepada penulis, sehingga penulis banyak mendapat masukan.

9. Pak Roni, Pak Rahmat, Pak Ayok, Pak Faeson, Pak Hendra, Bu Lita, Mbak Nanda, Pak Kastono, Mas Budi, Mas Samsul, Pak Ahmad, Mas Teo yang sudah banyak memberikan saran dan bantuan kepada penulis selama kegiatan tugas akhir.

10. Ibu (Ibu Sumartini) dan Bapak (Bapak Slamet) serta Adiku (Niken Larasati) yang telah memberikan dukungan moral dan material serta doa restu.

11. Teman-teman Tim Asisten Praktikum Hiperkes & KK 2011 (Lukman Hanafi, Winda, Adi, Prastiwi) yang telah memberi inspirasi.

12. Teman-teman KEMA Hiperkes & KK Kabinet Berkobar (Yuda, Amin, Bina, Pipin, Junita, Agil, Mas Prapto) yang telah memberi dukungan.

13. Teman-teman seperjuangan magang JOB PPEJ 2012 (Lifa, Indra, William, Bang Leo, Bang Taufik, Kak Silaban) yang telah memberi motivasi.

14. Sahabat-sahabatku (Dyah, Luscya, Mita, Elok, Siska) dan teman-teman kost Ria yang telah memberi doa dan dukungan.

15. Teman-teman Hiperkes & KK Universitas Sebelas Maret angkatan 2009 yang telah memberi semangat dan motivasi.

16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya, yang telah memberi dukungan kepada penulis.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis. Melalui tugas akhir ini penulis berharap dapat memperluas pengetahuan terutama pengetahuan mengenai penerapan Behavior Based Safety (BBS).

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Juni 2012 Penulis,

(8)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian... 32

B. Lokasi Penelitian ... 32

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 32

D. Sumber Data ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Pelaksanaan ... 34

G. Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka pemikiran ... 31

Gambar 2. Pamlet safety campaign ... 38

Gambar 3. Safety Sign ... 41

Gambar 4. Refreshing training ... 42

Gambar 5. Instruksi kerja ... 43

Gambar 6. Acara penutupan bulan K3 ... 45

(10)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pamlet Safety Campaign

(12)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hampir seluruh perusahaan yang menerapkan sistem keselamatan menetapkan indikator keberhasilan. Indikator yang dimaksud adalah tidak terjadinya kecelakaan atau kehilangan waktu kerja karena kecelakaan. Target yang ditetapkan adalah “Zero Accident” atau “Zero Lost Time Injury”. Sudah sewajarnya perusahaan menargetkan tidak ada kecelakaan dan kehilangan waktu kerja karena kecelakaan. Namun menjadikan tingkat kecelakaan sebagai satu-satunya tolok ukur kinerja sistem keselamatan tidak akan bisa membangun sistem keselamatan yang berkelanjutan. Semua bagian atau departemen diberikan target zero accident atau lost time injury demi mendukung tercapainya target zero accident atau lost time injury, yang terjadi sebagai dampak dari metode ini adalah manipulasi data laporan kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan seringkali tidak dilaporkan untuk tetap menjaga angka “Zero”,atau memaksa karyawan yang mendapat kecelakaan untuk tetap masuk atau mengisi absensi untuk menjaga angka “Zero” yang menjadi target perusahaan. Banyak perusahaan yang mencapai target “Zero” tersebut namun jika dilihat kondisi lingkungan kerja dan pekerja tidak mencerminkan adanya sistem keselamatan yang baik (Health & Safety Protection, 2011).

Angka zero accident atau zero lost time injury adalah hasil akhir dari suatu proses pengendalian bahaya atau sumber bahaya sehingga tidak terjadi

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kecelakaan. Untuk mempertahankan “Zero Accident” secara berkelanjutan maka paradigma yang selama ini fokus pada target “Zero Accident” harus diubah menjadi paragdima baru yaitu fokus pada perilaku keselamatan pekerja yang merupakan bagian dari proses pengendalian sumber kecelakaan atau penyebab terjadinya kecelakaan. Tindakan tidak aman atau dikenal dengan

unsafe act yang merupakan bagian dari perilaku pekerja merupakan penyebab

terbesar terjadinya kecelakaan (Health & Safety Protection, 2011).

Health and Safety Protection (2011) menyebutkan usaha untuk mengurangi kecelakaan kerja dengan memperbaiki metode keselamatan dari sisi engineering atau teknis sudah sejak lama dilakukan, namun hasil yang diperoleh masih kurang memuaskan karena masih tingginya angka kecelakaan. Dari berbagai penelitian terhadap kecelakaan major oleh berbagai peneliti ditemukan bahwa peran kesalahan manusia atau human error ternyata sangat signifikan. Bahkan beberapa peneliti sampai pada kesimpulan bahwa human

error merupakan faktor paling utama penyumbang terjadinya kecelakaan yang

menghilangkan nyawa manusia, cidera pada pekerja dan kerusakan pada fasilitas perusahaan. Human error juga memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas, produksi dan profotabilitas perusahaan.

Menurut teori Henrich dalam Health and Safety Protection (2011) bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh unsafe act dan 18% oleh unsafe condition dan 2% oleh hal lainnya. Teori ini mempertegas bahwa fokus pada perilaku keselamatan pekerja dalam mengendalikan tingkat kecelakaan adalah sangat penting dalam mempertahankan “Zero Accident” secara berkelanjutan. Fokus

(14)

commit to user

pada perilaku keselamatan adalah mengukur tingkat perilaku aman dan tidak aman dari setiap proses pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja didalam perusahaan. Tolok ukur keberhasilan sistem keselamatan tidak hanya pada angka “Zero Accident” akan tetapi yang lebih penting adalah seberapa besar perilaku tidak aman dari pekerja dapat diturunkan dari waktu ke waktu hingga mencapai “Zero Unsafe Act”. Jika “Zero Unsafe Act” sudah dapat dicapai maka “Zero Accident dan Zero Lost Time Injury” yang sesungguhnya akan dapat dicapai dan dipertahankan secara berkelanjutan.

Berdasarkan acuan bahwa unsafe behavior merupakan penyumbang terbesar dalam terjadinya kecelakaan kerja maka untuk mengurangi kecelakaan kerja dan untuk meningkatkan safety performance hanya bisa dicapai dengan usaha memfokuskan pada pengurangan unsafe behavior, dan menerapkan

behavior based safety di tempat kerja, yang bila diterapkan oleh seluruh

pekerja maka akan tercipta safety culture di tempat kerja (Health & Safety Protection, 2011).

Melalui kegiatan pemantauan di Central Processing Area (CPA) Joint

Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java, penulis mencoba

untuk memberikan gambaran mengenai upaya penerapan behavior based safety melalui tugas akhir dengan judul “Gambaran Penerapan Behavior Based Safety

(BBS) dengan metode DO IT di Central Processing Area (CPA) JOB

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana JOB Pertamina-Petrochina East Java mengupayakan penerapan Behavior Based

Safety (BBS) di Central Processing Area?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan

Behavior Based Safety (BBS) dengan metode DO IT di Central Processing Area JOB Pertamina-Petrochina East Java.

1. Mengetahui tahapan penerapan Behavior Based Safety (BBS) dengan metode DO IT

2. Mengetahui target yang didefinisikan dalam upaya penerapan Behavior

Based Safety (BBS)

3. Mengetahui hasil observasi dari target yang telah ditentukan dalam penerapan Behavior Based Safety (BBS)

4. Mengetahui intervensi yang diberikan dalam upaya modifikasi perilaku pekerja.

5. Mengetahui hasil dari intervensi yang telah diberikan dalam upaya penerapan Behavior Based Safety (BBS)

(16)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Perusahaan

Masukan sebagai bahan pertimbangan evaluasi mengenai penerapan

Behavior Based Safety (BBS) di perusahaan serta sebagai motivasi untuk

lebih meningkatkan upaya terciptanya budaya safety berdasarkan kesadaran pekerja masing-masing di JOB Pertamina-Petrochina East Java.

2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar.

3. Mahasiswa

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang aplikasi nyata Behavior

Based Safety (BBS) di tempat kerja.

b. Mempraktekkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja yang telah didapat dan dipelajari di bangku kuliah.

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sumber Bahaya

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian langsung maupun tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dengan cara dideteksi sumbersumber bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut (Syukri Sahab, 1997).

Sumber-sumber bahaya bisa berasal dari : a. Manusia

Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian, atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995). Selain itu apa yang diterima atau gagal diterima melalui pendidikan, motivasi, serta penggunaan peralatan kerja berkaitan langsung dengan sikap pimpinan. b. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya jika tidak digunakan sesuai fungsinya, tidak ada latihan tentang penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan

(18)

commit to user

pengaman serta tidak ada perawatan atau pemeriksaan. Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian dari mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri Sahab, 1997)

c. Bahan

Menurut Syukri Sahab (1997) bahaya dari bahan meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat bahan, antara lain :

1) Mudah terbakar, 2) Mudah meledak, 3) Menimbulkan alergi, 4) Menyebabkan kanker, 5) Bersifat racun, 6) Radioaktif,

7) Mengakibatkan kelainan pada janin,

8) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh.

Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan menurut tergantung pada :

1) Bentuk alami bahan atau energi yang terkandung, 2) Berapa banyak terpapar bahan atau energi tersebut, 3) Berapa lama terpapar bahan atau energi tersebut. d. Proses

Dalam proses kadang menimbulkan asap, debu, panas, bising dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong atau tertimpa bahan. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tingkat

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

bahaya dari proses ini tergantung pada teknologi yang digunakan (Syukri Sahab, 1997).

e. Cara atau sikap kerja

Menurut Syukri Sahab (1997) cara kerja yang berpotensi terhadap terjadinya bahaya atau kecelakaan berupa tindakan tidak aman, misalnya :

1) Cara mengangkat yang salah, 2) Posisi yang tidak benar, 3) Tidak menggunakan APD, 4) Lingkungan kerja,

5) Menggunakan alat atau mesin yang tidak sesuai. f. Lingkungan Kerja

Menurut Bennett N. B. Silalahi dan Rumandaong B. Silalahi (1995), keadaan lingkungan yang dapat merupakan keadaan berbahaya antara lain :

1) Suhu dan kelembaban udara, 2) Kebersihan udara,

3) Penerapan dan kuat cahaya, 4) Kekuatan bunyi,

5) Cara dan proses kerja, 6) Udara, gas-gas bertekanan, 7) Keadaan lingkungan setempat,

(20)

commit to user 2. Kecelakaan Kerja

Dalam Permenaker No. Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK Pasal I Ayat 7, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja daan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui (Kemenakertrans RI, 2011).

Tarwaka (2008) mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai berikut: “Suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.”

Heinrich dalam Tarwaka (2008) mengemukakan suatu teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang selanjutnya dikenal dengan “Teori Domino”. Dari lima faktor penyebab yang secara berurutan dan berdiri sejajar antara faktor satu dengan yang lainnya. Kelima faktor tersebut adalah :

a. Domino kebiasaan, b. Domino kesalahan,

c. Domino Tindakan dan kondisi tidak aman, d. Domino kecelakaan,

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Selanjutnya, untuk mencegah terjadinya kecelakaan adalah cukup dengan membuang salah satu kartu domino atau memutuskan rangkaian mata rantai domino tersebut.

Berdasarkan teori dari Heinrich tersebut, Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) memodifikasi teori domino dengan merefleksikan ke dalam hubungan manajemen secara langsung dengan sebab akibat kerugian kecelakaan. Model penyebab kerugian melibatkan lima faktor penyebab secara berentetan. Kelima faktor dimaksud adalah :

a. Kurangnya Pengawasan

Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan kurangnya pengawasan merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengawasan dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu: planning (perencanaan),

organizing (pengorganisasian), leading (kepemimpinan), dan controling

(pengendalian).

Teori domino yang pertama akan jatuh karena kelemahan pengawas dan pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan benar serta tidak mengarahkan para pekerjannya untuk terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor :

1) Program yang tidak memadai (Inadequate program)

Hal ini disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan di tempat kerja atau karena terlalu banyak kegiatan-kegiatan

(22)

commit to user

program. Kegiatan program yang penting bervariasi dengan lingkup, sifat, dan jenis perusahaan.

2) Standar program yang tidak layak (Inadequate Standard Program) Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik perusahaan harus membuat suatu program keselamatan dan kesehatan kerja, menetapkan standar yang digunakan dan melakukan pemantauan pelaksanaan program tersebut

3) Standar yang tidak layak (Inadequate to Standard)

Faktor yang menyebabkan kurangnya standar yang diterapkan tidak cukup spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya standar yang diterapkan.

b. Penyebab Dasar (Basic Causes)

Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan penyebab dasar adalah penyebab nyata yang dibelakang atau melatarbelakangi penyebab langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari : 1) Faktor Personal (Personal Factor) yaitu meliputi :

a) Kurangnya pengetahuan, b) Kurangnya ketrampilan,

c) Kurangnya kemampuan fisik dan mental, d) Kurangnya motivasi,

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2) Faktor Pekerjaan (Job Factor) yaitu meliputi :

a) Kepemimpinan dan kepengawasan yang tidak memadai, b) Engineering kurang memadai,

c) Maintenance kurang memadai, d) Alat dan peralatan kurang memadai, e) Pembelian barang kurang memadai, f) Standar kerja kurang memadai, g) Aus dan retak akibat pemakaian, h) Penyalahgunaan wewenang. c. Penyebab Kontak (Immediate Causes)

Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. Penyebab langsung tersebut berupa :

1) Tindakan tidak aman (Unsafe Act)

Yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman sehingga dapat menimbulkan peluang akan terjadinya kecelakaan, misalnya :

a) Mengoperasikan peralatan tanpa wewenang,

b) Mengoperasikan mesin/peralatan/kendaraan dengan kecepatan tidak layak,

c) Berada dalam pengaruh obat-obatan terlarang dan alkohol, d) Gagal mengikuti prosedur kerja,

(24)

commit to user

f) Membuat alat pengaman tidak berfungsi, g) Tidak memakai alat pelindung diri,

h) Menggunakan peralatan yang sudah rusak, i) Posisi kerja yang salah,

j) Pengangkutan yang tidak layak, k) Bersendau gurau di waktu kerja, l) Kegagalan untuk memperingatkan.

Suma’mur (1993) menyebutkan dari penyelidikan -penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85 % kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. 2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)

Kondisi fisik yang membahayakan dan langsung membuka terhadap kecelakaan. Keadaan tidak aman tersebut antara lain : a) Peralatan atau material yang rusak,

b) Pelindung atau pembatas yang tidak layak, c) Alat pelindung diri yang kurang sesuai,

d) Sistem peringatan tanda bahaya yang kurang berfungsi, e) Kebersihan dan tata ruang tempat kerja tidak layak,

f) Kondisi lingkungan kerja mengandung debu, gas, asap, atau uap yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas),

g) Intensitas kebisingan yang melebihi NAB, h) Paparan radiasi,

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

i) Temperatur ruang kerja terlalu tinggi atau rendah, j) Penerangan yang kurang atau berlebihan,

k) Ventilasi yang kurang,

l) Bahaya kebakaran dan peledakan, m) Tindakan yang terbatas atau berlebihan. d. Insiden

Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan insiden terjadi karena adanya kontak energy atau bahan-bahan berbahaya. Kecelakaan tersebut dapat berupa :

1) Terbentur/menabrak suatu benda,

2) Terbentur/tertabrak benda/alat yang bergerak, 3) Jatuh ke tingkat yang lebih rendah,

4) Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung, terpeleset), 5) Terjepit diantara dua benda,

6) Terjepit kedalam alat/benda yang berputar,

7) Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun. e. Kerugian

Bird dan Germain dalam Tarwaka (2008) menyebutkan akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan kerugian pada manusia itu sendiri, harta benda atau property dan proses produksi.

3. Unsafe Behavior

Unsafe Behavior adalah tipe perilaku yang mengarah pada

(26)

commit to user

pekerjaan tanpa ijin, menyingkirkan peralatan keselamatan, pengoperasian pekerjaan pada kecepatan yang berbahaya, menggunakan peralatan tidak standart, bertindak kasar, kurang pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi yang terganggu (Miner, 1992)

a. Penyebab Unsafe Behavior

Muchinsky (1987) menyebutkan orang atau pekerja sering melakukan unsafe behavior terutama disebabkan oleh:

1) Merasa telah ahli di bidangnya dan belum pernah mengalami kecelakaan Berpendapat bahwa bila selama ini bekerja dengan cara ini (unsafe) tidak terjadi apa-apa, mengapa harus berubah. Pernyataan tersebut mungkin benar namun tentu saja hal ini merupakan potensi besar untuk terjadinya kecelakaan kerja.

2) Reinforcement yang besar dari lingkungan untuk melakukan unsafe

act Reinforcement yang didapat segera, pasti dan positif. Bird dalam

Muchinsky (1987) berpendapat bahwa para pekerja sebenarnya ingin mengikuti kebutuhan akan keselamatan (safety needs) namun adanya

need lain menimbukan konflik dalam dirinya. Hal ini membuat ia

menomorduakan safety need dibandingkan banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah keinginan untuk menghemat waktu, menghemat usaha, merasa lebih nyaman, menarik perhatian, mendapat kebebasan dan mendapat penerimaan dari lingkungan. Menurut Muchinsky (1987), needs yang menimbulkan konflik dengan safety needs, antara lain :

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

a) Safety versus saving time, b) Safety versus saving effort, c) Safety versus comfort,

d) Safety versus getting attention, e) Safety versus independence, f) Safety versus group acceptance.

3) Pengawas atau manajer yang tidak peduli dengan safety

Para manajer ini secara langsung atau tidak langsung memotivasi para pekerja untuk mengambil jalan pintas, mengabaikan bahwa perilakunya berbahaya demi kepentingan produksi. Keadaan ini menghasilkan efek negatif yaitu para pekerja belajar bahwa ternyata dengan melakukan unsafe behavior ia mendapat reward. Hal ini membuat unsafe behavior yang seharusnya dihilangkan namun justru mendapat reinforcement untuk muncul. Selain itu kurangnya kepedulian manager terhadap safety ini membuat pekerja menjadi meremehkan komitmen perusahaan terhadap safety.

b. Upaya yang Biasa Dilakukan untuk Mengurangi Unsafe Behavior

Upaya yang Biasa Dilakukan untuk Mengurangi Unsafe Behavior menurut Muchinsky (1987):

1) Menghilangkan bahaya di tempat kerja dengan merekayasa faktor bahaya atau mengenalkan kontrol fisik

Cara ini dilakukan untuk mengurangi potensi terjadinya unsafe

(28)

commit to user

kapasitas untuk berperilaku unsafe dan mengatasi kontrol yang ada. 2) Mengubah sikap pekerja agar lebih peduli dengan keselamatan

dirinya

Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa perubahan sikap akan mengubah perilaku. Berbagai upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kampanye dan safety training. Pendekatan ini tidak selalu berhasil karena ternyata perubahan sikap tidak diikuti dengan perubahan perilaku. Sikap sering merupakan apa yang seharusnya dilakukan bukan apa yang sebenarnya dilakukan.

3) Memberikan punishment terhadap unsafe behavior

Cara ini tidak selalu berhasil karena pemberian punishment terhadap perilaku unsafe harus konsisten dan segera setelah muncul, hal inilah yang sulit dilakukan karena tidak semua unsafe behavior dapat terpantau secara langsung.

4) Memberikan reward terhadap munculnya safety behavior

Cara ini sulit dilakukan karena reward minimal harus setara dengan reinforcement yang didapat dari perilaku unsafe.

4. Behavior Based Safety (BBS)

Behavior Based Safety (BBS) adalah perilaku keselamatan manusia

di area kerja dalam mengidentifikasi bahaya serta menilai potensi resiko yang timbul hingga bisa diterima dalam melakukan pekerjaan yang berinteraksi dengan aktivitas, produk dan jasa yang dilakukannya (Dewo P. Rahardjo, 2010).

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

a. Pendekatan Behavior Based Safety untuk Mengurangi Unsafe Behavior Cooper (1999) mengidentifikasi adanya tujuh kriteria yang sangat penting bagi pelaksanaan program behavioral safety, yaitu antara lain : 1) Melibatkan Partisipasi Karyawan yang Bersangkutan.

Salah satu sebab keberhasilan behavioral safety adalah karena melibatkan seluruh pekerja dalam safety management. Pada masa sebelumnya safety management bersifat top-down dengan tendensi hanya berhenti di management level saja. Hal ini berarti para pekerja yang berhubungan langsung dengan unsafe behavior tidak dilibatkan dalam proses perbaikan safety performance. Behavioral safety mengatasi hal ini dengan menerapkan sistem bottom-up, sehingga individu yang berpengalaman dibidangnya terlibat langsung dalam mengidentifikasi unsafe behavior. Dengan keterlibatan workforce secara menyeluruh dan adanya komitmen, ownership seluruh pekerja terhadap program safety maka proses improvement akan berjalan dengan baik.

2) Memusatkan Perhatian pada Perilaku Unsafe yang Spesifik

Alasan lain keberhasilan behavioral safety adalah memfokuskan pada unsafe behavior (sampai pada proporsi yang terkecil) yang menjadi penyumbang terbesar terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan. Menghilangkan unsafe behavior berarti pula menghilangkan sejarah kecelakaan kerja yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan kerja

(30)

commit to user

yang memicu terjadinya unsafe behavior para praktisi menggunakan teknik behavioral analisis terapan dan memberi reward tertentu pada individu yang mengidentifikasi unsafe behavior.

Praktisi lain juga mengidentifikasikan kekurangan sistem manajemen yang berhubungan agar cepat ditangani sehingga tidak lagi memicu terjadinya unsafe behavior. Unsafe atau safety behavior yang teridentifikasi dari proses tersebut disusun dalam check list dalam format tertentu, kemudian dimintakan persetujuan karyawan yang bersangkutan. Ketika sistem behavioral safety semakin matang individu menambahakan unsafe behavior dalam check list sehingga dapat dikontrol atau dihilangkan. Syarat utama yang harus dipenuhi yaitu, unsafe behavior tersebut harus observable, setiap orang bisa melihatnya

3) Didasarkan pada Data Hasil Observasi.

Observer memonitor safety behavior pada kelompok mereka

dalam waktu tertentu. Makin banyak observasi makin reliabel data tersebut, dan safety behavior akan meningkat.

4) Proses Pembuatan Keputusan Berdasarkan Data

Hasil observasi atas perilaku kerja dirangkum dalam data prosentase jumlah safety behavior. Berdasarkan data tersebut bisa dilihat letak hambatan yang dihadapi. Data ini menjadi umpan balik yang bisa menjadi reinforcement positif bagi karyawan yang telah

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

berperilaku safe, selain itu bisa juga menjadi dasar untuk mengoreksi

unsafe behavior yang sulit dihilangkan.

5) Melibatkan Intervensi secara sistimatis dan observasional

Keunikan sistem behavioral safety adalah adanya jadwal intervensi yang terencana. Dimulai dengan briefing pada seluruh departemen atau lingkungan kerja yang dilibatkan, karyawan diminta untuk menjadi relawan yang bertugas sebagai observer yang tergabung dalam sebuah project team. Observer detraining agar dapat menjalankan tugas mereka. kemudian mengidentifikasi unsafe

behavior yang diletakkan dalam check list. Daftar ini ditunjukkan

pada para pekerja untuk mendapat persetujuan. Setelah disetujui,

observer melakukan observasi pada periode waktu tertentu, untuk

menentukan baseline. Setelah itu barulah program interverensi dilakukan dengan menentukan goal setting yang dilakukan oleh karyawan sendiri. Observer terus melakukan observasi. Data hasil observasi kemudian dianalisis untuk mendapatkan feed back bagi para karyawan. Team project juga bertugas memonitor data secara berkala, sehingga perbaikan dan koreksi terhadap program dapat terus dilakukan.

6) Menitikberatkan pada umpan balik terhadap perilaku kerja

Dalam sistem behavioral safety umpan balik dapat berbentuk: umpan balik verbal yang langsung diberikan pada karyawan sewaktu observasi; umpan balik dalam bentuk data (grafik) yang ditempatkan

(32)

commit to user

dalam tempat-tempat yang strategis dalam lingkungan kerja; dan umpan balik berupa briefing dalam periode tertentu dimana data hasil observasi dianalis untuk mendapatkan umpan balik yang mendetail tantang perilaku yang spesifik.

7) Membutuhkan dukungan dari manager

Komitmen management terhadap proses behavioral safety biasanya ditunjukkan dengan memberi keleluasaan pada observer dalam menjalankan tugasnya, memberikan penghargaan yang melakukan safety behavior, menyediakan sarana dan bantuan bagi tindakan yang harus segera dilakukan, membantu menyusun dan menjalankan umpan balik, dan meningkatkan inisiatif untuk melakukan safety behavior dalam setiap kesempatan. Dukungan dari manajemen sangat penting karena kegagalan dalam penerapan

behavioral safety biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dan

komitmen dari manajemen.

b. Hasil yang Diharapkan dari Penerapan Behavioral Based Safety

Ada delapan hasil penerapan behavioral based safety yang terencana dalam suatu perusahaan (Cooper,1999).

1) Angka kecelakaan kerja yang rendah, 2) Meningkatkan jumlah safety behavior, 3) Mengurangi accident cost,

4) Program tetap bertahan dalam waktu lama, 5) Penerimaan sistem oleh semua pihak,

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

6) Generalisasi behavioral safety pada sistem lain (ex: sistem manajemen),

7) Follow up yang cepat dan regular,

8) Peningkatan laporan tentang kecelakaan kerja yang terjadi. 5. Metode DO IT

Menurut E.Scott Geller dalam Health and Safety Protection (2011) dijelaskan bahwa salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan merubah perilaku-perilaku yang kritikal adalah dengan metoda DO IT. DO IT merupakan singkatan dari:

D : Define

O : Observe

I : Intervene T : Test a. Define

E.Scott Geller dalam Health and Safety Protection (2011) menyebutkan tahapan pertama yang harus dilakukan dalam program BBS adalah mendefinisikan atau menentukan target-target perilaku dari pekerja yang akan dihilangkan / diperbaiki atau ditingkatkan/dipertahankan. Meskipun pada umumnya yang menjadi prioritas adalah perilaku tidak aman, namun dapat juga ditentukan perilaku-perilaku aman yang harus dipertahankan atau ditingkatkan. Dalam menentukan target perilaku yang akan dimasukkan kedalam

(34)

commit to user

program BBS. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menentukan perilaku yang menjadi target, yaitu:

1) Brainstorming ; beberapa orang yang mewakili departemen dan tingkat jabatan dimintai masukkannya terhadap perilaku-perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja dengan cara menuliskan diatas potongan kertas .

2) Grup diskusi dengan beberapa orang yang mewakili setiap departemen atau bagian.

3) Analisis terhadap berbagai penyebab kecelakaan yang pernah terjadi.

4) Berdasarkan temuan audit K3.

Bisa saja ditemukan atau diperoleh banyak sekali perilaku tidak aman dari proses tersebut diatas,namun pihak manajemen harus menentukan perilaku beresiko mana yang akan menjadi perioritas utama untuk masuk program BBS. Ruang lingkup program BBS juga harus ditentukan agar program BBS bisa menjadi lebih fokus dan efektif. Sebagai contoh:

Program 1: Perilaku yang menjadi target adalah cara mengemudi forklif yang tidak sesuai SOP. Ruang lingkupnya adalah semua pengemudi forklift dan jalur forklift di area pabrik.

Program 2: Perilaku penggunaan APD di area produksi. Ruang lingkup semua operator atau pekerja yang ada di produksi.

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b. Observe

E.Scott Geller dalam Health and Safety Protection (2011) menyebutkan setelah ditentukan perilaku beresiko yang akan dijadikan target dalam program BBS, maka tahap selanjutnya dilakukan observasi atau pengamatan terhadap pekerja-pekerja diarea atau bagian yang sudah ditentukan. Pengamatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Pengamatan terbuka maksudnya adalah pengamatan dilakukan secara langsung dan diketahui oleh yang diamati. Tentu metode ini seringkali akan mendapatkan hasil yang bias karena pekerja yang merasa diamati akan bekerja secara lebih hati-hati. Meskipun demikian pekerja yang sudah terbiasa berperilaku tidak aman akan tetap memunculkan perilaku tidak amanya. Pengamatan tertutup maksundya adalah pengamatan dilakukan secara diam-diam tanpa diketahui oleh pekerja yang diamati. Hal ini bisa dilakukan oleh pihak ke tiga atau pekerja didalam grup yang sama yang diminta secara khusus melakukan pengamatan sambil bekerja. Sangat tidak disarankan pengamatan dilakukan oleh atasan atau manajer, karena para pekerja yang diamati oleh atasan akan berusaha menghilangkan perilaku tidak aman mereka. Sebelum melakukan pengamatan, observer harus diberikan pengarahan dan penjelasan tentang apa yang harus diamati dan berapa lama pengamatan harus dilakukan. Dalam melakukan pengamatan terhadap perilaku pekerja harus;

(36)

commit to user

1) spesifik sesuai dengan yang sudah ditentukan atau didefinisikan, 2) perilaku tersebut harus teramati dan tidak boleh

berasumsi,sehingga bisa diukur atau dihitung berapa kali tindakan tersebut dilakukan selama pengamatan.

3) pengamatan dan penilaian harus objektif, tidak boleh diinterpretasikan oleh pengamat, mencatat apa adanya sesuai yang dilihat.

4) Pengamatan harus pada pekerjaan yang normal berlangsung sehari-hari.

Dalam melakukan pengamatan juga harus disiapkan checklist aktivitas untuk setiap kegiatan yang dilakukan, sehingga pengamat tinggal hanya memberi tanda apakah kegiatan atau aktifitas dilakukan secara aman atau berisiko.

c. Intervene

Menurut E.Scott Geller dalam Health and Safety Protection (2011) tahap ketiga adalah dilakukan pengamatan dan semua data-data observasi diolah, maka selanjutnya dilakukan intervensi untuk memperbaiki perilaku berisiko yang ditemukan dari hasil observasi. Dalam membuat program intervensi sebaiknya melibatkan pekerja diarea-area yang akan di intervensi. Masukan dari pekerja yang sehari-harinya melakukan aktifitas tersebut akan sangat penting dalam merancang program intervensi yang efektif. Dalam membuat program

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

intervensi juga harus ditentukan berapa lama intervensi akan dilakukan agar terjadi perubahan yang diharapkan.

Menurut Fleming dan Lardner (2002) unsur inti dari modifikasi perilaku adalah ABC Model of Behavior, Antecedents / Pendahulunya (A), Behavior / Perilaku (B) dan Consequences / Konsekuensi (C).

ABC Model of Behavior menentukan perilaku yang dipicu oleh satu

set pendahulunya (sesuatu yang mendahului perilaku dan kausal terkait dengan perilaku) dan diikuti oleh konsekuensi (hasil dari perilaku bagi individu) yang menambah atau mengurangi kemungkinan bahwa perilaku akan diulang. Para pendahulu diperlukan tetapi tidak cukup untuk mendorong terjadinya perilaku. Konsekuensi menjelaskan mengapa orang mengadopsi perilaku tertentu. Analisis ABC mengidentifikasi pola antecedents dan konsekuensi yang memperkuat terjadinya perilaku dan konsekuensi yang terjadi untuk perilaku yang diinginkan. Analisis ini memfasilitasi identifikasi intervensi untuk mengatur ulang antecedents dan konsekuensi meningkatkan frekuensi perilaku yang diinginkan. Untuk berhasil melakukan analisis ABC, diperlukan untuk memiliki pemahaman yang jelas mengenai perilaku dan apa yang penting bagi orang-orang yang melakukan suatu perilaku. Oleh karena itu, melibatkan individu dengan pengalaman spesifik perilaku sangat penting. ABC model of behavior adalah dasar teoritis untuk intervensi

(38)

commit to user

modifikasi perilaku, tetapi menerapkan model teoritis dalam praktik adalah proses yang lebih kompleks.

Contoh Salah satu teknik intervensi dalam BBS yaitu model intervensi ABC sebagai berikut:

1) Activator : memasang safety sign, membuat garis atau jalur pejalan kaki,dsb.

2) Behavior : mengendarai forklif dengan batasan kecepatan,dsb. 3) Consequency: Scorsing,atau bentuk sanksi lainya.

Program intervensi harus spesifik dan dijelaskan kepada semua pekerja yang terlibat didalamnya. Program intervensi juga harus didukung penuh oleh manajemen puncak agar dapat berjalan efektif.

d. Test

Menurut E.Scott Geller dalam Health and Safety Protection (2011) yang dimaksud test di sini adalah mengukur dampak dari intervensi yang dilakukan dengan cara terus melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap perilaku berisiko selama proses intervensi dilakukan. Tahapan ini dapat dilakukan secara paralel dengan tahapan intervensi,jika terlihat bahwa intervensi yang dilakukan tidak efektif maka dapat dilakukan intervensi baru atau strategi baru. Tujuan tahapan ini adalah untuk melihat efektivitas dari program intervensi yang dibuat, namun jangan terburu-buru untuk memutuskan bahwa satu program intervensi tidak efektif karena untuk merubah perilaku diperlukan waktu yang mungkin lama dari yang diperkirakan. Bisa

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

juga ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku berisiko pekerja sehingga program intervensi menjadi kurang efektif. Jika demikian halnya, maka yang perlu dilakukan adalah menambah bentuk intervensi lain untuk memperkuat program intervensi yang sedang berjalan.

6. Safety Culture

Yusri Heni (2011) menyebutkan budaya keselamatan menunjukkan tipe budaya organisasi, dimana keselamatan merupakan suatu nilai prioritas yang dianggap penting sebagai kesuksesan organisasi untuk jangka panjang. Terminologi budaya keselamatan pertama kali digunakan dalam industri nuklir oleh IAEA INSAG, sesudah itu budaya keselamatan banyak dipertimbangkan oleh berbagai bidang industri sebagai upaya memperkecil terjadinya kecelakaan yang dapat berdampak pada pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup.

Dalam suatu organisasi, budaya keselamatn merupakan bagian dari budaya organisasi yang harus memperhitungkan faktor pengambilan kebijakan, manajer, dan pekerja dalam mewujudkan keselamatan yang terintegrasi. Budaya keselamatan diartikan dalam INSAG-4 dalam Yusri Heni (2011) sebagai berikut : “Budaya keselamatan adalah susunan karakteristik dan sikap yang terbentuk dalam organisasi dan individu sebagai prioritas utama. ”

Ada tiga hal penting dalam membangun budaya keselamatan. Pertama, adanya tata nilai keselamatan. Kedua, adanya pola perilaku yang

(40)

commit to user

sama. Ketiga, keselamatan adalah tanggung jawab semua orang dalam organisasi. Dari ketiga karakteristik budaya keselamatan ini, tata nilai tidak dirumuskan secara baik dan ringkas dalam keselamatan tradisional, sehingga orang tidak mengetahuinya, yang ada hanya nalurinya saja “ingin selamat”. Karena tidak terorganisasi, reaksi “mencari selamat” sama sekali tidak beraturan yang justru menghambat proses penyelamatn diri. Semua perilaku keselamatan yang tradisional itu memang perlu ditata, diorganisasi, dan digalakkan agar menjadi milik semua orang (Yusri Heni, 2011).

James Reason dalam Yusri Heni (2011) menyebutkan budaya kekselamatn berfungsi antara lain :

a. Meminimalkan kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan yang dilakukan individu.

b. Meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan kesalahan.

c. Mendorong pekerja untuk menjalani setiap prosedur dalam semua tahap pekerjaan.

d. Mendorong pekerja untuk melaporkan kesalahan/ kekurangan sekecil apapun yang terjadi untuk menghindari terjadinya kecelakaan.

Yusri Heni (2011) menyebutkan budaya keselamatan mempunyai dua komponen utama. Komponen pertama adalah kerangka kerja yang diperlukan dalam suatu organisasi dan hal ini merupakan tanggung jawab hirarki manajemen. Komponen kedua adalah sikap pekerja pada semua tingkatan dalam merespon dan memanfaatkan kerangka kerja tersebut.

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Menurut Geller (2001) secara umum total safety culture membutuhkan perhatian berkelanjutan terhadap tiga hal berikut :

a. Environment factors (termasuk peralatan, perlengkapan, prosedur, standard, dan temperatur, keadaan fisik).

b. Person factors (termasuk sikap, kepercayaan dan kepribadian seseorang)

c. Behavior factors (termasuk praktek kerja aman, serta turut campur dalam masalah safety orang lain)

Tiga faktor di atas bersifat dinamis dan interaktif. Perubahan di dalam salah satu faktor dapat mempengaruhi dua faktor lainnya. Sebagai contoh, behaviors/perilaku yang mengurangi kemungkinan kecelakaan sering melibatkan perubahan lingkungan dan menuju kepada sikap yang konsisten dengan safe behaviors. Hal ini secara khusus benar jika

behaviors/perilaku dilakukan dengan sukarela. Dengan kata lain, ketika

seseorang memilih untuk bertindak dengan aman (act safely), mereka bertindak dalam pola pikir aman (safe thinking). Perilaku tersebut sering menghasilkan perubahan dalam lingkungan (Geller, 2001).

(42)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Bagan 1. Kerangka Pemikiran Sumber Bahaya

Bahaya

Tempat Kerja

Unsafe Condition Unsafe Act

Metode DO IT

Safety Culture Accident

Behavior Based Safety

Penyebab Langsung

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Central Processing Area JOB Pertamina-Petrochina East Java yang terletak di Jl. Lingkar Pertamina, Desa Rahayu, Kecamatan Soko-Tuban, Telp. 0356-811955.

C. Objek & Ruang Lingkup Penelitian

Sebagai obyek penelitian adalah tenaga kerja, proses kerja, potensi bahaya yang ada, sikap kerja, peralatan dan mesin yang digunakan di Central Procesing Area JOB Pertamina-Petrochina East Java.

(44)

commit to user

D. Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, survei ke lapangan/ tempat kerja dan wawancara serta diskusi dengan tenaga kerja. 2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data perusahaan sebagai pelengkap laporan ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di lapangan.

2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait dengan upaya penerapan safety behavior di tempat kerja.

3. Studi pustaka, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan- laporan penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

F. Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan terhitung dari 1 Maret 2012 sampai dengan 30 Maret 2012

G. Analisis Data

Data yang diperoleh akan dibahas secara deskriptif yaitu gambaran mengenai upaya penerapan behavior based safety di JOB Pertamina-Petrochina

East Java kemudian dari hasil pengamatan akan dibandingkan dengan

Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi terkait , dan klausul-klausul pada OHSAS 18001.

(46)

commit to user

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Dari hasil observasi di lapangan yaitu mengenai proses pekerjaan serta lingkungan kerja di Central Processing Area JOB Pertamina - Petrochina East

Java ditemukan berbagai potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan. JOB Pertamina – Petrochina East Java menetapkan bahwa Keselamatan dan

Kesehatan Kerja serta Pengelolaan Lingkungan adalah salah satu landasan utama dalam kegiatan operasinya.

Dalam rangka mendukung hal tersebut maka JOB Pertamina - Petrochina

East Java melakukan upaya-upaya untuk menjaga keselamatan dan kesehatan

kerja pekerja di tempat kerja, salah satunya dengan upaya menerapkan

Behavior Based Safety di tempat kerja agar unsafe behavior yang termasuk

penyumbang terbesar pada kecelakaan kerja dapat diminimalisir, dan diharapkan dapat mengurangi terjadinya insiden, kerusakan, dan kerugian berkaitan dengan kegiatan operasional diperusahaan.

DO IT (Define, Observation, Intervene, Test) adalah salah satu metode

yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengubah perilaku pekerja dalam proses Behavior Based Safety (BBS).

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

1. Define

Dalam penelitian ini yang terdefinisikan menjadi target adalah: Program 1: Pelaksanaan tool box meeting. Ruang lingkupnya adalah semua

section di Central Processing Area.

Program 2: Perilaku penggunaan APD. Ruang lingkup semua pekerja yang ada di Central Processing Area.

Program 3: Pelaksanaan training K3. Ruang lingkupnya adalah semua pekerja di Central Processing Area.

Program 4: Perilaku kepatuhan terhadap prosedur kerja. Ruang lingkup semua pekerja yang ada di Central Processing Area.

Program 5: Keikutsertaan pekerja dalam agenda K3. Ruang lingkup semua pekerja yang ada di Central Processing Area.

2. Observe

Setelah ditentukan perilaku yang akan dijadikan target dalam program BBS, maka tahap selanjutnya dilakukan observasi atau pengamatan terhadap pekerja-pekerja diarea atau bagian yang sudah ditentukan. Hasil pengamatan oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan tool box meeting.

Toolbox Meeting merupakan pembicaraan mengenai persiapan

kerja yang dilakukan setiap hari sebelum dimulainya suatu pekerjaan di departemen masing-masing. Namun kadang toolbox meeting ini tidak dilakukan setiap hari.

(48)

commit to user

b. Perilaku penggunaan APD di area produksi.

Semua pekerja memakai APD yang sesuai dengan potensi bahaya di tempat kerja, awareness pekerja untuk mengingatkan visitor yang tidak lengkap dalam pemakaian APD juga tergolong baik.

c. Pelaksanaan Training K3.

Setiap pekerja yang baru masuk wajib memperoleh pembinaan tenaga kerja yang dilakukan melalui training K3. Dalam training tersebut materi dasar yang wajib dipahami oleh pekerja meliputi Basic

Fire Fighting dan training H2S.

d. Perilaku kepatuhan terhadap prosedur kerja.

Para pekerja telah mematuhi prosedur yang ada dalam setiap pengerjaan tugas. Perilaku kepatuhan terhadap prosedur ini tetap dijadikan salah satu target karena, jika perilaku ini tidak dimonitoring secara berkelanjutan akan menyebabkan dampak yang buruk. Kesalahan prosedur atau sengaja memotong prosedur termasuk salah satu faktor human error yang dikhawatirkan akan dapat menimbulkan kecelakaan.

e. Keikutsertaan pekerja dalam agenda K3

Keikutsertaan pekerja JOB Pertamina – Petrochina East Java dapat dilihat pada kegiatan :

1) General Safety Meeting

General Safety meeting merupakan rapat mengenai

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

diselenggarakan satu bulan sekali dan dihadiri oleh semua karyawan. Namun karena tidak dimungkinkan semua karyawan mengikuti rapat sehingga di Central Processing Area kosong, maka terdapat sebagian karyawan yang tidak dapat mengikuti general

safety meeting karena bertugas.

2) Safety Campaign

Setiap tahun, JOB Pertamina - Petrochina East Java menggelar acara lomba-lomba dalam rangka memperingati Bulan K3. Lomba-lomba yang diadakan antara lain : lomba housekeeping, lomba design slogan, lomba safety meeting, dan lomba artikel serta

zero accident departement.

Gambar 2. Pamlet safety campaign

Sumber : HSE JOB Pertamina- Petrochina East Java a) Lomba Housekeeping

Lomba ini melibatkan seluruh section untuk berpartisipasi. Setiap section mengajukan salah satu area kerja sebagai Pilot

(50)

commit to user

housekeeping terdiri dari dua kategori yaitu kantor dan

lapangan.

b) Lomba Design Slogan

Setiap peserta lomba design slogan mengirimkan satu slogan yang terdiri dari 3-5 kata, design slogan dibuat dalan format kertas A4 yang berisi slogan dan deskripsi makna. Slogan bersifat menambah motifasi dan peningkatan safety

awareness.

c) Lomba Safety Meeting

Lomba safety meeting diikuti oleh supervisor masing-masing section. Materi safety meeting bersifat menambah wawasan, memberi motivasi, dan tidak menjelekkan suatu pihak. Isi materi harus mencakup tentang Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Produktivitas dan

Housekeeping. Dalam lomba ini diberikan waktu selama kurang

lebih 15 menit. Setiap section diwajibkan mengikutkan satu orang supervisor sebagai peserta.

d) Lomba Artikel

Setiap section mengirimkan satu artikel yang diketik dengan ukuran font 12, spasi 1,5 dan dapat menambahkan gambar. Jika mengutip dari suatu sumber maka wajib menuliskan sumbernya. Materi artikel bersifat menambah wawasan, memberi motivasi, dan tidak menjelekkan suatu

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

pihak. Isi materi harus mencakup tentang Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Produktivitas dan

Housekeeping. Artikel harus original yaitu beum pernah

dipublikasikan dalam bentuk apapun. 3. Intervene

Setelah dilakukan pengamatan dan semua data-data observasi diolah, maka selanjutnya dilakukan intervensi untuk memperbaiki perilaku berisiko yang ditemukan dari hasil observasi. Program intervensi juga harus didukung penuh oleh manajemen puncak agar dapat berjalan efektif. a. Pelaksanaan tool box meeting

Intervensi yang diberikan untuk pelaksanaan Tool box meeting adalah dengan keikutsertaan HSE sebagai pembicara sekali dalam satu minggu. Namun intervensi ini baru diterapkan disalah satu section yaitu Fabrication. Dengan kehadiran HSE diharapkan dapat menjadi motivasi tersendiri bagi para pekerja, menambah wawasan materi K3 dan dapat dijadikan sarana himbauan untuk meningkatkan awareness para pekerja terhadap K3.

b. Perilaku penggunaan APD

Intervensi yang diberikan untuk perilaku penggunaan APD adalah dengan pemasangan safety sign. Pemasangan safety sign dapat menjadi suatu media komunikatif yang berisi himbauan untuk bekerja aman salah satunya dengan menggunakan APD dengan tepat. Di

(52)

commit to user

salah satunya adalah peringatan pemakaian APD di tempat-tempat dengan faktor / potesi bahaya tertentu.

Gambar 3. Safety Sign

Sumber : HSE JOB Pertamina- Petrochina East Java (2012) c. Pelaksanaan training K3

Intervensi yang diberikan untuk pelaksanaan training K3 adalah dengan Refreshing Training yang merupakan kegiatan bertujuan untuk merefresh kembali training yang yang sudah pernah di dapat sebelumnya.

Refreshing training dilaksanakan setiap minggu yaitu pada hari

sabtu yang diikuti oleh HSE Departement. Materi training yang dilaksanakan bervariasi , diantaranya : first aid, fire fighting dan penggunaan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Gambar 4. Refreshing Training

Sumber : HSE JOB Pertamina- Petrochina East Java (2012) d. Perilaku kepatuhan terhadap prosedur kerja.

Intervensi yang diberikan untuk perilaku kepatuhan terhadap prosedur kerja adalah dengan diberlakukannya permit to work serta pemasangan instruksi kerja.

1) Pemberlakuan Permit To Work (PTW)

Setiap pekerjaan yang bukan merupakan pekerjaan rutin dan memiliki potensi bahaya yang besar harus melalui ijin kerja yang diajukan minimal satu hari sebelum bekerja. Ijin kerja tersebut akan disetujui dan dibahas dalam PTW meeting yang dilaksanakan setiap sore hari sekitar pukul 17.00 WIB selama kurang lebih 1 jam. PTW meeting ini berfungsi merencanakan pekerjaan yang akan dilakukan keesokan harinya. Permit To Work ini akan ditutup ketika pekerjaan telah selesai dan direkap oleh

(54)

commit to user 2) Pemasangan Instruksi Kerja

Pemasangan instruksi kerja di tempat kerja dapat menjadi suatu media komunikatif yang berisi prosedur kerja yang benar dan aman. Instruksi kerja dapat pula berfungsi sebagai media pengingat jika sewaktu-waktu terjadi kelalaian yang disebabkan oleh human error.

Gambar 5. Instruksi Kerja

Sumber : HSE JOB Pertamina- Petrochina East Java (2012) e. Keikutsertaan pekerja dalam agenda K3.

1) General Safety Meeting

Intervensi yang diberikan untuk keikutsertaan pekerja dalam agenda K3, khususnya general safety meeting adalah :

a) Pemberian materi yang mudah diterima dan dimengerti oleh para pekerja

Sebagai salah satu contoh, Safety meeting yang dilakukan pada bulan Maret 2012 mengangkat topik Penyebab

(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Umum Kecelakaan dalam general meeting ini disampaikan penyebab kecelakaan secara umum dibagi menjadi tiga yaitu,

(a) Human Error sebesar 80 % (b) Masalah Teknis sebesar 18 % (c) Lain-lain sebesar 2 %

Sedangkan latar belakang terjadinya Human Error secara

general adalah :

(a) Memotong prosedur kerja

(b) Over Confident

(c) Sudah merasa pekerjaan yang dilakukan sudah berulang kali dilakukan

(d) Tidak mematuhi Prosedur safety (e) Masalah mental Psikologis (f) Gagal perencanaan

Materi tersebut disampaikan dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh para pekerja.

b) Reward

Setelah menyampaian materi, diadakan sesi tanya-jawab dan saran, selanjutnya diadakan kuis berhadiah. Pertanyaan dalam kuis tersebut diambil dari materi yang telah disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar para pekerja memperhatikan benar materi yang disampaikan kepada pekerja

(56)

commit to user

dan termotivasi untuk mengikuti general safety meeting bulan-bulan selanjutnya.

2) Safety Campaign

Intervensi yang diberikan untuk keikutsertaan pekerja dalam agenda K3, khususnya pada acara safety campaign adalah pemberian reward/ hadiah yang diumumkan pada acara penutupan bulan K3 serta menampilkan hasil karya pemenang seperti, memasang barner slogan K3 yang menjadi pemenang /

runner up di depan pintu gerbang CPA dan pad B. Dengan adanya reward semacam ini diharapkan menambah motivasi kepesertaan

tahun depan serta meningkatkan awareness pekerja terhadap

safety.

Gambar 6. Acara Penutupan Bulan K3

(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Gambar 7. Banner runner up lomba design slogan Sumber : HSE JOB Pertamina- Petrochina East Java (2012)

4. Test

Hasil dari intervene yang diberikan dalam upaya penerapan Behavior Based Safety (BBS) adalah sebagai berikut :

a. Awarness divisi fabrikasi dinilai lebih dibanding dengan divisi lain. b. Para pekerja selalu tanggap mengingatkan visitor yang tidak lengkap

dalam pemakaian APD.

c. Pada saat diadakan simulasi keadaan darurat, Emergency Response

Team berjalan baik sesuai job.

d. Para pekerja telah memiliki mindset bahwa tanggung jawab safety ada pada masing-masing individu.

e. Para pekerja memiliki minat untuk ikut serta dalam kegiatan yang berhubungan dengan K3.

Gambar

Tabel 1.  Tahapan penerapan BBS  ......................................................................
Gambar 2. Pamlet safety campaign
Gambar 3. Safety Sign
Gambar 4. Refreshing Training
+4

Referensi

Dokumen terkait

Suryawinata (2003: 67) menyebut teknik penerjemahan dengan strategi penerjemahan yaitu taktik penerjemah untuk menerjemahkan kata atau kelompok kata, atau mungkin

Dalam upaya untuk memperoleh hubungan antara temperatur pasta dengan kualitas anoda dilakukan dengan menggunakan teori statistik, yaitu metode analisa regresi linier dan

Jadi pemberlakuan pengosongan atau tanda strip (-) selama ini tidak lagi berlaku dan harus diisi. Dalam pengisiannya, mengingat jumlah penghayat kepercayaan yang

a) Fungsi Keagamaan, keluarga diharuskan memberikan dorongan kepada seluruh anggota keluarga agar dalam kehidupan keluarga bersemai nilai- nilai agama dan nilai-nilai luhur

Dengan mengoptimasi parameter- parameter elektrodeposisi yakni rapat arus dan penambahan zat aditif asam borat dapat diperoleh suatu endapan kobal dengan kualitas dan

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah membahas penyebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian pinjam uang pada KPRI Dewi Sri,

Menurut Gupta et al (1985), pemberian ekstrak bunga Kemban& Sepatu pada tikus albino jantan dapat menyebabkan penghambatan spermatogenesis, penurunan motilitas

Jika massa terdiri atas banyak komponen dan ada perubahan suatu komponen menjadi komponen lain, maka bentuk persamaan neraca massa total tetap seperti Persamaan (2.1) atau (2.2),