• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK MENGGUNAKAN BIOREDUKTOR EKSTRAK AQUADES BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.) DAN IRADIASI MICROWAVE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK MENGGUNAKAN BIOREDUKTOR EKSTRAK AQUADES BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.) DAN IRADIASI MICROWAVE"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK MENGGUNAKAN

BIOREDUKTOR EKSTRAK AQUADES BUAH JAMBU BIJI

MERAH (Psidium guajava L.) DAN IRADIASI MICROWAVE

Skripsi

Ditulis dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

oleh Saiful Fatihin

4311411062

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.” (Confusius)

PERSEMBAHAN:

 Bapak dan Ibuku tercinta atas segala kasih sayang,

pengorbanan dan doa

 Sayangku Amalia Choirni yang tidak pernah lelah

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

”Sintesis Nanopartikel Perak menggunakan Bioreduktor Ekstrak Aquades Buah Jambu Biji ( Psidium guajava L.) dan Iradiasi Microwave”.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan yang tak ternilai harganya. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

2. Ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Ketua Prodi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Bapak Harjono, S.Pd., M.Si. sebagai Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk,arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Samuel Budi Wardana K., S.Si, M.Sc sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Dr. Nanik Wijayati, M.Si sebagai penguji yang telah memberi saran

kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan bekal dalam penyusunan skripsi.

(7)

vii

8. Kepala Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam beserta seluruh teknisi dan staff.

9. Kedua orang tua yang selalu memotivasi dan memberikan doa.

10. Dek Amalia Choirni Sovawi yang telah memberikan semangat dengan penuh cinta dalam penyusunan skripsi.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

(8)

viii

ABSTRAK

Fatihin, Saiful. 2016. Sintesis Nanopartiel Perak menggunakan Bioreduktor

Ekstrak Aquades Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) dan Iradiasi Microwave. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Harjono, S.Pd, M.Si., Dosen Pembimbing II: Samuel Budi Wardana K., S.Si, M.Si.

Kata kunci: nanopartikel perak, antibakteri

Nanopartikel berada pada kisaran ukuran dari 1-100 nm. Secara garis besar sintesis nanopartikel dapat dilakukan dengan metode top down (fisika) dan metode bottom up (kimia). Pada penelitian ini melaporkan sintesis nanopartikel perak yang dihasilkan menggunakan bioreduktor ekstrak buah jambu biji merah dan iradiasi microwave. Koloid nanopartikel perak yang terbentuk selanjutnya dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, PSA, dan TEM. Analisis TEM menunjukkan bahwa ukuran dari sintesis nanopartikelperak mencapai 8,45-26,41 nm. Serta hasil sintesis nanopartikel perak diuji kemampuan antibakterinya terhadap bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nanopartikel perak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif lebih kuat daripada bakteri Gram negatif.

(9)

ix

ABSTRACT

Fatihin, Saiful. 2016. Synthesis of Silver Nanoparticle using Psidium guajava L.

Fruit Aqueous Extract as a Reducing Agent and Irradiation Microwave. Thesis, Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang State of University. Supervisor Main Harjono, S.Pd, M.Si. and General Assistance Counselor Samuel Budi Wardana K., S.Si, M.Si.

Key words: Silver nanoparticles, Antibacterial

Nanoparticles are in the size ranges from 1-100 nm. Nanoparticle can be synthesized by physical (top down) and chemical (bottom up) method. In this paper, we report synthesis of silver nanoparticel using Psidium guajava L. fruit extract as reducing agent and microwave irradiation. Colloidal silver nanoparticles were produce then their were characterized by UV-Vis Spectrophotometer, PSA, and TEM. The size of the nanoparticles varied within the range 8.45nm- 26,41nm. And tested the antibacterial activity of the synthesized silver nanoparticle by Eschericia coli and Staphylococcus aureus. Results test show that silver nanoparticle capable of inhibiting the growth Gram positive bacteria stronger than Gram negative.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 5

1.4 Manfaat ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Nanopartikel Perak ... 6

(11)

2.3 Bioreduktor dalam Sintesis Nanopartikel Perak... 8

2.4 Buah Jambu Biji Merah... 8

2.5 Microwave dalam Sintesis Organik... 10

2.6 Karakterisasi Nanopartikel Perak... 11

2.6.1 Spektrofotometer UV-Vis... 11

2.6.2 PSA………... 13

2.6.3 Transmission Electron Microscope (TEM)... 14

2.7 Aktivitas Antibakteri Nanopartikel Perak... 15

2.8 Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus... 16

2.8.1 Escherichia coli ... 16

2.8.2 Staphylococcus aureus... 17

2.9 Penelitian Terkait... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN... 19

3.1 Lokasi Penelitian... 19

3.2 Variabel Penelitian... 19

3.2.1 Variabel Bebas... 19

3.2.2 Variabel Terikat... 19

3.2.3 Variabel Terkendali... 19

3.3 Alat Dan Bahan... 20

3.3.1 Alat... 20

(12)

3.4 Prosedur Penelitian... 20

3.4.1 Pengambilan Sampel... 20

3.4.2 Persiapan Ekstrak Kasar Buah Jambu Biji Merah... 20

3.4.3 Uji Fitokimia Ekstrak Kasar Aquades Buah Jambu Biji Merah... 21

3.4.4 Sintesis Nanopartikel Perak... 22

3.4.5 Karakterisasi Nanopartikel Perak... 22

3.4.5.1 Penentuan Spektrum Serapan Nanopartikel Perak... 22

3.4.5.2 Penentuan Ukuran Nanopartikel Perak... 23

3.4.6 Uji Aktivitas Antibakteri Nanopartikel Perak... 23

3.5 Analisis Data ………... 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

4.1 Hasil Preparasi dan Karakterisasi Bioreduktor ... 27

4.1.1 Hasil Preparasi Bioreduktor Buah Jambu Biji Merah... 27

4.1.2 Hasil Karakterisasi Bioreduktor Buah Jambu Biji Merah... 28

4.2 Hasil Sintesis Nanopartikel Perak... 29

4.2.1 Optimasi Jumlah Volume Bioreduktor dalam Sintesis Nanopartikel Perak... 32

4.2.2 Optimasi Waktu Sintesis Nanopartikel Perak ... 38

4.2.3 Karakterisasi Nanopartikel Perak dengan TEM... 43

4.2.4 Kestabilan Nanopartikel Perak... 45

(13)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1 Simpulan ... 51

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Hasil Uji Fitokimia terhadap Bioreduktor……….. 29

4.2. Hubungan jumlah volume bioredutor terhadap λmaks dan Absorbansi ... 35

4.3. Ukuran Nanopartikel perak dengan variasi jumlah volume bioreduktor…… 37

4.4. Hubungan Antara Waktu dengan λmaks dan Absorbansi……….……… 40

4.5. Ukuran nanopartikel perak dengan variasi waktu sintesis………..… 41

4.6. Analisis Data Difraksi Nanopartikel Secara Teoritik…….……….…... 44

4.7. Penentuan struktur kristal berdasarkan nilai hkl ……….……….…….. 45

4.8. Data kestabilan nanopartikel perak variasi penambahan volume Bioreduktor... 46

4.9. Lebar zona bening yang ditimbulkan senyawa uji terhadap pertumbuhan bakteri………... 48

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) ……….……… 9 2.2. Gambar Skema (a) Pemanasan dengan Gelombang Mikro (b) …..……… 11 2.3. Escherechia Coli ………...……….. 16 2.4. Staphylococcus aureus ………...………. 17 4.1. Ektrak aquades buah jambu biji merah ……..……….…….... 28 4.2. Pengamatan visual koloid nanopartikel perak menggunakan

bioreduktor …..….………..…… 30 4.3. Perkiraan reaksi green synthesis nanopartikel perak …….…………..…... 31 4.4. Pengamatan nanopartikel perak variasi jumlah volume bioreduktor ……. 32 4.5. Spektrum UV-Vis nanopartikel perak dengan variasi

jumlah volume bioreduktor pada waktu 80 detik ………...………... 33 4.6. Kurva Hubungan antara λmaks dan Absorbansi terhadap

Jumlah Volume Bioreduktor Waktu Sintesis 80 detik………..…….. 35 4.7. Kurva hubungan ukuran partikel terhadap

jumlah volume bioreduktor dengan waktu sintesis 80 detik………….….. 37 4.8. Koloid nanopartikel perak menggunakan bioreduktor ekstrak aquades

(16)

4.9. Spektrum UV-Vis nanopartikel perak variasi

waktu sintesis pada penambahan bioreduktor 2 ml ………...…. 40 4.10. Grafik hubungan antara waktu sintesis dengan

rata-rata ukuran partikel ……….….... 42 4.11. Hasil analisis nanopartikel perak menggunakan TEM ...……….... 43 4.12. Pola Difraksi nanopartikel perak dari pengukuran TEM ………..……….. 44 4.13. Spektra UV-Vis: Pengamatan kestabilan selama 14 hari pada variasi

penambahan bioreduktor (a) 0,5 mL, (b) 1 mL, (c) 1,5 mL, dan

(d) 2 mL dengan waktu sintesis 80 detik ………... 46 4.14. Uji kualitatif Kemampuan Antibakteri Nanopartikel Perak terhadap

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema Kerja Preparasi Bioreduktor………….………. 58

2. Skema Kerja Sintesis Nanopartikel Perak Menggunakan Ekstrak

Kasar Buah Jambu Biji Merah...………..……… 59

3. Skema Skema Kerja Uji Aktivitas Antibakteri

Nanopartikel Perak………..………… 60

4. Perhitungan-perhitungan...………... 63

5. Hasil Uji Laboratorium Biologi FMIPA UNNES terhadap Buah Jambu

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nanopartikel merupakan bagian dari nanoteknologi yang sangat popular dan semakin pesat perkembangannya sejak awal tahun 2000. Hal ini disebabkan oleh manfaat dan dampaknya yang sangat luas dalam kehidupan manusia. Manfaat dan aplikasi nanopartikel saat ini telah berkembang di berbagai bidang, diantaranya yaitu di bidang lingungan, biomedis, perawatan kesehatan, pertanian dan pangan, tekstil, industri, elektronika, serta energi (Tsuzuki, 2009).

Suatu bahan tergolong nano jika memiliki ukuran 1 - 100 nm. Secara garis besar sintesis nanopartikel dapat dilakukan dengan metode top down (fisika) dan metode bottom up (kimia). Metode fisika yaitu dengan cara memecah padatan logam menjadi partikel-partikel kecil berukuran nano sedangkan metode kimia dilakukan dengan cara membentuk partikel-partikel nano dari prekursor molekular atau ionik (Wahyudi dan Rismayani, 2008).

Perkembangan nanoteknologi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan efektifitas daya antimikroba. Nanopartikel perak memiliki potensi sebagai senyawa antimikroba. Nanopartikel perak diketahui mampu melawan 650 tipe bakteri (Yaohui et al., 2008). Nanopartikel perak sudah terbukti efektif menghambat pertumbuhan bakteri.

Aktivitas antibakteri nanopartikel perak dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti konsentrasi nanopartikel perak, bentuk nanopartikel perak, ukuran

(19)

2

nanopartikel perak, jenis bakteri, jumlah koloni bakteri dan waktu kontak nanopartikel perak dengan bakteri (Sondi et al., 2004). Bentuk dan ukuran nanopartikel perak sangat penting dalam penentuan sifat optik, listrik, magnet, katalis dan antimikrobanya. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar efek antimikroba. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ukuran partikel dalam sintesis yaitu temperatur larutan, konsentrasi garam, agen pereduksi dan waktu reaksi (Sileikaite et al., 2006).

Nanopartikel perak telah banyak dibuat dengan beberapa metode dan kondisi yang berbeda seperti metode reduksi kimia, foto kimia, sonokimia, radiasi ultrasonik, sintesis solvotermal, dan lainnya (Guzman et al., 2009). Metode yang paling umum dilakukan adalah metode reduksi kimia, metode ini sudah banyak dipakai karena alasan faktor kemudahan, sederhana dan dapat memberikan hasil yang cukup baik.

Pada umumnya ketika dilakukan preparasi nanopartikel logam dengan metode reduksi kimia, ion logam direduksi oleh agen pereduksi dengan penambahan agen protektif untuk menstabilkan nanopartikel. Stabilitas nanopartikel memegang peranan yang sangat penting terutama ketika nanopartikel tersebut dikarakterisasi dan diaplikasikan ke dalam sebuah produk (Haryono et al., 2008).

Selama ini sintesis nanopartikel perak telah banyak menggunakan reduktor kimia seperti natrium tetraborohidrat (NaBH4) dan telah berfungsi dengan baik sebagai reduktor (Julkarnain et al., 2013). Namun, menurut Kundu et al. (2002), NaBH4 cukup reaktif serta memiliki sedikit dampak buruk terhadap lingkungan.

(20)

3

Dengan demikian, perlu adanya penggunaan bireduktor sebagai agen pereduksi yang merupakan alternatif produksi nanopartikel yang ramah lingkungan (green synthesis).

Penggunaan bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak sudah banyak dilakukan, diantaranya dengan ekstrak daun Stigmaphyllon littorale (Kudle et al., 2013), Arbutus unedo (Naik et al., 2013), Psidium guajava (Raghunandan et al., 2011), Azadirachta indica (Renugadevi dan Venus, 2012) dan bunga Datura metel (Nethradevi et al., 2012). Green synthesis dilakukan karena ramah lingkungan dan tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kehidupan.

Pemanfaatan tumbuhan sebagai bioreduktor dalam biosintesis nanopartikel berkaitan dengan kandungan senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktifitas antioksidan. Beberapa jenis tumbuhan tertentu mengandung senyawa kimia tertentu yang dapat berperan sebagai agen pereduksi (Handayani et al.,2010).

Buah jambu biji merah mengandung senyawa fenolik dan flavonoid total yang tinggi (Rohman et al., 2009). Kedua senyawa tersebut memiliki potensi sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat (Arima dan Danno, 2002), sehingga senyawa yang terkandung dalam buah jambu biji merah tersebut dapat digunakan sebagai bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak.

Pada umumnya sintesis organik menggunakan pemanasan dengan microwave lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan pemanasan metode konvensional, karena pemanasan metode konvensional sangat lambat dan tidak efisien (Abdul et al, 2012). Penggunaan microwave dipilih untuk sintesis agar

(21)

4

reaksi menjadi cepat dan karena microwave tertutup, sehingga tidak merusak lingkungan (green synthesis) (Raghunandan et al., 2011).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini difokuskan untuk melakukan preparasi bioreduktor ekstrak aquades buah jambu biji merah yang akan digunakan untuk mensintesis nanopartikel perak menggunakan iradiasi microwave, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:

1. Berapa jumlah volume bioreduktor yang optimal dalam sintesis nanopartikel

perak menggunakan iradiasi microwave?

2. Berapa waktu optimal untuk sintesis nanopartikel perak menggunakan

iradiasi microwave?

3. Bagaimana karakteristik nanopartikel perak yang dikarakterisasi

menggunakan spektrofotometer UV-Vis, Particle Size Analyzer (PSA) dan Transmission Electron Microscope (TEM)?

4. Bagaimana kestabilan koloid nanopartikel perak yang disintesis

menggunakan bioreduktor ekstrak aquades buah jambu biji merah?

5. Bagaimana pengaruh koloid nanopartikel perak hasil terhadap aktivitas bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus?

(22)

5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui jumlah volume bioreduktor yang optimal dalam sintesis

nanopartikel perak menggunakan iradiasi microwave.

2. Mengetahui waktu optimal untuk sintesis nanopartikel perak menggunakan

iradiasi microwave.

3. Mengetahui karakteristik nanopartikel perak yang dikarakterisasi

menggunakan spektrofotometer UV-Vis, Particle Size Analyzer (PSA) dan Transmission Electron Microscope (TEM).

4. Mengetahui kestabilan koloid nanopartikel perak yang disintesis

menggunakan bioreduktor ekstrak aquades buah jambu biji merah.

5. Mengetahui pengaruh koloid nanopartikel perak hasil terhadap aktivitas bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu:

1. Memberikan pengetahuan tentang jumlah volume bioreduktor yang optimal

dalam sintesis nanopartikel perak menggunakan iradiasi microwave?.

2. Memberikan pengetahuan tentang waktu optimal untuk sintesis nanopartikel

perak menggunakan irradiasi microwave

3. Memberikan pengetahuan tentang sifat, karakteristik, kestabilan dan

kemampuan antibakteri koloid nanopartikel perak terhadap aktivitas bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

(23)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nanopartikel Perak

Nanopartikel adalah material dengan rentang ukuran 1-100 nm (Lalena et al., 2008). Ariyanta et al. (2014) menyebutkan bahwa munculnya puncak absorbansi pada panjang gelombang ± 410 nm yang mengindikasikan terbentuknya nanopartikel perak.

Nanopartikel perak telah lama diketahui miliki sifat antimikroba. Kemampuan antimikroba perak dapat membunuh semua mikroorganisme patogenik, dan belum dilaporkan adanya mikroba yang resisten terhadap perak (Ariyanta et al., 2014). Telah dilakukan penelitian aktivitas nanopartikel perak terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli (Ariyanta et al., 2014), Vibrio cholera (Renugadevi dan Venus, 2012). Dari sifat antimikroba inilah nanopartikel perak dapat digunakan ke dalam berbagai macam aplikasi seperti kain pembalut luka (Ariyanta et al., 2014), serat katun (Haryono dan Harmami, 2010) yang berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, semprotan antiseptik dan pelapis antimikroba untuk perangkat medis yang mensterilkan udara dan permukaan (Xiu et al., 2012).

Kemampuan antibakteri nanopartikel perak dipengaruhi oleh karakteristik fisik nanomaterial seperti ukuran, bentuk, dan sifat permukaan. Selain itu, rasio luas permukaan terhadap volume semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran partikel sehingga nanopartikel perak memiliki kemampuan antibakteri

(24)

7

yang lebih kuat (Haryono et al., 2008). Semakin kecil ukuran nanopartikel perak, semakin besar efek antimikrobanya (Guzman et al., 2009).

2.2 Sintesis dan Karakteristik Nanopartikel Perak

Sintesis nanopartikel dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode top-down dan metode bottom-up. Pendekatan top-top-down dimulai dengan material besar dan upaya untuk memecahnya menjadi material nano melalui metode fisik. Metode bottom-up merupakan metode yang paling berkembang saat ini. Karena dalam metode ini, nanopartikel dapat dikendalikan secara kimiawi dalam fasa larutan (Lalena et al., 2008).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ukuran partikel dalam sintesis yaitu temperatur larutan, konsentrasi garam dan agen pereduksi dan waktu reaksi (Sileikaite et al., 2006). Bentuk dan ukuran nanopartikel perak merupakan hal penting dalam penentuan sifat optik, listrik, magnet, katalis dan antimikroba. Antimikroba nanopartikel perak dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar efek antibakteri (Guzman et al., 2009).

Ukuran partikel yang semakin kecil belum tentu juga memiliki stabilitas yang baik. Hal tersebut dikarenakan suatu nanopartikel memiliki kecenderungan untuk beraglomerasi. Partikel berukuran nanometer memiliki surface area spesifik yang sangat besar. Pada surface area yang besar ikatan kimia antar partikel membentuk dipol listrik yang kuat sehingga dapat beraglomerasi. Oleh karena itu stabilisator dalam sintesis nanopartikel perak memiliki peran yang sangat penting (Ariyanta et al., 2014).

(25)

8

2.3 Bioreduktor dalam Sintesis Nanopartikel Perak

Pemanfaatan tumbuhan sebagai bioreduktor dalam sintesis nanopartikel berkaitan dengan kandungan senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktifitas antioksidan. Beberapa jenis tumbuhan tertentu mengandung senyawa kimia tertentu yang dapat berperan sebagai agen pereduksi (Handayani et al., 2010).

Antioksidan alami yang terkandung dalam tumbuhan umumnya merupakan senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, katekin, dan kalkon (Markham, 1988).

Senyawa fenolik merupakan antioksidan alami yang umumnya bersifat polar sehingga lebih mudah larut dalam pelarut polar. Metanol dan etanol merupakan pelarut yang paling umum digunakan untuk mengekstrak komponen antioksidan karena polaritasnya dan kemampuannya melarutkan komponen antioksidan (Margaretta et al., 2011).

2.4 Buah Jambu Biji Merah

Jambu biji merah (Psidium guajava L.) merupakan jenis buah buah tropis yang keberadaannya sulit digantikan dengan buah-buah lainnya karena jambu biji merah memiliki kandungan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Buah jambu biji merah merupakan keluarga mytacae yang memiliki kulit tipis, permukaannya halus sampai kasar serta daging buah berwarna merah. Daunnya digunakan untuk meredakan batuk, gangguan paru, luka, dan bisul. Buahnya digunakan sebagai tonik, pendinginan, pencahar, dan obat cacing (Lee et al., 2012). Buah jambu biji

(26)

9

merah sering digunakan untuk mengobati penyakit demam berdarah, diare, diabetes serta memiliki efek antimutagenik (Arima dan Danno, 2003).

Buah jambu biji merupakan buah yang berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengkilap setelah matang. Untuk jenis tertentu, kulit buah berwarna hijau berbelang kuning saat muda dan berubah menjadi kuning belang-belang saat matang. Ada pula yang berkulit merah saat muda dan merah tua saat tua. Aroma buah biasanya beraroma harum saat buah matang (Soedarya, 2010).

Gambar 2.1 Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.)

Klasifikasi taksonomi dari jambu biji (Arya et al., 2012) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Traceobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Rosidae Order : Myrtales Family : Myrtaceae Genus : Psidium

(27)

10

Buah jambu biji merah mengandung beberapa zat kimia, seperti kuersetin, guajavarin, asam galat, leukosianidin, dan asam elagat (Sudarsono, 2002). Kuersetin merupakan senyawa flavonoid dari kelompok flavonol. Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan. Hasil penelitian Rohman et al. (2009) menunjukkan bahwa buah jambu biji merah mengandung senyawa fenolik dan flavonoid total yang tinggi. Selain itu flavonoid juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Arima & Danno, 2002).

2.5 Microwave dalam Sintesis Organik

Microwave Assisted Organic Synthesis (MAOS) merupakan teknologi radiasi gelombang yang sering digunakan sebagai sintesis reaksi organik, prinsip dasar kerjanya yaitu adanya suatu metode pemberian energi tambahan untuk berlangsungnya suatu reaksi berupa energi radiasi gelombang mikro (Vaismaa, 2009). Sejalan dengan keberhasilan pengembangan instrumentasi secara komersial, pemanfaatan gelombang mikro dalam sintesis kimia juga semakin berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanasan gelombang mikro dalam sintesis kimia organik membutuhkan waktu yang lebih singkat daripada pemanasan konvensional (Baby, 1997).

Pemanasan dengan radiasi gelombang mikro berbeda dengan pemanasan konvensional. Perpindahan energi pada pemanasan konvensional melibatkan peristiwa konduksi dari sumber panas. Pemanasan konvensional melibatkan wadah, sehingga bahan yang akan dipanaskan memerlukan waktu yang lama untuk mencapai reaksi sempurna (Hidayat dan Mulyono, 2006).

(28)

11

Gambar 2.2 Gambar Skema (a) Pemanasan dengan Gelombang Mikro (b) Pemanasan Secara konvensional (Larhed et al., 2002)

Pada pemanasan dengan gelombang mikro, hanya pelarut dan partikel larutan saja yang dipanaskan sehingga terjadi pemanasan yang merata pada pelarut (Taylor et al., 2005). Pemanasan terjadi pada semua bagian bahan atau larutan reaksi, karena energi langsung diserap oleh bahan yang akan dipanaskan tanpa melibatkan wadah yang ada sehingga mempercepat tercapainya reaksi sempurna. Hal ini menjadikan iradiasi microwave yang digunakan dalam sintesis semakin banyak diminati, dan akan terus dikembangkan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan waktu yang relatif cepat.

2.6 Karakterisasi Nanopartikel Perak

Karakterisasi nanopartikel perak menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Particle Size Analyzer (PSA) dan Transmission Electron Microscope (TEM).

2.6.1 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis adalah salah satu alat yang digunakan untuk karakteristik suatu material. Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mengkaji sifat absorpsi material dalam rentang panjang gelombang ultraviolet (mulai sekitar 200 nm) hingga mencakup semua panjang gelombang cahaya tampak (sampai

(29)

12

sekitar 700 nm). Spektrofotometer ultraviolet–visibel digunakan untuk analisis kualitatif ataupun kuantitatif suatu senyawa. Absorpsi cahaya ultraviolet maupun cahaya tampak mengakibatkan transisi elektron, yaitu perubahan elektron-elektron dari orbital dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Penyerapan radiasi ultraviolet atau sinar tampak tergantung pada mudahnya transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk transisi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap panjang gelombang lebih panjang (Amiruddin & Titik, 2013).

Penyerapan sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul tersebut dari tingkat energi dasar (ground stated) ke tingkat energi yang lebih tinggi (exited stated). Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada di dalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan ultraviolet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorpsi (Hendayana et al., 1994).

Ariyanta et al. (2014) menyebutkan keadaan optimal yang diharapkan saat karakterisasi nanopartikel perak menggunakan spektrofotometer UV-Vis adalah munculnya puncak absorbansi pada panjang gelombang ±410 nm yang

(30)

13

mengindikasikan bahwa nanopartikel perak telah terbentuk. Pada percobaan ini spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mengukur absorbansi dan panjang gelombang dari masing-masing sampel koloid nanopartikel perak dengan variasi jenis pelarut dalam pembuatan bioreduktor untuk sintesis nanopartikel perak. Hasil analisis spektrofotometer UV-Vis ini masih perlu diperkuat dengan analisis yang lain seperti PSA dan TEM.

2.6.2 Particle Size Analyzer (PSA)

Karakterisasi menggunakan PSA digunakan untuk menentukan ukuran rata-rata nanopartikel perak. PSA menggunakan metode Dynamic Light Scattering (DLS) yang memanfaatkan hamburan inframerah. Hamburan inframerah ditembakkan oleh alat ke sampel sehingga sampel akan bereaksi menghasilkan gerak Brown (gerak acak dari partikel yang sangat kecil dalam cairan akibat dari benturan dengan molekul-molekul yang ada dalam zat cair). Gerak inilah yang kemudian di analisis oleh alat, semakin kecil ukuran molekul maka akan semakin cepat gerakannya.

Metode DLS sangat ideal untuk menentukan partikel berukuran nanometer dan biomaterial. Kisaran ukuran partikel yang dapat dianalisis dengan metode ini antara 0,1 nm – 10 μm. Distribusi ukuran partikel dianalisis dan diolah menggunakan statistik distribusi. Parameter yang digunakan adalah mean (ukuran rata-rata), median (nilai tengah) dan modus (ukuran dengan frekuensi tertinggi). Ukuran rata-rata (mean) pada statistik distribusi yang biasa digunakan meliputi rata-rata jumlah panjang D[1,0], rata-rata momen luas permukaan D[3,2], dan

(31)

14

rata-rata momen volume D[4,3]. D[4,3] sangat sensitif terhadap kehadiran partikulat besar pada distribusi ukuran (Malvern Instrumen Limitted, 2012).

2.6.3 Transmission Electron Microscope (TEM)

Transmission Electron Microscope (TEM) merupakan suatu teknik mikroskopi yang bekerja dengan prinsip menembakkan elektron ke lapisan tipis sampel, yang selanjutnya informasi tentang komposisi struktur dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dari analisis sifat tumbukan, pantulan maupun fase sinar elektron yang menembus lapisan tipis tersebut Bahkan dari analisa lebih detail, bisa diketahui deretan struktur atom dan ada tidaknya cacat (defect) pada struktur tersebut. Sampel harus ditipiskan sampai ketebalan lebih tipis dari 100 nanometer untuk observasi menggunakan TEM (Apriandanu, 2013).

TEM berbeda dengan SEM, EPMA, EDS, AES dan CL, yang berbasis teknik refleksi. Dengan TEM, kedua pola difraksi dan perbesaran gambar dapat diperoleh dari daerah sampel yang sama, pola difraksi memberikan sel satuan dan ruang informasi kelompok dan dengan menggunakan High-resolution electron microscope (HREM), dapat digunakan untuk tujuan pencitraan kisi. Dalam modus pencitraan, TEM memberikan informasi morfologi pada sampel (West, 2014).

Informasi mengenai morfologi, struktur kristal, cacat, fasa kristal, komposisi dan mikrosturktur secara magnetik dapat diperoleh dengan mengombinasikan antara electron-optical imaging, electron diffraction dan kemampuan dari small probe (pendeteksian ukuran kecil). Semua informasi tersebut itu sangat penting bergantung pada kemampuan sampel untuk ditembus electron gun. TEM dapat diaplikasikan baik untuk sampel biologi maupun nonbiologi. Keduanya harus

(32)

15

berada dalam bentuk yang sangat tipis agar cahaya atau sinar yang berasal dari electron gun dapat berpenetrasi ke dalam sampel. Kondisi pengukuran dilakukan dalam keadaan vakum untuk mencegah penghamburan elektron oleh udara yang mengakibatkan tidak terfokusnya sinar elektron yang mengenai sampel (Apriandanu, 2013).

Dalam pengoperasian TEM, salah satu tahap yang paling sulit dilakukan adalah mempersiapkan sampel. Sampel harus dibuat setipis mungkin sehingga dapat ditembus elektron. Sampel ditempatkan di atas grid TEM yang terbuat dari tembaga atau karbon. Jika sampel berbentuk partikel, biasanya partikel didispersi di dalam zat cair yang mudah menguap seperti etanol lalu diteteskan ke atas grid TEM. Jika sampel berupa komposit partikel di dalam material lunak seperti polimer, komposit tersebut harus diiris tipis (beberapa nanometer). Alat pengiris yang digunakan adalah microtome (Abdullah dan Khaerurijjal, 2010).

2.7 Aktivitas Antibakteri Nanopartikel Perak

Kemampuan antibakteri perak antara lain yaitu dapat merusak dinding sel bakteri, mengganggu metabolisme sel, serta menghambat sintesis sel mikroba. Menurut Mahendra et al. (2009), nanopartikel perak mempunyai aktivitas antibakteri karena memiliki luas permukaan yang besar yang memungkinkan melakukan kontak yang sangat baik dengan mikroorganisme. Nanopartikel perak mendekat pada membran sel bakteri dan melakukan penetrasi ke dalam bakteri. Selanjutnya nanopartikel perak melakukan difusi dan menyerang rantai pernafasan bakteri, hingga pada akhirnya sel tersebut menjadi mati.

(33)

16

Mekanisme antibakteri nanopartikel perak yaitu terjadinya interaksi antara ion perak dengan kelompok tiol sulfidril pada protein. Ion perak akan menggantikan kation hidrogen (H+) dari kelompok tiol sulfidril menghasilkan gugus S-Ag yang lebih stabil pada permukaan sel bakteri. Hal ini dapat menonaktifkan protein, menurunkan permeabilitas membran, dan pada akhirnya menyebabkan kematian selular (Feng et al., 2000).

2.8 Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus 2.8.1 Escherichia coli

Escherechia coli merupakan suatu golongan bakteri yang menunjukkan sifat-sifat yang mendekati fungi/bakteri. Escherechia coli termasuk bakteri Gram negatif yang berbentuk batang dan memiliki ukuran sel dengan panjang 1,0-1,3 µm dan 0,5-1,0 µm, terdapat dalam bentuk tunggal, berpasangan dan dalam rantai pendek biasanya tidak berkapsul.

Gambar 2.3 Escherechia Coli

Escherechia coli merupakan bakteri Gram negatif yang cara hidupnya anaerob fakultatif. Pada keadaan aerob menggunakan senyawa organik sebagai sumber energi sedangkan pada keadaan anaerob energi di peroleh dari fermentasi karbohidrat (Fardiaz, 1992). Koloni Escherechia coli berderet seperti rantai, bulat,

(34)

17

halus dengan piringan yang nyata. Escherechia coli termasuk bakteri mesofil yang hidup pada suhu 25˚C - 40˚C dan secara optimum pada pH 6-8 (Pelezar & Chan, 1998).

2.8.2 Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang selnya berbentuk bulat, termasuk bakteri Gram positif, terdapat tunggal, berpasangan dan dalam bergerombol, tidak membentuk spora, aerobik atau fakultatif anaerobik (Pelezar dan Chan, 1998). Beberapa strain membentuk kapsul, dinding selnya tersusun atas tiga komponen utama yaitu peptidoglikan, asam tekoat dan protein. Staphylococcus aureus merupakan mikroba normal di kulit, hidung, mulut (air liur) dan kantung rambut (Fardiaz, 1992).

Gambar 2.4 Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen Gram positif yang mudah tumbuh pada kebanyakan medium bakteriologis dalam keadaan aerob maupun anaerob fakultatif. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia dan hewan. Kemampuan dalam menyebabkan suatu penyakit tersebut berhubungan dengan beberapa faktor termasuk ekstraselular enzim dan racun Bakteri ini terutama ditemukan pada kulit, kelenjar kulit, selaput lendir, luka, umumnya merupakan

(35)

18

penyebab radang tenggorokan serta infeksi kulit (bisul), infeksi sistem syaraf pusat dan paru-paru. Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada suhu berkisar antara 15-45˚C dengtan suhu optimum antara 35-37˚C. Tumbuh pada medium dengan pH 4,0-9,8 dengan pH optimum 7,0-7,5 (Pelezar & Chan, 1998).

2.9 Penelitian Terkait

Metode penelitian yang mengenai sintesis nanopartikel perak telah banyak dikembangkan. Diantaranya yaitu metode reduksi menggunakan bioreduktor ekstrak daun Strawberry yang telah dilakukan oleh Naik et al. (2013) yang menghasilkan nanopartikel perak dengan rata-rata ukuran sebesar 9-15 nm. Sintesis nanopartikel perak menggunakan metode irradiation microwave telah dilakukan oleh Kudle et al. (2013) dan nanopartikel perak yang dihasilkan rata-rata berukuran 5-25 nm. Metode reduksi menggunakan bioreduktor ekstrak bunga Datura metel yang telah dilakukan oleh Nethradevi et al. (2012) yang menghasilkan nanopartikel perak dengan rata-rata ukuran sebesar 20-30 nm.

Dalam penelitian ini sintesis nanopartikel perak dilakukan menggunakan metode reduksi. Metode reduksi digunakan karena sederhana, mudah, cepat dan murah. Selanjutnya nanopartikel perak dengan ukuran paling optimal diuji aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.

(36)

51

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Waktu yang optimal untuk sintesis nanopartikel perak terjadi pada waktu sintesis 80 detik hingga 120 detik dengan penambahan bioreduktor 2 mL. Waktu yang berlebih akan menyebabkan terjadinya aglomerasi yang menyebabkan bertambahnya ukuran partikel.

2. Penambahan volume bioreduktor yang optimal untuk sintesis nanopartikel perak adalah 2 mL dengan waktu sintesis 80 detik serta rata-rata ukuran partikel yang dihasilkan adalah 19,87 nm.

3. Hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, menunjukkan bahwa

λmaks yang dihasilkan oleh nanopartikel hasil sintesis menggunakan bioreduktor ekstrak aquades buah jambu biji merah dan irradiasi microwave adalah 400-415 nm. Koloid nanopartikel perak yang dihasilkan pun cukup stabil. Hasil analisis menggunakan PSA (Particle Size Analyzer) menunjukkan ukuran nanopartikel perak tidak lebih dari 70 nm. Hasil

analisis menggunakan TEM (Transmission Electron Microscope)

menunjukkan nanopartikel perak yang dihasilkan cukup seragam bentuk dan ukuran terkecil adalah 8,45 nm, serta berdasarkan analisis SAED TEM,

(37)

52

diketahui bahwa nanopartikel yang dihasilkan memiliki struktur kristal face centered cubic (FCC).

4. Nanopartikel perak mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif lebih kuat daripada bakteri gram negatif.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Penelitian lebih lanjut mengenai sintesis menggunakan penambahan

stabilisator khusus yang yang ramah lingkungan untuk mendapatkan kestabilan yang lebih baik.

2. Penelitian lebih lanjut mengenai variasi jumlah volume bioreduktor ekstrak

(38)

53

DAFTAR PUSTAKA

Abdul A.M., Dhani P. dan Danarto Y.C. 2012. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Menggunakan Iradiasi Gelombang Mikro. Simposium Nasional RAPI XI FT UMS. 15-21, 1412-9612

Abdullah, M dan Khaerurijjal. 2010. Karakterisasi Nanomaterial. Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi. 2 (1) : 1-9

Ahmad, N dan S. Sharma. 2012. Green Synthesis of Silver Nanoparticles Using Extracts of Ananas comosu. Green and Sustainable Chemistry, 1(2):141-147

Amaladhas, Peter T., M.Usha, S. Naveen. 2013. Sunlight induced rapid synthesis and silver nanoparticles using leaf extract Achyranthes aspera L. and their antimicrobial applications. Advanced Materials Letters. 4(10): 779-785 Amiruddin, M.A. dan Titik Taufikurrohmah. 2013. Sintesis dan Karakterisasi

Nanopartikel Emas menggunakan Matriks Bentonit sebagai Material Peredam Radikal Bebas dalam Kosmetik. Journal of Chemistry. 2(1): 68-75

Anuradha K. Prasad, Shankul Kumar, S.V.Iyer, Rahul J. Sudani and S.K. Vaidya. 2012. Pharmacognostical, Phytochemical and Pharmacological Review on Bryophyllum pinnata. IJPBA. Vol. 3 (3): 423-433

Apriandanu, D.O.B. 2013. Sintesis Nanopartikel Perak Mengggunakan Metode Poliol dengan Agen Stabilisator Polivinilalkohol (PVA). Skripsi. Semarang: Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang

Arima, H. dan G. Danno. 2002. Isolation of Antimicrobial Compounds from Guava (Psidium guajava L.) and their Structural Elucidation. Bioscience Biotechnologi Biochem, 66 (8): 1727-1730

Ariyanta, H. A., S. Wahyuni, dan S. Priatmoko. 2014. Preparasi Nanopartikel Perak Dengan Metode Reduksi Dan Aplikasinya Sebagai Antibakteri Penyebab Infeksi. Indonesian Journal of Chemical Science. 3 (1): 1-6 Baby, C. 1997.“Microwave Isomerization of Safrol and Eugenol”. Synthetic

Commun. 27: 4335-4340

Deby, A. Mpila, Fatimawali, Weny I. W. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mayana (Coleus atropurpureus .L Benth) Terhadap

(39)

54

Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa Secara IN-Vitro.13-21

Fardias, S. 1992. Analisis Mikrobiologi Pangan, Perhipa. Jakarta: PAU pangan dan Gizi IPB

Feng, Q.L., J. Wu, G.Q. Chen, F.Z. Cui, T.N. Kim, J.O. Kim. 2000. Mechanimtic Study Of The Antibacterial Effect Of Silver Ions On Escherichia coli and Stapgylococcus aureus. Hal 662-668

Guzman, M.G., Jean D., dan Stephan G. 2009. Synthesis of silver nanoparticles by chemical reduction method and their antibacterial activity. International Journal of Chemical and Biomolecular Engineering 2:3 Handaya, A., J.A Laksmono dan A. Haryono. 2011. Preparasi Koloid Nanosilver

menggunakan Stabilizer Polivinil Alkohol dan Aplikasinya sebagai Antibakteri pada Bakteri S. aureus dan E. coli. J Kim Ind, 12(3):202-208 Handayani W, Bakir, Imawan C, Purbaningsih S. 2010. Potensi Ekstrak Beberapa

Jenis Tumbuhan sebagai Agen Pereduksi untuk Biosintesis Nanopartikel Perak. Seminar Nasional Biologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Haryono A., Sondari D., Harmami S.B. dan Randy M. 2008. Sintesa Nanoparikel

Perak dan Potensi Aplikasinya. Jurnal Riset Industri. 2(3): 155-163

Haryono, A. dan S.B. Harmami. 2010. Aplikasi Nanopartikel Perak pada Serat Katun sebagai Produk Jadi Tekstil Antimikroba. Jurnal Kimia Indonesia, 5 (1): 1-6

Hendayana, S., A. Kadarohmah, A.A. Sumarna, A. Supriatna. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Edisi Kesatu, Semarang: IKIP Semarang Press.

Hidayat, T., dan E. Mulyono, 2006, “Konversi Eugenol dari Minyak daun Cengkeh Menjadi Isoeugenol dengan Pemanasan Gelombang Mikro”, Prosiding Seminar Nasional Himpunan Kimia Indonesia,12 September 2006.

Jannathul M.F., Lalitha P. dan Shubashini K.S. 2012. Novel synthesis of silver nanoparticles using leaf ethanol extract of Pisonia grandis (R. Br). Der Pharma Chemica. 4(6):2320-2326

Jawetz, E., J.L. Melnick dan E. Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Mikrobiologi Kedokteran Universitas Airlangga, Jakarta: Salemba Medika Julkarnain, M., Arup K.M., Mizanur R. dan Sohel R. 2013. Preparation and Properties of Chemically Reduced Cu and Ag Nanoparticles. International Conference on Mechanical, Industrial and Materials Engineering. Hal. 636-640

(40)

55

Klug, H.P dan Alexander, L.E. 1974. X-Ray Diffraction Procedures for

Polycrystalline and Amorphous Materials, 2nd Edition. California:

University of California

Kudle, K. R., M. R. Donda, R. Merugu, Y. Prashanthi, dan M. P. P. Rudra. 2013. Microwave assisted green synthesis of silver nanoparticles using Stigmaphyllon littorale leaves, their characterization and anti-microbial activity. International Journal of Nanomaterials and Biostructures. 3 (1): 13-16

Kundu, S., Sujit Kumar, Madhuri Mnandal dan Tarasankar. 2002. Silver and Gold Nanocluster Catalyzed Reduction and Methyllene Blue by Arsine in a Micellar Medium. Langmuir. 18, 8756-8760

Lalena, J.N., D.A. Cleary, E.E. Carpenter dan N.F. Dean. 2008. Inorganic Materials Synthesis and Fabrication. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc. 211-230

Larhed, M., C. Moberg, and A. Hallberg, 2002, “Microwave-Accelerated Homogenous Catalysis in Organic Chemistry”, Accounts Chem.Res. Vol. 35, p717-727

Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Edisi 1. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Lee, W.C., R. Mahmud, S. Pillai, S. Perumal dan S. Ismail. 2012. Antioxidant Activities of Essential Oil of Psidium guajava L. Leaves. Asia-Pacific Chemical, Biological & Environmental Engineering Society Procedia, 2 (2012): 86-91

Mahendra, R., Yadav, Alka., Gade, Aniket. 2009. Nanoparticles as a New Generation of Antimicrobials. Biotechnology Advances, 27, 76 – 83

Malvern Instruments Limited. 2012. A Basic Guide to Particle Characterization. (http://www.malvern.com diakses tanggal 21 September 2015)

Margaretta, S., Swita D. H., Nani I., Herman H. 2011. Ekstraksi Senyawa Phenolic Pandanus Amaryllifolius Roxb. Sebagai Antioksidan Alami. WIDYA TEKNIK Vol. 10, No. 1, 2011 (21-30)

Maria, B.S., A. Devadiga, V.S Kodialbail dan M.B Saiduta. 2014. Synthesis of Silver Nanoparticles using Medicinal Zizyphus xylopyrus Bark Extract. Appl Nanosci, 8(1):3-5

Markham, K.R.1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida.Terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB

Naik, L. S., K. P. Marx, P. S. Vennela, dan V. R. Devi. 2013. Green synthesis of silver nanoparticles using Strawberry leaf extract (Arbutus unedo) and

(41)

56

evaluation of its antimicrobial activity-a Novel study. International Journal of Nanomaterials and Biostructures, 3 (3): 47-50

Nethradevi, C., P. Sivakumar, dan S. Renganathan. 2012. Green Synthesis Of Silver Nanoparticles Using Datura Metel Flower Extract And Evaluation Of Their Antimicrobial Activity. International Journal of Nanomaterials and Biostructures, 2 (2) 16-21

Nursiah Hasyim, Kristian L. P, Iradah J., Ajeng K. 2012. Formulasi dan Uji Efektivitas Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor Bebek ((Bryophyllum Pinnatum L.) Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol. 16, No.2, hlm. 89 – 94

Pelezar, M.J. dan Chan, E.C.S,. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI press

Raghunandan, D., P. A. Borgaonkar, B. Bendegumble, M. D. Bedre, M. Bhagawanraju, M. S. Yalagatti, Do S. Huh, dan V. Abbaraju. 2011.

Microwave-Assisted Rapid Extracellular Biosynthesis of Silver

Nanoparticles Using Carom Seed (Trachyspermum copticum) Extract and in Vitro Studies. American Journal of Analytical Chemistry. 2: 475-483 Rahmawati F., Gebi Dwiyanti, dan Hayat Sholihin. 2012.Kajian Aktivitas

Antioksidan Produk Olahan Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.). Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Universitas Pendidikan Indonesia. 4(1) Renugadevi K. dan R. Venus Aswini. 2012. Microwave irradiation assisted

synthesis of silver nanoparticle using Azadirachta indica leaf extract as a reducing agent and invitro evaluation of its antibacterial and anticancer activity. International Journal of Nanoparticle and Biostructures. 2(2) 5-10

Rohyami, Yuli. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl). Logika. 5 (1): 1-8

Ronson. 2012. UV/Vis/IR Spectroscopy Analysis of Nanoparticles.

NanoComposix, 1(1):1-6

Saikia, D. 2014. Green Synthesis and Optical Characterizations of Silver Nanoparticles, International Journal Of Latest Research in Science and Technology, 3(2):132-135

Saware,K., B. Sawle, B. Salimath, K.Jayanthi, V. Abbaraju. 2014. Biosynthesis and Characterization of Silver Nanoparticles using Ficus benghalensis Leaf Ektract. International Journal of Research in Engineering and Technology, 3(15):868-874

(42)

57

Sileikaite, A., Igoris P., Judita P., Algimantas J., Asta G. 2006. Analysis of silver nanoparticles produced by chemical reduction of silver salt solution. Materials Science, Vol. 12 (4)

Singht, A., S.Jha, G. Srivastava, P. Sarkar, P. Gogoi. 2013. Silver Nanoparticles as Fluorescent Probes: New Approach For Bioimaging. International Journal of Scientific and Technology Research, 2(11):153-157

Soedarya. 2010. Agribisnis Guajava (Jambu Batu). Bandung : CV. Pustaka Grafika

Solomon, S.D., M. Bahadory, A.V. Jeyrajasingam, S.A Rutkowsky, C. Boritz. 2007. Synthesis and Study of Silver Nanoparticles. Journal of Chemical Education, 84(2):322-325

Sondi, I and Sondi, B. S., 2004. Silver Nanoparticle as Antimicrobacterial Agent: a case Study on E.coli as a Model for Gram-Negative Bacteria. J. Colloid Interface Sci., 275, 177-182

Taylor, M., dan Atri S. 2005. Development in Microwave Chemistry. Evalueserve: United Kingdom.

Tsuzuki, T. 2009. Commercial Scale Production of Inorganic Nanoparticles. International Journal of Nanotechnology, Vol. 6, No. 5/6, pp. 567-578 Vaismaa, M., (2009). Development of Benign synthesis of Some Terminal

a-Hydroxy Ketones and Aldehiydes, Disertasi : Faculty of Science University of Oulu.

Wahyudi T, Sugiyana dan Helmy. 2011. Sintesis Nanopartikel Perak dan Uji Aktivitasnya terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus. Arena Tekstil, 26(1):1-6

Wahyudi, T.dan Rismayani, S. 2008. Aplikasi Nanoteknologi pada Bidang Tekstil. Arena Tekstil, 23 (2), 52-109

West, A.R. 2014. Solid State Chemistry and its Applications, Second Edition, Student Edition. Chichester: John Wiley & Sons, Ltd.

Xiu, Z., Q. Zhang, H. L. Puppala, V. L. Colvin dan P. J. J. Alvarez. 2012. Negligible Particle-Specific Antibacterial Activity of Silver Nanoparticles. Nano Letters. 12: 4271−4275

Yadav, R.N.S. & Munim A. 2011. Phytochemical analysis of some medical plants. Journal of phytology. 3(12): 10-14

Yaohui Lv, Hong Liu, Zhen wang, Lujiang Ha, Jing Liu, Yangmin Wang, Guojun Du, Duo Liu, Jie Zhan and Jiyang Wang. 2008. Antibiotic glass slide coated with silver nanoparticles and its antimicrobial capabilities. Polym. Adv. Technol. 19, 1455–1460

Gambar

Gambar     Halaman
Gambar 2.1 Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.)
Gambar 2.2 Gambar Skema (a) Pemanasan dengan Gelombang Mikro (b)  Pemanasan Secara konvensional (Larhed et al., 2002)
Gambar 2.3 Escherechia Coli
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil Pemeriksaan Respirasi Tikus Berdasarkan hasil pemeriksaan respirasi didapatkan hasil P≥0,05 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata, dan tidak ada

pada pembuluh darah arteri maka darah yang mengalir ke penis berkurang sehingga kemampuan penis untuk ereksi berkurang (Wimpie, 2008). Selain itu disfungsi ereksi

Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ; 1) Hasil pengujian menunjukkan brand image mempunyai pengaruh signifikan dan prositif terhadap

Peneliti melihat bahwa guru masih menerangkan materi pembelajaran IPS secara abstrak tanpa media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengaplikasi. Penelitian ini

Item terendah dalam variabel kepuasan pengunjung adalah minat melakukan kunjungan ulang yang dapat diasumsikan bahwa ketika pengunjung menghabiskan waktu untuk

Dalam karya ilmiah ini untuk masalah keamanan sudah diterapkan dengan memanfaatkan server OS mikrotik sebagai autentikasi sebelum pelanggan melakukan akses

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari website BPS mengenai Indeks Pembangunan Manusia beserta faktor-faktor

Analisis terhadap faktor yang mempengaruhi capaian akademik akan memberikan informasi pada pihak institut mengenai pengaruh latar belakang dan demografi mahasiswa