• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amirul mu`min

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Amirul mu`min"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

i Skripsi

PENGAMATAN DARAH IKAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) DENGAN PENAMBAHAN DOSIS ENZIM PAPAIN YANG BERBEDA

DALAM PAKAN TEPUNG KEONG MAS

Amirul mu`min

10594090715

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

PENGAMATAN DARAH IKAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) DENGAN PENAMBAHAN DOSIS ENZIM PAPAIN YANG BERBEDA

DALAM PAKAN TEPUNG KEONG MAS

SKRIPSI

Amirul mu`min

10594090715

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Program Studi

Budidaya Perairan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) Dengan Penambahan Dosis Enzim Papain Yang Berbeda Dalam Pakan Tepung Keong Mas

Nama Mahasiswa : Amirul Mu’min Nomor Stambuk : 10594090715 Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, 30 November 2020

Telah diperiksa dan disetujui oleh Komisi Pembimbing:

Pembimbing I. Pembimbing II.

Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. NIDN: 0926036803

Dr. Murni, S.Pi., M.Si. NIDN: 0903037306

Dekan Fakultas Pertanian.

Ketua Program Studi budidaya perairan

H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. NIDN: 0812066901

Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. NIDN: 0926036803

(4)

iv Komisi Penguji

Judul Penelitian : Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) Dengan Penambahan Dosis Enzim Papain Yang Berbeda Dalam Pakan Tepung Keong Mas

Nama Mahasiswa : Amirul Mu’min Nomor Stambuk : 10594090715 Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

SUSUNAN KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. (...)

Ketua Sidang

2. Dr. Murni, S.Pi., M.Si. (...)

Sekretaris

3. Nur Insana Salam, S.Pi.,M.Si. (...)

Anggota

4. Asni Anwar, S.Pi., M.Si. (...)

(5)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) Dengan Penambahan Dosis Enzim Papain Yang Berbeda Dalam Pakan Tepung Keong Mas” adalah benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri yang belum diajukan oleh siapapun, bukan merupakan pengambil alihan tulisan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut ke dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 30 November 2020

(6)

vi ABSTRAK

AMIRUL MU`MIN. 10594090715. Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) Dengan Penambahan Dosis Enzim Papain Yang Berbeda Dalam Pakan Tepung Keong Mas

Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh makhluk ikan, fungsi darah yaitu sebagai alat transport oksigen, karbondioksida, sari-sari makanan, maupun hasil metabolisme. Darah membawa substansi dari tempatnya dibentuk ke semua bagian tubuh dan menjaga tubuh untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, dengan melakukan pengamatan pada darah ikan dapat memperlihatkan adanya gangguan pada tibuh ikan.

Tujuan penelitian ini untuk menentukan dosis optimal enzim papain terhadap pakan tepunng keong mas pengaruhnya terhadap gambaran darah ikan kakap putih (Lates Calcarifer). Sedangkan kegunaannya sebagai bahan informasi ilmiah mengenai pemanfaatan enzim papain yang berasal dari batang pepaya untuk meningkatkan kualitas pakan tepung keong mas yang diberikan pada ikan kakap putih (Lates Calcarifer)

Penelitian ini dilaksanakan dua lokasi, uji sampel darah dilakukan di lebaboratorium bertempat di BPBAP takalar Kecamatan Balisai Sulawesi selatan. Proses pemeliharaan ikan kakap putih dilakukan dibalai perikanan instalasi tambak percobaan (ITP) Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi selatan pada bulan Agustus sampai bulan september 2020. Pakan pada perlakuan A tidak di tambahkan enzim papain. Sedangkan pakan pada perlakuan yang lain diberi enzim bromelin dengan dosis larutan 15 ml/kg untuk perlakuan B, 22,5 ml/kg untuk perlakuan C, dan 30 ml/kg untuk perlakuan D.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total nilai eritrosit, leukosit, hemoglobin dan eritrosit tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan nilai masing masing 450.000 sel/mm3, 80.000 sel/mm3, 7 g/100ml, 25.5 %.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Asusalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakat

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) Dengan Penambahan Dosisi Enzim Papain Yang Berbeda Dalam Pakan Tepung Keong Mas” di Tambak Balai Budidaya Perikanan Air Payau BPBAP Punaga, Takalar” tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi Persyaratan akademik untuk memeperoleh gelar sarjana di Universitas Muhammadiya Makassar Fakultas Pertanian, Program Studi Budidaya Perairan. Skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan bantuan dari beberapa pihak, Oleh karna itu penulis mengucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini iyalah.

1. Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya. 2. Terimakasih kepada Orang tua atas do’a dan dukungannya selama ini 3. Terimakasih kepada Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. selaku dosen

pembimbing I dan Ketua Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

viii

5. Terimakasih pada Bapak/Ibu dosen dan staf di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya Program Studi Budidaya Perairan

6. Terimakasi pada Keluarga besar BPBAP punaga karna telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan penelitian di tempat ini dan membagi ilmu bersama penulis

7. Terimakasi pada sodara krisno sebagai sahabat sekaligus penasehat lapangan

8. Trimakasih pada ayah handa dan ibunda krisno yang suda bersedia menerima kami sebagai mahasiswa penelitian dan sahabat dari kakanda krisnno

9. Terimakasi pada Hamdani dan hariyati sebagai Tim dan sahabat selama penelititan .

10. Teimakasi juga pada Teman-teman, para tetangga dan tokoh masarakat yang suda mendukung kami, menerima kami dengan lapang dada ditegah-tengah wabah yang telah melanda negri tercinta ini.

Penulis menyadari Skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan dan menerima segala masukan dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya Penulis serta insan perikanan lainnya.

Makassar, 30 November 2020

(9)

ix DAFTAR ISI

SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

KOMISI PENGUJI ... iv

LEMBARAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan dan manfaaat ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Kakap putih (lates calcarifer) ... 3

2.2. kebutuhan Ptrotein Pakan ikan kakap ... 4

2.3. Pertumbuhan Ikan Kakap Putih ... 5

2.4. Kualitas Air ... 6

2.4.1. Derajat Keasaman (pH) ... 6

2.4.2. Salinitas ... 6

(10)

x

2.4.4. Suhu ... 7

2.5. Keong mas ... 8

2.6. Enzim Papain (Carica papaya L) ... 10

2.7. Peranan Enzim Papain pada Ikan ... 11

2.8. Pemanfaatan Papain pada Pakan Ikan ... 11

2.9. Darah Ikan ... 12

2.9.1. Hemoglobin ... 13

2.9.2. Hematokri ... 14

2.9.3. Eritrosit ... 15

2.9.4. Leukosit ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1. Waktu dan Tempat ... 17

3.2. Alat dan Bahan ... 17

3.3. Pembuatan Tepung Keong Mas ... 18

3.4. Pembuatan Enzim Papain ... 18

3.5. Fermentasi Tepung Keong Mas dan Pembuatan Pakan ... 19

3.6. Persiapan Wadah Dan Media Penelitian ... 20

3.7. Hewan Uji ... 20

3.8. Prosedur Penelitian ... 20

3.9. Rancangan Penelitian ... 21

3.10. Variabel yang di Amati ... 21

3.10.1. Hemoglobin... 21

(11)

xi

3.10.3. Eritrosit ... 22

3.10.4. Leukosit... 23

3.10.5. Pengukuran kualitas air ... 23

3.11. Analisis Data ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

4.1. Pengamatan Darah ... 24

4.1.1. Total Eritrosit ... 24

4.1.2. Total Leucosite... 26

4.1.3. Kadar Hemoglobin ... 27

4.1.4. Kadar hematokrit ... 28

4.2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH) ... 30

4.3. Pengelolaan Kualitas Air ... 32

4.3.1. Derajat Keasaman (pH)... 33

4.3.2. Salinitas ... 33

4.3.3. Amoniak ... 34

4.3.4. Suhu ... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1. Kesimpulan ... 26

5.2. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(12)

xii

DAFTAR TABEL

1. Hasil uji enzim dari batang papaya dengan kandungan protease,

amilase lipase ...19 2. Komposisi pakan ikan kakap putih ...20 5. Laporan Hasil Uji Laboratorium Darah Ikan Kakap Putih

Dengan Parameter Eritrosite, Leucosite, Hemoglobin, Dan

Hematokrit ...24 6. Laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang diberi pakan

keong mas terfermentasi enzim papain dengan konsentrasi

berbeda menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P<0.05) ...30 7. Hasil Uji Kualitas Air dengan parameter pH, Salinitas, Amonial,

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Ikan Kakap Putih (lates calcarifer) ...3

2. Keong Mas (Pomaceae canaliculata Lamarck) ...8

3. Grafik Pengamatan (Eritrosit) Ikan kakap putih ...25

4. Grafik Pengamatan (Leukosit) Darah Ikan Kakap Putih ...26

5. Grafik Pengamatan (Hemoglobin) Darah Ikan Kakap Putih ...27

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rumus Laju Pertumbuhan (Gr) ...41

2. Uji anova LPH ...43

3. Hasil Analisa Proksimat Pakan uji ...43

(15)

1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sistem peredaran darah mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai alat transportasi oksigen, karbondioksida, sari sari makanan, maupun hasil metabolisme. Darah membawa substansi dari tempatnya dibentuk menuju semua bagaian tubuh dan menjaga tubuh untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik. Eritrosit membawa oksigen, leukosit menjaga tubuh dari serangan patogen sedangkan kombinasi trombosit dan faktor pembeku berperan menyambut kebocoran pembuluh darah tanpa menghambat alirannya Fujaya, (2004).

Darah terdiri dari dua kelompok besar yaitu sel dan plasma, sel terdiri dari sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsinya yang berbeda seperti eritrosit, leukosit, limfosit, monosit, dan trombosit, sedangkan plasma iyalah fibrinogen, ion-ion inorganik dan organik yang berfungsi membantu proses metabolik Fujaya, (2004). Perubahan hematologi pada darah perifer dapat menandakan sebagai indikator adanya infeksi dan kondisi tres pada ikan Espelid et al. (1987).

Kondisi stres pada ikan dapat dipengaruhi oleh nutrisi pada pakan yang di berikan. Pakan yang diberikan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup organisme mengingat salah satu fungsi darah sebagai alat transportasi oksigen, karbon dioksida , sari sari makanan. Menurut sadinar, dkk (2013). Keong mas mempunyai kandungan protein sekitar 57,67% sedangkan tepung ikan mempunyai kadungan protein berkisar antara 60-70% dengan demikian keong mas dapat dijadikan sebagai bahan alternatif pakan untuk mengurai atau

(16)

2

mengatikan tepung ikan dalam formulasi pakan, masi rendahnya nilai kecernaan ikan tepung keong mas sehinga diperlukan enzim untuk mengurai protein yang terkandung dalam pakan, dengan penambahan enzim papain pada tepung keong mas diharapkan dapat menambah kecernaan pada ikan berdasarkan pengamatan gambaran darah eritrosit, leukosit, hemoglobin, dan hematokrit pada ikan kakap putih.

1.2. Tujuan Dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh pemberian pakan keong mas terfermentasi larutan pepaya dengan dosis yang berbeda terhadap gambaran darah ikan kakap putih.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembudidaya khususnya dalam pemberian pakan tepung keong mas terfermentasi larutan pepaya berdasarkan gambaran darah ikan kakap putih

(17)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)

Adapun klasifikasi ikan kakap putih adalah sebagai berikut Kunvankiji, et al., (1986).

Filum : Chordate

Sub filum : Vetebrata

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Pencomorphi

Famili : Centropomidae

Genus : Lates

Spesies : Lates Calcarifer, Bloch

Gambar 1. Ikan kakap putih (Lates Calcarifer)

Morfologi ikan kakap putih dideskripsikan secara lengkap oleh Tiensorume et al (1989) dalam Widiastuti et al (1999). Bentuk ikan kakap putih adalah pipih dan ramping dengan badan memanjang dan ekor melebar, kepala lancip dengan bagian atas cekung dan cembung didepan sirip punggung. Mulutnya lebar, gigi halus dan bagian bawah operkulum mempunyai duri kecil

(18)

4

dengan cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi. Sirip punggung berjari-jari keras berjumlah 7-9 dan 10-11 jari-jari lemah. Sirip dubur dan sirip ekor bulat, sirip dubur berjari-jari keras berjumlah 3 dan berjari lemah berjumlah 7-8. Sirip dada pendek dan membulat. Sisip ikan kakap putih bertipe sisik besar. Tubuh berwarna keperakan untuk ikan hidup di laut dan Ikan dewasa berwarna biru kehijauan atau ke abu-abuan pada bagian atas dan berwana keperakan bagaian bawah.

2.2. Kebutuhan Protein Ikan Kakap Putih

Protein adalah salah satu nutrisi utama pakan ikan yang mempengaruhi pertumbuhan ikan dengan menyediakan kebutuhan pokok dan asam amino esensial untuk sintesis protein tubuh dan energi untuk pemeliharaan (SNI 7674: 2013). Protein biasanya dianggap sebagai pembatas nutrisi pada pertumbuhan ikan. Semakin tinggi kandungan protein pada pakan semakin tinggi juga biaya pakannya. Kekurangan protein menghasilkan pertumbuhan yang buruk, kelebihan protein menyebabkan peningkatan ekstraksi amonia ke lingkungan sekitarnya dan biaya pakan yang tinggi. Kebutuhan protein pakan pada ikan bervariasi tergantung spesies, tahap pertubuhan, suhu, salinitas, dan faktor setres yang terkait dengan budidaya Giri, N.A. dkk (2007). Pembesaran ikan kakap putih ditambak mempunyai pertubuhan maksimal jika diberi pakan dengan protein sebanyak 38-40%.

(19)

5 2.3. Pertumbuhan Ikan Kakap Putih

Pertumbuhan ikan dapat terjadi apa bila energi yang disimpan lebih besar dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk beraktivitas, kemudian persaingan yang terjadi seperti ruang gerak dan kemampuan mendapatkan makanan berlangsung secara baik tanpa mengakibatkan ikan setres dan terhambatnya pertumbuhan saat pemeliharaan berlangsung, Santoso (2015).

Hasil pertumbuhan panjang mutlak dengan dosis pakan yang diberikan 5% mampu memanfaatkan jumlah pakan yang lebih baik untuk pertumbuhan dilihat dari jumlah pakan yang lebih kecil dari perlakuan lainnya dan cenderung pasif bergerak. Umumnya ikan memerlukan energi yang berasal dari pakan untuk tumbuh, sedangkan jumlah pakan yang rendah akan menghambat pertumbuhan.

Menurut asma et al (2016), jumlah pemberian pakan yang sesuai dengan kapasitas lambung dan kemampuan cerna untuk menghasilkan pertumbuhan beni ikan yang optimal. Selanjutnya menurut Hardianti et al (2016), Menyatakan bahwa pertumbuhan ikan dapat terganggu apabila kelebihan energi untuk gerak dan protein yang berasil dari makanan yang telah digunakan oleh tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak.

2.4. Kualitas Air

2.4.1. Derajat Keasaman (pH)

Parameter kualitas air derajat keasaman (pH) merupakan parameter kualitas air yang cukup penting untuk organisme air terutama di bidang perikanan dalam hal budidaya. pH air sangat mempengaruhi kualitas perairan Karena berpengaruh terhadap kehidupan jasad renik. Perairan yang mempunyai pH

(20)

6

rendah akan tidak sangat produktif karena dapat membunuh biota budidaya. pH yang renda akan mempengaruhi oksigen dalam air karena jika pH rendah maka kandungan DO akan rendah pula Kordi, (2011). Pernyataan Yaqin et al. (2013), yang menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk budaya ikan kakap putih berada pada kisaran 7-8.

2.4.2. Salinitas.

Salinitas merupakan kadar garam terlarut dalam air. Nilai salinitas air untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0-0,5 ppt, perairan payau biasanya berkisar antara 0,5-30 ppt, salinitas air payau dan salinitas air laut lebih dari 30 ppt (Johnson, 2005 dalam hermawan 2015). Menur Patty. (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi salinitas diantaranya suhu dan cura hujan, suhu yang tinggi dapat meningkatkan salinitas perairan dan cura hujan yang rendah mengakibatkan salinitas rendah. Menurut Hardianti at al. (2016), salinitas yang baik untuk air laut dalam budidaya keramba jaring apung adalah berada pada kisaran salinitas 32-36 ppt.

2.4.3. Amoniak

Amoniak (NH3) merupakan senyawa yang bersifat merugikan apa bila terdapat jumlah yang bayak. Sumber amoniak berasal dari kotoran ikan dan sisa-sisa pakan yang mengendap didasar perairan. Menurut buku pedoman penetapan baku mutu lingkungan yang dikeluarkan oleh Sekretariat menteri Negara kependudukan dan lingkungan hidup (1998), ditetapkan bahwa kadar maksimal N - NH3 dalam budidaya ikan air laut kadar NH3 sebagai N yang diperbolehkan adalah 1,0 mg/1 atau kurang.

(21)

7 2.4.3. suhu

Suhu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan penting yang dapat mempengaruhi produksi dalam usaha budidaya perikanan. Air akan mengatur pengendalian suhu tubuh organisme (Boyd 2015) dan pada umumnya ikan sensitif terhadap perubahan suhu air (Chin 2006; Parker 2012). Berbagai aktifitas penting biota air seperti pernapasan, konsumsi pakan, pertumbuhan dan reproduksi akan dipengaruhi oleh suhu perairan Bolorunduro dan Apdullah (1996).

Nilai kisaran suhu perairan selama penelitian 22-30 oC tergolong baik untuk budi daya perikanan, Aurel et al. (2015). Menurut Bolorunduro & Apdullah (1996). Suhu perairan pada kisaran 24-32 oC sangat sesuai untuk budidaya ikan. Boyd dan Lichtkopler (1979) menguatkan pendapat tersebut dengan menyatak pertumbuhan ikan bagus pada suhu peraitran 25-32 oC.

2.5. Keong Mas

Gambar 2. keong emas (Pomacea canaliculata Lamarck)

Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan hewan lunak dari division Mollusca, kelas gastropodo yang berarti jalan dengan perut, ordo

(22)

8

pulmonata, famili pomaceatidae, genus pomacea, spesies pomacea canalicuata lamarck. Keong mas dapat bertahan hidup antara 2 sampai 6 bulan dengan fertilitas yang tinggi. Cangkangnya berwarna coklat muda, dagingnya berwarna putih susu sampai merah keemasan atau oranye Anoniim, (2012).

Keong mas atau dikenal golden apples snail (GAS) sering dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan panen padi. Mollusca jenis hidup diperairan jernih, aliran airnya lambat, drainase tidak baik dan tidak cepat kering, bersubstrat lumpur dengan tumbuhan air yang melimpah. Keong mas mampu bertahan hidup sampai 6 bulan pada air yang memiliki pH 5-8, dan suhu diantar 18-28 0C. keong mas akan makan, bergerak, dan tumbuh, lebih cepat pada suhu yang tinggi. Pada suhu yang rendah keong mas akan masuk dalam lumpur dan menjadi tidak aktif pada suhu diatas 32 0C hewan ini memiliki mortalitas yang lebih tinggi Anoniim, (2013).

Keong mas merupakan hewan mollusca yang siklus hidupnya pendek bereproduksi cepat karena bersifat hemafrodit. Keong mas cukup potensial sebagai sumber protein pakan. Kandungan nutrisi pada keong mas yaitu protein kasar 10,45 %,, lemak 0,37%, abu 1,74% dan serat kasar 0,6 % Firdaus dan Muchlis Z.A. (2005).

Golden snail atau lebih dikenal dengan keong mas pomacael canaliculata dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pakan ikan karena tersedia banyak di alam, bahkan bagi sebagian masarakat keong mas dianggap sebagai hama, bukan merupakan bahan pangan utama bagi manusia serta memiliki nilai gizi tinggi, keong mas merupakan sumber protein pakan yang potensial

(23)

9

karena kandungan potensialnya menyamai tepung ikan. Firdaus dan Muchlis Z.A. (2005).

Keong mas memiliki ciri morfologi hampir sama dengan keong sawa. Cangkang berbentuk bulat mengerucut, berwarna kuning keemasan, diameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm dan berat 4,2-15,8 gram. Keong mas berkembang biak dengan telur. Seekor keong mas betina mampu bertelur hingga 500 butir dalam seminggu.

Firdaus dan Muchlis Z.A. (2005). Membandingkan asam amino esensial daging ikan dengan asam amino daging keong mas yang mempunyai esensial amino acid index (EAAI) sekitar 0,84. Efensiensi pakan pada budidaya perikanan tergantung dari kesamaan profil asam amino pakan dengan ikan yang diberi pakan tersebut.

2.6. Enzim Papain carica papaya L

Enzim merupakan biokatalisator yang diproduksi oleh sel dan telah banyak dimanfaatkan dalam bidang industri. Sebagai biokatalisator, enzim dapat mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi terhadap industri yang menggunakan enzim. 59% enzim yang digunakan adalah protease, salah satunya adalah papain Oktapiana Vina. (2015). Kemampuan papain untuk memecah molekul protein membuatnya menjadi produk yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia baik di rumah tangga maupun di industri. Papain dapat kita peroleh dari getah buah pepaya, baik dalam buah, batang, dan daunya, namun yang paling banyak menghasilkan enzim terdapat pada buah dan batang pepaya. Menurut Indriani Angraini , A dan Yunianta (2015). Batang dan buah pepaya

(24)

10

mudah mengandung enzim yang berlimpah. Senyawa terdapat dalam enzim papaya antara lain lebih dari 50 asam amino diantaranya asam aspartam, treonin, serine, asam glutamat, prolin, glisia alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin, fenilalanin, histidian, iysin, arginin tritophan, dan sistein, selain itu getah juga mengandung suatu enzim pemecah protein atau yang disebut papain. Papain juga bersifat anti bakteri karena dapat memecah protein bakteri papain juga mengandung 1,2% sulfat yang berfungsi mengobati penyakit yang sering disebabkan oleh bakteri gram positif yang hidup pada lingkungan pH antara 2,6-10 dengan pH optimum 6,8-8,2. Erminat Pakki dkk. (2009).

2.7. Peranan Enzim Papain Pada Ikan.

Saat ikan masi berada pada stadium beni, produksi enzim endogennya masi sangat minim. Kondisi ini mengakibatkan pemecah protein tidak sempurna dan daya cerna protein menjadi rendah. Padahal fungsi utama endogen adalah kunci untuk menghidrolisis pakan sehingga nutrisi pakan dapat diserap oleh tubuh. Oleh karena itu mulai digunakan pakan yang mengandung enzim untuk membantu kinerja dari enzim endogen. Nugraha (2019).

2.8. Pemanfaatan Papain Pada Pakan Ikan

Papain memeliki kemampuan mengurai protein dengan cepat. Enzim protease yang terkandung didalamnya mampu menghidrolisi protein menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana pakan yang telah ditambahkan enzim papain dapat dicerna dan sirap dengan optimal oleh tubuh ikan sebagai asupan dari luar tubuh ikan, papain termasuk dalam enzim eksogen ini akan membantu mengurai

(25)

11

atau hidrolisis protein pakan dalam tubuh ikan. Penambahan eksogen papain pada pakan ikan meningkatkan aktivitas perombakan protein dalam usus sehingga penyerapan asam amino lebih sempurna. Hal ini berakibat pada bertambahnya tingkat kecernaan pakan, yang selanjutnya dimanfaatkan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan. Penambahan enzim dalam pakan lebih dapat meningkatkan kualitas pakan. Hal ini didukung oleh Reed (1975).

Penambahan enzim papain dalam pakan ikan nila meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan menunjukan perbandingan antara bobot tubuh yang dihasilkan dan jumlah yang diberikan. Sari, W.A.P. (2012)

2.9. Darah Ikan

Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh mahkluk hidup. Darah mengangkut oksigen, hormon, nutrien, dan hasil buangan. Darah merupakan salah satu parameter untuk melihat kelainan yang terdapat pada ikan. Baik itu karena penyakit ataupun karena keadaan lingkungan. Sehingga dengan mengetahui kondisi gambaran darah ikan dapat mengetahui kondisi kesehatan suatu organisme. Wells (2005).

Parameter darah yang dapat memperlihatkan adanya gangguan iyalah nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah leukosit (sel darah putih) Lagles et al. (1977). Studi hemoglobin merupakan kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan (Nabib R. Pasaribu FH. 1989). Penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi ikan. Penyebab penyakit dapat dibagi dua kelompok yaitu non infeksi

(26)

12

(setres, intoksikasi, defisiensi, nutrisi) dan infeksi (virus, bakteri, cendawan, cacing dan protozoa).

Sistem peredaran darah mempunyai banyak fungsi sebagai alat transportasi oksigen, karbon dioksida, sari sari makanan, maupun hasil metabolisme. Darah membawa substansi dari tempatnya dibentuk ke semua bagian tubuh dan menjaga tubuh untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik. Eritrosit (sel darah merah) membawa oksigen, leukosit (sel darah putih) menjaga tubuh dari serangan patogen sedangkan kombinasi dari faktor pembeku berperan menyumbat kebocoran pembuluh darah tanpa menghambat alirannya. Marthen PDJ. (2005).

Darah terdiri dari duakelompok besar yaitu sel darah dan plasma. Sel terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang berbeda seperti eritrosit, limfosit, monosit dan trombosit. Sedangkan komponen plasma adalah fibrinogen. Ion-ion inorganik dan organik yang berfungsi membantu dalam proses metabolisme. Marthen PDJ (2005).

Kurniawan, W. (2008). Menyatakan bahwa perubahan hematologi pada darah perifer dapat digunakan sebagai indikator adanya infeksi dan kondisi stres pada ikan adanya penurunan jumlah limfosit yang berkorelasi dengan peningkatan seutrofil setelah channel catfish diinjeksi dengan dosis fisiologis cortisol.

2.9.1. Hemoglobin

Hemoglobin merupakan salah satu jenis protein yang terdapat didalam darah yang memiliki zat besi tinggi. Hemoglobin mampu menggabungkan antara oksigen dengan oksigen lainnya yang kemudian membentuk oxihemoglobin

(27)

13

didalam darah hal inilah yang kemudian darah bias membawa oksigen dan mendistribusikannya keseluruhan tubuh. Hemoglobin merupakan molekul darah yang terdiri dari zat hemoglobin (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa, beta dan delta) yang berada didalam sel darah merah sebagai pengangkut oksigen. Fungsi sel darah merah adalah sebagai media pengangkut oksigen dan yang lebih berperan lanjut adalah zat hemoglobin. Moyle dan cech (1998) dalam Vantin (2008).

Lagler et al. (1977) dalam Setiawati (2017) mengatakan bahwa jumlah hemoglobin umumnya berbanding lurus dengan jumlah eritrosit. Rendahnya konsentrasi hemoglobin menunjukan terjadinya anemia dalam tubuh ikan. Ikan yang memiliki amonia memiliki konsentrasi hemoglobin yang rendah akibat penurunan jumlah eritrosit. Hardi et al. (2011) melaporkan kadar hemoglobin dalam darah berkaitan dengan osmolalitas plasma darah. Royaan (2014) mengemukakan bahwa rendahnya kadar hemoglobin berdampak pada jumlah oksigen yang rendah didalam darah. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Listiyanti (2011) dalam matofani (2013), yang menyatakan bahwa kadar hemoglobin setelah uji tantang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan jumlah eritrosit.

2.9.2. Hematokrit

Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit (sel darah merah) dalam darah ikan. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk menentukan keadaan kesehatan ikan. Menurut Royan dkk. (2014) nilai hematokrit normal pada ikan nila berkisar antara 22.00-27,67%.

(28)

14

Nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukan terjadinya anemia. Kadar hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan. Marthen PDJ. (2005).

Perhitungan nilai hematokrit dan kadar hemoglobin mencerminkan oksigen yang membawa daya muat dalam darah. Nilai yang rendah dapat disebabkan karena kerusakan insang atau osmoregulasi yang cacat. Sementara nilai yang tinggi menunjukkan naiknya permintaan oksigen atau tekanan yang akut. Dewi. (2012). Apabila ikan terkena infeksi atau setres, nafsu makan ikan akan menurun dan nilai hematokrit darah akan menurun. Pada kasus seperti anemia mikrositik, jumlah dan ukuran sel darah merah berkurang, sehingga nilai hematokrit juga rendah. Nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin ukuran tubuh dan masa pemijahan. Jawab dkk. (2004).

2.9.3. Erirtrosit

Erirtrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak jumlahnya. Inti sel eritrosit terletak sentral dengan sitoplasma akan terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan Giemsa. Dopongtonung A. (2008). Menurut Fujaya. (2004), jumlah eritrosit pada masing-masing spesies ikan berbeda, tergantung dari aktifitas ikan tersebut.

Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut Hb dan berperan membawa oksigen dari insang atau paru-paru kejaringan, selain transportasi Hb, eritrosit juga mengandung asam karbonat dalam jumlah besar yang berfungsi mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan air sehingga darah dapat mentranspor karbondioksida dari jaringan menuju insang. Menurut Hartika dkk.

(29)

15

(2014), jumlah eritrosit normal pada ikan nila berkisar antara 20.000 – 3.000.000 sel/mm3.

Faktor yang mempengaruhi nilai eritrosit ikan antara lain umur, jenis kelamin, lingkungan, nutrisi, dan kondisi kekurangan oksigen. Yanto dkk. (2015). Jumlah eritrosit dipegaruhi oleh suhu air. Suhu yang tinggi akan menyebabkan penurunan jumlah eritrosit. Selain itu jumlah eritrosit juga dipengaruhi oleh penyakit dan setres. Ikan yang terkena penyakit atau napsu makannya menurun. Maka nilai hematokrit darahnya mengakibatkan tidak normal dan diikuti dengan jumlah eritrosit yang juga rendah. Bastiwan dkk. (1995). Rendahnya jumlah eritrosit merupakan indicator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah eritrosit mengindikasikan bahwa ikan salam keadaan setres. Wedemeyer dan yasutake. (1977).

2.8.4. Leukosit

Leukosit adalah sel darah putih yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna memiliki inti. Dapat bergerak secara amoeboid dan dapat menebus dinding kapiler. Menurut Sansoko (2001) jumlah leukosit normal pada ikan berkisar antara 20.000/150.000 sel/mm3

Jumlah leukosit yang masi dalam angka normal tersebut menunjukan bahwa proses hematopoiesis masih berlangsung pada ikan walaupun suda terpapar timbal klorida. Jumlah leukosit pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis atau spesies, umur dan aktivitas otot. Salasia. (2001). Menurut Sasongko .

(30)

16

(2001) leukosit akan menurun jika ikan dalam kondisi setres, contohnya stres panas. Leukosit akan meningkat saat ikan akan terinfeksi sebagai bentuk respons imunitas tubuh dalam melawan mikro organisme. Alamanda IE dkk. (2007), menyatakan perubahan kondisi lingkungan perairan, perubahan kualitas air dan kekurangan pakan alami dapat menyebabkan penurunan jumlah leukosit pada ikan sehingga menyebabkan penurunan produksi antibodi, ketahanan tubuh menurun dan mudah terserang penyakit.

(31)

17

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tagal 25 agustus 2020 sampai pada tagal 25 september 2020, uji sampel darah dilakukan di laboratorium bertempat di BPBAP takalar Kecamatan Balisai Sulawesi selatan. Proses pemeliharaan ikan kakap putih dilakukan di balai perikanan, instalasi tambak percobaan (ITP) Punaga, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah baskom dengan volume air 30 liter digunakan sebagai wadah penelitian, Penggaris untuk mengukur panjang ikan, timbangan digital untuk mengukur berat ikan, panci untuk merebus keong mas, pisau untuk memotong keong mas, blender untuk menghaluskan keong mas, termometer digunakan untuk mengukur suhu, alat mengukur pH, repraktometer untuk mengukur Salinitas, digunakan untuk memberi label pada wadah penelitian, spidol pulpen dan buku digunakan sebagai alat tulis, perangkat aerasi, suntik untuk mengambil darah ikan, alat dan bahan yang digunakan di laboratorium mikroskop, micro slide, mikrokapiler, mikro tabung, dan HB-meter,

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan kakap putih, garam dapur, kapur sirih, enzim papain, keong mas, air laut, dan cairan HCI.

(32)

18

Pembuatan tepung keong mas di awali dengan mengumpulkan keong mas yang berada di sawah lalu dicuci hingga bersih, langka selanjutnya dilakukan perendaman pada keong mas dengan tambahan garam sebanyak 250 gram lalu didiamkan selama 15 menit kemudian dicuci lagi hinga bersih. Tahap selanjutnya keong mas direbus dalam panci dengan suhu 600C dan ditambahkan garam dapur sebanyak 5 sendok makan dan kapur siri sebanyak 3 sendok makan. Setelah 20 menit direbus keong mas segerah dilepaskan dari cangkangnya, untuk proses pelepasan keong mas dari cangkangnya Digunakan benda tajam yang runcing untuk menarik keluar keong mas dari cangkangnya, keong mas yang berhasil dikeluarkan dari cangkangnya akan dipisahkan dari kotorannya dan dibuang bagian yang tidak diperlukan, selanjutnya daging keong mas di cuci hinga bersih kemudian di iris perkecil menggunakan pisau. Daging keong mas yang telah di iris dijemur selama 3 hari, Daging keong mas yang telah mengering diolah dijadikan tepung keong mas.

3.4. Pembuatan Enzim Papain

Pembuatan enzim papain diawali dengan mengambil batang pepaya dari perkebunan sekitar wilayah makassar. Batang pepaya diambil sepanjang 30 cm dari pangkal batang, kemudian batang pepaya diparut. Setelah diparut, batang pepaya tersebut diperas menggunakan ayakan. Lalu tahap selanjutnya dilakukan sentrifuge, kemudian dilakukan analisis aktifitas enzim guna untuk menentukan enzim protease, lipase, dan amilase pada enzim papain. Adapun hasil uji enzim batang papaya yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil uji enzim dari batang papaya dengan kandungan protease, amilase lipase

(33)

19 Kode

Enzim (μ/ml/menit)

Protease Amilase Lipase

Batang Pepaya 0,707 0,466 0,251

3.5. Fermentasi Tepung Keong Mas dan Pembuatan Pakan

Tepung keong mas ditimbang sesuai perlakuan, kemudian ditambahkan enzim papain sebanyak 15 ml untuk perlakuan B, 22,5 ml untuk perlakuan C, dan 30 ml untuk perlakuan D. Selanjutnya dimasukkan dalam wadah plastik klip dan difermentasikan selama 1 minggu secara anaerob. Selanjutnya disimpan dalam box dengan tujuan agar suhu ruangan tetap sama. Setelah proses inkubasi selesai, disimpan dalam freezer untuk menghentikan kerja enzim, kemudian tahap selanjutnya tepung keong mas yang telah difermentasi diformulasikan dengan bahan pakan lainnya kemudian dicetakkan pakan. Adapun formulasi pakan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Komposisi pakan ikan kakap putih

No. Bahan Pakan Formulasi Bahan Pakan

1. Tepung Ikan 25 %

2. Dedak Halus 14 %

3. Kedelai 15 %

4. Tepung Jagung 13 %

5. Tepung Keong Mas 20 %

6. Tepung Terigu 11 %

7. Minyak Ikan 1 %

8. Vitamin A 1 %

Jumlah 100 %

(34)

20

Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah baskom plastik dengan volume 30 liter sebanyak 4 buah, setiap wadah di isi air sebanyak 25 liter dengan padat tebar 10 ekor setiap baskomnya. Setiap baskom diberi satu selang aerasi dan batu aerasi yang terhubung dengan instalasi aerasi untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam media pemeliharaan.

3.7. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan kakap putih yang berukuran 10-11 cm. yang diperoleh dari Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Kecamatan Balisai Sulawesi selatan.

3.8. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan diawali dengan pengambilan darah ikan kakap putih untuk diuji laboratorium sebagai data awal dan selanjutnya mempersiapkan wadah dan media, mempersiapkan beni dan pakan, dalam proses pemeliharaan diberi pakan tiga kali sehari secara adlibitum. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari yah itu di pagi hari pukul 06-00 dan sore hari pukul 17-00. Pergantian air dilakukan setiap pagi pukul 05-00, setelah pemeliharaan selama 30 hari ikan dibawah di laboratorium uji balai perikanan budidaya air payau takalar untuk diambil sampel darahnya mengunakan suntik, parameter yang uji iyalah eritrosit, leukosit, hemoglobin dan hematokrit.

(35)

21

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif terdiri dari 4 perlakuan dengan Susunan Perlakuan Dalam penelitian ini sebagai berikut:

A: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 0 ml / kg pakan B: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 15 ml / kg pakan C: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 22,5 ml / kg pakan D: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 30 ml / kg pakan 3.10. Variabel yang diamati

3.10.1. Hemoglobin

Prosedur perhitungan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengacu pada metode Salhi. Pertama, darah sampel dihisap dengan menggunakan jarum suntik lalu disalin pada pipet hingga skala 20 mm3 atau pada skala 0,2 ml. lalu ujung pipet dibersikan dengan kertas tisu. Kemudian, darah dalam pipet dipindahkan ke dalam tabung Hb meter yang telah diisi HCI 0,1 N hingga skala 10 (merah). Setelah itu, darah tersebut lalu diaduk dengan batang pengaduk selama 3 hingga 5 menit. Setalah itu, akuades ditambahkan ke dalam tabung tersebut hingga warna darah tersebut berubah seperti warna larutan standar warna yang ada didalam Hb meter. Kadar hemoglobin dinyatakan dalam g%.

3.10.2. Hematokrit

Kadar hematokrit diukur menurut Anderson dan Swicki. (1993). Pertama, darah diambil sebanyak 2/3 bagian tabung. Ujung tabung yang telah berisi darah ditutup dengan crytoceal dengan cara menancapkan ujung tabung tersebut ke dalam crytoseal kira-kira sedalam 1 mm sehingga terbentuk crytoseal. Setelah itu,

(36)

22

tabung mikro hemtokrit tersebut disentrifuge 5 menit dengan kecepatan 5.000 rpm dengan posisi tabung yang bervolume sama berhadapan agar putaran centrifuge seimbang. Panjang bagian darah yang mengendap (a) dan panjang total volume darah yang terdapat didalam tabung (b) diukur dengan menggunakan penggaris. Kadar hematokrit dinyatakan sebagai % volume padatan sel darah.

3.10.3. Eritrosit

Prosedur perhitungan jumlah eritrosit diukur menurut Blaxhall dan Daisley (1973), pertama darah dihisap dengan jarum suntik lalu disalin pada pipet yang berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 1 (pipet untuk mengukur jumlah sel darah merah), lalu tambahkan larutan hayem’s sampai skala 101, pengadukan darah didalam pipet dilakukan dengan mengayunkan tangan yang memegang pipet seperti membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet dibuang. Selanjutnya tetesan pada haemocytometer tipe neubauer dan tutup dengan gelas penutup. Kemudian, hitung jumlah sel darah merah dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400 x. Menurut Blaxhall dan Daisley (1973) total eritrosit dihitung dengan rumus.

∑ eritrosit = Rataan Sel eritrosit terhitung x pengencer

volume

(37)

23

Prosedur perhitungan jumlah leukosit diukur menurut Blaxhall dan Daisley (1973), pertama darah sampel dihisap dengan pipet yang berisi bulir pengaduk berwarna putih sampai skala 0,5. Lalu, tambahkan larutan Turk’s sampai skala 11, pipet digoyang membentuk angka 8 (sama dengan pengadukan untuk penghitungan jumlah sel darah merah) selama 3-5 menit sehingga darah bercampur rata. Setelah itu, dua tetes pertama larutan darah dari dalam pipet dibuang, kemudian teteskan larutan pada haemocytometer, setelah itu ditutup dengan gelas penutup. Cairan akan memenuhi ruang hitung secara kapiler. Jumlah sel darah putih atau leukosit total dihitung dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 400 X. Jumlah leukosit total dihitung dengan cara menghitung sel yang terdapat dalam 4 kotak kecil. total leukosit dihitung dengan rumus.

∑ leukosit = Rataan Sel leukosit terhitung x pengencer

volume

3.10.5. Pengukuran kualitas air

Pengukuran kualitas air dilakukan sebagai data penunjang pada penelitian ini. Parameter kualitas air yang diukur antara lain suhu, pH, salinitas, dan Amoniak

3.11. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif berdasarkan gambaran darah ikan kakap putih dengan parameter leukosit, eritrosit, hemoglobin dan hematokrit, dari tiap sampel diambil dari dari setiap perlakuan dan dibandingkan dengan perlakuan lainya.

(38)

24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan (Tabel 5) bahwa penambahan enzim papain pada pakan tepung keong mas memberikan hasil yang berbeda disetiap parameter dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan yang diberikan konsentrasi enzim 30 ml/kg pakan memberikan hasil gambaran darah ikan kakap putih terbaik dibandingkan dengan perlakuan yang lain untuk setiap parameternya.

Tabel 3. Laporan Hasil Uji Laboratorium. Darah Ikan Kakap Putih Dengan Parameteri Eritrosit, Leukosit, Hemoglobin, dan Hematokrit

Parameter Satuan

Uji awal

Uji akhir (Perlakuan dan Konsentrasi enzim) A 0 ml/kg B 15 ml/kg C 22,5ml/kg D 30 ml/kg Total Eritrosit Sel/mL 4,2 x 105 2,7 x 105 3,9 x 105 4,4 x 105 4,5 x 105 Total Leukosit Sel/mL 3,0 x 104 1,6 x 104 2,7 x 104 5,7 x 104 8,0 x 104 Kadar Hemoglobin g/100mL 6 6 6 6,5 7

Nilai Hematokrit % 25 21,5 22,5 25 25,5

4.1. Pengamatan Darah 4.1.1. Total Eritrosit

Dari hasil pengamatan pada tabel 2 dapat dinyatakan bahwa, total eritrosit tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim 30 ml/kg pakan, yaitu 450.000 sel/mm³, diikuti oleh Perlakuan C dengan konsentrasi enzim 22,5 ml/kg pakan adalah, 440.000 sel/mm³, perlakuan B, konsentrasi enzim 15 ml/kg dengan total eritrosit 390.000 sel/mm³. Total eritrosit terendah terdapat pada perlakuan A yaitu sebagai kontrol dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg adalah 270.000 sel/mm³.

(39)

25

Gambar 3. Grafik Pengamatan (Eritrosit) darah ikan kakap putih

Pemberian pakan tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain pada ikan kakap putih diketahui adanya perubahan peningkatan pada nilai eritrosit, hal tersebut menggambarkan bahwa pakan yang difermentasi enzim papain mampu meningkatkan nilai eritrosit disetiap perlakuannya dapat dilihat pada pada gambar 3 yang menunjukkan tingginya nilai eritrosit darah ikan kakap putih yang diberi perlakuan penambahan konsentrasi enzim pada pakan dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang tidak menggunakan enzim pada pakan.

Meningkatnya nilai eritrosit yang dipengaruhi fermentasi enzim papain dalam pakan tepung keong disetiap perlakuan masih dalam kisaran normal atau bagus. Menurut Hartika dkk. (2014), jumlah eritrosit normal pada ikan nila bekisar antara 20.000 – 3.000.000 sel/mm3. Rendahnya jumlah eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah eritrosit mengindikasi bahwa ikan dalam keadaan setres.

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 500000 A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml) T o tal e ri ro si t (s el /m L) Perlakuan

(40)

26 4.1.2. Total Leukosit

Hasil pengamatan total leukosit ikan kakap putih tertinggi setelah penambahan enzim dalam pakan terdapat pada perlakuan D dengan Konsentrasi enzim 30 ml/kg sebanyak 80.000 sel/mm3. Kemudian diikuti oleh perlakuan C dengan konsentrasi enzim 22,5 ml/kg yaitu sebanyak 57.000 sel/mm3, dan nilai total leukosit pada perlakuan B dengan konsentrasi Enzim 15 ml/kg sebanyak 27.000 sel/mm3. nilai total leukosit terendah terdapat pada perlakuan A dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg adalah 16.000 sel/mm3.

Gambar 4. Grafik Pengamatan (Leukosit) darah ikan kakap putih

. penambahan enzim papain pada pakan tepung keong mas dapat mempengaruhi leukosit pada ikan kakap putih, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah leukosit pada ikan kakap putih disetiap perlakuan, leukosit tertingi terdapat pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim 30 ml/kg pakan sebanyak 80.000 sel/mm3, sedangkan nilai leukosit terendah terdapat pada perlakuan A dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg pakan 16.000 sel/mm3. Menurut Sasongko (2001) jumlah leukosit normal pada ikan bekisar antara 20.000/150.000 sel/mm3. 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml) T o tal Le u k o si t (s el /m L) Perlakuan

(41)

27

Menurunnya jumlah leukosit pada perlakuan A diduga karena pakan tepung keong mas yang diberikan tidak terfermentasi enzim papain. Kondisi ini mengakibatkan pemecahan protein tidak sempurna dan daya cerna protein rendah sehingga ikan kekurangan energi untuk bergerak sehinga aktifitas otot ikan berkurang dan menyebabkan penurunan produksi kekebalan tubuh pada ikan, sedangkan fungsi utama pengunaan enzim dalam pakan adalah mampu menghidrolisis protein ke bentuk yang lebih sederhana dan mampu mengurai protein dengan cepat. Penambahan enzim dalam pakan lebih dapat meningkatkan kualitas pakan. Hal ini didukung oleh Reed (1975).

4.1.3. Kadar Hemoglobin

Hasil pengamatan pada kadar hemoglobin tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan konsentrasi Enzim 30 ml/kg yaitu 7 g/%, diikuti oleh perlakuan C dengan konsentrasi Enzim 22,5 ml/kg adalah 6,5 g/%, sedangkan kadar hemoglobin terendah terdapat pada perlakuan A dan B yaitu sebesar 6 g/% dengan konsentrasi enzim A 0 ml/kg dan B 15 ml/kg.

Gambar 5. Grafik Pengamatan (Hemoglobin) darah ikan kakap putih

5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 7 7.2 A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml) K ad ar Hem ogl ob in ( g/100 m L ) Perlakuan

(42)

28

Jumlah hemoglobin dari semua perlakuan berkisar antara 6-7 g/%. Nilai hemoglobin yang didapatkan dengan pemberian pakan yang difermentasi enzim papain masi tergolong bagus, hal ini sesuai dengan pernyataan (Anderson dan Siwicki (1993) diacu dalam Sasongko (2001). Yang menyatakan bahwa nilai hemoglobin pada ikan berkisaran normal yaitu 6-7 g/%.

Rendanya nail hemoglobin pada perlakuan A dan B disebabkan rendahnya nilai eritrosit, hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawati (2017) menyatakan bahwa jumlah hemoglobin umumnya berbanding lurus dengan jumlah eritrosit. Rendahnya konsentrasi hemoglobin menunjukkan terjadinya anemia dalam tubuh ikan. Ikan yang menderita anemia memiliki konsentrasi hemoglobin yang rendah akibat penurunan jumlah eritrosit. Hardi et al. (2011) melaporkan kadar hemoglobin dalam darah berkaitan dengan osmolaritas plasma darah. Royan (2014) mengemukakan bahwa rendahnya kadar hemoglobin berdampak pada jumlah oksigen yang rendah didalam darah.

4.1.4. Kadar hematokrit.

Nilai kadar hematokrit ikan kakap putih tertinggi setelah penambahan enzim papain dalam pakan terdapat pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim 30 ml/kg sebesar 25,5 g/%, kemudian diikuti oleh perlakuan C dengan konsentrasi enzim 22.5 ml/kg yaitu sebesar 25,0 g/% dan nilai hematokrit pada perlakuan B dengan konsentrasi enzim 15 ml/kg pakan adalah 22,5 g/%. Sedangkan nilai hematokrit terendah terdapat pada perlakuan A dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg adalah 21,5 g/%.

(43)

29

Gambar 6. Grafik Pengamatan (Hematokrit) darah ikan kakap putih. Dari data pengamatan darah ikan kakap putih telah diketahui bahwa kadar hematokrit yang normal terdapat pada perlakuan B, C, dan D, sedangkan A tergolong renda hal ini sesuai dengan pernyataan Royan dkk. (2014) yang menyatakan nilai hematokrit normal pada ikan nila bekisar antara 22,00 % - 27,67 %. nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukan terjadinya anemia.

Kadar hematokrit ini bervariasi berpengaruh pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan. Marthen PDJ. (2005). Dalam kasus penelitian ini terjadinya penurunan nilai hematokrit pada ikan kakap putih diduga karena tidak adanya fermentasi enzim papain dalam pakan, diketahui bahwa fermentasi enzim papain berbeda disetiap perlakuan, perlakuan A dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg pakan mendapatkan nilai hematokrit terenda yah itu sebesar 21,5 g/%, sedangkan pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim 30 ml/kg pakan mendapatkan nilai eritrosit tertinggi yah itu sebesar 25.5 g/%. Pakan yang telah ditambahkan enzim papain dapat dicerna dan diserap dengan optimal oleh tubuh ikan penambahan enzim dalam pakan lebih dapat meningkatkan kualitas pakan, Reed (1975).

19 20 21 22 23 24 25 26 A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)

N

Il

ai

H

em

at

ok

ri

t

(%

)

Perlakuan

(44)

30

4.2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Hasil analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang diberi pakan dengan penambahan tepung keong mas terfermentasi enzim papain selama penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan kakap putih rata-rata selama 30 hari pemeliharaan bervariasi dan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu pemeliharaan untuk semua perlakuan. Perhitungan laju pertumbuhan harian ikan kakap putih terdapat pada lampiran 2 menunjukkan bahwa pakan perlakuan ikan kakap putih yang diberikan tidak berbeda nyata karena F hitung > F tabel 0,05 dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan yang menunjukkan perlakuan D dengan dosis enzim papain 30 ml memberikan hasil yang diberi tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain dengan dosis 22,5 ml (perlakuan C), dosis enzim papain 15 ml (Perlakuan B) dan perlakuan A (kontrol). Hasil analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian disajikan pada gambar 7.

Gambar 7. Laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang diberi pakan keong

mas terfermentasi enzim papain dengan konsentrasi berbeda menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P<0.05)

0 1 2 3 4 5 6 A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml) laj u p er tu m b u h an h ar ian (% h ar i)

Pertumbuhan

(45)

31

Pemberian tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain pada ikan kakap putih melalui pakan diketahui adanya peningkatan pertumbuhan hal tersebut menggambarkan bahwa pakan yang diberikan mampu dimanfaatkan dalam proses pertumbuhan, hal tersebut dapat dilihat pada pada Gambar 7 yang menunjukkan tingginya nilai laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang diberi perlakuan dibandingkan dengan tanpa perlakuan (Kontrol). Pemberian tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain dalam pakan mampu meningkatkan laju pertumbuhan harian ikan kakap putih, nilai terendah didapat pada perlakuan A (kontrol) sebesar 3.46 %/hari, sedangkan peningkatan laju pertumbuhan harian tertinggi diperoleh pada perlakuan D (30 ml) yaitu sebesar 5,21 %/hari. Peningkatan laju pertumbuhan harian tersebut diduga karena karena tepung keong mas terfermentasi enzim papain yang ditambahkan ke dalam pakan memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga menghasilkan pertumbuhan yang baik karena protein merupakan nutrien terbesar untuk tubuh ikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat kordi (2011) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan kakap adalah kandungan protein yang terdapat pada pakan karena protein memiliki fungsi membentuk jaringan baru dan menggantikan jaringan yang rusak.

Selain itu Penambahan enzim papain yang merupakan enzim protease sebagai enzim eksogen ke dalam pakan mampu meningkatkan hidrolisis protein dari tepung keong mas. sehingga kandungan protein tersebut lebih sederhana seperti peptida hingga asam amino dan mudah diserap dan dicerna oleh ikan, yang akan berakibat pada tingkat kecernaan pakan yang semakin meningkat. Dengan

(46)

32

tingginya tingkat kecernaan pakan dapat meningkatkan tingkat penyerapan asam amino ke dalam tubuh untuk pertumbuhan. Syahputra et. al.2015 menyatakan bahwa penggunaan enzim papain pada pakan mampu meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan dosis terbaik 2.5%. sehingga dengan kombinasi tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain yang di substitusi ke dalam pakan sangat baik dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan kakap putih.

Tingginya laju pertumbuhan harian pada perlakuan D dibanding perlakuan lainnya diduga karena kandungan protein yang terdapat dalam tepung keong mas yaitu sekitar 47,55% dimanfaatkan secara efisien ditambah dengan adanya penambahan enzim papain saat proses fermentasi dengan dosis 30 ml, Semakin banyak protein yang dapat terhidrolisis ke bentuk asam amino, maka semakin banyak pula jumlah asam amino yang dapat diserap dan digunakan oleh ikan kakap putih untuk pertumbuhan (Muchtadi, 1989).

Sedangkan pada Perlakuan A (kontrol) memberikan hasil terendah dibandingkan perlakuan lain sebab pada perlakuan A diduga bahwa tidak terdapatnya enzim papain sebagai enzim eksogen dalam pakan yang dapat membantu mempercepat proses hidrolisis protein, sehingga hanya sedikit protein yang dipecah ke bentuk asam amino dan semakin sedikit asam amino yang diserap oleh tubuh.

(47)

33 4.3. Pengelolaan Kualitas Air

Saat pelaksanaan kegiatan penelitian ini, pengolahan kualitas air yang dilakukan selama satu bulan. Kualitas air yang diukur yaitu pH, salinitas, amoniak, dan suhu. Selain melakukan pengukuran kualitas air, saat pelaksanaan Magang juga melakuan pergantian airnya setiap hari dengan cara membuka saluran pembuangan airnya setelah diberi pakan, hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas airnya

Tabel 7. Hasil uji kualitas air dengan parameter ph, salinitas, amoniak, suhu

Parameter Satuan

Perlakuan

Hasil yang baik menut para ahli

A B C D pH - 7,4-7,7 7,4-7,7 7,4-7,7 7,4-7,7 7,0-8,9 Salinitas Ppt 36 36 36 36 30-36 Amoniak mg/L 0,6425 0,8509 0.8153 0,9495 0.006-1,0 Suhu °C 24-27 24-27 24-27 24-27 24-32 4.3.1. Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore, tabel diatas (tabel 3 menunjukan bahwa pada perlakuan A,B,C dan, D didapatkan nilai pH yang sama yah itu minimum 7,4 dan pH nilai maksimum 7,7, nilai pH yang didapat pada penelitian ini masih tergolong baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yaqin et al. (2013), yang menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya ikan kakap putih berada pada kisaran 7-8.

(48)

34 4.3.2. Salinitas

Salinitas merupakan kadar garam terlarut dalam air. perairan payau biasanya berkisar antara 0,5–30 ppt dan salinitas perairan laut lebih dari 30 ppt. Menurut Patty (2013). Pengukuran salinitas dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.00 dan sore hari pada pukul 17-00. Tabel diatas (Tabel 3) menunjukan bahwa pada perlakuan A, B, C dan, D didapatkan nilai salinitas yah itu 36 ppt. Menurut Hardianti et al., (2016) pada umumnya ikan kakap putih hidup di laut dengan salinitas yang tingi yah itu 35-36 ppt namun dalam budidaya air payau, ikan kakap putih mampu mentolerir salinitas berkisaran 30-33 ppt. Dalam penelitian ini nilai salinitas yang didapatkan cukup bagus karena sesuai dengan habitatnya pada umumnya yah itu air laut.

4.3.3. Amoniak

Amoniak (NH3) merupakan senyawa yang bersifat merugikan apabila terdapat dalam jumlah yang banyak. Sumber amoniak berasal dari kotoran ikan, dan sisa pakan yang mengendap didasar perairan. Pengukuran amoniak dilakukan dua kali yaitu sebelum diberi pakan dan sebelum pergantian Air, dapat dilihat pada tabel di atas (Tabel 3) yang menunjukan bahwa pada Petak A, B, C dan,D, didapatkan nilai minimum amoniak 0.006 mg/L dan nilai amoniak maksimum untuk perlakuan A sebesar 0.6425 mg/L, perlakuan B didapatkan nilai minimum amoniak 0.8509 mg/L, perlakuan C didapatkan nilai maksimum amoniak 0,8153 dan petak D didapatkan nilai amoniak 0,9495.

(49)

35

Jumlah amoniak yang ditemukan dalam penelitian masi dapat ditolerir oleh ikan kakap putih, menurut buku Pedoman Penetapan Baku Mutu lingkungan yang dikeluarkan oleh sekretariat menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup (1988), ditetapkan bahwa nilai maksimum N–NH3 di bidang budidaya ikan air tawar adalah 0,016 mg/1. Sedangkan untuk budidaya ikan air laut NH3 sebagai N yang tergolong baik adalah 1,0 mg/1 atau kurang.

4.3.4. Suhu

Suhu perairan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi Berbagai aktivitas penting biota air seperti pernapasan, konsumsi pakan, pertumbuhan, dan reproduksi. Boyd (2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap budidaya pembesaran ikan kakap putih didapatkan nilai suhu yah itu 24-27 0C pada perlakuan A,B,C dan D. hasil tergolong bagus, sesuai dengan pernyataan Bolorunduro dan Abdullah (1996) yang mengatan bahwa suhu perairan pada kisaran 24-32 sangat baik untuk pertumbuhan ikan budidaya.

(50)

36

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, penelitian ini dapat di simpulkan bahwa penambahan enzim papain dengan dosis konsentrasi enzim 30 ml / kg pakan mendapatkan hasil yang lebih baik karena dapat meningkatkan kadar eritrosit sebanyak 450.000 sel/mm3, leukosit sebanyak 80.000, hemoglobin sebanyak 7 g/% dan hematokrit sebanyak 25.6 %. Sedangkan yang terendah terdapat paa perlakuan A (kontrol) tanpa menggunakan enzim mendapatkan nilai total eritrosit sebesar 270.000 sel/mm3, total leukosit sebesar 16.000 sel/mm3, kadar hemoglobin sebanyak 6 g/100ml, dan nilai hematokrit sebanyak 21.5 %.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini, dengan pemberian enzim papain pada pakan tepung keong mas mampu meningkatkan jumlah leukosit, diharapkan untuk kedepannya dapat dilakukan uji tantang bakteri terhadap ikan kakap putih dengan menggunakan formula pakan yang di fermentasi enzim papain sebagai bentuk dari lanjutan penelitian ini.

(51)

37

DAFTAR PUSTAKA

Alamanda IE, Noor SH dan Agung B. 2007. Penggunaan Metode Hematologi Dan Pengamatan Endoparasit Darah Untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. Biodiversitas. Volume 8, nomor 1, halaman : 34-38

Anderson, D. P. dan Siwicki A. K. 1993. Basic hematology and serology for fish health. Symposium on Diseases Asia Aquaculture “Aquatic Animal Health and The Environment” 25-29 October 1993. Phuket, Thailand

Anggraini, A. dan Yunianta. 2015. Pengaruh suhu dan hidrolisis enzim papain terhadap sifat kimia, fisik organoleptik sari edamame. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol 3 (3): 1015-1025.

Anonim, 2012b. Diktat Aneka Ternak Keong Emas. http://rohmatfapertanian. wordpress.com /2012/08/06/diktat-aneka-ternak-16-keong-mas. Tanggal akses 10 Oktober 2013.

Anonim, 2013. Pomacea canaliculata (golden apple snail). CAB International 2013. http://www.cabi.org/isc/?compid = 5&dsid = 68490&loadmodule = datasheet&page=481&site=144. Tanggal akses 10 Desember 2013.

Asma, N., Muchlisin, Z.A., Hasri, I., 2016. pengaruh Pertumbuhan dengan Kelangsungan Hidup Ikan (Osteochilus Vittatus) terhadap Ransum Yang Berbeda. Jurnal Ilmia Kelautan dan Perikanan Unsyiah 1(1): 1-11.

Bastiawan, D., M. Taukhid, Alifudin dan T.S. Dermawati. 1995. Perubahan hematologi ikan lele (Clarias gariepinus) yang di infeksi cendawa Aphanomyces sp. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 1(2):106-115. Blaxhall, P. C. dan Daisley K. W. 1973. Routine haematological methods for use

fish blood. Journal Fish Biology 5: 577-581.

Budidaya (BLUPPB). Perpustakaan Universitas Airlangga Karawang. Jawa Barat Dewi, N.K. 2012. Biomarker Pada Ikan Sebagai Alat Monitoring Pence maran

Logam Berat Kadmium, Timbal dan Merkuri di Perairan Kaligarang Semarang. Thesis. Universitas Diponegoro

Espelid, S., Hjelmeland K., dan Jorgensen T. 1987. The Spesificity of atlantic salmon antibodies made against the fish pathogen Vibrio salmonicida establishing the surface protein VS-P1 as the dominating antigen. Developmental and Comparative Imunology 11: 529-537

Ermina Pakki, Syaharuddin Kasim, Muzakkir Rewa, dan Sony. 2009. uji aktivitas anti bakteri enzim papain dalam sediaan krim terhadap staphylococcus aureus. Karangan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar, Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No. 1 – (ISSN : 1410-7031).

(52)

38

Firdus dan Muchlisin Z.A. (2005). Pemanfaatan Keong Mas (Pomacea canaliculata) sebagai Pakan Alternatif untuk Budidaya Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina). ENVIRO. 5 (1) 64-66, Maret 2005, ISSN: 1411-4402.

Fuady, M. F., M. N. Supardjo dan Haeruddin. 2013. Pengaruh Pengelolaan Kualitas Air terhadap Tingkat kelangsungan hidup dan Laju Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Di PT. Indokor Bangun Desa, Yogyakarta. Diponegoro Journal Of Maquares. 2 (4): 155-162.

Fujaya Y. 2004. Fisiologi ikan. Penerbit Rineka Cipta. 179 hal.

Giri, N.A, Suwirya, K, Pithasari, A.I. 2007. Pengaruh Kandungan Protein Pakan untuk Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Benih Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimalatus). Jurnal Perikanan. Vol IX(1): 55- 62

Hardianti, Q., Rusliadi., Mulyadi. 2016. Effect Of Feeding Made and Different Composition On Growth and Survival Seeds Of Barramundi (Lates calcarifer , Bloch ). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 9 (1): 1-10

Hartika, R., Mustahal, A.N. Putra. 2014. Gambaran darah ikan nila (Oreochromisniloticus) dengan penambahan dosis probiotik yang berbeda dalam pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4(4):259-267.

Hutabarat, J., D, Rachmawati., Samidjan, I. (2016). Pengaruh Enzim Protease Papain dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Net Protein Ultilization Benih Ikan Lele Sangkuriang yang Dibudidaya Di Desa Wonosari, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Pena Akuatika. Vol 14 (1), 25-35.

Jawad, L.A., M.A. Al-Mukhtar and H.K. Ahmed. 2004. therelationship between

haematocrit and biological parameters of the indian shad,

Tenualosailisha(Family Clupeidae). Anim. BiodConserv. 27(2):47-52. Kordi, 2011. Budidaya Ikan Laut. Rineka Cipta, Jakarta

Kungvankij, P.B.J. Pudadera, JR., L.B.Tiro, JR., I.O. Potestas. 1986. Biology and Culture of Sea Bass (Lates calcarifer bloch). NACA Training Manual Series No 3.70p.Kordi, K. M. Ghufran.2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kurniawan, W. (2008) Hubungan Kadar Pb dalam Darah Dengan Profil Darah pada Mekanik Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak. Semarang: Program Pasca-sarjana Universitas Diponegoro.

Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino DRM. 1977. Ichthyology. John Willey and Sons. Inc. new York-London. Hlm 506.

Marthen PDJ. 2005. Gambaran Darah Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang Diberi Pakan Lemak Patin Sebagai Sumber Lemak dalam Pakan [Skripsi]. Program Studi Teknologi Managemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 60 hlm.

(53)

39

Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB.

Nugraha, A.P.2016. Pengaruh Penggunaan Papain Terhadap Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan ikan Mas. (Cyprius capio.). [Skripsi ],Universitas Diponogor,Semarang, 72 hlm.

Oktapiani, Vina. 2015. Aplikasi Enzim Papain dan Enzim Bromelin pada Proses Pengempukan Daging. vinaoktap2015.wordpress.com. Diakses : 01 Maret 2016

Perius,Y. 2011. Peranan Nutrient dan Kebutuhan Nutrisi Ikan.

https://.files.wordspress.com. 25 Juni 2015. hal.33

Rayes, R. D., I. W. Sutresna., N. Diniarti dan A. I. Supii. 2013. Pengaruh Perubahan Salinitas pada Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch). Jurnal Kelautan. 6(1): 47-56.

Reed, G. 1975. Enzymes in food processing. Academic Press. New York. 212. Rosniar, F. 2013. Peningkatan Nafsu Makan dan Pertumbuhan pada Pendederan

Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Melalui Periode Pemuasaan yang Berbeda. Institut Pertanian Bogor. Jurnal Manajemen Akuatik 2 (3): 9-16

Sadinar, B., Istiyanto, S., dan Diana, R. (2013). Pengaruh Perbedaan Dosis Pakan Keong Mas dan Ikan Rucah terhadap Kepiting Bakau. (Scylla paramamosain) Terhadap Pertumbuhan dan kelangsungan hidup dengan Sistem Battery di Tambak Tugu, Semarang. Journal of Aquaculture Management and Technology.Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 84-93.

Salasia, S. I. D., Sulanjari, D. dan Ratnawati A. 2001. Studi hematologi ikan air tawar. Biologi 2 (12): 710723.

Santoso, B. 2015. Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) Di Tambak Secara Semi Intensif dibalai Layanan Usaha Produksi Perikanan. Sani, A.2014. Pengaruh Penambahan Fukoidan pada Pakan terhadap Respon Imun

Non Spesifik Induk Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Jurnal Galung Tropika. Vol. 3 (3): 159-170.

Sasongko A. 2001. Biomassa bakteri nitrifikasi pada berbagai bahan filter dalam system resirkulasi aliran tertutup dan pengaruhnya terhadap kondisi ikan : gambaran darah.

Sekretariat Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup 1988. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan lingkungan Hidup. Nomor Kep-02 MENKLH/I/1988 : 57 hal.Program Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Ikan kakap putih (Lates Calcarifer)
Gambar 2. keong emas (Pomacea canaliculata Lamarck)
Tabel  1.  Hasil  uji  enzim  dari  batang  papaya  dengan  kandungan  protease,  amilase lipase
Tabel 2. Komposisi pakan ikan kakap putih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karya ilmiah dengan judul “Evaluasi kecernaan pakan, kandungan gossypol dan asam lemak siklopropenoat dalam darah, dan pertumbuhan ikan mas yang diberi formulasi pakan

dilakukan rekapitulasi yang dapat dilihat pada Tabel 12. Rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan tepung keong mas sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum terhadap

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung keong mas tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan gabus, peningkatan persentase

Bertujuan untuk mengaplikasikan tepung cangkang udang dengan dosis enzim kasar kitinase terbaik dalam pakan ikan patin dengan melihat nilai kecernaan bahan baku,

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian keong mas ter fermentasi enzim papain dalam pakan ikan kakap putih dengan konsentrasi berbeda

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian tepung ikan dengan tepung keong mas (TKM) didalam ransum basal terhadap plasma metabolit yang meliputi

Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tepung keong mas (Pomacea canaliculata) sebagai substitusi tepung ikan pada pakan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung keong mas tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan gabus, peningkatan persentase