• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Efektivitas Organisasi Gabungan Organisasi Wanita Kabupaten Purworejo dalam Memberdayakan Wanita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Efektivitas Organisasi Gabungan Organisasi Wanita Kabupaten Purworejo dalam Memberdayakan Wanita"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Judul

Efektivitas Organisasi Gabungan Organisasi Wanita Kabupaten Purworejo dalam Memberdayakan Wanita

I.2. Alasan Pemilihan Judul

I.2.1. Aktualitas

Negara berkembang seperti Indonesia masih sangat memerlukan pembangunan diberbagai sektor terutama wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh pemerintah. Namun tidak sekedar pemerintah saja yang harus memikul berat beban tersebut, tetapi peran masyarakat juga sangat dibutuhkan salah satunya melalui kegiatan pengentasan kemiskinan. Organisasi Sosial merupakan salah satu pilar partisipan yang ikut berperan dalam membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan. Perempuan kini sudah mampu ikut berperan dalam membangun bangsa ini dan harus terus dioptimalkan. Dalam hal ini tentu perempuan dituntut untuk mampu memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai, keberanian dalam memegang prinsip, menjadi pribadi yang tangguh tanpa meninggalkan kodratnya sebagai perempuan serta menjunjung tinggi harkat dan martabatnya. Maka dari itu munculah beberapa organisasi yang seluruh anggotanya adalah wanita.

Gabungan Organisasi Wanita yang ada di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah merupakan kumpulan atau gabungan dari berbagai organisasi-organisasi wanita yang ada di seluruh Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kemunculan organisasi wanita ini selain ikut membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan juga memiliki program-program dalam memberdayakan perempuan. Namun, wanita dianggap masih memiliki kelemahan-kelemahan dari sisi feminisnya. Hal ini lah yang membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian pada Gabungan

(2)

2 Organisasi Wanita Kabupaten Purworejo, yang pada akhirnya peneliti memilih judul Efektivitas Organisasi Gabungan Organisasi Wanita Kabupaten Purworejo dalam Memberdayakan Wanita.. Dimana peneliti ingin mengetahui bagaimana efektivitas organisasi GOW melakukan pemberdayaan wanita di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Isu ini tentu masih hangat jika dikaitkan dengan jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan yang salah satu konsentrasinya adanya pemberdayaan. Masyarakat saat ini dikatakan dalam posisi sulit untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan mereka sendiri. Walaupun sudah difasilitasi dengan program yang ada dan cukup potensial. Karena itu lah hal ini dikatakan sebagai isu yang menarik untuk diangkat.

I.2.2. Orisinalitas

Efektivitas organisasi wanita dalam memberdayakan wanita menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan sehingga tidak mengherankan jika banyak pihak yang melakukan kajian terkait dengan peran ganda wanita. Sejauh ini pihak-pihak yang telah melakukan penelitian diantaranya adalah:

“Analisis Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Kecamatan Bunyu Kabupaten Bulungan Tahun 2010”, karya Masruri. Penelitian ini membahas bagaimana efektivitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kecamatan Bunyu Kabupaten Bulungan. Berdasarkan konsep PNPM-MP yang menyelenggarakan Program penanggulangan kemiskinan melalui kegiatan yang berbasis masyarakat itu sendiri, maka diharapkan kelompok masyarakat marginal mampu mengurangi ketertinggalan yang ada dengan adanya pengetahuan dan keterampilan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa telah berjalan efektif, meskipun masih banyak kekurangan dalam pelaksanaannya. Kekurangan tersebut yaitu pada faktor tenaga kerja, dimana jumlah tenaga kerja tidak full mengisi formasi yang ada, selain itu formasi yang ada tidak diisi oleh tenaga spesialis yang sesuai dengan bidangnya. Kaitannya dengan itu, maka berimbas kepada tumpah tindihnya kewenangan. Selain faktor penghambat, terdapat

(3)

3 juga faktor pendukung sehingga pelaksanaan program dapat berjalan. Faktor pendukung yang dimaksud adalah informasi dan fasilitasi yang diberikan. Informasi yang dimaksud adalah berupa peraturan, edaran, petunjuk operasional dan penguatan kapasitas bagi fasilitator pendamping.

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi pada Kantor Kecamatan Tanjungpinang Barat”, karya Turi Riono Indrajid. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kecamatan Tanjungpinang Barat. Berbagai kelemahan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, salah satunya menyangkut dimensi organisasi pemerintah. Mekanisme penyelenggaraan pemerintah daerah masih memiliki karakteristik organisasi mekanistis yang berlebihan atau tidak efektif dan tidak efisien. Kemudian peneliti menemukan fenomena yang terjadi pada saat pra survey yakni kurangnya inisiatif pegawai dalam bekerja dan mengembangkan diri dan kurangnya kemampuan pegawai dalam menggunakan teknologi. Hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan, disimpulkan bahwa terdapat 5 indikator yang terdiri dari struktur organisasi, adanya kerjasama, kemampuan administrative pegawai, perencanaan program kerja dan kepuasan kerja.

“Peran Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan dalam Penanggulangan Kemiskinan: Kasus di GPIB Jemaat EKKLESIA DKI Jakarta dan GPIB Jemaat NEHEMIA Desa Cipayung, Kabupaten Bogor”, karya Rohadi Joshua Sutisna. Penelitian ini membahas bagaimana peran organisasi kemasyarakatan yang berbasis keagamaan dalam menanggulangi kemiskinan di desa miskin. Kemiskinan bukan lagi menjadi masalah pemerintah semata, namun juga bagi civil society. Dimana organisasi kemasyarakatan merupakan bagian dari civil society yang memiliki peran sangat strategis diberbagai bidang pembangunan. Hanya saja organisasi ini melihat dari perspektif keagamaan, sebagai wadah pembentukan nilai-nilai interinsik yang mempengaruhi perilaku produktif umat agar mau dan mampu membebaskan diri dari belenggu kemiskinan. Mutu jasa organisasi diukur didalam penelitian ini seperti kepemimpinan, mental sepiritual, usaha ekonomi, dan aksi sosial. Kemudian

(4)

4 meneliti strategi pemberdayaan umat dalam menanggulangi kemiskinan sebagai reformator, transformator, motivator, dan pembangun nilai.

Dapat dilihat bahwa pada penelitian-penelitian tersebut belum ada yang membahas tentang Efektivitas Organisasi Gabungan Organisasi Wanita Kabupaten Purworejo dalam Memberdayakan Wanita. Oleh karena itu, peneliti bisa memastikan bahwa penelitian ini orisinil.

I.2.3. Relevansi dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) merupakan cabang dari ilmu sosial yang mempelajari berbagai aspek kehidupan sosial dalam masyarakat yang begitu kompleks dengan berbagai permasalahan serta bagaimana mendapatkan solusinya. Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan memiliki tiga konsentrasi yaitu Social Policy, Community Empowerment, dan Corporate Social Responsibility. Salah satu aspek dalam Community Empowerment adalah Community Development. Konsep dasar community development atau pembangunan masyarakat menurut Ilmu Sosiatri atau yang sekarang disebut sebagai Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) adalah suatu usaha untuk menciptakan hubungan yang seimbang antara kebutuhan hidup masyarakat (needs) dengan sumber-sumber daya hidup (resources) yang terdapat di suatu daerah sehingga tercapai kesejahteraan masyarakat yang penuh; fisik, mental, maupun sosial.

Penelitian ini tentu sangat relevan dengan jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, di dalam penelitian ini terdapat upaya melakukan kajian atas permasalahan yang timbul sebagai reaksi dari kurang seimbangnya kebutuhan (needs) dengan sumber daya yang tersedia (resources) guna mencapai kesejahteraan fisik, mental dan sosial warga masyarakat (Buku Panduan Jurusan Ilmu Sosiatri Fisipol UGM 2007:3). Aksesibilitas dalam turut serta mengentaskan kemiskinan yang dilakukan oleh organisasi wanita yang ingin diangkat pada penelitian ini identik dengan obyek kajian Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, yaitu upaya menyeimbangkan needs dan resources untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian yang mencoba melihat proses penyeimbangan

(5)

5 antara needs dan resources melalui peran organisasi wanita dalam mengurangi kemiskinan melalui pemberdayaan. Dengan demikian masyarakat dalam hal ini ibu rumah tangga di desa miskin diharapkan dapat menjadi berdaya dan mandiri dengan adanya pemberdayaan berupa keterampilan yang layak bagi mereka.

Seiring dengan perkembangan Ilmu Sosiatri yang mempunyai fokus utama kepada tiga isu penting yaitu kebijakan sosial (Social Policy), pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment), dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), maka tema dalam penelitian ini juga termasuk diantaranya. Aksesibilitas organisasi wanita dalam memberdayakan ibu rumah tangga di desa miskin merupakan bagian dari Community Empowerment yang dilakukan oleh Gabungan Organisasi Wanita sebagai upaya membantu pemerintah dalam mengurangi kemiskinan bagi semua kalangan masyarakat sehingga nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

I.3. Latar Belakang

Dewasa ini, organisasi wanita sudah turut berpartisipasi dalam proses pembangunan nasional. Emansipasi wanita dari waktu ke waktu mengalami perkembangan membuat wanita saat ini mampu berperan sama dengan laki-laki. Kaum wanita sebagai sumber daya insani dan ahli waris serta penerus cita-cita bangsa perlu mempersiapkan dan membina diri menjadi anggota masyarakat yang memiliki keterampilan serta bertanggung jawab pada diri pribadi, keluarga dan bangsa, tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita (buku AD-ART Organisasi GOW Kabupaten Purworejo). Terdapat permasalahan mengenai pembangunan bahwa dalam kehidupan masyarakat, dapat kita lihat perempuan lebih dilibatkan sebagai konsumen pembangunan, akibatnya perempuan pasif menghadapi permasalahan pembangunan itu sendiri (Ridjal Fauzie, 1993: 142). Sekarang, apakah wanita sudah benar-benar mampu dalam ikut berpartisipasi dalam pembangunan?

Kartini dalam Ridzal Fauzie (1993: 88) berkesimpulan bahwa Tuhan menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang sama, jiwanya sama,

(6)

6 hanya bentuknya yang berlainan. Karena itu kedudukannya juga tidak boleh dibeda-bedakan. Hasil jerih payah, pengorbanan dan perjuangan Kertini telah dipetik oleh kaum wanita Indonesia. Sesudah Kartini wafat, mulailah timbul organisasi-organisasi wanita yang bertujuan sama, memberi pendidikan bagi gadis-gadis pribumi untuk menjadi cerdas. Sadar akan hal itu, maka perlu wadah untuk menghimpun seluruh potensi wanita yang mampu menumbuhkan, menggerakkan, serta menyalurkan dinamika dan idealisme wanita.

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh organisasi wanita seperti memberdayakan wanita, ikut dalam kegiatan politik, mensejahterakan masyarakat miskin, dan sebagainya. Kehadiran organisasi wanita menjadi angin segar bagi sebagian masyarakat khususnya wanita. Keberadaan organisasi wanita diperlukan guna memberikan daya kepada wanita-wanita yang kurang atau tidak berdaya. Berarti, wanita yang memiliki daya diintegrasikan dalam bentuk organisasi yang bertujuan untuk memberdayakan wanita lainnya. Peran organisasi wanita tidak bisa berjalan sendiri, perlu adanya dukungan dan pembinaan agar organisasi dapat berjalan efektif. Pemerintah perlu untuk mendukung melalui kebijakan-kebijakan yang sensitif mengenai organisasi wanita. Salah satu organisasi wanita yang menjadi mitra pemerintah adalah Gabungan Organisasi Wanita yang ada di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

GOW berfungsi untuk mengkoordinasikan, mengkonsumsikan dan menginformasikan semua hal-hal tentang kesejahteraan, pendidikan, kebudayaan, ekonomi, dan ham kepada anggotanya (Buku AD-ART Organisasi GOW Kabupaten Purworejo). Dimana nantinya organisasi GOW akan mampu memberikan penyuluhan, pendidikan dan kontribusi apapun kepada masyarakat maupun anggota. Kemudian dari semua yang dilakukan oleh organisasi GOW diharapkan mampu berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Purworejo. Sebagaimana tujuannya yaitu mengajak kaum wanita untuk berdaya agar mampu mensejahterakan nusa dan bangsa tanpa melupakan kodrat sebagai wanita. Dengan demikian, organisasi GOW dianggap sebagai mitra pemerintah Kabupaten Purworejo

(7)

7 karena mampu membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya golongan miskin melalui pemberdayaan wanita.

Pemerintah Kabupaten Purworejo terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan miskin. Sebuah artikel yang dilansir oleh www.krjogja.com mengatakan bahwa sebanyak 59 desa dari 494 desa dan kelurahan di Kabupaten Purworejo dikatagorikan sebagai desa miskin. Hal ini berdasarkan pada analisis dan data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), dengan tingkat kemiskinan penduduk yang relatif tinggi. Kemudian TKPK membuat 3 skala prioritas yakni prioritas tingkat 1 (tinggi), prioritas tingkat 2 (sedang) dan prioritas tingkat 3 (rendah) untuk mengklasifikasi desa miskin. Hingga akhirnya menentukan 59 desa yang berada pada tingkat prioritas tertinggi yakni prioritas 1 seperti yang digambarkan pada tabel berikut :

Tabel I.1

Kecamatan dan Desa Prioritas di Kabupaten Purworejo

No Kecamatan Desa/Kelurahan PRIORI TAS Jumlah Ruta/S M+M 1 Grabag Ketawangrejo 1 155 2 Grabag Nambangan 1 174 3 Ngombol Wonosari 1 44 4 Ngombol Awuawu 1 51 5 Ngombol Wasiat 1 44 6 Ngombol Wonosari 1 44 7 Ngombol Cokroyasan 1 36 8 Purwodadi Geparang 1 63

9 Purwodadi Jenar Lor 1 87

10 Purwodadi Ketangi 1 67 11 Bagelen Somorejo 1 120 12 Bagelen Durensari 1 150 13 Bagelen Sokoagung 1 146 14 Bagelen Semono 1 121 15 Kaligesing Somongari 1 293 16 Kaligesing Tlogoguwo 1 220 17 Purworejo Purworejo 1 269 18 Purworejo Baledono 1 309

19 Purworejo Sido Mulyo 1 303

20 Banyu Urip Tanjunganom 1 78

21 Banyu Urip Candingasinan 1 61

22 Banyu Urip Condongsari 1 62

23 Banyu Urip Kledung

Kradenan 1

68

24 Bayan Sucenjuru

Tengah 1

(8)

8 25 Bayan Pucang Agung 1 232

No Kecamatan Desa/Kelurahan PRIORI TAS Jumlah Ruta/S M+M 26 Kutoarjo Suren 1 158 27 Kutoarjo Kutoarjo 1 215 28 Kutoarjo Wirun 1 182 29 Kutoarjo Tursino 1 154 30 Butuh Kedungmulyo 1 98 31 Butuh Wareng 1 69 32 Pituruh Brengkel 1 141 33 Pituruh Somogede 1 136 34 Pituruh Kaligintung 1 203 35 Kemiri Bedono Kluwung 1 131 36 Kemiri Bedono Pageron 1 108 37 Kemiri Rebug 1 104 38 Kemiri Loning 1 147 39 Kemiri Winong 1 116 40 Kemiri Sutoragan 1 125 41 Kemiri Turus 1 144 42 Kemiri Kedunglo 1 123 43 Kemiri Girijoyo 1 109 44 Bruno Puspo 1 448 45 Bruno Brunorejo 1 456 46 Bruno Tegalsari 1 646 47 Bruno Kaliwungu 1 531 48 Gebang Bulus 1 184 49 Gebang Redin 1 237 50 Loano Tepansari 1 200 51 Loano Kalisemo 1 166 52 Loano Loano 1 146 53 Loano Kebongunung 1 147 54 Bener Bener 1 227

55 Bener Karang Sari 1 210

56 Bener Guntur 1 293

57 Bener Legetan 1 207

58 Bener Kalijambe 1 266

(9)

9 (Sumber : www.tkpkjateng.com/file/file_upload

diakses pada 25 April 2015, 12.01 WIB)

Sehingga dapat dilihat desa mana saja yang menjadi prioritas pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Purworejo. Pemerintah tidak bekerja sendiri, tetapi menggandeng beberapa LSM, Organisasi masyarakat, swasta dan pihak-pihak yang menjadi pilar dalam pembangunan. Salah satu bentuk kerjasama pemerintah dengan salah satu pilar yaitu kerjasama antara Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (BKBPM) dengan organisasi Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Purworejo. Salah satu hasil kerja sama tersebut berupa program pengentasan kemiskinan yang berfokus pada pemberdayaan wanita. BKBPM Kabupaten Purworejo berperan sebagai penangung jawab, pemberi dana, pembina, sedangkan GOW yang menjalankan atau merealisasikan program pengentasan kemiskinan.

Terpilih dua desa yang menjadi sasaran program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh GOW yakni Desa Pucangagung Kecamatan Bayan dan Desa Wirun Kecamatan Kutoarjo. Sebagai mitra pemerintah, GOW mengadakan pelatihan keterampilan seperti membuat kue atau mengolah sumber daya alam yang sudah tersedia di desa tersebut. Pelatihan keterampilan seperti ini ditujukan kepada ibu rumah tangga agar mereka bisa dan mampu meningkatkan ekonomi keluarga dengan cara membuka usaha kecil melalui keterampilan mereka. Keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tekanan ekonomi, lingkungan keluarga yang sangat mendukung untuk bekerja, tidak ada peluang lain yang sesuai dengan keterampilannya (Abdullah, 2003: 226). Maka dari itu, GOW membuat program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan wanita dengan cara memberikan pelatihan keterampilan kepada wanita-wanita pada desa merah. Dengan begitu, mereka akan memiliki keterampilan dan memiliki faktor pendukung untuk melakukan kegiatan ekonomi keluarga.

(10)

10 Menurut Ny. Roeswarjito selaku Wakil Ketua GOW, sasaran GOW lebih mengutamakan desa miskin sebagai upaya ikut berperan untuk kemajuan desa dengan memberikan dorongan semangat kepada kaum wanita untuk ikut menumbuhkan ekonomi. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat dapat mengembangkan kreatifitas contohnya seperti membuat aneka kue (www.birohumas.jatengprov.co.id). Sumber pendanaan menjadi faktor penting bagi sebuah organisasi dalam merealisasikan tujuan-tujuan organisasi. Banyak cara untuk mendapatkan sumber pendanaan, salah satunya bekerja sama dengan pemerintah. Sokongan dana dari pemerintah, membuat organisasi ini harus produktif dan memanfaatkan dana tersebut sebagai mitra pemerintah. Berdasarkan observasi atau pengamatan langsung pada saat penulis melakukan pra survey pada 13 Maret 2015, melalui wawancara kepada Sekertaris GOW, Sulasri Tumino mengatakan bahwa dana yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Purworejo melalui BKBPM sebesar Rp. 50 juta per tahun. Dana tersebut dianggap masih kurang cukup untuk melakukan kegiatan atau menjalankan program-program pengentasan kemiskinan. Selain dana dari pemerintah yang dianggap masih belum cukup, GOW juga mendapatkan bantuan-bantuan sosial dari relawan yang ingin turut membantu masyarakat melalui GOW. GOW harus menggunakan dana yang terbatas tersebut secara efektif dan efisien agar program-program pengentasan kemiskinannya dapat berjalan dengan baik dan tujuan organisasi menjadi terwujud.

Anggota atau pekerja dalam sebuah organisasi mempunyai pandangan, tujuan, kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda sehingga akan menyebabkan perbedaan perilaku antara orang satu dengan orang lain (Yudhaningsih, 2011: 41). Setiap organisasi pasti memiliki tujuan, visi misi, kepentingan dan budaya yang berbeda-beda. Kemudian dari organisasi-organisasi yang beranggotakan wanita tersebut digabung menjadi satu di Gabungan Organisasi Wanita di Kabupaten Purworejo ini. Jadi, dapat dibayangkan bagaimana GOW mampu menyatukan pikiran atau kepentingan yang berbeda-beda guna mencapai tujuan bersama. Menurut Ibu Sulasri Tumino, memang sulit menyatukan pikirian dari berbagai organisasi yang

(11)

11 memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Karakter serta perilaku yang berbeda-beda juga dapat menimbulkan konflik apabila tidak bisa berjalan beriringan.

Rapat kerja bertugas dan berwenang untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan GOW Kabupaten Purworejo selama satu tahun kerja. selain itu juga menyusun dan merancang program kerja untuk satu tahun mendatang. Saran dan masukan dari perwakilan-perwakilan tiap anggota organisasi yang datang pada pertemuan tersebut akan didiskusikan satu sama lain. Kemudian mereka akan bertukar pikiran membahas masalah-masalah yang ada pada masing-masing organisasi mereka. Apabila tujuan bersama yang ada pada organisasi GOW ingin terwujud, maka pertemuan yang diadakan harus berjalan efektif dan efisien.

Dalam penelitian efektivitas organisasi, sumber daya manusia dan perilaku manusia muncul sebagai fokus primer, dan usaha-usaha untuk meningkatkan efektivitas harus selalu dimulai dengan meneliti perilaku ini ditempat kerja (M. Steers, 1985:2). Sumber daya manusia yang ada juga menjadi pertanyaan apakah tujuan organisasi dapat terwujud melihat mayoritas anggotanya adalah ibu rumah tangga yang sudah tidak bekerja atau sudah pensiun bekerja. Tenaga dan fikiran yang sudah mulai melemah juga dieluhkan oleh wakil ketua GOW, Ibu Roeswarjito. Tidak dipungkiri bahwa faktor usia dan generasi yang berbeda dengan generasi sekarang ini membuat GOW cukup kualahan mengikuti perkembangan zaman terutama teknologi. Pengalaman memang menjadi senjata utama mereka sebagai anggota yang sudah lansia, tetapi apakah itu cukup untuk mengemban tugas dan mewujudkan tujuan organisasi. Sedangkan tugas GOW yang tidak mudah sebagai mitra pemerintah bertugas memediasi masyarakat miskin agar kualitas kehidupan mereka mengalami peningkatan.

Banyak kasus organisasi wanita dimana tujuan yang dibuat ternyata tidak sesuai dengan dengan kenyataan atau tidak direalisasikan dengan baik. Contohnya yakni menggunakan organisasi wanita sebagai media untuk memamerkan diri, tempat bergosip, atau hanya sebagai ajang eksistensi mereka saja. Hal ini sangat dapat terjadi, terutama organisasi wanita yang latar belakang anggotanya memiliki jabatan

(12)

12 yang cukup tinggi meskipun sudah menjadi pensiunan. Dengan latar belakang seperti itu, GOW menjadi riskan apakah tujuan organisasi ini dapat terwujud dengan baik atau bahkan hanya sekedar tempat untuk ajang eksistensi para pensiunan dari berbagai profesi tersebut.

Berangkat dari fenomena efektif dan tidak efektifnya organisasi GOW serta penilaian program pemberdayaan wanita terhadap efektivitas GOW, maka peneliti diarahkan pada isu efektivitas organisasi GOW dalam kegiatan pemberdayaan wanita. Hal yang dapat dilihat bahwa, apakah kinerja, sistem yang berjalan, sumber daya manusia, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi GOW sejauh ini akan mampu meningkatkan kualitas dan peran wanita setelah adanya beberapa hal yang menghambat dan mendorong jalannya organisasi.

I.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti membuat suatu rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas organisasi GOW Kabupaten Purworejo dalam memberdayakan wanita di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah?

I.5. Tujuan penelitian

I.5.1. Tujuan Substansial : Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui efektivitas organisasi GOW Kabupaten Purworejo dalam memberdayakan wanita berdasarkan perspektif optimasi tujuan, perspektif sistem dan perspektif tingkat tekanan perilaku pada manusia.

I.5.2. Tujuan Operasional : Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi yang signifikan bagi perkembangan kajian Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan khususnya terkait keberadaan organisasi untuk memberdayakan masyarakat. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan menjadi landasan atau acuan penelitian yang terkait selanjutnya.

(13)

13

I.6. Manfaat penelitian

I.6.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dimasa depan dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat, bahwa perlu untuk melihat program pemberdayaan masyarakat berdasarkan kebutuhan dasar masyarakat.

I.6.2. Hasil penelitian ini semoga menjadi sumbangsih pemikiran, masukan, dan tambahan referensi bagi pengambil kebijakan dari swasta sebagai pihak yang terbiasa memberikan dana serta elemen-elemen yang terlibat dalam pelaksanaan program pemberdayaan.

I.6.3. Bagi peneliti sendiri merupakan sarana untuk mengembangkan wawasan dan pengalaman serta media pengaplikasian ilmu sosial kemasyarakatan yang diperoleh di bangku kuliah.

I.7. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dirancang untuk mengakrapkan peneliti dengan informasi tertentu yang relevan, menyangkut topik yang diselidiki. Satu segi positif dari tinjauan pustaka suatu proposal adalah menggarisbawahi berbagai gagasan yang representative dari sejumlah artikel dan buku tentang subyek yang ditangani (Black dan Champion, 1999: 94)

Tinjauan pustaka harus memiliki suatu rangkuman yang efektif, menyoroti berbagai temuan penting yang berkenaan langsung dengan masalah yang diteliti untuk suatu tujuan yang representative.

I.7.1. Organisasi

Siagian dalam Silalahi (1992: 124) mengatakan organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau sekelompok yang disebut pemimpin

(14)

14 dan seorang atau sekelompok yang disebut bawahan. Secara sederhana Sutarto (2006: 40) mengatakan bahwa organisasi adalah system saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Boone dan Katz organisasi didefinisikan sebagai suatu proses tersusun yang orang-orangnya berinteraksi untuk mencapai tujuan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi mencakup 3 elemen pokok :

1. Interaksi manusia

2. Kegiatan yang mengarah pada tujuan 3. Struktur organisasi itu sendiri

Orang-orang membentuk atau terlibat dalam suatu organisasi yaitu untuk menyempurnakan tujuan individu atau apa yang menjadi cita-citanya. Orang masuk ke dalam kelompok tentunya dengan tujuan tertentu yang diharapkan dapat menimbulkan kepuasan. Berbagai tujuan dapat diperoleh apabila seseorang masuk ke dalam suatu kelompok sebab kebanyakan pemenuhan kebutuhan sulit dilakukan secara sendiran. Tujuan manusia pada dasarnya ingin memenuhi segala bentuk kebutuhannya. Terdapat dua alasan yang menyebabkan pembahasan mengenai tujuan organisasi. Pertama, tujuan merupakan alasan bagi eksistensi organisasi, tujuan dinyatakan sebagai keadaan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Kedua, tujuan sangat penting bagi proses manajemen yang dijalankan dalam suatu organisasi yang memberikan pengakuan (legitimacy) terhadap perlunya organisasi berdiri, memberikan gambaran mengenai arah pengembangan organisasi, dan bisa digunakan sebagai kriteria untuk mengukur performansi organisasi, dan juga untuk mengurangi ketidakpastian.

Herbert G. Hicks (1972) dalam Winardi 2011 mengemukakan dua alasan memotivasi orang berorganisasi yakni, (a) alasan sosial (social reason), sebagai "zoom politicon" artinya makhluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia akan merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi kebutuhannya. Hal ini ditemui pada organisasi-organisasi yang memiliki sasaran intelektual, atau ekonomi; (b) alasan materi (material reason),melalui bantuan organisasi, manusia

(15)

15 dapat melakukan tiga macam hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri, yaitu: (1) dapat memperbesar kemampuannya, (2) dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi, dan (3) dapat menarik manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang telah dihimpun.

I.7.2. Organisasi Sebagai Agen Pemberdayaan

Organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda berdasarkan kriterianya. Salah satunya yakni organisasi yang memiliki tujuan sosial. Biasanya organisasi ini tidak mencari keuntungan. Setidaknya keuntungan yang dimaksud bukan materi atau uang, melainkan keuntungan yang diwujudkan dalam pengakuan publik atas kinerja mereka. Organisasi seperti ini berkontribusi dalam bentuk sumbangan/dukungan dalam menanggulangi permasalahan kesejahteraan sosial. Bentuk dukungan seperti pemikiran, kemampuan, tenaga, keahlian, material, dan lain-lain. Pada hakekatnya berusaha untuk merubah suatu kondisi yang tidak baik menjadi suatu kondisi yang relatif baik, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, pendidikan, kesehatan, tempat tinggal, perilaku, dan sebagainya. Berbagai cara untuk merubah kondisi warga baik perorangan maupun kelompok di suatu tempat tertentu dilaksanakan dengan pelayanan sosial yang bentuknya berbagai macam sesuai dengan program yang ditentukan oleh masing-masing organisasi.

Salah satu kegiatan organisasi yang sudah dijelaskan di atas yakni pemberdayaan masyarakat. Dimana masyarakat akan dibuat berdaya atau diberikan daya untuk mensejahterakan kehidupan mereka secara mandiri. Jim Ife dan Frank Tesoriero (2006:132) mereka menjelaskan pemberdayaan berdasarkan perspektif pluralis, “pemberdayaan adalah suatu proses menolong kelompok atau individu yang dirugikan untuk bersaing secara lebih efektif dengan kepentingan-kepentingan lain, dengan menolong mereka untuk belajar dan menggunakan keterampilan-keterampilan dalam melobi, menggunakan media, melakukan aksi politik, memahami bagaimana „memanfaatkan sistem‟ dan sebagainya. Berarti, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi akan membantu kelompok atau individu untuk bersaing secara efektif

(16)

16 dan mengajarkan mereka untuk memanfaatkan sistem agar dapat meningkatkan kualitas mereka.

Peran serta organisasi dalam membangun, memberdayakan, merubah, meningkatkan kualitas masyarakat menuju sejahtera, dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan mitra bagi pemerintah. Pemerintah sangat terbantu dengan adanya pihak-pihak khususnya masyarakat diluar pemerintahan. Tidak mudah menjadi mitra bagi pemerintah dalam menjalaninya, pemerintah harus memposisikan mitra secara seimbang. Posisi sebagai mitra yang berimbang hanya dapat terwujud dengan melalui proses pembenahan di segala segi, termasuk konsekuensi untuk memberdayakan masyarakat. Oleh Karena itu langkah yang harus dilakukan adalah melakukan pemberdayaan yang tepat kepada masyarakat dan meningkatkan kapasitas organisasi pemerintah dan lembaga-lembaga yang menjadi pendukung atas penyelenggaraan pembangunan. Seperti pada organisasi wanita yaitu adalah Gabungan Organisasi Wanita yang ada di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pemerintah menempatkan organisasi ini sebagai mitra mereka dalam ikut membantu mengurangi kemiskinan melalui pemberdayaan wanita di Kabupaten Purworejo. Menurut Sulistiyani (2004: 77) pemberdayaan mengandung dua arti. Pengertian yang pertama adalah to give power or authority, pengertian kedua to give ability to or enable. Pemaknaan pengertian pertama meliputi memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang/belum berdaya. Disisi lain pemaknaan pengertian kedua adalah memberikan kemampuan atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu.

Gunawan Sumodiningrat (1999: 142) menjelaskan tentang apa itu pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, Pemberdayaan Masyarakat adalah: Pertama, Kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah kepada sasaran tetapi memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Kedua, Kebijaksanaan yang secara langsung mengarah kepada

(17)

17 peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran. Ketiga, Kebijaksanaan khusus menjangkau masyarakat miskin melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

Dalam konteks pemberdayaan memang tidak lepas dari kemiskinan. Orang miskin menjadi fokus utama dalam beberapa kegiatan pemberdayaan. Seperti yang dijelaskan oleh Mubyanto (1994: 182), orang miskin harus diberdayakan, dibangunkan dari ketidak berdayaannya, dan kata kunci bagi mereka menurutnya adalah keberdayaan, keswadayaan, dan kemandirian. Oleh karena itu, program pengentasan kemiskinan perlu memperhatikan unsur pemberdayaan masyarakat. Ternyata pemberdayaan bukan hanya tentang penguatan individu masyarakat, tetapi juga perlu memperhatikan pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti perkerja keras, hemat, keterbukaan, disiplin dan tanggung jawab merupakan bagian pokok dari konsep pemberdayaan. Demikian juga pembaharuan lembaga-lembaga sosial dan pengintegrasiannya kedalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat didalamnya.

I.7.3. Efektivitas Organisasi

Untuk mengukur sejauh mana keberhasilan suatu organisasi itu dapat diwujudkan, salah satunya dapat dilihat dari efektivitas organisasi itu sendiri. Efektivitas adalah satu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, waktu) telah tercapai (Hidayat, 1986: 3). Semakin besar persentase target yang tercapai, semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Konsep ini orientasinya lebih tertuju pada keluaran. Berarti bagaimana GOW menghasilkan wanita yang kuat, berani, mandiri dan sejahtera. Selain itu mampu berguna bagi bangsa dan negara tanpa melupakan kodrat mereka sebagai wanita. Kalau itu semua dapat terwujud maka dapat dikatakan GOW telah efektif berdasarkan konsep pengeluaran.

Konsep efektivitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas, mencakup berbagai faktor didalam maupun diluar organisasi. Konsep efektivitas ini oleh para pakar belum ada keseragaman pandangan, karena adanya sudut pandang dari pendekatan disiplin ilmu yang berbeda. Oleh karenanya, konsep dan pengukurannya dapat menghasilkan perbedaan pula. Menurut Richard M. Steers

(18)

18 (1985: 4) pada dasarnya dikemukakan bahwa cara terbaik untuk meneliti efektivitas ialah memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan: (1) faham mengenai optimisasi tujuan; (2) perspektif sistematika; dan (3) tekanan pada segi perilaku manusia dalam suasana organisasi.

A. Optimasi Tujuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka (2007) optimasi merupakan yang terbaik, paling menguntungkan atau maksimal. Dari segi pandangan umum dan beberapa ahli, optimasi adalah teknik untuk memaksimalkan atau mengoptimalkan sesuatu hal yang bertujuan untuk mengelola sesuatu yang dikerjakan. Optimasi tujuan dalam mengevaluasi efektivitas, sedikit banyaknya akan bertumpu pada pencapaian tujuan organisasi. Kelebihan dari ancangan tujuan dalam menilai efektivitas adalah bahwa sukses suatu organisasi diukur menurut maksud atau tujuan yang ingin dicapai menurut pertimbangan si penyelidik (apa yang seharusnya dilakukakn oleh organisasi menurut orang itu). Seperti yang dikatakan oleh Ravianto (1989: 113) efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran seseuai dengan yang diharapkan. Steers (1985:5-6) menjelaskan bahwa efektivitas dijabarkan berdasarkan kapasitas suatu organisasi untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber-dayanya yang langka dan berharga secara sepandai mungkin dalam usahanya mengejar tujuan operasi dan operasionalnya. Dengan kata lain, kita tidak menilai sukses menurut ukuran sampai sejauh mana pencapaian tujuan berhsail dikejar secara maksimal, melainkan mengenali sejumlah hambatan yang tidak dapat dihindari (contoh: uang, teknologi, pekerja, dan seterusnya) yang menghalangi tercapaianya tujuan secara maksimal. Jadi, Efektivitas dinilai menurut ukuran beberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.

Seperti yang digunakan disini, produktivitas merefleksikan hubungan antara input seperti misalkan jam kerja, usaha, penggunaan peralatan dan output seperti misalkan rancangan kegiatan, keluhan masyarakat yang ditangani, bantuan yang dikirim. Pengukuran produktivitas menghubungkan secara langsung output yang

(19)

19 dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sebagai sasaran organisasi maupun oleh anggota organisasi sendiri dalam konteks pemberdayaan wanita. Kualitas didefisnisikan sebagai terpenuhinya ekspektasi dan kebutuhan konsumen. Masyarakat yang puas dengan melihat respon dan dampak dari program pemberdayaan, anggota yang lebih terlibat dengan aktif, sering memberikan masukkan dan aktif bertukar pendapat, serta program pemberdayaan yang dirancang lebih baik adalah definisi kualitas yang harus dipenuhi oleh GOW.

B. Perspektif Sistem

Selanjutnya perspektif sistem, tujuan tidak diperlukan sebagai keadaan akhir yang statis tetapi sebagai suatu keadaan yang berubah berdasarkan berjalannnya waktu (Steers, 1985). Sebagian orang beragumentasi bahwa ancangan tujuan dengan ancangan system itu berbeda dan tidak bisa disatukan, namun dari kedua ancangan tersebut sebenarnya saling melengkapi. “sebenarnya kami sangat gembira karena ada kemungkinan meneliti bermacam-macam faktor, baik yang terdapat di dalam suatu organisasi maupun di lingkungan luarnya, karena mereka saling berhubungan dan akhirnya berpengaruh terhadap usaha-usaha kearah tujuan”, Richard M. Steers (1985: 6).

Penggunaan ancangan optimasi tujuan memungkinkan dikenalinya secara jelas bermacam-macam tujuan dalam suatu organisasi, hambatan-hambatan, dan usaha-usaha untuk mencapainya. Berdasarkan tujuan, maka efektivitas organisasi dinilai menurut seberapa jauh suatu organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai. Jadi, pencapaian tujuan-tujuan jangka pendek tertentu dapat memberikan masukan-masukan guna penentuan tujuan berikutnya. Tujuan mengikuti suatu daur dari organisasi bila menggunakan persepektif system.

Perspektif sistem menawarkan pandangan penting mengenai cara kerja sebuah organisasi. Jika salah satu bagian mempunyai peforma yang buruk, maka akan berpengaruh negative pada peforma keseluruhan sistem (Teori Organisasi, www.pasca12c.files.wordprass.com). Perspektif sistem memfokuskan diri pada cara-cara yang diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup organisasi yang terus

(20)

20 menerus dengan catatan pendukung sistem tidak mengabaikan pentingnya tujuan akhir sebagai faktor determinan dari efektivitas organisasi. Proses pemberdayaan wanita yang dilakukan oleh GOW dalam jangka pendek tidak permanen akan berhasil. Maka dari itu dengan diadakan evaluasi dan pengembangan dalam proses pemberdayaan wanita selanjutnya, diharapkan adanya peningkatan pencapaian hasil dibandingkan dengan sebelumnya. Kemudian cara kerja SDM GOW akan menentukan keberlangsungan hidup organisasi mereka. Maka perlu mengukur sejauh mana GOW memanfaatkan SDM yang ada, sistem kerja seperti apa yang digunakan, bagaimana keberlangsungan pendanaan, dan struktur organisasi yang berjalan di GOW. Dana yang didapatkan oleh GOW dari pemerintah tentu menjadi biaya yang harus dioleh secara efisien mungkin. Untuk mewujudkan tujuan GOW, melalui kegiatan atau program yang dirancang harus se-efektif mungkin karena dana yang dialokasikan oleh pemerintah dalam jangka satu tahun tidaklah besar.

C. Tingkat Tekanan Perikaku pada Manusia

Ancangan yang ketiga adalah tingkat tekanan perilaku pada manusia. Komponen ini meliputi tekanan atas peranan perilaku terhadap keberhasilan organisasi untuk jangka panjang (Steers, 1985). Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003: 114) Steers mengintegrasikan tingkat mikro dan makro dari analisis yang dilakukan dan meneliti bagaimana tingkah laku individu dan kelompok dapat menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi. Kepemimpinan, peran ganda, fisik, umur, pengalaman, dan sebagainya yang ada di dalam organisasi wanita seperti GOW akan mempengaruhi kerja organisasi dalam mencapai tujuan. GOW terdiri dari gabungan beberapa organisasi, tentu terdapat kepentingan yang berbeda-beda dari masing-masing organisasi. Kemudian bagaimana GOW mampu menyatukan kepentingan yang berbeda-beda agar menjadi pendorong tercapainya tujuan bersama dalam GOW. Apabila GOW tidak sanggup atau salah dalam mengambil langkah, bukan tidak mungkin akan menghambat organisasi dalam mencapai tujuan bersama.Konflik atau masalah bisa

(21)

21 terjadi dalam organisasi kapan pun, sehingga berdampak pada menghambatnya kerja sebuah organisasi. Strategi dalam mengatasi setiap masalah akan sangat menentukan bagi keberlangsungan hidup organisasi.

Berbagai macam karakter yang ada di dalam organisasi menghasilkan pluralisme. Setiap karakter tidak bisa dihadapi dengan tindakan yang sama, perlu tindakan yang disesuaikan dengan karakter masing-masing anggota. Selain itu individu juga harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan organisasi dan lingkungan disekitar organisasi. Organisasi dikatakan efektif apabila mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sekitar agar tidak bertolak belakang dengan norma, nilai dan budaya yang ada. Selain itu mampu secara cepat dan tanggap menghadapi masalah yang ada didalam organisasi maupun di lingkungan sekitar organisasi.

Konsep organisasi sebagai suatu system sosial mensyaratkan agar sejumlah pertimbangan diberikan pada manfaat yang diterima oleh para partisipannya dan juga oleh konsumen dan klien. Kepuasan dan moral merupakan istilah yang serupa yang berkenaan dengan sejauh mana organisasi memenuhi kebutuhan anggotanya. Pengukuran kepuasaan mencakup pengukuran atas sikap anggota, perputaran kerja anggota, absensi, keterlambatan, dan keluhan.

Jadi konsep untuk studi mengenai efektivitas organisasi GOW ini meliputi tiga persepektif yang saling berhubungan satu sama lain dan kemudian bagaimana elemen-elemen tersebut saling mempengaruhi untuk mempermudah atau menghambat pencapaian tujuan organisasi yang akan dicapai.

Satu hal yang penting dalam setiap penelitian efektivitas organisasi adalah tindakan memerinci sifat hubungan antara beberapa rangkaian variable pokok yang secara bersama-sama mempengaruhi hasil yang diinginkan, meskipun ada banyak rangkaian kriterianya yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas hanya sedikit sekali usaha menyelediki secara sistematis dan menyeluruh antara faktor-faktor

(22)

22 korelasi atau faktor penentu dari kriteria itu. Ketergantungan pada data yang hakekatnya hanya sepotong-potong ini menimbulkan masalah integrasi yang penting. Sehingga diperlukan dua cara untuk menyikapinya: (1) kita perlu menyusun dan meninjau kembali berbagai bahan yang dalam satu atau lain hal mempunyai hubungan dengan aspek-aspek tertentu dari tingkah laku yang diarahkan ketujuan; (2) rangkaian yang beraneka ragam tersebut harus disatukan menjadi suatu susunan pengetahuan yang logis dan konsisten sehingga dapat ditarik suatu generalisasi yang berguna sehubungan dengan pola hubungan yang terdapat antara rangkaian variable organisasi , yang mempengaruhi efektivitas (Steers, 1985: 7).

Faktor yang tidak kalah penting mengenai efektivitas adalah anggota organisasi/pekerja itu sendiri. Tingkah laku mereka dalam jangka panjang akan menghalangi atau memperlancar tercapainya tujuan organisasi. Sasaran yang paling penting untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan ini dari pekerja adalah mengintegrasikan tujuan pribadi dengan sasaran organisasi. Jika pekerja dapat memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan pribadi dengan kerja mencapai sasaran organisasi, adalah logis untuk membuat asumsi bahwa baik keterikatan pada organisasi maupun prestasi kerja akan meningkat (Steers, 1985: 197).

Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam teori organisasi, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi dalam mencapai sasarannya. Adanya tujuan akan memberikan motivasi bagi setiap individu dalam organisasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selanjutnya tujuan organisasi mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh organisasi. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka sangat jelas bahwa asas-asas atau pedoman dasar harus senantiasa diperhatikan dan dilaksanakan untuk mewujudkan suatu organisasi yang efektif yang mampu menjalankan tugas-tugas dan fungsinya secara baik guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.

(23)

23 Gender adalah konstruksi dan tatanan sosial mengenai berbagai perbedaan antara jenis kelamin yang mengacu kepada relasi-relasi sosial antara perempuan dan laki-laki, atau suatu sifat yang telah ditetapkan secara sosial maupun budaya (Elizabeth Eviota 1992: 7-11).

Fakih dalam Happy Budi Febriasih, dkk (2008: 4) menjelaskan bahwa sejarah terjadinya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Ia dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksikan secara terus-menerus baik melalui agama maupun negara. Sehingga hasil proses sedemikian panjang itu sepertinya telah menjadi kodrat dari Tuhan.

GOW merupakan salah satu organisasi yang menggunakan kata wanita dalam nama organisasi mereka. Pertama kita harus mengetahui apa itu wanita, dan apa bedanya dengan perempuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wanita adalah perempuan dewasa. Sedangkan perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui (www.kbbi.web.id).

Sejarah kontemporer bahasa Indonesia, sekarang ini, mencatat bahwa kata wanita menduduki posisi dan konotasi terhormat. Kata ini mengalami proses ameliorasi, suatu perubahan makna yang semakin positif, arti sekarang lebih tinggi daripada arti dahulu (“Kamus Linguistik”, Kridalaksana, 1993: 12 dalam www.angelfire.com).

Berdasarkan “Old Javanese English Dictionary” (Zoetmulder, 1982) dalam (www.angelfire.com), kata wanita berarti „yang diinginkan‟. Maksudnya jelas bahwa wanita adalah „sesuatu yang diinginkan pria‟. Wanita baru bisa diperhitungkan karena bisa dimanfaatkan oleh pria. Sudut pandangnya selalu sudut pandang lain mainnya, yakni pria. Dengan demikian, kata ini berarti hanya menjadi objek bagi lelaki belaka. Kemudian adanya pendapat bahwa kata wanita bukanlah produk kata asli. Kata ini hanyalah merupakan hasil akhir dari proses panjang perubahan bunyi dan proses perubahan (dalam studi linguistik disebut gejala bahasa kontoid). Awal mulanya kata betina menjadi batina, kata batina berubah melalui proses metatesis menjadi banita,

(24)

24 kata batina mengalami proses perubahan bunyi konsosnan dari [b] menjadi [w] sehingga menjadi wanita.

Berdasarkan etimologi rakyat Jawa (folk etimology, jarwodoso atau keratabasa dalam www.angelfire.com), kata wanita dipersepsi secara kultural sebagai „wani ditoto‟. Terjemahan leksikalnya „berani diatur‟. Terjemahan konstektualnya „bersedia diatur‟. Terjemahan lebih sederhana yakni „tunduklah pada suami‟ atau „jangan melawan pria‟. Dalam hal ini wanita dianggap mulia apabila patuh pada pria. Ternyata anggapan Jawa ini merasuk kuat dalam bahasa Indonesia. Kesetiaan wanita dinilai tinggi, dan soal kemandirian wanita tidak ada dalam kamus. Menurut Ben Anderson (1996), “bahasa Indonesia mengalami „jawanisasi‟ atau „kramanisasi‟ yang artinya kulitnya saja bahasa Melayu yang egaliter, tetapi rohnya bahasa Jawa yang feodal itu.”

Sejak kemerdekaan, wanita secara resmi menggeser perempuan. Sejak itu setiap partai-partai politik di Indonesia juga mempunyai anak organisasi wanita, bukan perempuan, seperti Wanita Demokrat dan Gerakan Wanita Marhaen (PNI), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani,PKI), dan pasca -1965 ada Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari), serta Dharwa Wanita 1974 (Rahayu, 1996: 30-31).

Disini jelas sekali bahwa jika yang dimaksud adalah sosok yang mengalah, patuh, berbakti, maka lebih tepat menggunakan kata wanita. Tetapi, jika berbicara soal peranan dan fungsinya, mengenai pemberdayaan kedudukan, pembelaan hak asasi, soal nasib dan martabatnya, maka lebih tepat menggunakan kata perempuan.

Irwan Abdullah dalam bukunya menerangkan adanya perbedaan dalam pembagian kerja antara wanita dengan laki-laki. Wanita biasanya mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan ketelitian dan kesabaran, yaitu memasak, mencuci, mengasuh anak, membersihkan rumah, dan lain-lain. Sementara laki-laki lebih banyak mengerjakan jenis pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik, yaitu memperbaiki rumah, mencari kayu bakar, memelihara ternak, mengerjakan sawah, dan sebagainya (Irwan Abdullah, 2006: 160)

(25)

25 Cita-cita GOW Kabupaten Purworejo dalam mendidik anggota dan masyarakat khususnya wanita tidak terlepas dari peran mereka sebagai ibu rumah tangga atau seorang istri. Di dalam visi dan misi yang dijadikan panutan oleh GOW sendiri, selalu ditambahkan keterangan yang tidak tertulis yakni „tidak melupakan kodratnya sebagai wanita/ibu‟. Hal ini menerangkan bahwa semua kegiatan yang dilakukan oleh GOW tidak akan jauh dari meningkatkan mereka sebagai seorang ibu rumah tangga atau istri bagi suaminya. Seperti yang dijelaskan oleh Irwan Abdullah, wanita berpendidikan akan sangat membantu suami, terutama dalam hal pendidikan anak-anaknya, dalam hal kelancaran kerjanya, dan dalam hal persiapan anak-anak perempuannya menjadi istri yang baik, pendidik-pendidik baru yang baik bagi anak-anak (Irwan Abdullah, 2006: 44). Dan itu masuk didalam cita-cita Kartini yang utama mengenai pendidikan untuk wanita.

Happy Budi Febriasih, dkk dalam bukunya yang berjudul Gender dan Demokrasi (2008) menguraikan beberapa poin untuk meningkatkan efektivitas pemberdayaan perempuan, kiranya usaha-usaha yang bisa dilakukan dalam menumbuhkan kepekaan perempuan di bidang politik antara lain:

1. Mengadakan pelatihan terkait penumbuhan simpati kaum perempuan dalam politik. Saat itu keteladanan staf dan fasilitator perempuan merupakan panutan, khususnya bagi kaum perempuan, dan dapat memberi perempuan rasa percaya diri untuk mengikuti jejak mereka dan menduduki berbagai jabatan yang menantang.

2. Mengorganisasikan berbagai pertemuan yang nyaman bagi perempuan dan mendorong mereka untuk membawa anak-anak mereka, sehingga lebih banyak perempuan yang dapat hadir.

3. Menyediakan kesempatan bagi pertemuan khusus perempuan agar para perempuan dapat membicarakan berbagai isu yang penting bagi mereka, tanpa kehadiran laki-laki, memberikan mereka rasa percaya diri dan membantu upaya mencapai suatu kesepakatan sebelum berhadapan dengan kelompok gabungan laki-laki dan perempuan.

(26)

26 4. Memasukkan kegiatan khusus dalam sosialisasi dan perencanaan yang membantu baik perempuan maupun laki-laki dalam menganalisis dan membicarakan peran gender.

5. Mensyaratkan kehadiran perempuan dalam pertemuan-pertemuan, atau partisipasi.

6. Perempuan di dalam komite-komite atau sebagai fasilitator, melalui berbagai kuota dan target, membantu menormalisasikan hal ini dan mempermudah kaum perempuan untuk menghadiri berbagai pertemuan lain dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas lain.

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dengan dukungan yang diberikan dengan meratifikasi Protokol Kyoto tersebut, maka negara berkembang tersebut akan mendapatkan bantuan keuangan dari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh pengembangan pemahaman mahasiswa dalam memecahan masalah tentang integral tentu dengan model PBI dilakukan melalui

Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana penelitian mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran

meneliti fax surat berkas perkara dari Pengadilan Negeri Tarutung No: W2.U6/1220/Pid/VII/2011 tanggal 01 Juli 2011 dan fax surat dari Advokat Riky Sihombing, SH & Rekan

laaanya. 13 keluarga teraebllt aenumpang diataa tanah ibu bapa mereka, Jakni tanah puaaka. dan tanah in1 akan menjadi ailik aereka apabila telah dipindah ailik

Factors of public behavior that inhibit or encourage the success of community participation in the implementation of the participation program, and (3) Model-based

masyarakat terhadap biaya administrasi perbankan khususnya dari segi kemampuan dan kemauannya membayar biaya tersebut dan selain itu, peneliti juga tertarik untuk meneliti

Berdasarkan analisa gaya dan pengkalkulasian hasil perhitungan gaya untuk peninjauan gaya guling dan geser bendung diperoleh faktor keamanan bendung untuk guling pada kondisi normal