KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
berkat dan rahmat-Nya, maka Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Volume 8 Nomor 2
Tahun 2014 berhasil diterbitkan. Jurnal ini hadir dihadapan pembaca sebagai wadah
bagi penulisan hasil pemikiran dan penelitian di bidang pengembangan mutu
pendidikan khususnya pendidikan kimia.
Rasa terima kasih kami sampaikan kepada para penulis atas kontribusinya
yang berupa artikel terhadap penerbitan edisi ini. Kami berharap agar para peneliti,
akademisi, pengamat, praktisi dibidang pendidikan kimia dapat berpartisipasi
menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya yang dituangkan dalam bentuk
tulisan dan dimasukkan kedalam jurnal ini. Kontribusi penulis berupa saran atau solusi
yang komprehensif dan mendalam diharapkan dapat dikembangkan berdasarkan
pengamatan atau pengalaman hasil refleksi terhadap permasalahan dan kenyataan di
lapangan. Kita dapat secara bersama-sama mewujudkan peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan melalui semangat pengabdian, rasa kepemilikan, dan tekad untuk
memajukan pendidikan di tanah air.
Semoga kehairan jurnal ini dapat memacu pemikiran-pemikiran yang menggali
hingga keakar permasalahan dan bermanfaat bagi semua pihak yang bergerak
dibidang pendidikan. Kritik dan saran bagi penyempurnaan penerbitan jurnal ini di
masa yang akan datang dapat disampaikan kepada Dewan Penyunting yang dengan
senang hati menerima dan menjadikannya sebagai masukan untuk meningkatkan
mutu jurnal.
DAFTAR ISI
Penerapan Media Chemscool dengan Metode Guided Note Taking pada Pemahaman
Konsep Siswa
Kartika Prabowowati* Dan Subiyanto Hadisaputro (1319 – 1329)
Uji Kriteria Instrumen Penilaian Hasil Belajar Kimia
Ana Yustika*, Eko Budi Susatyo Dan Murbangun Nuswowati (1330 – 1339)
Efektivitas Model Inkuiri Berbantuan Modul dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep
Dan Keterampilan Generik Sains
Dwi Septiani*, Woro Sumarni Dan Saptorini (1340 – 1350)
Implementasi Pembelajaraan Kontekstual dengan Strategi Percobaan Sederhana
Berbasis Alam Lingkungan Siswa Kelas X
Lita Lilia* Dan Antonius Tri Widodo (1351 – 1359)
Keefektifan Strategi Project Based Learning Berbantuan Modul pada Hasil Belajar
Kimia Siswa
Retha Aliefyan Rose* Dan Agung Tri Prasetya (1360 – 1369)
Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Bervisi Sets terhadap
Peningkatan Penguasaan Konsep Kimia
Ilam Pratitis* Dan Achmad Binadja (1370 – 1379)
Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sma Pada
Materi Asam Basa
Nunung Fika Amalia* Dan Endang Susilaningsih (1380 – 1389)
Penerapan Praktikum Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains
Siswa
Ria Rahmawati*, Sri Haryani Dan Kasmui (1390 – 1397)
Keefektifan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Berbantuan Lembar Kerja Siswa
pada Pembelajaran Kimia
Tresnoningtias Mutiara Anisa*, Kasmadi Imam Supardi, Dan Sri Mantini Rahayu
Sedyawati (1398 – 1408)
Pembelajaran Praktikum Berorientasi Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains dan Pemahaman Konsep
Kartika Prabowowatidan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool ….
1319
PENERAPAN MEDIA CHEMSCOOL DENGAN METODE
GUIDED NOTE TAKING PADA PEMAHAMAN KONSEP SISWA
Kartika Prabowowati* dan Subiyanto Hadisaputro
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri SemarangGedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan media Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking serta mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap media dan lembar kerja yang digunakan pada materi konsep redoks. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X3-X5 pada suatu SMA di Magelang tahun ajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling, diperoleh kelas X3 sebagai kelas kontrol, X4 sebagai kelas uji coba, dan kelas X5 sebagai kelas eksperimen. Variabel yang diteliti adalah pemahaman konsep siswa, dengan desain eksperimen control-group pretest-posttest. Pada analisis awal, kedua kelompok variansi sama, berdistribusi normal, dan rata-rata nilai sama. Analisis akhir menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep siswa dan respon yang positif dari guru maupun siswa. Hasil analisis kelas eksperimen untuk uji N-Gain 75,25% dan uji ketuntasan belajar klasikal 90,63%. Kelas kontrol untuk uji N-Gain 67,86% dan uji ketuntasan belajar klasikal 78,13%. Simpulan yang diperoleh adalah dengan pembelajaran dengan media Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa serta guru dan siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap media dan lembar kerja.
Kata kunci: chemscool, guided note taking, pemahaman konsep
ABSTRACT
The study aims to determine the ability of students’ conceptual understanding after learning with Chemscool media and Guided Note Taking worksheet, and also to know students and teachers response to Chemscool media and Guided Note Taking worksheet used in the redox concept. The population in this study is X3-X5 grade in Senior High School in Magelang at academic year 2013/2014. By using cluster random sampling technique, it gained X3 as control class, X4 as a test class, and X5 as experiment class. Control variables in this study are students’conceptual understanding which the design of control-group pretest-posttest experimental. Aa preliminary analysis, the two groups have equal variance, normal distribution and the same of average value. Final analysis showed an increase in students' conseptual understanding and a positive response from teachers and students. Based on the N-Gain test and mastery learning test of experimental class got 75.25 % and 90.63 % and control class got 67.86 % and 78.13 %. The conclusions in this study: prove that learning with media Chemscool and Guided Note Taking worksheet can improve students' conceptual understanding and Teachers and students gave positive responses to the media and worksheets.
1320
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1319-1329PENDAHULUAN
Kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam rumpun IPA selain matematika, fisika, dan biologi. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak dapat terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk dan kimia proses. Bagi sebagian besar siswa SMA, kimia sering dianggap sebagai satu bidang yang sulit. Kesulitan pembelajaran kimia terletak pada kesenjangan yang terjadi antara pemahaman konsep dan penerapan konsep yang ada sehingga menimbulkan asumsi sulit untuk mempelajari dan me-ngembangkannya. Pembelajaran kimia di sekolah bertujuan menguasai standar kom-petensi yang telah ditetapkan, oleh karena itu pembelajaran kimia harus dibuat lebih menarik dan mudah dipahami, karena kimia lebih membutuhkan pemahaman dari pada penghafalan berbagai rumus yang begitu banyak. Salah satu cara untuk meng-antisipasi hal tersebut yaitu perlu di dukung media pembelajaran yang sesuai.
Hamalik, (2012) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat mengurangi kekacauan dalam penafsiran materi, memusatkan perhatian siswa saat kegiatan belajar mengajar, membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi pembelajaran, serta menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Oyedele, et al. (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa
Educational Media and Technology (EMT)
sangat penting dalam membantu proses pembelajaran dan sangat efektif digunakan dalam menyampaikan pesan kepada siswa.
Pfister, et al., (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa multimedia adalah alat yang ampuh bagi guru untuk memberikan siswa-siswa mereka tentang common experiences.
Pemahaman konsep terhadap suatu materi pelajaran memerlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi, sehingga pemahaman konsep siswa masih lemah (Nizarwati, et al., 2009). Agar penguasaan konsep menjadi lebih baik, perlu ditunjang dengan media pembelajaran yang digunakan dan situasi pembelajaran yang baik. Untuk menghasilkan proses pem-belajaran yang dapat menjadikan pengua-saan konsep lebih baik, maka harus dipilih metode pembelajaran yang tepat untuk membantu memperlancar penggunaan media pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran yang dapat dipilih adalah Guided Note Taking atau catatan terbimbing, yaitu salah satu metode pendukung dari pengembangan metode pembelajaran kooperatif. Abdullah dan Syariff (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif efektif dalam meningkatkan penalaran ilmiah dan pemahaman konseptual bagi siswa dari semua kemampuan penalaran.
Media pembelajaran yang digunakan disebut Chemscool (chemistry is cool). Media ini merupakan media baru dan dibuat dengan perpaduan flash dan power point yang berisi materi pelajaran, kuis, soal latihan, animasi bergerak, dan simulasi. Desain dari media ini sangat berwarna-warni. Tujuannya untuk meningkatkankan daya tarik dan antusiasme siswa terhadap
Kartika Prabowowatidan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool ….
1321
materi. Konsep kunci dalam pembelajaran multimedia adalah beban kognitif (Chambers, et al., 2006). Sehingga penggunaan media Chemscool ini menitikberatkan pada kemampuan kognitif siswa saja.
Menurut Suprijono, (2009) metode catatan terbimbing adalah metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk membangun stock of knowledge siswa. Jacobs, (2008) membandingkan dua metode catatan yaitu Guided Notes dan
Cornell Notes yang menghasilkan data
kenaikan hasil belajar menggunakan Guided
Notes lebih besar dibandingkan Cornell Notes yaitu dari 51% menjadi 84%. Lembar
kerja Guided Note Taking yang dibuat dalam lembar kerja yang akan diisi secara individu oleh siswa. Lembar kerja ini diisi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Ketika guru menjelaskan materi di kelas, siswa memperhatikan guru dan media sambil mengisi lembar kerja tersebut. Lembar kerja ini berisi materi dan latihan soal yang saling berkesinambungan.
Penggabungan antara media pem-belajaran Chemscool dengan Guided Note
Taking diharapkan dapat menjadi suatu
model pembelajaran yang memberikan efek positif kepada siswa yaitu dapat me-ningkatkan pemahaman konsep siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa setelah mendapatkan pembelajaran meng-gunakan media Chemscool dengan berbantuan Guided Note Taking dan tanggapan siswa dan guru terhadap media pembelajaran Chemscool dengan berban-tuan Guided Note Taking.
METODE
Penelitian ini menggunakan pen-dekatan kuantitatif dengan metode pene-litian eksperimen. Penepene-litian eksperimen ini menggunakan desain true experimental dengan tipe pretest-posttest control group
design. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian yaitu teknik
cluster random sampling. Metode
pengum-pulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi, tes, dan angket respon. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket respon siswa dan guru, soal pretest-posttest, serta lembar validasi media dan lembar kerja. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan media
Chem-scool dan lembar kerja Guided Note Taking
pada kelas eksperimen dan pem-belajaran menggunakan power point pada kelas kontrol terhadap materi konsep redoks. Sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep siswa.
Validasi media dan lembar kerja menggunakan penilaian validator. Media dan lembar kerja valid apabila telah dinyatakan dalam kriteria baik atau sangat baik oleh validator, sehingga dapat digu-nakan untuk uji coba sebelum digudigu-nakan untuk penelitian. Analsis data awal menggunakan nilai ujian akhir semester gasal yaitu uji normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata. Analisis data akhir menggunakan nilai postes siswa yaitu uji normalitas, kesamaan varians, perbedaan dua rata-rata, N-Gain, uji hipotesis, dan uji ketuntasan belajar.
1322
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1319-1329HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data awal sebagai syarat untuk teknik pengambilan sampel, cluster random sampling, yaitu uji normalitas dan homogenitas. Diperoleh hasil bahwa populasi berdistribusi normal dan memiliki homogenitas yang sama, sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Selain itu, juga dilakukan uji kesamaan rata-rata dan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan rata-rata dari populasi. Berdasarkan pengambilan sampel secara acak terpilih kelas X3 sebagai kelas kontrol dan kelas X5 sebagai kelas eksperimen.
Selain analisis data awal, dilakukan uji coba instrumen penelitian di kelas X4 yaitu media pembelajaran Chemscool,
lembar kerja Guided Note Taking, dan angket tanggapan serta melalukan validasi untuk media dan lembar kerja kepada validator. Hasil analisis bahwa angket pembelajaran untuk kelas eksperimen layak digunakan, dengan masing-masing relia-bilitas untuk angket yaitu reliarelia-bilitas angket pembelajaran 0,77761; reliabilitas angket media pembelajaran Chemscool 0,85978; dan reliabilitas angket lembar kerja Guided
Note Taking 0,8132. Masing-masing reliabilitas harganya lebih dari 0,7 ini berarti
reliabilitasnya sangat tinggi dan layak untuk digunakan kembali. Hasil analisis validasi diperoleh media Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking dapat digunakan untuk penelitian tanpa revisi.
Analisis data akhir dilakukan untuk menjawab hipotesis yang telah dikemuka-kan. Data yang digunakan dalam analisis data akhir adalah nilai posttest, sedangkan nilai pretest digunakan untuk mengetahui keadaan awal kelas eksperimen maupun kontrol. Analisis data akhir nilai pretest menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Data nilai pretest baik kelas eksperimen maupun kontrol berasal dari keadaan yang sama yaitu nilai rata-rata kelas di bawah KKM, tidak ada satupun siswa yang mendapat nilai tuntas, dan nilai tertinggi hanya pada sampai nilai 53. Data nilai
posttest baik kelas eksperimen maupun
kontrol menunjukkan nilai rata-rata kelas sudah melebihi nilai KKM, nilai tertinggi 100 diperoleh kelas eksperimen, nilai terendah 63 diperoleh kelas kontrol, dan jumlah siswa yang tuntas ada 29 (kelas eksperimen) dan 25 (kelas kontrol) dari jumlah total masing-masing kelas 32 anak. Data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sumber Variansi Kelas Experiment Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Rata-rata 31 84 32 78
Simpangan Baku 10,151 7,822 9,904 7,506
Nilai Tertinggi 53 100 50 93
Nilai Terendah 17 67 13 63
Rentang 26 33 27 30
Kartika Prabowowatidan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool ….
1323
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil yaitu adanya pengaruh positif pembelajaran menggunakan media pem-belajaran Chemscool dan lembar kerja
Guided Note Taking terhadap peningkatan
pemahaman konsep siswa. Untuk menge-tahui pembelajaran di kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata pihak kanan, dengan menggunakan rumus uji t dan diperoleh hasil analisis harga thitung sebesar 2,6103 sedangkan harga t(0,975)(62) sebesar 1,999. Karena thitung lebih dari ttabel, maka dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
Uji hipotesis dilakukan untuk me-ngetahui pengaruh penerapan media pembelajaran Chemscool dan lembar kerja
Guided Note Taking pada kelas eksperimen
menggunakan koefisien korelasi biserial (rb) dan koefisien determinasi (KD). Dari hasil analisis diperoleh koefisien korelasi biserial sebesar 0,548 yang berarti berpengaruh sedang terhadap pemahaman konsep siswa. Harga KD yang diperoleh sebesar 30,06% yang berarti media pembelajaran
Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking dapat mempengaruhi pemahaman
konsep siswa pada tingkat sedang.
Setelah dianalisis dengan uji hipo-tesis, kemudian dilakukan uji ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil analisis ketun-tasan belajar yang telah dilakukan kelas eksperimen memperoleh ketuntasan se-besar 90,625% dan kelas kontrol sese-besar 78,125%. Hasil analisis membuktikan bahwa kelas eksperimen sudah mencapai ketuntasan belajar karena presentase ketuntasan belajar klasikal yaitu sebesar
90,625% lebih besar dari 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut yang telah mencapai ketuntasan individu.Ini dapat membuktikan bahwa media Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking dapat memberikan manfaat yang jelas dan pasti terhadap pembelajaran. Manfaat dari
Guided Notes lebih jelas dibanding
Completed Notes (Neef, et al., 2006).
Uji N-Gain dilakukan untuk menge-tahui seberapa besar peningkatan pemaha-man konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan kelas eksperimen mengalami peningkatan yang tinggi karena harga N-Gain yang diperoleh sebesar 0,753 atau 75,3%. Sedangkan peningkatan kelas kontrol tergolong sedang karena harga N-Gain yang diperoleh sebesar 0,679 atau 67,9%.Dari kedua data tersebut dapat diketahui pemahaman kon-sep kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Selain itu, kelas eksperimen memiliki harga N-Gain yang lebih besar dari 0,7 atau 70% sehingga dapat dikategorikan dalam peningkatan yang tinggi. Tetapi untuk kelas kontrol harga N-Gainnya kurang dari 0,7 atau 70% maka dikategorikan dalam tahap sedang.
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Hasil analisis uji N-Gain membuktikan adanya peningkatan pema-haman konsep siswa baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Belajar konsep dapat membuat siswa sedang belajar untuk memberikan satu respon terhadap sejumlah stimulus (Dahar, 1996). Belajar konsep dapat diketahui dengan mengukur pada kemampuan kognitif siswa. Kemampuan ini diperoleh dari hasil
pretest-1324
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1319-1329posttest yang diberikan. Tingkat pencapaian
konsep yang diharapkan dari siswa, ter-gantung pada kompleksitas dari konsep dan tingkat perkembangan kognitif siswa.
Berdasarkan uji peningkatan pema-haman konsep, rata-rata pemahaman konsep kedua kelas meningkat, tetapi peningkatan pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Peningkatan pada kelas eksperimen disebabkan karena pembelajaran meng-gunakan media Chemscool dan lembar kerja
Guided Note Taking sebagai salah satu
strategi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran turut menentukan pencapain tujuan pembelajaran (Sodikin, et
al., 2009). Selain itu, dengan lembar kerja Guided Note Taking siswa diarahkan dan
dibimbing dalam belajar sehingga tidak terjadi miskonsepsi dalam pemahaman konsep mereka. Pengarahan yang ber-orientasi pada perubahan konsep siswa mampu mengurangi kesalahpahaman siswa terhadap konsep ilmiah (Baser, 2006).
Penggunaan media Chemscool dapat meningkatkan antusiasme dan rasa ingin tahu siswa dalam belajar. Media ini digunakan untuk membantu penyampaian materi yang akan diberikan kepada siswa. Semuanya sudah terpaket menjadi satu dan menjadi alat bantu dalam mengisi lembar kerja Guided Note Taking yang diberikan guru. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2012).
Kesan pertama melihat media
Chemscool, dapat timbul rasa tertarik dan
antusiasme dalam belajar. Sehingga di-dapatkan konsep-konsep baru yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang mereka. Penggunaan media mampu untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa dalam suasana belajar yang menyenangkan sehingga materi yang disampaikan menjadi jelas dan meng-hilangkan verbalisme (Supardi, et al., 2011). Media ini juga mampu merangkul semua tipe belajar siswa secara audio, visual, dan kinestetik.
Media pembelajaran sebagai salah satu komponen pembelajaran perlu dipilih sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi dengan efektif dan efisien. Penggunaan media pembelajaran Chemscool dapat mengefisienkan waktu karena dalam pelaksanaannya pembelajaran yang seha-rusnya dilakukan selama 10 jam pelajaran hanya dapat terlaksana selama 8 jam pelajaran. Tetapi dengan 8 jam pelajaran ini media sudah mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan penggunaan mediayaitu diharapkan dapat membantu guru mem-percepat atau mempermudah untuk men-capai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Arsyad, 2013).
Hasil analisis uji hipotesis dengan koefisien korelasi biserial dan koefisien determinasi membuktikan bahwa penggunaan media Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking dapat mem-berikan pengaruh pada hasil belajar siswa pada tingkat sedang. Ini terjadi karena waktu pembelajaran yang kurang maksimal, tetapi setidaknya penggabungan media dan lembar kerja mampu meningkatkan pema-Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1-1000
6
Kartika Prabowowatidan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool ….
1325
haman konsep siswa. Lembar kerja Guided
Note Taking yang digunakan dapat
mem-bantu penggunaan media secara efektif dan efisien. Note Taking merupakan salah satu solusi yang efektif dan efisen dalam pembelajaran (Austin, et al., 2004).
Angket yang digunakan dalam penelitian ada empat angket untuk siswa, yaitu (1) angket pembelajan kelas kontrol, (2) angket pembelajaran kelas eksperimen, (3) angket media pembelajaran Chemscool, dan (4) angket lembar kerja Guided Note
Taking, serta dua angket untuk guru, yaitu
(1) angket media pembelajaran Chemscool dan (2) angket lembar kerja Guided Note
Taking. Angket ini digunakan sesuai dengan
tujuan pembelajaran yaitu untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa dan guru mengenai pembelajaran yang dilaksanakan dan media yang digunakan.
Angket tanggapan guru diberikan kepada dua guru kelas yang mengampu kelas X. Berdasarkan hasil analisis, guru memberikan respon yang baik terhadap media pembelajaran dan lembar kerja yang digunakan. Secara garis besar media pembelajaran Chemscool dan lembar kerja
Guided Note Taking mudah digunakan
dalam pembelajaran. Materinya runtut dan mudah dipahami. Penggunaan media dan lembar kerja ini dapat mengefektifkan pembelajaran dan mengefisienkan waktu
pembelajaran atau dengan kata lain dapat membantu guru dalam menyampaikan materi dengan baik kepada siswa. Guru memberikan tanggapan yang positif dari setiap indikator yang ada dalam angket media Chemscool maupun lembar kerja
Guided Note Taking.
Angket pembelajaran dalam kelas kontrol, berdasarkan hasil analisis siswa sebenarnya tertarik dengan pembelajaran kimia. Dari data angket tanggapan dapat dperoleh hasil bahwa siswa menjadi aktif dalam pembelajaran dan kegiatan pem-belajaran yang dilakukan dapat membantu untuk memahami masalah terhadap materi kimia. Pernyatan 1 sampai 13 diperoleh presentase siswa memilih sangat setuju sebesar 47%, 6%, 16%, 47%, 44%, 38%, 22%, 16%, 44%, 53%, 53%, 31%, dan 16% dengan jumlah rata-rata 33%. Pernyatan 1 sampai 12 diperoleh presentase siswa memilih setuju sebesar 53%, 41%, 72%, 44%, 47%, 53%, 63%, 53%, 53%, 38%, 41%, 59%, dan 69% dengan jumlah rata-rata 53%. Sisanya 13% memilih tidak setuju dan 1% memilih sangat tidak setuju. Hasil ini membuktikan penelitian Chambers, et al., (2005) bahwa multimedia mampu mem-berikan pemahaman verbal dan visual siswa trhadap materi pembelajaran baru. Untuk presentase jumlah responden tiap pernya-taan dapat dilihat pada Gambar 1.
7
1326
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1319-1329Gambar 1. Angket tanggapan siswa kelas kontrol terhadap pembelajaran
Angket pembelajaran dalam kelas eksperimen, berdasarkan hasil analisis siswa banyak yang tertarik dengan mata pelajaran kimia. Mereka juga menyukai media pembelajaran yang digunakan. Lembar kerja yang diberikan juga mereka manfaatkan dengan baik. Strategi pembelajaran yang digunakan dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mereka dan mampu meningkatkan pemahaman konsep mereka. Siswa memberikan tanggapan yang positif dari setiap indikator yang ada dalam angket. Pernyatan 1 sampai 13 diperoleh presentase siswa memilih sangat setuju sebesar 38%, 25%, 3%, 31%, 6%, 9%, 28%, 9%, 28%, 28%, 34%, 34%, dan 9% dengan jumlah rata-rata
22%. Pernyatan 1 sampai 12 diperoleh presentase siswa memilih setuju sebesar 63%, 63%, 75%, 63%, 63%, 65%, 66%, 56%, 66%, 63%, 66%, 56%, dan 69% dengan jumlah rata-rata 64%. Sisanya 14% memilih tidak setuju dan 0% memilih sangat tidak setuju. Hasil ini membuktikan penelitian Chambers, et al., (2005) bahwa multimedia yang digunakan guru dapat menyediakan pengembangan profesional
just in time pada anak-anak dan menunjukkan peningkatan kemampuan siswa yang belajar dengan menggabungkan media dan pembelajaran kooperatif. Untuk presentase jumlah responden tiap pernyataan dapat dilihat pada Gambar 2.
Kartika Prabowowatidan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool ….
1327
Hasil analisis angket media pembelajaran Chemscool, sebagai media baru, siswa juga memberikan tanggapan yang positif. Menurut mereka media tersebut menarik, materinya runtut, mudah diguna-kan, dan sangat membantu meningkatkan pemahaman konsep mereka. Siswa memberikan tanggapan yang positif dari setiap indikator yang ada dalam angket media Chemscool. Pernyatan 1 sampai 12 diperoleh presentase siswa memilih sangat setuju sebesar 25%, 22%, 34%, 16%, 31%, 25%, 44%, 28%, 25%, 22%, 41%, dan 28% dengan jumlah rata-rata 28%. Pernyatan 1
sampai 12 diperoleh presentase siswa memilih setuju sebesar 59%, 69%, 44%, 72%, 59%, 66%, 50%, 63%, 50%, 66%, 56%, dan 50% dengan jumlah rata-rata 59%. Sisanya 13% memilih tidak setuju dan 0% memilih sangat tidak setuju. Hal ini membuktikan penelitian yang dilakukan Salman, et al,. (2011) bahwa media baru atau media alternatif di sisi lain memiliki karakteristik yang sangat berbeda dan dapat digunakan untuk komunikasi dan distribusi pesan sehingga tidak terjadi miskonsepsi. Untuk presentase jumlah responden tiap pernyataan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Angket tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap media Chemscool
Hasil analisis angket lembar kerja
Guided Note Taking juga sangat baik. Hal ini
terbukti bahwa lembar kerja ini mampu membantu meningkatkan pemahaman konsep mereka dan mengefektifkan pem-belajaran. Siswa tidak membutuhkan waktu yang lama dalam mencatat setiap materi yang disampaikan guru. Siswa memberikan tanggapan yang positif dari setiap indikator yang ada dalam angket lembar kerja Guided
Note Taking. Pernyatan 1 sampai 12
diperoleh presentase siswa memilih sangat
setuju sebesar 28%, 37%, 42%, 34%, 13%, 16%, 31%, 37%, 28%, 28%, 19%, dan 28% dengan jumlah rata-rata 28%. Pernyatan 1 sampai 12 diperoleh presentase siswa memilih setuju sebesar 56%, 50%, 53%, 53%, 81%, 78%, 56%, 56%, 59%, 62%, 56%, dan 59% dengan jumlah rata-rata 60%. Sisanya 12% memilih tidak setuju dan 0% memilih sangat tidak setuju. Hasil membuktikan kembali penelitian Boch dan Piolat (2005) bahwa Note Taking adalah alat penting dalam transmisi informasi, misalnya
1328
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1319-1329informasi dari buku dan guru yang diberikan kepada siswa, yang membuat pembelajaran semakin efektif dan menarik sehingga siswa dapat memahami materi yang bisa membuat
mereka berhasil dalam belajar. Untuk presentase jumlah responden tiap pernyata-an dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Angket tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap lembar kerja GNT
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1) Pembelajaran dengan media pembelajaran Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sebesar 75,3% dan pengaruhnya sebesar 30,1%, 2) Siswa dan guru memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran, media pembelajaran Chemscool dan lembar kerja Guided Note Taking. Terbukti dengan harga reliabilitas yang tinggi untuk masing-masing angket yang diberikan dan presen-tase jumlah responden untuk setiap pernyataan angket.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. dan Shariff, A., 2008, The effects of inquiry-based computer simulation with cooperative learning on scientific thinking and conceptual understanding of gas law, Eurasia
Journal of Mathematics, Science, dan Technology Education, Vol 4, No 4,
Hal: 387-398.
Arsyad, A., 2013, Media Pembelajaran, Edisi revisi, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Austin, J.L., Lee, M., dan Carr, J.P., 2004, The effects of Guiged Notes on Undergraduate Students’ Recording at Lecture Content, Journal of Instructional Psychology, Vol 4, No
31, Hal: 314-320.
Baser, M., 2006, Effect of Conceptual Changeoriented Instruction on Students’ Understanding of Heat and Temperature Concept, Journal of
Maltese Education Research, Vol 1,
No 4, Hal: 64-79.
Boch, F., dan Piolat, A., 2005, Note Taking and Learning: a summary research,
The WAC Journal, No 16, Hal:
Kartika Prabowowatidan Subiyanto Hadisaputro, Penerapan Media Chemscool ….
1329
Chambers, B., Cheung, A., Madden, N. A., Slavin, R. E., dan Gifford, R., 2006, Achievement Effects of Embedded Multimedia in a Succes for All Reading Program, Journal of Educational Psychology, Vol 1, No 98,
Hal: 232-237.
Dahar, R.W., 1996, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga.
Hamalik, O., 2012, Psikologi Belajar dan
Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Jacobs, K., 2008, A Comparison of Two Note Taking Methods in a Secondary English Classroom, Proceedings of
the 4th Annual GRASP Symposium, Wichita State University, Hal:119-120.
Neef, N.A., McCord, B.E., dan Ferreri, S.J., 2006. Effects of Guided Notes Versus Completed Notes During Lectures on College Students’ Duiz Performance,
Journal of Applied Behavior Analysis,
Vol 1, No 39, Hal: 123-130.
Nizarwati, Hartono, Y., dan Aisyah, N., 2009, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa kelas X SMA, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 2, No 3,
Hal: 57-72.
Oyedele, V., Rwambiwa, J., dan Mamvuto, A., 2013, Using Educational Media
and Technology in Teaching and Learning Processes: a case of trainee teachers at africa university,
Academic Research International, Vol
1, No 4.
Pfister, C.C., White, D.L., dan Masingila, J.O., 2006, Using Multimedia Case Studies to Advance Pre-Service Tacher Knowing, International Education Journal, Vol 7, No 7, Hal:
948-956.
Salman, A., Ibrahim, F., Abdulloh, M.Y., Mustafa, N., dan Mahbob, M.H., 2011, The Impact of New Media on Traditional Mainstream Mass Media,
The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal, Vol 3, No
16, Hal: 2-11.
Sodikin, Noersasongko, E., dan Pramudi, T.C.Y., 2009, Jurnal Penyesuaian dengan Modus Pembelajaran untuk Siswa SMK kelas X, Jurnal Teknologi
Informasi, Vol 2, No 5, Hal: 740-754.
Supardi, Leonard, Suhendri, H., dan Rismudiyati, 2012, Pengaruh Media Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa, Jurnal
Formatif, Vol 1, No 2, Hal: 71-81.
Suprijono, A., 2012, Cooperative Learning
Teori dan Aplikasi PAIKEM,
1330
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1330-1339UJI KRITERIA INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR KIMIA
Ana Yustika*, Eko Budi Susatyo dan Murbangun Nuswowati
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri SemarangGedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif untuk mengetahui hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar kimia kelas XI. Uji kriteria tersebut dilaksanakan melalui analisis validitas butir, indeks kesukaran, jenjang soal, efektifitas distractor dan reliabilitas soal Ujian Akhir Semester (UAS) Gasal tahun ajaran 2013/2014 mata pelajaran kimia. Sebagai sekolah sampel digunakan Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Ambarawa dan Madrasah Aliyah (MA) Negeri Suruh. Bentuk soal yang dianalisis adalah pilihan ganda, dengan total soal sebanyak 40 butir. Berdasarkan hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar di salah satu SMA Negeri di Ambarawa, diketahui bahwa sebanyak 27 butir soal tergolong valid dengan jenjang soal C1/pengetahuan sampai dengan C3/aplikasi. Terdapat 3 butir soal sukar, 12 butir soal sedang, dan 25 butir soal mudah. Dari total 160 butir distractor yang digunakan, 89 butir diantaranya tergolong efektif. Instrumen tergolong reliabel karena memiliki koefisien reliabilitas 0,70. Sedangkan untuk hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar di salah satu MA Negeri Suruh, sebanyak 28 butir soal tergolong valid dengan jenjang soal C1/pengetahuan sampai dengan C4/analisis.Terdapat 10 butir soal sedang dan 30 butir soal mudah. Distractor (pengecoh) yang tergolong efektif berjumlah 91 butir. Instrumen tergolong reliabel karena memiliki koefisien reliabilitas 0,81.
Kata kunci: instrumen, kriteria, penilaian
ABSTRACT
This research was conducted with descriptive method to determine the results of assessment criteria for learning outcomes instrument in chemistry subject of class XI. The test include the analysis of the validity, difficulty index, level of matter, distractor effectiveness and reliability of the odd semester final examination in the academic year 2013/2014 chemistry subjects at a Public Senior High School of Ambarawa and a Public Islamic Senior High School of Suruh. Form of matter that is analyzed is multiple choice, with total 40 items. Based on the test results in Public Senior High School of Ambarawa, it is known that 27 items valid, by about C1/know up to C3/apply level. There are 3 tems was difficult, 12 items medium, and 25 items easy. Of the total 160 existing distractor items, 89 items classified distractor effective. Instruments classified as reliable because it has a reliability coefficient of 0.70. While the test results in Public Islamic Senior High School of Suruh, 28 items were classified as valid items by about C1/know up to C4/analyze level. There are 10 items was medium and 30 items easy. Effective distractor was 91 items. Instruments classified as reliable because it has a reliability coefficient of 0.81.
Keywords: assessment, criteria, instrument PENDAHULUAN
Ujian Akhir Semester (UAS) meru-pakan alat evaluasi pendidikan yang diguna-kan guru untuk mengetahui tingkat
penca-paian kompetensi siswa di akhir pembelajar-an. Sebagai alat evaluasi pendidikan, paling tidak UAS memiliki empat fungsi yaitu (1)
Ana Yustika, dkk, Uji Kriteria Instrumen ….
1331
untuk membantu guru dalam mengevaluasi siswa; (2) untuk menaksir apakah siswa benar-benar memahami pembelajaran seperti yang diharapkan; (3) untuk memo-tivasi siswa; dan (4) untuk membantu siswa dalam usaha atau karya bidang akademik (Jandaghi dan Fatemeh, 2008). Adapun berbagai macam bentuk soal yang dapat digunakan untuk menaksir pengusaan materi siswa, diantaranya dengan ujian jawaban bebas (pertanyaan essai panjang, pertanyaan dengan jawaban singkat, perta-nyaan essai modifikasi), pertaperta-nyaan pilihan ganda, tes individu, dan tes kelompok. Namun, pada dasarnya tidak ada bentuk soal yang lebih unggul dibandingkan yang lain (Khan dan Badr, 2011).
Bentuk soal pilihan ganda meru-pakan soal yang umum digunakan pada UAS. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Zaman, et al., (2010) bahwa penggunaan soal pilihan ganda sebagai alat evaluasi pendidikan merupakan tren yang umum digunakan di seluruh dunia. Penggunaan tes pilihan ganda ternyata memiliki banyak keuntungan, diantaranya banyak sekali materi yang dapat dicakup (Suharsimi, 2009) dan sistem skoringnya sangat mudah serta reliabel. Selain itu, untuk menilai hasil tes pilihan ganda, guru juga bisa meng-gunakan program komputer (Khan dan Badr, 2011).
Uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar melalui analisis butir soal penting dilaksanakan untuk mengetahui baik tidaknya butir-butir soal yang diujikan untuk mengukur kemampuan siswa. Hal ini didukung oleh Purwati dan Irni (2009) yang
menyatakan bahwa analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Selain itu, analisis butir soal ini digunakan untuk mengamati karakteristik khusus dari butir-butir soal dan digunakan untuk menjamin bahwa pertanyaan yang diberikan sesuai dengan materi ujian (Zaman, et al., 2010).
` Analisis butir soal yang dilaksanakan dalam penelitian ini mencakup beberapa hal, diantaranya adalah analisis validitas butir, indeks kesukaran, jenjang soal, efek-tifitas distractor dan reliabilitas instrumen penilaian hasil belajar. Validitas adalah ketepatan interpretasi hasil prosedur pengukuran (Ratnaningsih, 2011). Validitas butir menandai bahwa butir tes dapat menjalankan fungsi dan pengukurannya dengan baik. Hal ini diketahui dari seberapa besar peran yang diberikan oleh butir soal tes tersebut dalam mencapai skor seluruh tes (Nuswowati, et al., 2010).
Selain valid, tes juga harus tetap apabila digunakan beberapa kali. Karak-teristik ini biasanya disebut sebagai reliabilitas (Jandaghi dan Fatemeh, 2008). Ajeg yang dimaksudkan disini bukan berarti harus sama, tetapi sama dalam kedudukan siswa di antara anggota kelompok yang lain. Reliabilitas sebuah instrumen harus memenuhi minimal 0,70 (Suparji, 2010).
Berdasarkan penelitian, disebutkan bahwa indeks kesukaran merupakan alat yang sangat baik digunakan untuk menilai kualitas soal tipe pilihan ganda (Patel dan Neeraj, 2013). Indeks kesukaran merupakan
1332
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1330-1339bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 me-nunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah (Suharsimi, 2009).
Berkenaan dengan analisis me-ngenai proporsi setiap jenjang pada kedua paket soal UAS, peneliti menggunakan taksonomi Bloom versi terbaru menurut Peggy Dettmer. Di dalam taksonomi Bloom versi terbaru ini dikenal 8 jenjang (level) dalam ranah kognitif. Jenjang tersebut diantaranya pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan sintesis (C6), imajinasi (C7) dan kreasi (C8). Berdasarkan taksonomi tersebut, dapat dikatakan bahwa soal dengan jenjang C4 sampai C8 merupakan soal-soal berpikir tingkat tinggi. Semakin banyak jenjang soal tingkat tinggi tersebut, semakin baik pula kualitas soal.
Dengan menganalisis butir soal, dapat pula ditentukan baik tidaknya pengecoh (distractor) yang dibuat oleh guru. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek. Suatu distractor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes (Suharsimi, 2009:220).
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar di SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh, yang dilaksanakan melalui analisis butir soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) kimia kelas XI semester gasal tahun ajaran 2013/2014.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar di SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh, yang dilaksanakan melalui analisis butir soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) kimia kelas XI semester gasal tahun ajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif untuk mengetahui hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar kimia kelas XI. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis data dan menginterprestasikannya (Suryana, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian hasil belajar kimia kelas XI di SMA/MA Negeri di Kabupaten Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, berkaitan de-ngan seseorang yang mempunyai informasi yang diperlukan sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek yang diteliti (Arifianti, 2013). Adapun sampel yang diambil adalah instrumen penilaian hasil belajar kimia kelas XI di SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh.
Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode doku-mentasi. Data-data yang diambil mencakup lembar kisi-kisi, soal UAS kimia kelas XI semester gasal tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri atas 40 soal tipe pilihan ganda dan lembar jawaban siswa. Lembar jawaban yang dianalisis dalam uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar kimia ini adalah
Ana Yustika, dkk, Uji Kriteria Instrumen ….
1333
lembar jawaban siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ambarawa dan XI IPA 1 MA Negeri Suruh.Dengan demikian, materi penelitian adalah seluruh materi kimia kelas XI IPA yang diujikan dalam soal UAS di kedua sekolah tersebut. Adapun variabel yang diteliti dalam uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar iniadalah validitas butir, indeks kesukaran, jenjang soal, efektifitas distractor dan reliabilitas instrumen.
Data-data penelitian yang sudah dikumpulkan selanjutnya digunakan untuk uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar, yaitu dengan menganalisis butir soal. Analisis butir soal yang dilaksanakan dalam penelitian ini mencakup beberapa hal, di-antaranya adalah analisis validitas butir, indeks kesukaran, jenjang soal, efektifitas
distractor dan reliabilitas instrument. Analisis
jenjang soal dilaksanakan berdasarkan
ranah kognitif dalam taksonomi Bloom versi terbaru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji validitas butir soal UAS mata pelajaran kimia di SMA Negeri 1 Ambarawa menunjukkan bahwa dari 40 butir soal yang diujikan, ternyata terdapat 27 butir soal yang valid dan 13 butir soal yang tidak valid. Soal yang tergolong valid, diantaranya adalah soal-soal dengan nomor 2, 5, 6, 7, 8, 9, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40. Sedangkan soal yang tidak valid, diantaranya adalah soal-soal dengan nomor 1, 3, 4, 10, 11, 12, 13, 17, 19, 21, 26, 29, 30, 32. Adapun hasil uji validitas butir soal di SMA Negeri 1 Ambarawa tersebut dapat dilihat pada Tabel.1.
Tabel 1. Hasil uji validitas butir soal di salah satu SMA Negeri di Ambarawa
No Hasil Uji Kriteria Butir Soal No Soal
1 thitung > t tabel Valid 27
2, 5, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 31, 33,
34, 35, 36, 37, 38, 39, 40 2 thitung < t tabel Tidak valid 13 1, 3, 4, 10, 11, 12, 17, 19, 21,
26, 29, 30, 32
Jumlah 40 40
Hasil uji validitas terhadap 40 butir soal UAS kimia kelas XI tahun ajaran 2013/2014 di MA Negeri Suruh menunjukkan bahwa 28 butir soal yang valid dan 12 lainnya tidak valid. Butir soal yang valid, yaitu soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 19, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35,
36, 37, 38, 40, sedangkan 12 butir soal lainnya yang tidak valid, yakni soal nomor 2, 4, 9, 13, 15, 18, 20, 21, 24, 27, 30, 39. Adapun hasil uji validitas butir soal di MA Negeri Suruh tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
1334
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1330-1339Tabel 2. Hasil uji validitas butir soal di MA Negeri Suruh
No Hasil Uji Kriteria Butir Soal No Soal
1 thitung > tkritis Valid 28
1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 17,
19, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40 2 thitung < tkritis Tidak valid 12 2, 4, 9, 13, 15, 18, 20, 21, 24, 27,
30, 39
Jumlah 40 40
Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah soal yang valid pada kedua sekolah melebihi separuh dari total jumlah soal UAS yang diujikan. Dengan demikian, sebagian besar soal sudah dapat menjalankan fungsi dan pengukurannya dengan baik. Hal ini dikarenakan persya-ratan tes yang paling utama adalah valid sehingga soal dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan tepat (Nuswowati, et al., 2010). Ketika suatu tes tidak memiliki validitas yang baik, ada dua hal yang mungkin akan terjadi, yaitu: (1) siswa tidak dapat menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya dikarenakan tidak ada soal yang menguji kemampuan tersebut dan (2) adanya pertanyaan-pertanyaan yang tidak berhubungan sehingga menyebabkan siswa tidak dapat menjawab dengan benar (Jandaghi dan Fatemeh, 2008). Namun demikian, ternyata validitas butir saja belum bisa digunakan untuk menentukan kualitas suatu soal. Oleh karenanya perlu diadakan analisis lain seperti analisis indeks kesukaran,jenjang soal, efektifitas distractor dan reliabilitas instrumen.
Hasil uji analisis indeks kesukaran soal UAS di SMA Negeri 1 Ambarawa menunjukkan bahwa dari 40 butir soal yang diujikan, terdapat 25 butir soal yang tergolong mudah, yakni soal nomor 2, 3, 4, 6, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 22, 23, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 40. Adapun 12 soal tergolong sedang, yakni soal nomor 1, 5, 7, 8, 10, 11, 20, 24, 25, 26, 27, 39 dan 3 soal lainnya tergolong sukar, yakni soal nomor 9,21,35. Sedangkan hasil analisis indeks kesukaran soal UAS di MA Negeri Suruh menunjukkan hasil yang berbeda. Terdapat 30 butir soal mudah, dengan nomor soal 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 35, 37, 38, 40 dan 10 butir soal sedang, dengan nomor soal 2, 4, 11, 14, 23, 24, 33, 34, 36, 39. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa sebagian besar soal UAS di kedua sekolah tergolong mudah. Sementara soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Suharsimi, 2009). Adapun hasil uji analisis indeks kesukaran butir soal UAS SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh dapat dilihat pada Gambar 1.
Ana Yustika, dkk, Uji Kriteria Instrumen ….
1335
Gambar 1. Hasil analisis indeks kesukaran
Hasil analisis proporsi jenjang soal UAS di SMA Negeri 1 Ambarawa menunjukkan bahwa ada 7 butir soal yang termasuk jenjang C1/pengetahuan, yakni soal nomor 1, 11, 21, 22, 30, 31, 32. Sementara sebagian besar soal, yakni 30 dari 40 butir soal UAS sekolah tersebut ternyata termasuk dalam jenjang C2/ pemahaman, yakni soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 24, 26, 28, 29, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40. Adapun 3 soal lainnya yang termasuk dalam jenjang C3/ aplikasi adalah soal nomor 4, 25, 27.
Hasil analisis proporsi jenjang soal terhadap 40 butir soal UAS MA Negeri Suruh menunjukkan bahwa terdapat
jenjang soal C1/pengetahuan sampai dengan C4/ analisis di dalamnya. Terdapat 5 butir soal yang termasuk dalam jenjang C1/pengetahuan, yakni soal nomor 1, 2, 25, 29, 32. Selain itu, 30 butir soal termasuk dalam jenjang C2/ pengetahuan, yakni soal nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 40. Sedangkan untuk jenjang C3/ aplikasi ada 4 butir soal, yakni soal nomor 4, 28, 38, 39 dan untuk jenjang C4/ analisis hanya ada 1 butir soal, yakni soal nomor 27. Adapun hasil analisis proporsi jenjang soal UAS SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hasil analisis proporsi jenjang soal
SMA Negeri 1 Ambarawa MA Negeri Suluh
SMA Negeri 1 Ambarawa MA Negeri Suluh
1336
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1330-1339Berdasarkan proporsi jenjang soal pada Gambar 2, terlihat bahwa sebagian besar soal UAS termasuk dalam jenjang C2. Hasil analisis tersebut sesuai dengan hasil yang memberikan informasi bahwa semua siswa Indonesia ternyata hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja. Padahal, jenjang C2 bukan termasuk dalam kategori soal berpikir tingkat tinggi dan tidak melatihkan keterampilan berpikir siswa (Lissa, et al., 2012). Yang termasuk dalam soal berpikir tingkat tinggi adalah soal-soal analisis, sintesis, dan evaluasi. Hal ini berarti bahwa dari seluruh soal UAS kimia kelas XI semester gasal tahun ajaran 2013/2014 di SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh hanya ada 1 soal saja yang termasuk dalam soal berpikir tingkat tinggi, yaitu soal dengan jenjang C4/ analisis.
Hasil analisis distractor soal UAS kimia kelas XI di SMA Negeri 1 Ambarawa menunjukkan bahwa 89 dari 160 butir
distractor termasuk dalam kriteria efektif,
sedangkan 71 butir yang lainnya dinyatakan tidak efektif. Oleh karena jumlah keseluruhan testee di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ambarawa ada 40 orang siswa, maka distractor dinyatakan efektif atau dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila sekurang-kurangnya dipilih oleh 2 orang testee. Distractor efektif apabila sekurang-kurangnya dipilih oleh 5% dari seluruh peserta.
Hasil analisis distractorsoal UAS kimia kelas XI di MA Negeri Suruh menunjukkan bahwa sebanyak 91 dari 160 butir distractor termasuk dalam kriteria efektif, sedangkan 69 butir yang lainnya dinyatakan tidak efektif. Dalam hal ini,
testee pada kelas XI IPA 1 MA Negeri
Suruh berjumlah 21 orang siswa. Oleh karenanya, distractor sudah bisa disebut efektif apabila sekurang-kurangnya dipilih oleh 1 orang testee. Adapun hasil uji efektifitas distractor soal UAS SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hasil uji efektifitas distractor
Berdasarkan hasil uji efektifitas
distractor pada Gambar 3, sebanyak 89 butir distractor soal UAS kimia kelas XI SMA
Negeri 1 Ambarawa dan 91 butir distractor soal UAS kimia di MA Negeri Suruh yang termasuk kategori distractor efektif telah
SMA Negeri 1 Ambarawa MA Negeri Suluh
Ana Yustika, dkk, Uji Kriteria Instrumen ….
1337
menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu dapat mengecoh testee, khususnya yang berkemampuan rendah sehingga memilih
distractor sebagai jawaban yang benar
(Widyantoro, et al., 2009).
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilaksanakan, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen untuk SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh berturut-turut sebesar 0,70 dan 0,81. Ini artinya bahwa paket soal UAS tersebut reliabel, karena menurut Suparji (2010), tes dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitasnya lebih dari 0,70. Dengan demikian, kapanpun soal UAS SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama (Djanuarsih, 2012).
Uji kriteria instrumen penilaian hasil
belajar kimia yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ambarawa dan MA Negeri Suruh ini didukung pula dengan adanya 2 macam data angket, yaitu data angket respon guru terhadap prinsip penilaian hasil belajar siswa dan angket keterbacaan soal. Pengadaan angket ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh respon guru dan tingkat keterbacaan soal terkait hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis, ternyata dalam pembuatan soal UAS, guru pengampu mata pelajaran kimia kelas XI IPA 4 SMA di Negeri 1 Ambarawa dan kelas XI IPA 1 di MA Negeri Suruh tidak melakukan uji coba soal, analisis butir soal, ataupun perhitungan reliabilitas instrumen tes. Guru enggan melaksanakan analisis butir soal tes karena: (1) tidak ada tuntutan
sehingga dapat diabaikan; (2) tidak memiliki waktu luang karena jam mengajarnya penuh sebab menganilis butir soal tes memerlukan waktu ekstra cukup banyak; (3) belum mengetahui manfaat dari menganalisis butir soal-soal tes, karena soal yang hampir sama untuk siswa tahun lalu hasilnya bagus tetapi untuk siswa tahun sekarang kurang memuaskan; (4) tidak mengetahui cara-cara menganalisis butir soal-soal tes; dan (5) menganggap bahwa soal yang telah dianalisis dan digunakan kembali untuk tes tidak bermanfaat, karena sudah menjadi kebiasaan bahwa soal tes dibagikan kepada siswa dan siswa belajar dari soal tersebut (Widodo, 2010).
Angket tingkat keterbacaan soal yang diisi oleh seluruh siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Ambarawa dan kelas XI IPA 1 MA Negeri Suruh memberikan hasil yang baik. Dalam hal ini, tingkat keterbacaan soal UAS di kedua sekolah tergolong bagus, karena bahasa yang digunakan jelas dan mudah dipahami. Akan tetapi, penggunaan bentuk negatif (seperti kecuali dan bukan) pada kedua paket soal UAS sama-sama tidak ditandai dengan cetak miring. Sebagaimana yang disampaikan oleh Suharsimi (2009), salah satu kriteria soal bentuk pilihan ganda yang baik adalah penggunaan tanda cetak miring pada bentuk-bentuk negatif tersebut sehingga tidak membingungkan siswa. Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat keterbacaan soal tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil analisis butir soal yang dilaksanakan.
1338
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1330-1339SIMPULAN
Berdasarkan hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar di SMA Negeri 1 Ambarawa, diketahui bahwa sebanyak 27 butir soal tergolong valid dengan jenjang soal C1/ pengetahuan sampai dengan C3/ aplikasi. Dari total 160 butir distractor yang digunakan, 89 butir diantaranya tergolong efektif. Instrumen tergolong reliabel karena memiliki koefisien reliabilitas 0,70. Sedangkan untuk hasil uji kriteria instrumen penilaian hasil belajar di MA Negeri Suruh, sebanyak 28 butir soal tergolong valid dengan jenjang soal C1/ pengetahuan sampai dengan C4/ analisis.
Distractor yang tergolong efektif berjumlah
91 butir. Instrumen tergolong reliabel karena memiliki koefisien reliabilitas 0,81.
DAFTAR PUSTAKA
Arifianti, R., 2013, Analisis Kualitas Produk Sepatu Tomkins, Jurnal Dinamika
Manajemen, Vol 1, no 4, Hal:46-58.
Djanuarsih, E., 2012, Validitas dan Reliabilitas Butir Soal, Jurnal Dinas
Pendidikan Kota Surabaya, Vol 1, No
1, Hal: 1-12.
Jandaghi, G. dan Fatemeh, S., 2008, Rate of Validity, Reliability, and Difficulty Indices for Teacher-Designed Exam Questions in First Year High School,
International Journal of Human Sciences, Vol 2, No 5, Hal:1-6.
Khan, M.U.Z. dan Badr, M.A., 2011, Evaluation of Modified Essay Questions and Multiple Choice Questions as a Tool For Assessing the Cognitive Skills of Undergraduate Medical Students, International Journal of Health Sciences, Qassim University, Vol 1, No 5, Hal:39-43.
Lissa, Andreas, P.B.P., dan Dyah, R.I., 2012, Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Materi Sistem Respirasi dan Ekskresi, Jurnal Ilmu Kependidikan, Vol 1, No 41,
Hal:27-32.
Nuswowati, M., Binadja, A., Soeprodjo, dan Khida, E.N.I., 2010, Pengaruh Validitas dan Reliabilitas Butir Soal Ulangan Akhir Semester Bidang Studi Kimia terhadap Pencapaian Kompetensi, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 1, No 4,
Hal:566-573.
Patel, K.A. dan Neeraj, R. M., 2013, Itemized Analysis of Questions of Mulptiple Choice Question (MCQ) Exam, International Journal of Scientific Research, Vol 2, No 2,
Hal:279-280.
Purwati, A. dan Irni, W., 2009, Studi Kualitas Soal Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional Mata Pelajaran Matematika Provinsi DKI Jakarta wilayah Jakarta Timur tahun pelajaran 2007/2008,
Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan, Vol 2,
No 2, Hal:128-136.
Ratnaningsih, D.J., 2011, Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Ujian Akhir Semester Mahasiswa di Universitas Terbuka dengan Pendekatan Teori Tes Klasik,
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol 2, No 12, Hal:92-99.
Suharsimi, A., 2009, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, Edisi revisi, cetakan 9,
Jakarta: Bumi Aksara.
Suparji, 2010, Kualitas Butir Soal Buatan Guru-Guru SMP Mata Pelajaran Matematika dan IPA di Kabupaten Sumenep, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol 1, No 11, Hal:48-52.
Suryana, 2010, Metodologi Penelitian Model
Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Widodo, 2010, Analisis Butir Soal Tes,
Jurnal Pendidikan Penabur, Vol 9, No
14, Hal:58-67.
Widyantoro, D., Boenasir, dan Karsono, 2009, Pengembangan Soal Tes Pilihan Ganda Kompetensi Sistem
Ana Yustika, dkk, Uji Kriteria Instrumen ….
1339
Starter dan Pengisian Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Kelas XII, Jurnal PTM, Vol 1, No 9, Hal:14-21.
Zaman, A., Asaf, N., Fayyaz, A. F., Muhammad, A. D., dan Alamgir, 2010,
Analysis of Multiple Choice Items and the Effect of Items’ Sequencing on Difficulty Level in the Test of Mathematics, European Journal of Social Sciences, Vol 1, No 17, Hal:61-67.
1340
Ju
rnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 8, No. 2, 2014, hlm 1340-1350EFEKTIVITAS MODEL INKUIRI BERBANTUAN MODUL
DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS
Dwi Septiani*, Woro Sumarni dan Saptorini
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035 E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa menuntut guru untuk mengurangi dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa secara optimal dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, seperti keterampilan generik sains. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model Inquiry Based Learning (IBL) berbantuan Modul terhadap peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa pada salah satu SMA Negeri di Ngawen pada materi larutan penyangga dan hidrolisis garam. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA sekolah tersebut tahun pelajaran 2012/2013. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest and posttest group design. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai posttest pemahaman konsep siswa kelas eksperimen sebesar 84,00 dan kelas kontrol sebesar 77,52. Pada kelas eksperimen diperoleh ketuntasan klasikal 97% dan kelas kontrol 83%. Hasil observasi pada praktikum pertama dan kedua diperoleh rata-rata nilai keterampilan generik sains siswa kelas eksperimen adalah 83,43 dan 93,51 sedangkan kelas kontrol adalah 81,41 dan 91,59. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model IBL berbantuan modul terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa.
Kata Kunci: keterampilan generik sains, model inkuiri berbantuan modul
ABSTRACT
Student-centered learning paradigm requires teachers to reduce the dominance of the teacher in the learning activities so students can optimally develop their potentials, such as generic science skills. This study aims to determine the effectiveness of the application of the Inquiry Based Learning (IBL) assisted module to an improved concepts understanding and generic skills of students of senior high school in Ngawen in the buffer material and salt hydrolysis. The population was all students in class XI IPA of that senior high school in 2012/2013 academic year. The research design is a pretest and posttest group design. Sampling technique used is cluster random sampling, derived class XI IPA 1 as experimental class and class XI IPA 2 as the control class. The results showed that the average posttest’s score of concept understanding of experimental class 84,00 and control class 77.52. In the experimental class obtained the clasical completeness 97% and control class 83%. The result of first and second lab observation obtained the average score of generic science skill at the experimantal class were 83,43 and 93,51 while the control class were 81.41 and 91.59. Based on the results of this study, it can be concluded that implementation of the IBL model through module was effective in improving the understanding of science concepts and generic skills of students.
Dwi Septiani, dkk, Efektivitas Model Inkuiri Berbantuan….
1341
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan pembelajaran kimia di tingkat SMA adalah agar siswa me-nguasai konsep-konsep dalam ilmu kimia dengan benar. Konsep yang kompleks dan abstrak dalam ilmu kimia menjadikan siswa beranggapan bahwa pelajaran kimia merupakan pelajaran yang sulit (Marsita, et
al., 2010). Cakir, (2008) mengungkapkan
bahwa konsep itu merupakan paket makna, mereka menangkap keteraturan, pola, atau hubungan antara obyek-obyek, peristiwa, dan konsep lainnya. Penguasaan konsep oleh individu dengan benar adalah sangat penting, karena konsep yang satu berkaitan dengan konsep yang lain. Individu hanya dapat memahami suatu konsep dengan benar jika konsep yang mendasari sebelumnya telah dikuasai dengan benar pula (Fajaroh, 1998).
Proses pembelajaran akan lebih bermakna dan informasi yang didapatkan akan bertahan lebih lama, jika ada kaitan antara konsepsi awal siswa dengan konsep baru yang sedang dipelajari. Ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme dari Piaget, yang mengungkapkan bahwa keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pengetahuan awal siswa.
Salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pandangan konstruk-tivisme adalah strategi pembelajaran inkuiri. Unver dan Arabacioglu, (2011) mengung-kapkan bahwa yang dimaksud dengan IBL atau pembelajaran berbasis Inkuiri adalah pembelajaran yang mengacu pada kegiatan siswa yang mengembangkan pengetahuan
dan pemahaman ide-ide ilmiah serta pemahaman tentang bagaimana ilmuan mempelajari alam. Menurut Spencer dan Walker, (2012). Model pembelajaran IBL mendorong dan meningkatkan keingintahu-an dkeingintahu-an motivasi belajar siswa. Pembelajarkeingintahu-an IBL membantu siswa untuk mengembang-kan pemahaman ilmu pengetahuan yang lebih dalam dan menciptakan penemuan ilmiah baru.
Model pembelajaran inkuiri merupa-kan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Suyanti, 2010). Kegiatan menemukan ini dapat dilakukan melalui kegiatan praktik.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sejumah kegiatan praktikum mencerminkan kegiatan inkuiri. Hal ini di-karenakan alat bantu petunjuk percobaan atau LKS yang digunakan hanya bersifat verifikatif saja, yakni membuktikan konsep atau prinsip yang telah dibahas sebelumnya dalam pembelajaran di kelas. Praktikum yang bersifat verifikatif ini tidak banyak membantu mengembangkan keterampilan berpikir pada siswa, karena guru yang lebih dominan dalam pembelajaran sedangkan siswa tinggal menerima pengetahuan dari gurunya. Oleh karena itu perlu digunakan suatu bahan ajar yang dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa, misalnya yaitu modul. Pembelajaran menggunakan modul menjadikan siswa dapat belajar secara individual dalam arti