• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa di bawah pembelajaran guru untuk mencapai tujuan diharapkan. Proses belajar mengajar terkandung berbagai aspek yang integral, pada setiap aspeknya membutuhkan perhatian dan persiapan-persiapan yang baik dan matang. Guru dituntut memiliki kompetensi-kompetensi antara lain menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan pendidikan, menilai prestasi siswa, mengenal fungsi program bimbingan dan konseling, serta mengenal menyelenggarakan administrasi sekolah.

Mata pelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan mencakup dua kompetensi, yaitu: (1) kompetensi berbahasa dan (2) kompetensi bersastra. Dua kompetensi tersebut diajarkan melalui empat kemampuan, yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat kemampuan berbahasa itu secara integral harus muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Pembelajaran bahasa Indonesia menitikberatkan pada aspek kemampuan berbahasa Indonesia, dengan harapan para siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu, siswa harus memiliki apresiasi yang baik terhadap karya sastra-karya sastra Indonesia. Menulis sebagai salah satu aspek berbahasa merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diajarkan pada siswa, karena keterampilan menulis sudah menjadi suatu kebutuhankan pada siswa, karena keterampilan menulis sudah

(2)

menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan dalam memenuhi keperluan sehari-hari yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis. Siswa harus dapat menulis surat lamaran, menulis naskah pidato, membuat laporan, membuat undangan, menulis karya ilmiah, menulis proposal, dan sebaginya.

Penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern, pada kenyataanya pembelajaran keterampilan menulis kurang mendapatkan perhatian, akibatnya keterampilan menulis siswa kurang memadai. Kemampuan menulis merupakan salah satu bentuk kemampuan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, di samping kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama mereka mengikuti pendidikan diberbagai jenjang dan jenis sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam menulis. Pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pembelajaran. Kemampuan menulis harus dikuasai oleh siswa sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah.

Menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subyek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan bagaimana cara menulis, sehingga pembaca dapat memhami dengan mudah dan jelas. Kalau diamati secara cermat, banyak siswa yang mempunyai keinginan belajar menulis, namun tidak semua siswa memiliki kemampuan menulis yang baik, sehingga apa yang ditulis seringkali tidak mudah untuk dimengerti dan dipahami orang lain. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang baik dalam menyelaraskan apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya dengan apa yang ada dalam pikiran dan

(3)

perasaannya dengan apa yang hendak dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga orang lain yang membaca terkadang memiliki pengertian dan pamahamaan yang berbeda. Pada dasarnya kemampuan menulis tidak hanya dibutuhkan siswa, kemampuan menulis juga sangat penting bagi seorang guru. Guru dituntut melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan profesionalisme guru. Belum lagi guru juga harus mengikuti kegiatan seperti seminar, diskusi, ceramah, dan sebagainya, serta guru dituntut menbuat laporan atau menyusun makalah.

Menulis itu bukan hanya berupa aktivitas melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Kemampuan menulis siswa tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus terus dibina dan dikembangkan untuk mendapatkan hasil tulisan yang baik, komunikatif, dan menarik. Kemampuan menulis tidaklah diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses pembelajaran yang sebagian besar merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Hal ini dapat dilaksanakan oleh guru secara aktif dan terus menerus dengan cara mengadakan latihan-latihan dan praktik menulis yang teratur dan berkelanjutan.

Menulis merupakan kemampuan berbahasa yang harus dikuasai siswa setelah mereka mampu menyimak, berbicara, dan membaca. Kemampuan menulis mensyaratkan penguasaan berbagai unsur kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan, sehingga tulisan itu haruslah terjalin sedemikian rupa menjadi tulisan yang runtut dan padu, kohesif, dan koheren. Siswa dituntut mampu menerapkan sejumlah kemampuan dalam aktivitas tulis menulis, antara lain

(4)

sebelum menulis perlu membuat perencanaan, menyeleksi topik, menata dan mengorganisasikan gagasan, serta mempertimbangkan bentuk tulisan. Oleh karena itu, dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah kemampuan menulis sangat penting diperhatikan pembinaannya.

Dalam kegiatan menulis siswa dituntut menguasai aturan tata tulis. Ketidakmampuan siswa dalam menulis, menyebabkan siswa sering mengalami kesulitan dalam beberapa aspek antara lain bidang ejaan, diksi, kalimat (kohesi-koherensi, kesejajaran, dan keekonomisan), dan pengorganisasian paragraf. Secara kenyataan pelajaran menulis yang dilaksanakan di sekolah-sekolah, lebih menitik beratkan pada hasil dari pada proses. Pembelajaran menulis di sekolah belum mendapatkan alokasi waktu yang cukup. Pembelajaran menulis hanya mendapatkan porsi waktu yang sedikit dibandingkan dengan pembelajaran kebahasaan yang lainnya. Kenyataan ini terlihat pada kegiatan menulis oleh para siswa yang kemudian dianalisis dan dinilai oleh guru, sementara proses bagaimana siswa melakukan aktivitas menulis kurang menjadi pusat perhatian guru. Hal tersbut mengakibatkan hasil tulisan siswa kurang optimal, kurang runtut dan padu serta sistematis.

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas dan diskusi antara peneliti dengan guru bahasa Indonesia kelas XII TPHP 1 SMK N 3 Kudus dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab pemasalahan-permasalahan tersebut. Pertama, kekurangtepatan strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dipilih dan diterapkan guru, guru juga tidak mengacu pada RPP, serta guru hanya menggunakan LKS sebagai sumber belajar. Dalam pelaksanaan pengajaran, guru

(5)

kurang memperhatikan proses dan lebih berorientasi pada hasil. Guru jarang memberikan memberikan feedback untuk memperbaiki proposal kegiatan siswa. Kedua, motivasi siswa dalam menulis proposal kegiatan terkesan kurang. Hal itu tampak pada respon yang diberikan mereka ketika guru menugasi membuat proposal kegiatan. Sebagian siswa menunjukkan sikap yang kurang senang terhadap tugas tersebut.

Motivasi yang kurang tersebut disebabkan mereka kurang memahami arti pentingnya kemampuan menulis. Siswa belum mengetahui peranan menulis bagi kelanjutan studi sehingga jarang yang meluangkan waktu untuk berlatih menulis secara rutin. Selain itu, bisa jadi karena mereka jarang memperoleh feedback dari guru serta mengetahui hasil kerja keras mereka tersebut tidak dinilai dengan sungguh-sungguh oleh guru.

Hasil wawancara dengan beberapa siswa, diperoleh informasi yaitu kurang termotivasi mengikuti pembelajaran. Mereka cenderung malas-malasan untuk menulis, kerena menurut mereka model pembelajaran yang dilakukan oleh guru membosankan. Guru tidak menggunakan media apapun dalam pembelajaran. Selain karena model dan model pembelajaran guru yang kurang efektif, guru juga belum maksimal pada saat memberikan arahan ataupun contoh penggunaan diksi, sistemtika maupun kerangka proposal untuk diterapkan dalam menulis proposal kegiatan, sehingga siswa bingung dan kesulitan untuk menulis.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, diketahui lingkungan kelas XII TPHP 1 kurang kondusif. Hal tersebut disebabkan oleh ramainya suasana disekitar kelas, karena sering terganggu dengan suara yang gaduh yang berasal

(6)

dari teman sebelahnya. Fasilitas yang terdapat dikelaspun kurang memadai, tidak terdapat LCD maupun fasiltas yang lainya yang mendukung pembelajaran secara inovatif serta tata letak ruangan yang kurang mendukung yaitu banyak meja yang bertumpukan dibelakang sehingga ruang kelas yang kurang luas dan kurang nyaman saat pembelajaran.

Dari segi kemampuan menulis proposal kegiatan, diketahui dari 28 siswa hanya 7 siswa (25%) yang mencapai batas, yaitu KKM 75. Sedangkan 21 siswa (75%) nilainya masih rendah di bawah batas ketuntasan 75. Meskipun terdapat siswa yang sudah mencapai batas KKM yang telah ditentukan, tetapi kemampuan dan hasil menulis proposal kegiatan siswa masih dapat ditingkatkan untuk mencapai target minimal 80% siswa mencapai ketuntasan dengan kreteria yang telah ditetapkan.

Dalam pendidikan, kompetensi menulis perlu ditingkatkan karena kemampuan menulis itu sangat penting bagi pendidikan siswa. Menulis sangat efektif dan efisien untuk menggali potensi intelektual dan emosional siswa secara optimal. Melalui kegiatan menulis, siswa dapat berlatih banyak hal, antara lain: berpikir kritis, merasakan dan menikmati bermacam-macam komunikasi, memecahkan masalah, memperdalam daya tanggap, dan menyusun pengalaman dengan urutan yang logis.

Ada beberapa faktor pendukung dalam peningkatan kemampuan menulis proposal kegiatan, antara lain dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menyangkut teknik pengelempokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umunya terdiri

(7)

dari empat sampai enam siswa. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran, para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran.

Peneliti memandang perlu menggunakan teknik pembelajaran menulis model Two Stay Two Stray untuk meningkatkan kompetensi menulis proposal kegiatan. Hal-hal pokok yang menjadi permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi (1) pembelajaran menulis proposal kurang menarik minat dan perhatian siswa. (2) nilai hasil belajar siswa rendah karena siswa tidak termotivasi untuk menulis. (3) perlu penggunaan teknik pembelajaran menulis yang dapat menumbuhkan motivasi untuk menulis. Melalui model Two Stay Two Stray diyakini dapat meningkatkan kompetensi menulis proposal kegiatan bagi siswa Kelas XII TPHP 1 SMK N 3 Kudus.

Bertitik tolak pada kondisi sebagaimana diuraikan di atas, penelitian tindakan kelas ini perlu dilakukan dengan cooperative learning Two Stay Two Stray adalah pembelajaran dengan bekerja sama dalam satu kelompok yang beranggotakan empat orang. Setelah kerja kelompok selesai, dua siswa dari setiap kelompok bertamu kepada kelompok lain, sedangkan dua siswa yang lain tetap tinggal di kelompok masing-masing. Dua orang yang tetap tinggal di kelompoknya bertugas menginformasikan dan membagikan hasil kerja kelompoknya kepada kedua tamu mereka. Setelah memperoleh informasi yang lengkap, kedua tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing, lalu melaporkan semua informasi yang diperoleh dari kelompok yang dikunjungi.

(8)

Tiap-tiap kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka berdasarkan temuan dari kelompok yang dikunjungi..

Model tersebut memberikan alternatif bagi penyelesaian persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis proposal kegiatan. Medol cooperative learning Two Stay Two Stray, siswa diminta untuk berpikir, bertamu ke kelompok lain untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dengan kelompok lain, dan berbagi dengan temannya secara optimal dalam proses pembelajaran. Teknik Two Stay Two Stray mefokuskan kreativitas siswa dan hasil belajar, karena model pembelajaran tersebut dapat memotivasi siswa, saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan ketrampilan,memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama yang dibentuk secara berkelompok agar siswa dapat saling mengisi, saling melengkapi, serta dapat membagikan hasil dan informasi dengan siswa lainnya dalam menyelesaikan membuat proposal kegiatan atau tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar siswa serta kreativitas siswa dapat ditingkatkan secara maksimal. Serta dapat memperkaya pengalaman siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dikerjakan secara kelompok, sehingga diharapkan hubungan antarsiswa dalam satu kelas makin baik dan erat, kegiatan belajara siswa di dalam kelas akan lebih bervariasi, dan yang lebih penting pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas siswa dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menyelasaikan tugas-tugas pembelajaran di sekolah.

(9)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah penerapan cooperative learning Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis proposal kegiatan pada siswa kelas XII TPHP 1 SMK Negeri 3 Kudus?

2. Apakah penerapan cooperative learning Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemampuan menulis proposal kegiatan pada siswa kelas XII TPHP 1 SMK Negeri 3 Kudus?

C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia melalui cooperative leraning Two Stay Two Stray khususnya pada menulis proposal kegiatan.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan :

1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis proposal kegiatan melalui cooperative learning Two Stay Two Stray pada siswa kelas XII TPHP 1 SMK Negeri 3 Kudus.

(10)

2. Meningkatkan kemampuan menulis proposal kegiatan melalui cooperative learning Two Stay Two Stray pada siswa kelas XII TPHP 1 SMK Negeri 3 Kudus.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan pembelajaran yang mendukung teori yang berkaitan dengan cooperative learning Two Stay Two Stray.

b. Dapat dipergunakan untuk mengetahui keadaan secara nyata mengenai peningkatan kemampuan menulis proposal kegiatan siswa setelah menggunakan cooperative learningTwo Stay Two Stray.

2. Manfaat praktis a. Bagi Siswa:

1) Hubungan antarsiswa dalam satu kelas makin baik sehingga tercipta pembelajaran kemampuan menulis proposal kegiatan yang menyenangkan.

2) Keaktifan siswa meningkat sehingga kualitas proses pembelajaran menulis proposal kegiatan menjadi lebih optimal.

(11)

b. Bagi Guru:

1) Kemampuan guru dalam proses pembelajaran menulis proposal kegiatan meningkat sehingga menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, bervariasi, dan dapat menarik perhatian siswa.

2) Kinerja guru mampu menyusun RPP dengan baik, dan mampu mengemabangkan materi ajar meningkat.

3) Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang inovatif meningkat.

4) Profesionalisme guru dalam mengajar meningkat. c. Bagi Sekolah

1) Prestasi sekolah meningkat sebab kinerja guru makin optimal sehingga prestasi siswa pun dapat meningkat.

2) Iklim kerjasama antarguru dalam memecahkan masalah pembelajaran makin baik, guru makin aktif memperbarui metode mengajar sehingga kulaitas pendidikan meningkat.

3) Proses pembelajaran makin inovatif karena guru makin propfesional dalam mengajar, dan siswa dapat lebih aktif mengikuti proses pembelajaran menulis proposal kegiatan di sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penerapannya penulis menemukan 4 bentuk klausula eksonerasi: (a) Bahwa dalam hal terdapat permasalahan dikemudian hari yang timbul dari penyataan yang tidak benar dari

Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat.. - Mendata masalah yang terjadi di sekitar

Reliablitas Kesejahteraan Psikologis Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized.. Items N

pada tahun 2007 nilai Debt to Total Asset tertinggi diperoleh oleh PT Mustika Ratu.. Sementara pada tahun 2008 PT Mandom Indonesia berada diposisi

of 802.11 authentication method is used on the client to associate to an Access Point on the Certkiller network. A.Open B.LEAP C.Closed D.EAPTLS

The purpose of this research is to examine whether there is a significant difference in the speaking ability between the students who are taught by using

[r]

[r]