• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS ALUR PELAYANAN KEMOTERAPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS ALUR PELAYANAN KEMOTERAPI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS ALUR PELAYANAN

KEMOTERAPI, INTENSIVE CARE UNIT (ICU), INTENSIVE CARDIOLOGY CARE UNIT (ICCU) DAN HIGH CARE UNIT (HCU) DI

RUMAH SAKIT PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 8 1. Muhti Al Abror. D

2. Wahyu Mustikaningsih

3. Syarifah Hidayatul Fitri 14811188 4. Junagsti Bermalam

5. Adiemurti Tirta Sari 14811213

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PERIODE FEBRUARI – MARET

(2)

1. Kemoterapi

Apotek Kemoterapi merupakan salah satu bagian dari unit pelayanan di Rumah Sakit (RS) yang berkewajiban memberikan pelayanan terhadap obat-obatan sitostatika, yaitu tanggung jawab dalam pengoplosan hingga penyerahan kepada pasien. Proses pencampuran atau pengoplosan obat sitostatika dilakukan sesuai aturan dan prosedur untuk memastikan kestabilan obat setelah pencampuran dan keamanan obat hingga dapat digunakan oleh pasien. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Margono Soekarjo (RSMS) No.445/23608/VI/2014, Apotek Kemoterapi mulai disahkan sejak bulan Juli tahun 2014. Apotek Kemoterapi merupakan bagian dari pelayanan farmasi RSMS. Lokasi bangunan Apotek Kemoterapi berada di area barat RSMS di dekat Bangsal Bougenville.

1.1. Sumber daya manusia

Jumlah Sumber Daya Manusia sebanyak 4 orang yaitu terdiri dari 1 orang di bagian administrasi dan 3 Asisten Apoteker (AA).

1.2. Alur pelayanan pasien

Pelayanan yang dilaksanakan di Apotek kemoterapi dimulai dari petugas menerima kartu obat pasien yang disertai protokol kemoterapi dari dokter. Adapun alur pelayanannya secara lengkap ialah sebagai berikut:

1. Pasien yang ingin melakukan kemoterapi, baik pasien BPJS maupun Umum mendaftar terlebih dahulu berdasarkan rujukan dari dokter di poli bedah onkologi.

2. Sebelum mendapatkan kemoterapi, pasien masuk rumah sakit dan mendaftar di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI).

3. Melakukan pengecekan kondisi umum pasien. Apabila kondisi pasien telah siap untuk mendapatkan kemoterapi, dokter akan menuliskan protokol terapi yang berisikan regimen obat pasien.

4. Obat yang ada di protokol terapi disalin oleh perawat di kartu obat pasien. 5. Kartu obat diserahkan ke bagian apotek kemoterapi untuk disiapkan, baik

alkes maupun obat sitostatika yang dibutuhkan serta mencatat di buku (dokumentasi harian).

(3)

6. Petugas melakukan pengecekan terkait dengan obat yang dibutuhkan pasien. 7. Menyiapkan obat-obatan yang dibutuhkan, kemudian dilakukan pengoplosan

obat di Laminar Air Flow (LAF).

Proses pengoplosan obat dilakukan sesuai protokol terapi. Setelah selesai, obat akan didistribusikan ke ruang tindakan kemoterapi dan diletakkan ke dalam kotak obat masing-masing pasien.

Gambar 1. Alur pelayanan satelit farmasi Kemoterapi dari rawat jalan. Resep Rawat Jalan

Obat disiapkan oleh petugas

Beri Etiket Entry data resep

Poli Onkologi

Resep dibawa ke satelit farmasi kemoterapi

(4)

Gambar 2. Alur pelayanan satelit farmasi Kemoterapi dari rawat inap.

Selain memperhatikan kestabilan dan keamanan obat agar tidak rusak, sebelum melakukan pencampuran obat-obat sitostatika, perlu penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para pekerja yang akan bertugas di dalam ruang pencampuran, kemudian lingkungan kerja dan area kerja. APD yang sesuai standar wajib dikenakan saat melakukan pencampuran obat sitostatika adalah :

Peresepan rawat inap

Satelit Farmasi Kemoterapi

Entry data resep

Obat disiapkan oleh petugas

Beri Etiket

Obat didistribusikan ke Bougenville dan dimasukkan

ke dalam kotak Dari Poliklinik

Dari IGD

(5)

1. Baju pelindung berbahan non-serat

Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable/ tidak tembus cairan, tidak melepaskan serat kain, berlengan dan celana panjang, bermanset dan tertutup di bagian depan yang ujung lengannya berkaret dan elastik.

2. Head cover

3. Gown pelapis 4. Masker N95

5. Sarung tangan steril dua lapis

Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan sediaan sitostatika harus menggunakan dua lapis.

6. Kacamata pelindung

Digunakan pada saat penanganan sediaan sitostatika, tujuannya untuk melindungi mata dari paparan.

7. Shoe Cover

Pelidung sepatu digunakan agar meminimilisasi kontaminan.

Lingkungan kerja yang digunakan untuk mencampur obat sitostatika harus memenuhi persyaratan ruang yang telah ditentukan agar menjaga orang-orang yang berada disekitar tempat pencampuran. Area kerja juga menjadi hal yang penting dalam proses pencampuran karena akan melindungi baik obat kanker yang sedang dan telah direkonstitusi juga melindungi pekerja yang kontak langsung. Area pencampuran obat sitostatika di RSMS dilakukan di dalam Biological Safety Cabinet (BSC) dengan aliran udara vertikal, sehingga melindungi pekerja dari paparan sitostatika dan melindungi obat sitostatika dari kontaminasi. BSC ini dibersihkan menggunakan alkohol, setelah itu area kerja di dalam BSC diberikan alas dengan

(6)

Gambar 3. Alat pelindung diri dalam pencampuran obat sitostatistika.

Persyaratan ruang aseptik untuk pencampuran obat sitostatika yaitu BSC vertikal bertekanan negatif (-), lantai tidak bersudut dan dinding dilapisi epoksi. Selain persyaratan ruang aseptik, juga perlu diperhatikan keselamatan petugas yang melakukan pengoplosan yaitu dengan menggunakan APD. APD yang digunakan oleh petugas pencampuran obat sitostatika ada beberapa yang belum sesuai standar, seperti masker yang digunakan hanya masker biasa yang dirangkap dua atau tiga. Untuk pelindung rambut, petugas tidak selalu menggunakannya. Pemakaian APD di ruangan yang tidak lengkap dikarenakan ketersediaan sarana yang tidak sesuai dengan standar dan juga kepatuhan petugas kesehatan dalam penggunaan APD.

Jaminan Mutu berdasarkan Pharmact Intravena Admixture Service (PIVAS):

Safe Handling Cytotoxic bertujuan

1. Untuk mendapatkan sediaan dengan sterilitas terjamin

2. Untuk mendapatkan sediaan dengan mutu terjamin (kompatibel dengan pelarut, obat lain, material container, serta stabilitas terjamin)

(7)

4. Meningkatkan efisiensi dengan mengurangi terbuangnya kelebihan obat dan efisiensi waktu

5. Untuk bahan berbahaya (obat kanker), memberi perlindungan kepada petugas dan lingkungan.

2. Intensive Care Unit (ICU), Intensive Cardiology Care Unit (ICCU) dan High Care Unit (HCU)

Intensive Care Unit (ICU), Intensive Cardiology Care Unit (ICCU) dan High Care Unit (HCU) merupakan bagian dari IFRS RSMS yang bertugas

memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien rawat inap yang membutuhkan pelayanan ketat. Dari segi pelayanan kefarmasian, ketiga sub satelit tersebut merupakan bagian dari Sub Instalasi Farmasi Klinik, tetapi dari segi perbekalan farmasi sub satelit ICU, ICCU dan HCU merupakan bagian dari gudang logistik.

ICU adalah unit tersendiri di dalam RS yang menangani pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain. ICU merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasien dengan sakit kritis yang kerap membutuhkan monitoring intensif. Pasien yang membutuhkan perawatan intensif sering memerlukan support terhadap instabilitas hemodinamik (hipotensi), airway atau respiratory compromise dan atau gagal ginjal, kadang ketiga-tiganya. Perawatan intensif biasanya hanya disediakan untuk pasien-pasien dengan kondisi yang potensial reversibel atau mereka yang memiliki peluang baik untuk bertahan hidup.

ICCU adalah unit tersendiri di dalam RS yang menangani pasien-pasien gawat karena penyakit jantung dan pembuluh darah. ICCU merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasien-pasien sakit jantung dan pembuluh darah kritis yang kerap membutuhkan monitoring intensif. Tenaga medis yang menangani pasien ICCU merupakan dokter spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

HCU adalah unit tersendiri di dalam RS yang menangani pasien-pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain tetapi sudah mengalami

(8)

disfungsi organ, harapan hidup kecil, pasien tua dengan disfungsi organ dengan harapan hidup kecil, hampir semua dari IGD. Alat bantu pernafasan yang digunakan respirator. Jadi dapat diartikan HCU sebagai suatu terminal akhir pasien dengan harapan hidup kecil. HCU diperuntukan bagi pasien dengan kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik dan kesadaran namun masih memerlukan pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat. Tujuan dari adanya HCU yaitu agar dapat dilakukan penanganan dini pada kondisi pasien yang berada antara ICU dan ruang rawat inap biasa atau pada pasien yang tidak perlu perawatan ICU namun belum dapat dirawat di ruang rawat inap biasa karena masih memerlukan pemantauan yang ketat.

2.1. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia di ruang HCU terdiri dari satu orang Apoteker penanggung jawab dan satu orang Apoteker pendamping. Apoteker penanggung jawab dalam sub satelit ini berperan sebagai penanggung jawab sekaligus pelaksana semua perbekalan farmasi yang ada dalam sub satelit tersebut. Pelaksana farmasi bertugas melayani resep yang masuk (receiving, pricing, labeling, compounding dan

dispensing), validasi farmasi dan menerima pengembalian obat atau alkes yang tidak

digunakan lagi oleh pasien (retur). Sedangkan SDM lain di ICCU terdiri dari satu perawat penanggungjawab, satu perawat primer, dan 15 perawat associate, satu pembantu umum, serta dokter spesialis Jantung dan Pembuluh Darah sebagai tenaga medis begitu juga dengan sumber daya mmanusia pada ICU terdiri dari 1 orang apoteker penanggungjawab.

(9)

2.2. Alur pelayanan pasien

Gambar 4. Skema alur pelayanan di sub satelit ICU, ICCU dan HCU. IGD, IBS, Rawat

jalan, Rawat inap, dll Pasien baru

Datang pagi Datang sore

Instruksi dari Dokter (resep dalam form RM) Perawat Perawat mengambil obat untuk 1 x pemakaian (UDD) dari trolly emergency Catat di buku bon

(Pagi harinya) APJ menyalin resep ke kartu obat Apoteker Salin resep ke kartu obat monitoring Skrining resep oleh APJ Dispensing obat Distribusi obat ke rak pasien

Entri data dan harga

(10)

Pada umumnya pasien ICU berasal dari IGD (Instasi Gawat Darurat), IBS (Instasi Bedah Sentral) dan bangsal rawat inap. Khusus pasien dari IBS, operasi yang dilakukan antara lain laparotomi (operasi bagian abdomen), caesar dan kanker ovarium. Pasien yang dirawat di bagian ICCU berasal dari IGD, bangsal rawat jalan dan rawat inap. Pasien tersebut memerlukan penanganan khusus jantung dan pembuluh darah, baik diinapkan maupun bagi pasien yang hanya memerlukan observasi jantung dan dikembalikan ke bangsal. Sedangkan pasien HCU berasal dari IGD, bangsal rawat jalan dan rawat inap serta ICU. Pemindahan pasien ini berdasarkan instruksi dokter.

Pasien yang masuk pagi (07.00 - 14.00 WIB), setelah mendapatkan instruksi dokter pada resep yang tertera pada form rekam medik, apoteker menyalin resep ke kartu obat serta melakukan skrining resep. Apabila pengobatan sudah rasional dilakukan dispensing obat, pendistribusian ke rak yang telah tersedia di ruangan pasien, memasukkan data dan harga obat pada SIM RSMS dan selanjutnya melakukan monitoring. Sedangkan apabila pasien yang dirujuk siang hari di luar jam kerja apoteker penangggungjawab untuk pemberian obat awal dilakukan oleh perawat dengan menggunakan obat pada rak trolly emergensi dengan mencatat pada buku bon yang disertai tanda tangan perawat penanggungjawab. Pasien yang dianggap tidak memerlukan penanganan intensif lagi bias dipindahkan ke bangsal dengan intruksi dokter spesialis jantung yang bertanggungjawab.

2.3. Kegiatan Sub Satelit Farmasi

Sub Satelit Farmasi ICU/ ICCU/ HCU melayani pelayanan resep untuk pasien BPJS BPI, UMUM, maupun BPJS NON BPI. Kegiatan pada masing-masing Sub SF yaitu memberikan pelayanan obat atau alat kesehatan sesuai dengan kartu obat yang ditulis dokter dan melayani pengembalian obat atau alat kesehatan yang tidak jadi digunakan (retur). Kartu obat untuk masing-masing pelayanan dibedakan menjadi :

1. Kartu obat warna kuning, untuk pasien umum

2. Kartu obat warna putih, untuk pasien BPJS NON PBI 3. Kartu obat warna hijau, untuk pasien BPJS PBI

(11)

2.4. Alur pelayanan resep

ICU, ICCU dan HCU merupakan pelayanan khusus tetapi perbekalan farmasi satelit tersebut masih termasuk dalam alur pelayanan inap. Sedangkan untuk distribusi pada satelit menggunakan sistem UDD (Unit Daily Dose) dan floor stock. Pemberian obat injeksi diberikan untuk 2 hari penggunaan sedangkan untuk tablet untuk 3 hari dengan dibungkus per pemakaian obat.

Sub satelit farmasi ICU/ICCU/HCU memberikan pelayanan resep untuk pasien BPJS dan umum. Kegiatan dari sub satelit ini yaitu memberikan pelayanan obat atau alat kesehatan/ alkes sesuai kartu obat yang diberikan dokter dan melayani pengembalian obat atau alat kesehatan/ alkes yang tidak digunakan pasien/ retur. Obat untuk pasien umum, BPJS NON PBI,dan BPJS PBI secara umum sama, satu-satunya obat yang diberikan berbeda di ICCU yaitu heparin inj untuk pasien BPJS dan arixtra inj untuk pasien umum.

2.5. Alur perbekalan Sub Satelit Farmasi

ICU/ ICCU/ HCU merupakan tiga di antara 8 satelit farmasi. Sistem pengadaan di satelit farmasi di ruang ICU/ ICCU/ HCU dilakukan melalui sistem belanja langsung ke gudang yang dilakukan 2 kali dalam satu pekan. Apoteker penanggungjawab masing-masing satelit dapat langsung membuat SP (surat permintaan) ke instalasi gudang farmasi sehingga obat langsung dikirim dari gudang farmasi ke satelit farmasi. Pengiriman obat dan alkes dilakukan kurang dari 24 jam. Apabila SP dikirim ke bagian gudang di pagi hari, maka obat dan alkes dapat dikirim segera ke satelit farmasi siang hari. Apabila SP dikirim siang hari, oabat dan alkes dikirim dari gudang ke satelit farmasi esok hari.

2..6. Administrasi

Laporan yang dikerjakan antara lain pencatatan penggunaan narkotik dan psikotropik, laporan pencatatan medication error (ME).

(12)

2.7. Layout Apotek pelayanan

Gambar 5. Layout apotek ICU.

Gambar 5. Layout apotek ICCU.

Gambar 6. Layout apotek HCU.

Keterangan: A = Rak Obat Oral, High Alert, Injeksi, Infus & Alkes B = Almari Obat

C = Meja dispensing

D = Wastavel (cuci Tangan)

A

C

B

D

E

F

A

A

B

D C

E

A

D

G

F A C

E

G

(13)

E = Kulkas F = AC

G = gudang obat 2.8. Daftar SOP

1. Penggantian obat emergensi 4. Penyimpanan obat emergensi

5. Penggantian barang yang pecah/rusak karena kecerobohan kerja 6. Evaluasi obat macet

7. Pengelolaan dan pencatatan narkotika 8. Pengelolaan obat high alert

9. Supervise perbekalan farmasi

10. Pengukuran suhu ruangan dan kulkas 11. Pelayanan obat LASA/ NORUM 12. Pelaksanaan stock opname

13. Pengelolaan perbekalan farmasi yang hampir kaldaluarsa 14. Monitorinf efek samping obat

15. Penandaan perbekalan farmasi berdasarkan persyaratan temperature penyimpanan

16. Penanganan obat kosong

17. Penyimpanan perbekalan farmasi 18. Pemberian obat

19. Skrinning resep

20. Penanganan ketidakjelasan resep 21. Konseling obat

22. Pencatatan perbekalan farmasi yang hampir kaldaluarsa/rusak 23. Penyediaan es batu untuk obat khusus

24. Pembuatan obat racikan 25. Penggantian obat emergensi

26. Pemberian informasi obat pada pasien 27. Penulisan resep dokter

Referensi

Dokumen terkait

Adapun konsepsi tentang perjanjian kerja dalam peraturan ketenagakerjaan di Indonesia, telah diatur di dalam Pasal 1 angka 14, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah utama dari kejadian ME fase administrasi dan DTP pada pasien bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda yang menerima

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan. 17 Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian

Setiap bagian/unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (KPC, KNC, KTD dan kejadian Sentinel) kepada KKPRS-Ciremai

Hasil Evaluasi dari Hasil Pemberian Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur Terhadap Kualitas Eksternal Telur (Berat Telur, Specific Gravity, Berat Cangkang, Panjang dan

Penelitianini dilakukan dengan tujuan perbaikan sistem kerja dengan pendekatan ergonomi partisipatori untuk menganalisis faktor-faktor dan data diperoleh untuk

Definisi : vaskulitis nekrotikans sistemik akut atau kronis tanpa pembentukan granuloma Epidemiologi : lebih sering pada laki-laki daripada perempuan, berhubungan kuat dengan

Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami