• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERILAKU

2.1.1 Defenisi Perilaku

Perilaku diartikan sebagai respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak, dan perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang paling berinteraksi (Wawan, 2010).Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Maulana, 2009).

Teori S-O-R (stimulus-organisme-respon) menurut Skiner (1938), membedakan respon menjadi dua jenis, pertama respondent response (reflexive), yakni respon yang ditimbulkan oleh ransangan-ransangan tertentu yang disebut eleciting stimuli karena menimbulkan respons yang relatif tetap, dan kedua operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh ransangan yang lain.

(2)

2.1.2 Bentuk Perilaku

Berdasarkan teori SOR (stimulus-organisme-respons) maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi perilak tertutup (convert behavior), respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut (misalnya, mengetahui bahaya rokok, tetapi ia masih merokok) dan selanjutnya perilaku terbuka (overt behavior), dimana respons seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain, misalnya membaca buku pelajaran, rajin belajar, berhenti merokok, dan selalu memeriksakan kehamilan bagi ibu hamil (Maulana,2009).

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku

Faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor genetik (keturunan) dan lingkungan, dimana faktor genetik merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya Lingkungan merupakan kondisi untuk perkembangan perilaku tersebut (Syafrudin,2009) . Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku selanjutnya ada dua jenis yaitu Faktor internal, faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar dan faktor eksternal, faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang meliputi objek, orang, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilaku (Natoatmodjo, 2007).

(3)

Teori Lawrence Green menganalisis bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu pertama faktor predisposisi, faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang antara lain : pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya, lalu kedua faktor pemungkin, faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan, misalnya sarana dan prasarana yang mendukung kesehatan, seperti puskesmas, posyandu dan sebagainya dan yang ketiga ada faktor penguat, yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, misalnya sikap suami, istri, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan (Natoatmojo, 2010)

2.1.4 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya 3 ranah atau domain perilaku, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu, dan Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).Berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Maulana, 2009).

(4)

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu pertama Tahu, tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau ransangan yang telah diterima sebelumnya, kata kerja yang dapat mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan. Kedua Memahami, memahami berarti kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulakan, dan meramalkan.Ketiga Aplikasi/ penerapan, aplikasi berarti kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya), apikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi nyata. Keempat Analisis, analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain, kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan. Kelima Sintesis, sintesis merupakan kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada, sebagai contoh dapat menyusun, merencanakan, dan meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. Keenam Evaluasi, evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan

(5)

justifikasiataupenilaian terhadap suatu materi atau objek, evaluasi dilakukan dengan menggunak kriteria sendiri atau kriteria yang sudah ada (Maulana, 2009). 2. Sikap

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi yang bersifat emosional terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek, dan sikap tidak dapat dilihat tetapi dapat ditafsirkan terlebuh dahulu dari perilaku tertutup, selain itu sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif seperti senang, benci dan sedih, kognitif seperti pengetahuan tentang suatu objek, dan konatif seperti kecendrungan bertindak (Maulana,2009).

Sikap terdiri atas empat tingkatan, mulai dari terendah sampai tertinggi yakni pertama Menerima (receiving), menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan/objek (misalnya, sikap terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah gizi).Kedua Merespon (responding), memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap.Terlepas dari benar atau salah, hal ini berarti individu menerima ide tersebut. Ketiga Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Keempat Bertanggung jawab (responsible), merupakan sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih, meskipun mendapat tantangan dari keluarga.Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung (langsung ditanya) dan tidak langsung (Maulana, 2009).

(6)

3. Praktik atau tindakan

Suatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata, diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan dukungan atau support (Maulana,2009).

Tingkatan praktik meliputi pertama respon terpimpin (guided response), hal ini berarti dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.Kedua mekanisme (mechanism), mekanisme berarti dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau telah merupakan kebiasaan.Ketiga adopsi (adoption), suatu praktik atau tindakan yang telah berkembang dengan baik, hal ini berarti tindakan tersebut telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan bergizi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana (Maulana, 2009).

2.1.5 Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Balita

Perilaku ibu berkaitan dengan pola asuh dan pola asuh keluarga mempengaruhi keadaan gizi balita karena balita masih memiliki ketergantungan dalam mendapatkan makanan (Huriah, 2006).Peran ibu sangat penting karena secara kultural di Indonesia ibu berperan mengatur keadaan rumah tangga sehari– hari termasuk mengatur makanan keluarga,selain itu ibu rumah tangga adalah penentu utama dalam pengembangan sumber daya manusia dalam keluarga dan pengembangan diri anak sebelum memasuki usia sekolah (Prakoso, 2012).

(7)

Perilaku ibu dalam pemberian nutrisi sangat berkaitan dengan indeks masa tubuh atau status gizi dari anak dan Orang tua serta lingkungan keluarga berperan penting dalam membentuk preferensi makanan, perilaku makan, dan asupan energi anak-anak (Mau, 2014).

2.1.6 Makanan Bergizi bagi Balita

Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada massa balita diantaranya energi dan protein. Kebutuhan energi sehari anak untuk tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/kg berat badan, dimana untuk tiap 3 bulan pertambahan umur kenutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/kg berat badan (Hasdianah, 2014).

Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah terserang penyakit karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh. Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi dapat juga mempengaruhi kecerdasan, apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak terpenuhi, otak akan mengalami pengaruh sehingga tidak dapat berkembang (Sibagariang, 2010)

Pemberian makanan dengan pemenuhan gizi yang seimbang adalah cara yang tepat untuk menjaga kesehatan serta tumbuh kembang balita. Dalam pemenuhan gizi yang seimbang tersebut diperlukan nutrisi-nutrisi penting sebagai asupan makanan untuk balita, yaitu Karbohidrat, merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap makanan dan harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan berat badan menurun, apabila jumlah karbohidrat dalam jumlah yang tinggi dapat

(8)

menyebabkan terjadi peningkatan Berat Badan (BB) atau obesitas dimana karbohidrat dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, tepung, umbi, gandum (Hasdianah, 2014).

Protein dikonsumsi secara seimbang karena protein dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana protein digunakan setelah karbohidrat dan lemak tidak mencukupi pasokannya di dalam tubuh, dan protein dapat diperoleh dari ayam, kacang-kacangan, susu, yoghurt, roti.Lemak, sumber energi utama untuk pertumbuhan dan aktivitas fisik bagi balita. Sumber makanan yang mengandung lemak adalah daging, mentega, mayones, keju dan susu.Vitamin dan mineral disarankan untuk selalu dihidangkan dalam menu makanan sehari-hari karena vitamin tidak dihasilkan tubuh dalam jumlah banyak.Vitamin sangatmembantu dalam melawan radikal bebas. Vitamin dapat dijumpai dalam roti, buah-buahan, sayuran, susu, daging (Hasdianah, 2014)

2.1.7 Pengaturan Pemberian Makanan Balita

Pemberian makanan kepada balita, dimana pemberian makanan tersebut harus disesuaikan dengan usia balita dan dilakukan secara bertahap, karena kerja saluran balita belum sempurna. Pengaturan makanan dimulai daripemberian ASI, makanan lumat/lunak, makanan lembek, samapai akhirnya makanan padat. Berikut ini anjuran makan untuk anak usia 0 – 5 tahun sesuai anjuran Depkes (2011) adalah :

Usia 0 sampai 6 bulan

Diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari pada pagi, siang dan malam hari. Menyusui sesusai kebutuhan bayi,

(9)

jika bayi tidur selama 2-3 jam bangunkan bayi untuk disusui, dan jika ibu bekerja atau tidak berada dirumah, ibu memerah ASI dan minta orang lain untuk memberikan ASI perah dengan cangkir kecil atau sendok.

Usia 6 sampai 9 bulan

Pemberian ASI masih diteruskan, Mulai memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) seperti bubur susu, pisang, pepaya lumat halus, air jeruk, air tomat saring secara bertahap sesuai pertambahan umur. Selanjutnya berikan bubur tim lumat dengan kuning telur atau ayam atau ikan atau tempe atau tahu atau daging atau sapi atau wortel atau bayam atau kacang hijau atau santan dan atau minyak.AnakUsia 6 bulan : 2 x 6 sdm peres per hari, usia 7 bulan : 2-3 x 7 sdm peres per hari dan usia 8 bulan : 3 x 8 sdm peres per hari

Usia 9 sampai 12 bulan

Pemberian ASI masih diteruskan, MP-ASI diberikan lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim, nasi lembek, selanjutnya Tambahan telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ bayam/ santan/ kacang hijau/ santan/ minyakdanUsia 9 bulan : 3 x 9 sdm peres per hari, usia 10 bulan : 3 x 10 sdm peres per hari, usia 11 bulan : 3 x 11 sdm peres per hari dan berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti buah, biskuit, kue.

Takaran makanan untuk anak usia 1 – 5 tahun berdasrkan Ukuran rumah Tangga (URT) akan dijelaskan pada tabel dibawah ini berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 41 tahun 2014

(10)

Tabel 2.1 Anjuran Jumlah Porsi Per Hari Menurut Kecukupan Energi untuk Kelompok Umur 1 sampai 5 tahun berdasarkan URT

Bahan Makanan Anak Usia 1-3 tahun 1125 kkal

Anak Usia 4-5 tahun 1600 kkal

Nasi 3 porsi 4 porsi

Sayuran 1,5 porsi 2 porsi

Buah 3 porsi 3 porsi

Tempe 1 porsi 2 porsi

Daging 1 porsi 2 porsi

Asi Dilanjutkan hingga 2 tahun

Susu 1 porsi 1 porsi

Minyak 3 porsi 4 porsi

Gula 2 porsi 2 porsi

Keterangan :

1. Frekuensi makan anak usia 1 – 5 tahun 3 kali sehari 2. Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal

3. Sayuran 1 porsi = 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan) = 100 gr = 25 kkal 4. Buah 1 porsi = 1 buah sedang pisang ambon = 50 gr = 50 kkal ( 1 buah

sedang pisang = 3 x 15 cm)

5. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal (1 potong sedang = 4 x 6 x 1 cm)

6. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 50 gr = 50 kkal (1 potong sedang daging = 6 x 5 x 2 cm)

7. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45gr= 50 kkal

8. Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 24 sdm = 200 gr = 50 kkal 9. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal

10. Minyak 1 porsi = 1sdt = 5 gr = 50 kkal 11. Gula = 1 sdm = 3 sdt = 20 gr = 50 kkal

(11)

Berikut ini daftar makanan penukar Ukuran Rumah Tangga (URT) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 41 tahun 2014.

GOLONGAN I : BAHAN MAKANAN SUMBER HIDRAT ARANG Satu satuan penukar mengandung 175 kkal, 4 g protein, dan 40 g karbohidrat

Bahan makanan Berat (g) URT Bahan makanan Berat (g) URT nasi nasi tim bubur beras nasi jagung kentang singkong* talas ubi biskuit meja roti putih kraker 100 200 400 100 200 100 200 150 50 80 50 ¾ gelas 1 gls 2 gls ¾ gls 2 bj sdg 1 ptg sdg 1 bj sdg 1 bj sdg 4 bh 2 iris 5 bh besar meizena tepung beras tepung singkong* tepung sagu* tepung terigu tepung hunkwe* mie basah mie kering havermout bihun 40 50 40 40 50 40 200 50 50 50 8 sdm 8 sdm 8 sdm 7 sdm 8 sdm 8 sdm 1 ½ gls 1 gls 6 sdm ½ gls

Keterangan: bahan makanan yang ditandai (*) kurang mengandung protein sehingga perlu ditambah ½ sayuran penukar bahan makanan sumber protein

(12)

GOLONGAN II: BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN HEWANI Satu satuan penukar mengandung 95 kkal, 10 g protein, dan 6 g lemak

Bahan makanan Berat (g) URT Daging sapi Daging ayam Hati sapi Didih sapi Babat Usus sapi

Telur ayam biasa Telur ayam negeri Telur bebek Telur puyuh Ikan segar Ikan asin Ikan teri Udang basah Bakso daging 50 50 50 50 60 75 75 60 60 60 50 25 25 50 100 1 ptg sdg 1 ptg sdg 1 ptg sdg 2 ptg sdg 2 ptg sdg 3 bulatan 2 btr 1 btr 1 btr 6 btr 1 ptg sdg 2 ptg sdg 2 sdm ¼ sdm 10 bj bsr

GOLONGAN III: BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN NABATI

Satu satuan penukar mengandung 80 kkal, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8 g karbohidrat

Bahan makanan Berat (g) URT Kacang hijau Kacang kedelai Kacang merah Kacang tanah terkelupas Kacang tanah Kacang tolo Oncom Tahu tempe 25 25 25 20 20 25 50 100 50 2 ½ sdm 2 ½ sdm 2 ½ sdm 2 sdm 2 sdm 2 ½ sdm 2 ptg sdg ½ bj bsr 2 ptg sdg

(13)

GOLONGAN IV: SAYURAN

Hendaknya digunakan campuran dari daun-daaun seperti: bayam, kangkung, daun singkong dengan kacang panjang, buncis, wortel, dan sebagainya. 100 g sayuran campur adalah lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan) mengandung 50 kkal, 3 g protein, dan 10 g karbohidrat

beligo bayam biet buncis bunga kol cabai hijau daun bawang daun bluntas daun kecipir daun koro daun labu salam daun leunca daun lobak daun mangkokan daun melinjo daun pakis daun pepaya daun singkong daun talas daun ubi daun waluh genjer jagung muda jantung pisang jamur segar kacang panjang kacang kapri kangkung katuk kecipir ketimun kol (kubis) jucai labu siam Labu waluh Lobak Nangka muda Oyong (gambas) Pare Pecay Pepaya muda Rebung Sawi Selada Seledri Tauge Tebu terubuk Tekokak Terong Tomat Wortel GOLONGAN V: BUAH-BUAHAN

Satu satuan penukar mengandung 40 kkal dan 10 g karbohidrat Bahan

makanan

Berat (g)

URT Bahan makanan Berat (g) URT Alpukat Apel Anggur Belimbing Jambu biji Jambu air Jambu bol Duku Durian Jeruk manis Kedondong kemang 50 75 75 125 100 100 75 75 50 100 100 100 ½ bh bsr ½ bh sdg 10 biji 1 bh bsr 1 bh bsr 2 bh sdg ¾ bh sdg 15 bh 3 biji 2 bh sdg 1 bh bsr 1 bh bsr Mangga Nanas Nangka masak Pepaya Pisang ambon Pisang raja sereh Rambutan Salak Sawo Sirsak Semangka Melon 50 75 50 100 50 50 75 75 50 75 150 150 ½ bh bsr 1/6 bh sdg 3 bj 1 bh sdg 1 bh sdg 2 bh kcl 8 bh 1 bh bsr 1 bh sdg ½ gls 1 ptg bsr 1 ptg bsr

(14)

GOLONGAN VI: SUSU

Satu satuan penukar mengandung 110 Kkal, 7 g protein, 9 g karbohidrat, dan 7 g lemak Bahan makanan Berat (g) URT Bahan makanan Berat (g) URT Susu sapi Susu kambing Susu kerbau Susu kental tak manis keju 200 150 100 100 30 1 gls ¾ gls ½ gls ½ gls 1 ptg sdg Tepung susu Whole Tepung susu Skim* Tepung saridele Yoghurt 25 20 25 200 5 sdm 4 sdm 4 sdm 1 gls Keterangan: yang ditandai (*) perlu ditambah 1 ½ satuan penukar minyak untuk melengkapi lemaknya

GOLONGAN VII: MINYAK

Satu satuan penukar mengandung 45 Kkal dan 5 g lemak Bahan makanan Berat (g) URT Bahan makanan Berat (g) URT Minyak kacang Minyak goreng Minyak ikan Margarin 5 5 5 5 ½ sdm ½ sdm ½ sdm ½ sdm Kelapa Kelapa parut Santan Lemak sapi 30 30 50 5 1 ptg kcl 5 sdm ½ gls 1 ptg kcl

GOLONGAN VIII: GULA

Satu satuan penukar mengandung 30 Kkal dan 7,5 g karbohidrat Bahan makanan Berat

(g) URT Gula pasir Gula palm/aren Madu Jam (selai) Permen Sirup 8 8 10 12 10 15 1 sdm 12 sdm 1 ¼ sdm 1 ½ sdm 4 gls 2 sdm

(15)

Untuk memudahkan penggunaan, bahan makanan dalam daftar ini dinyatakan dengan alat ukur yang lazim terdapat dirumah tangga.Cara ini terbukti cukup teliti dan praktis dalam penyusunan diet.Dibawah ini dicantumkan persamaan antara ukuran rumah tangga dengan gram.

Ukuran rumah tangga dalam gram:

1 sdm gula pasir = 8 gr

1 sdm tepung susu = 5 g

1 sdm tepung beras. Tepung sagu = 6 g 1 sdm terigu, meizena, hunkwee = 5 g 1 sdm minyak goreng, margarin = 10 g

1 gls nasi = 140 g = 70 g beras 1 ptg pepaya (5x15 cm) = 100 g 1 bh sdg pisang (3x15 cm) = 50 g 1 ptg sdg tempe (4x6x1 cm) = 25 g 1 ptg sdg daging (6x5x2 cm) = 50 g 1 ptg sdg ikan (6x5x2 cm) = 50 g 1 bj bsr tahu (6x6x6 ½ cm) = 100 g Ukuran rumah tangga untuk cairan:

1 sdm = 3 sdt = 10 ml 1 gls = 24 sdm = 240 ml 1 ckr = 1 gls = 240 ml Arti singkatan:

Bh = buah ckr = cangkir Pk = pak gls = gelas Bj = biji sdg = sedang Kcl = kecil

Btg = batang ptg = potong Bsr = besar

(16)

2.1.8 Pengaruh Makanan Bagi Kesehatan Balita

Gizi menjadi bagian sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan, begitu juga memiliku keterkaitan yang erat dengan kesehatan dan kecerdasan karena itu, gizi menjadi salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Status gizi yang baik pada balita perlu mendapatkan perhatian lebih karena ketika status gizi balita buruk dapat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir dan tentu saja akan menurunkan produktivitas kerja sebaliknya jika balita yang tercukupi dengan baik akan kebutuhan gizi bagi kesehatan tubuhnya, biasanya terlihat lebih aktif, cerdas, ceria, periang dan pandai bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya (Hasdianah, 2014)

Melaksanakan pemberian makanan yang sebaik-baiknya kepada balita bertjuan sebagai berikut : 1) memberikan nutrisi yang cukup untuk kebutuhan, memlihara kesehatan dan memulihkannya jika sakit, melaksanakan berbagai jenis aktivitas, pertumbuhan, dan perkembangan fisik serta mental, 2) memdidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai dan menentukan makanan yang diperlukan (Hasdianah, 2014).

2.2 Status Gizi

2.2.1 Defenisi Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan zat gizi dalam bentuk variabeltertentu, atau perwujudan dari nutrituredalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2003).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara lain : gizi buruk, gizi kurang, gizi

(17)

2.2.2 Pengukuran Status Gizi

Cara pengukuran status gizi balita yang paling sering di masyarakat adalah antropometri gizi yaitu ukuran berbagai dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan asupan gizi atau sebagai akibat dari asupan gizi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Par’i, 2016). Parameter status gizi merupakan ukuran tunggal dari tubuh manusia yang meliputi umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada dan untuk dapat menentukan status gizi , parameter antropometri harus dibandingkan dengan ukuran lain misalnya umur atau parameter antropometri lain seperti tinggi badan. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan untuk menilai status gizi pada periode pertumbuhan adalah: 1) berat badan menurut umur (BB/U), 2) tinggi badan menurut umur (TB/U), 3) berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan 4) indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) (Par’i, 2014).

Indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U), penentuan status gizi dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur adalah menilai status gizi dengan cara membandingkan berat badan anak dengan dengan berat badan pada standar (median) menurut umur anak tersebut. Kelebihan indeks BB/U adalah mudah dimengerti oleh masyarakat dan oleh sebab itu pemantauan status gizi yang dilakukan di posyandu sering menggunakan indeks ini, selain itu kelebihan indeks BB/U dapat untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sensitif terhadap perubahan berat badan walaupun kecil, dan dapat digunakan digunakan untuk mendeteksi kegemukan (Par’i, 2016). Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain penyebab

(18)

gangguan pertumbuhan tidak spesifik karena dapat bersifat kronis atau akut, interpretasi berat badan yang keliru jika terdapat edema, memerlukan data umur yang akurat, kemungkinan kesalahan dalam pengukuran berat badan karena pakaian atau gerakan, dan terkadang anak tidak boleh ditimbang karena dianggap sebagai barang dagangan (Par’i, 2016).

2.2.3 Menimbang Berat Badan dengan Dacin

Dacin merupakan alat penimbangan berat yang yang berbentuk tangkai panjang, terbuat dari logam, dan sudah banyak dikenal masyarakat.penimbangan berat badan balita di Posyandu disarankan menggunaka dacin mempunyai ketelitian 0,1 kg, karena pertumbuhan berat badan balita berumur lebih dari 1 tahun dalam 1 bulan berkisar 0,2-0,3 kg (Par’i, 2016).

Terdapat 9 langkah penimbangan berat badan dengan menggunakan dacin didalam buku Pegangan Kader dari Departemen Kesehatan RI (2001) :

a) Dacin digantungkan pada penyangga yang kuat.

b) Dacin digantung dan diikat dengan tali yang kuat. Cara memeriksanya adalah dengan menarik batang dacin kebawah kuat-kuat.

c) Sebelum dacin digunakan, bandul geser diletakkan pada angka 0 (nol). Setelah itu, batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman.

d) Sarung timbang yang kosong dipasangkan pada dacin. Pada keadaan ini bandul geser tetap pada angka 0 (nol).

e) Batang dacin yang sudah dibebani celana timbang, diseimbangkan lagi dengan cara menggantungkan kantong plastik yang berisi pasir atau benda

(19)

f) Anak dinaikkan ke dalam sarung timbang, kemudian ditimbang pada dacin sampai batang dacin dalam keadaan seimbang.

g) Menentukanan berat badan anak, dengan cara membaca angka di ujung bandul geser.

h) Mencatat hasil penimbangan pada buku catatan.

i) Menggeser bandul ke angka 0, kemudian meletakkan batang dacing dalam tali pengaman, setelah itu anak atau bayi dapat diturunkan. Dalam melakukan pekerjaan ini tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada ibu anak.

2.2.4 Klasifikasi Status Gizi

Dalam buku petunjuk teknik pemantauan status gizi, kategori status gizi dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk, dan menggunakan standar pertumbuhan WHO 2005 untuk menentukan status gizi balitadengan indeks berat badan menurut usia (BB/U), karena berat badan adalah suatu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh, dimana massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya terinfeksi penyakit (Par’i, 2016). Baku tentang antropometri ada beberapa macam, yaitu baku Boston dan Harverd, baku Tunner, baku NCHS dan standar pertumbuhan WHO 2005, akan tetapi sejak tahun 2008 standar pertumbuhan anak di Indonesia direkomendasikan menggunakan standar WHO 2005, dimana standar ini bersifat preskriptif yaitu bagaimana seharusnya anak tumbuh sesuai dengan standar anak sehat (Par’i, 2016).

(20)

Table 2.2 Klasifikasi Status Gizi dari Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010 dengan Indeks BB/U

Berat Badan menurut Umur (BB/U) Umur 0 – 60 bulan

Kategori Status Gizi Ambang Batas*)

Gizi lebih >2 SD

Gizi baik -2 SD s.d 2 SD

Gzi kurang -3 SD s.d <-2 Sd

Gizi buruk <-3 SD

2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Beberapa faktor yang mendorong terjadinya ganggua gizi terutama pada anak balita antara lain: 1) Pengetahuan, masalah gizi karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak akan menurunkan konsumsi makan anak, keragaman bahan dan keragamaan jenis makanan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebebasan, 2) Persepsi, banyak makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau banyak digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap makanan itu, 3) Kebiasaan atau pantangan, larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, atau daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara turun-temurun, padahal makanan tersebut sangat dibutuhkan oleh tubuh, 4) Kesukaan jenis makanan tertentu atau disebut juga faddisme, makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan., 5) Sosial ekonomi, keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan dan tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga mentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan (Hasdianah, 2014).

(21)

2.4 Perbaikan Masalah Gizi Balita

Mengatasi masalah gizi pada balita dapat dilakukan melalui konseling, masalah gizi dapat diketahui dari hasil pemantauan pertumbuhan yang dilakukan dengan menggunakan grafik pertumbuhan anak (GPA), jika berdasarkan GPA anak tumbuh dengan baik, nasihat selanjutnya adalah memberikan makanan yang sesuai dengan umur anak sehingga anak akan tumbuh dengan baik (Par’i, 2016). Pesan untuk masyarakat umum dan berbagai lapisan dalam kondisi sehat: syukuri dan nikmati anekaragam makanan, banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan, biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi, biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok, batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak, biasakan sarapan, biasakan minum air putih yang cukup dan aman, biasakan membaca label pada kemasan pangan, cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir, lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahnkan berat badan normal (Kemenkes, 2014).

Cara memcegah terjadinya masalah gizi kurang yaitu lingkungan harus disehatkan misalnya dengan mengupayakan perkarangan rumah menjadi taman gizi, perilaku harus diubah sehingga menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan PHBS bidang gizi yang harus diperhatikan adalah : 1) makan dengan gizi seimbang, 2) minum tablet besi selama hamil, 3) memberi bayi ASI eksklusif, 4) mengkonsumsi garam beryodium, 5) memberi bayi dan balita kapsul vitamin A (Hasdianah, 2014).

Gambar

Tabel 2.1 Anjuran Jumlah Porsi Per Hari Menurut Kecukupan Energi untuk  Kelompok Umur 1 sampai  5 tahun berdasarkan URT
Table 2.2 Klasifikasi Status Gizi  dari Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010  dengan Indeks BB/U

Referensi

Dokumen terkait

prevalensi anak yang malnutrisi: stunting 47%, undernutrition 30% dan wasting 7%, dan faktor-faktor yang menjadi prediktor bagi terjadinya malnutrisi di Kenya

Dalam penentuan variabel-variabel independen sebagai faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak baduta, peneliti memilih variabel asupan energi, protein dan faktor lain

Memalui program usaha kerja ini diharapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta kemampuan warga belajar akan semakin bertambah atau semakin meningkat, terutama

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini disebabkan karena makanan sering

Berdasarkan penelittian Irma (2006) di Kendari yang dilakukan pada anak SD Swasta 9 Kendari menunjukan bahwa faktor resiko gizi lebih pada anak SD swasta

2) Faktor intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak. Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak

Penilaian status gizi pada balita stunting dilakukan secara langsung dengan menggunakan antropometri yang ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi adalah berhubungan dengan

Pengetahuan Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan Kurang