• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

29

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Uraian Umum

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tahap awal, dilakukan pengujian terhadap bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat benda uji beton ringan tersebut, yaitu antara lain pengujian kadar lumpur agregat halus, kadar zat organik agregat halus, specific

gravity agregat halus, dan gradasi agregat halus. Setelah pengujian bahan yang

dilakukan memenuhi standar persyaratan, maka dilanjutkan dengan membuat benda uji. Benda uji akan diuji dengan uji kuat tekan, kuat tarik belah, dan modulus elastisitas. Pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, dan modulus elastisitas menggunakan silinder 10 cm x 20 cm dengan variasi persentase serat 0%; 0,25%; 0,5%; 0,75%, dan 1%. berjumlah 3 buah per sampel, dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan 3.2. Pengujian dilakukan setelah beton ringan berumur 28 hari, dengan menggunakan alat UTM (Ultimate Testing Machine) di Laboratorium, data yang digunakan yaitu analisis statistik menggunakan program Microsoft Excel. Data

hasil pengujian tersebut nantinya dapat diambil kesimpulan seberapa besar

pengaruh penambahan serat polypropylene pada beton ringan berteknologi gas terhadap kuat tekan, kuat tarik belah, dan modulus elastisitas.

Tabel 3.1. Jumlah dan Kode Benda Uji Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas

NO Kadar Serat Polypropylene Kode Benda Uji Jumlah Benda Uji

1 0% KTME PP-0 3

2 0,25% KTME PP-0,25 3

3 0,50% KTME PP-0,5 3

4 0,75% KTME PP-0,75 3

(2)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 3.2. Jumlah dan Kode Benda Uji Kuat Tarik Belah

NO Kadar Serat Polypropylene Kode Benda Uji Jumlah Benda Uji

1 0% KTB PP-0 3 2 0,25% KTB PP-0,25 3 3 0,50% KTB PP-0,5 3 4 0,75% KTB PP-0,75 3 5 1,00% KTB PP-1 3 3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini meliputi : a. Tahap I

Pada tahap pertama ini dilakukan persiapan berdasarkan data hasil studi, studi literatur. Persiapan meliputi bahan maupun peralatan yang akan digunakan dalam pembuatan benda uji.

b. Tahap II

Disebut tahapan uji bahan. Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap agregat halus yang meliputi uji kadar lumpur, uji kadar organik, uji specific

gravity, dan uji gradasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan

karakteristik bahan tersebut. Dalam tahapan ini juga dilakukan proses

foaming mixture yaitu Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara

dalam adukan semen. Dengan demikian akan terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Dalam penelitian disini surfaktan yang digunakan adalah

Alumunium Pasta

c. Tahap III

Disebut tahapan pembuatan benda uji. dilakukan pekerjaan sebagai berikut : 1) Pembuatan adukan beton ringan.

(3)

commit to user

d. Tahap IV

Pada tahapan ini dilakukan perawatan terhadap benda uji yang telah dibuat pada tahap III. Perawatan beton umur 28 hari dilakukan dengan cara merendam benda uji dalam air pada hari kedua selama 21 hari, kemudian beton ringan dikeluarkan dari air dan diangin-anginkan sampai benda uji berumur 28 hari, pengujian beton ringan pada umur ke-28 hari untuk uji kuat tekan, kuat tarik belah, dam modulus elastisitas.

e. Tahap V

Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, dan modulus elastisitas. Pengujian dilakukan pada benda uji silinder diameter 10 cm dan tinggi 20 cm setelah beton berumur 28 hari.

f. Tahap VI

Disebut tahapan analisa data. Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil pengujian dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan hubungan antara variable-variabel yang diteliti dalam penelitian.

g. Tahap VII

Disebut tahapan pengambilan keputusan. Pada tahap ini, data yang telah dianalisis dibuat suatu kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

Tahapan penelitian ini dapat dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir pada Gambar 3.1. sebagai berikut :

(4)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

32 Tidak Ya Tahap Penelitian Awal Tahap I Tahap III Tahap II

Pembuatan Adukan Beton

Pembuatan benda Memenuhi Uji Material

Ya

Tidak

Lanjut

Fly ash

Mulai

Trial Mix Desind Beton

Persiapan

Semen polipropylene Agregat

halus

Alumunium Pasta Air

Uji Bahan

- Kadar Lumpur

- Kadar Organik

- Spesific Gravity

- Berat jenis

Berat Jenis Beton gas

(5)

commit to user

Gambar 3.1. Bagan Alir Tahap – tahap Penelitian

3.3. Alat Uji Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan beton ringan berserat ini antara lain : a. Timbangan dengan kapasitas 2 kg dan 50 kg yang digunakan untuk

menimbang berat bahan campuran beton b. Timbangan digital

c. Ayakan konvensional dengan ukuran 1 mm

d. Ayakan dengan ukuran diameter saringan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,85 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; pan dan mesin penggetar ayakan (vibrator) yang digunakan untuk pengujian gradasi agregat halus

e. Oven dengan temperature 150 °C

f. Conical Mould untuk mengukur keadaan SSD agregat halus Perawatan (Curing) Pengujian Analisa Data Kesimpulan Selesai Tahap IV Tahap VI Tahap V Tahap VII Lanjut

(6)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

34

g. Cetakan benda uji berupa silinder beton dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm

h. Pengaduk untuk mengaduk pasta Alumunium dengan campuran beton i. Kolam curing benda uji

j. Ultimate Testing Machine, Pompa Hidraulik, dan Loading Frame untuk

pengujian kuat tekan beton dan kuat tarik belah beton. k. Alat bantu lain:

1) Gelas ukur 250 ml untuk pengujian kadar lumpur dan kandungan zat organic dalam pasir

2) Gelas ukur 1000 ml untuk menakar air 3) Cetok semen

4) Ember 5) Alat tulis 6) Sekop, dll.

3.4. Bahan Uji Penelitian

Bahan yang digunakan dalam pembuatan beton ringan berserat ini meliputi :

a. Pasir

b. Semen Gresik (PPC)

c. Pasta Alumunium

d. Serat Polypropylene

e. Air

3.5. Prosedur Pembuatan Benda Uji

a. Semen, Pasir dan air di campur dengan bor tangan untuk menghasilkan campuran mortar. Pemakaian Faktor Air Semen ( FAS ) adalah 0,35 , semen yang digunakan semen PPC.

b. Menambahkan serat kedalam campuran mortar dan diaduk kembali sampai merata dengan menggunakan bor tangan.

(7)

commit to user

c. Sementara itu serbuk aluminium dicampur rata dengan air hingga membentuk Pasta Alumunium.

d. Setelah serat dan mortar telah tercampur lalu tambahkan Alumunium pasta kedalam campuran mortar dan Serat, diaduk kembali sampai merata dengan menggunakan bor tangan.

e. Serat yang digunakan adalah polypropylene dengan kadar serat 0%, 0,25%, 0,5% ,0,75 % dan 1% dari volume beton dikali berat jenis serat.

f. Campuran beton gas berserat dimasukan cetakan benda uji silinder diameter

10 cm, dan tinggi 20 cm.

Prosedur pembuatan beton ringan Gas berserat polypropylene ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Prosedur Pembuatan Beton Ringan Gas Berserat

3.6. Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Dasar

Pengujian bahan dasar untuk pembuatan beton digunakan untuk mengetahui kelayakan karakteristik bahan penyusun beton yang nantinya dipakai dalam mix design. Pengujian ini dilakukan terhadap agregat halus. Pengujian dilakukan dengan standar ASTM & SK SNI, sedangkan air yang digunakan dalam adukan beton sesuai dengan standar air dalam PBI 1971 pasal 3.6.

Fly ash Fly Ash Pasir Semen Serbuk Alumunium Air Air Diaduk Diaduk Diaduk Alumunium Pasta Serat Lighweight gas fiber concrete (LGFC)

(8)

36

3.6.1. Standar Pengujian Agregat Halus

Pengujian agregat halus dilakukan berdasarkan ASTM dan disesuaikan dengan spesifikasi bahan menurut ASTM. Standar pengujian agregat halus adalah sebgai berikut :

a. ASTM C-23 :Standar penelitian pengujian berat isi agregat halus.

b. ASTM C-40 :Standar penelitian untuk tes kotoran organik dalam agregat

halus.

c. ASTM C-117 :Standar penelitian untuk agregat lolos saringan no. 200

dengan pencucian.

d. ASTM C-128 :Standar penelitian untuk menentukan spesific gravity

agregat halus.

e. ASTM C-136 :Standar penelitian untuk analisis saringan agregat halus.

3.6.2. Pengujian Agregat Halus

3.6.2.1. Pengujian Kadar Lumpur dalam Agregat Halus

Pasir adalah salah satu bahan dasar beton yaitu sebagai agregat halus. Pasir yang digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya adalah pasir harus bersih. Pasir bersih yaitu pasir yang tidak mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. Lumpur adalah bagian dari pasir yang lolos dari ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci terlebih dahulu. Syarat-syarat agregat halus harus sesuai dengan PBI NI-2, 1971.

Kadar lumpur pasir dihitung dengan Persamaan 3.1.

Kadar lumpur = 100% 1 1 0 x G G G − ...(3.1) dengan :

G0 = berat pasir awal (100 gram)

(9)

3.6.2.2. Pemeriksaan Kadar Zat Organik dalam Agregat Halus

Pasir biasanya diambil dari sungai maka kemungkinan kotor sangat besar, misalnya bercampur dengan lumpur maupun zat organik lainnya. Pasir sebagai agregat halus dalam adukan beton tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak karena akan mengakibatkan penurunan kekuatan beton yang dihasilkan. Kandungan zat organik ini dapat dilihat dari percobaan warna dari Abrams Harder dengan menggunakan larutan NaOH 3% sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI NI-2, 1971).

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar zat organik dalam pasir, adapun kadar zat organik dalam pasir ditunjukkan oleh perubahan warna setelah pasir diberi NaOH 3%. Penurunan kekuatan dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kadar Zat Organik terhadap Presentase Penurunan Kekuatan Beton Warna Penurunan Kekuatan (%)

Jernih 0 Kuning Muda 0 – 10 Kuning Tua 10 – 20 Kuning Kemerahan 20 – 30 Coklat Kemerahan 30 – 50 Coklat Tua 50 –100

(Sumber: Tabel Prof. Ir. Rooseno, 1995)

3.6.2.3. Pengujian Specific Gravity Agregat Halus

Mengetahui sifat-sifat bahan bangunan yang dipakai dalam suatu pekerjaan struktur adalah sangat penting, karena dari sifat-sifat tersebut dapat ditentukan langkah-langkah yang tepat untuk mengerjakan bangunan tersebut. Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam merencanakan campuran adukan beton, karena dengan mengetahui variabel tersebut dapat dihitung volume pasir yang diperlukan.

(10)

38

a. Bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering dengan volume pasir total.

b. Bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat pasir jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.

c. Apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir kering dengan volume butir pasir.

d. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat pasir kering.

Nilai-nilai yang ingin diketahui di atas dihitung dengan Persamaan 3.2 – 3.5.

Bulk spesific gravity =

C

B

A

+

500

...(3.2)

Bulk spesific gravity SSD =

C

B

+

500

500

...(3.3)

Apparent spesific gravity =

C

A

B

A

+

...(3.4) Absorption =

500

x

100

%

A

A

...(3.5) dengan :

A = berat pasir kering oven (gram)

B = berat Volumetric Flask berisi air (gram)

C = berat Volumetric Flask berisi pasir dan air (gram)

500 = berat pasir dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)

3.6.2.4. Pengujian Gradasi Agregat Halus

Gradasi dan keseragaman diameter pasir sebagai agregat halus lebih diperhitungkan daripada agregat kasar, karena sangat menentukan sifat pengerjaan dan sifat kohesi campuran adukan beton. Pasir sangat menentukan pemakaian semen dalam pembuatan beton. Menurut ASTM agregat halus yang baik adalah mempunyai gradasi butiran sesuai Tabel 3.4.

(11)

Tabel 3.4. Syarat Persentase Berat Lolos Standar ASTM Diameter Ayakan

(mm)

Berat Lolos Sesuai Standar ASTM (%) 9,5 4,75 2,36 1,18 0,60 0,30 0,15 0 100 90 - 100 75 - 100 55 - 90 35 - 59 8 - 30 0 - 10 0

Modulus kehalusan pasir dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.6.

Modulus kehalusan pasir =

e

d

...(3.6) dengan :

d = ∑ persentase kumulatif berat pasir yang tertinggal selain dalam pan e = ∑ persentase berat pasir yang tertinggal

3.7. Pembuatan Benda Uji

Pada penelitian ini dibuat 30 buah benda uji berbentuk silinder dengan menggunakan cetakan silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Langkah-langkah pembuatan benda uji:

a. Siapkan dan tibang bahan-bahan campuran adukan beton sesuai dengan mix

design.

b. Campur bahan-bahan tersebut dan mengaduknya sampai campuran homogen dengan cara bahan dimasukkan ke dalam alat adukan secara berurutan. Mulai dari agregat halus, semen, Alumunium Pasta, air, dan serat polypropylene. Kemudian diaduk dengan menggunakan bor mixer.

c. Setelah adukan homogen, tuangkan adukan beton ke dalam cetakan silinder diameter 10 cm dan tinggi 20 cm hingga penuh sambil dipadatkan.

(12)

40

d. Setelah cetakan penuh dan padat, permukaannya diratakan dan diberi kode benda uji di atasnya, kemudian diamkan selama 24 jam.

e. Setelah 24 jam cetakan dibuka dan dilakukan curing dalam air selama 21 hari, kemudian di angin-anginkan supaya benda uji menjadi kering sampai umur beton mencapai 28 hari.

3.8. Perawatan Benda Uji

Perawatan dilakukan dengan cara merendam benda uji ke dalam air dengan tujuan agar air yang terdapat di dalam beton tidak menguap dengan cepat, sehingga beton mengalami proses hidrasi yang baik. Dengan demikian mutu beton yang terjadi dapat sesuai dengan mutu yang direncanakan. Benda uji direndam dalam air selama 21 hari kemudian di angin-anginkan supaya kering dan dilakukan pengujian pada umur beton 28 hari.

3.9. Pengujian Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan beton pada penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 10 cm dan tinggi 20 cm yang telah berumur 28 hari dengan memberikan tekanan pada benda uji hingga runtuh.

Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut: a. Dimensi benda uji diukur terlebih dahulu.

b. Benda uji ditimbang kemudian diberi tanda / label.

c. Benda uji diletakkan pada ruang penekan Ultimate Testing Machine

d. Jarum penunjuk diputar tepat pada posisi nol, kemudian mesin pengujian tekan dihidupkan.

e. Setiap perubahan/pergerakan diamati pada jarum pengukurnya.

f. Bila jarum sudah tidak bergerak lagi maka mesin dimatikan, dengan kata lain beton sudah hancur.

g. Selanjutnya angka pada jarum ukur yang merupakan besarnya beban tekan beton dibaca dan dicatat.

(13)

Cara pengujian kuat tekan secara jelasnya bisa dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Cara Pengujian Kuat Tekan Beton

h. Besarnya kuat tekan beton dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.1.

f’c = ……… (2.1)

dimana, f’c = kuat tekan beton yang didapat dari benda uji (MPa)

P = beban tekan maksimum (N)

A = Luas permukaan benda uji (mm2)

3.10. Pengujian Kuat Tarik Belah

Alat yang digunakan untuk pengujian ini adalah Ultimate Testing Machine (UTM) yang berkapasitas 200 ton. Perekaman data yang didapat adalah data beban. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder 10 cm x 20 cm.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui daktilitas pada beton. Benda uji diletakkan pada posisi horisontal diantara dua plat landasan mesin uji tekan. Apabila beban diberikan sepanjang sumbu, maka elemen pada diameter vertikal akan mengalami tegangan tekan vertikal dan tegangan tarik horizontal. Kuat tarik belah dianalisis mengikuti Persamaan 2.2.

20 cm

10 cm

P = Gaya Desak

Beton Silinder 10x20cm

(14)

42

...……… (2.2)

dimana, T = Kuat tarik belah (MPa)

P = Beban maksimum yang terjadi (N)

l = Panjang benda uji (mm)

d = Diameter benda uji (mm)

Cara pengujian kuat tarik belah beton ringan Gas dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Cara Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

3.11. Pengujian Modulus Elastisitas

Pengujian dilakukan setelah benda uji mencapai umur 28 hari. Adapun Langkah-langkah pengujiannya :

a. Benda uji yang telah mencapai umur 28 hari dipersiapkan.

b. Benda uji ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan data berat silinder beton dalam keadaan kering.

c. Dimensi benda uji diukur menggunakan kaliper.

d. Benda uji diletakkan pada mesin uji modulus elastisitas yang dipasang secara vertikal untuk uji elastisitas dengan cara peletakan secara simetris.

e. Jarum compressometer dan extensometer dipasang dan diatur pada posisi nol arah longitudinal pada mesin uji tekan.

= Gaya Desak

Beton Silinder 10x20cm

(15)

f. Pengujian dilakukan dengan beban pada kecepatan yang konstan, yaitu setiap penambahan 500 Kg.

g. Pengambilan data dengan cara mencatat besarnya perubahan panjang (Δl) untuk setiap penambahan tekanan sebesar 500 Kg yang dapat dibaca dari jarum

compressometer dan extensometer.

Cara pengujian modulus elastisitas dapat dilihat pada Gambar 3.4.

P Dial Gauge Aksial Dial Gauge Lateral Ring

Gambar 3.4. Cara Pengujian Modulus Elastisitas

Regangan (ε) yang terjadi dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.3.

 =

×

0

.

0254

L

L

... (2.3)

dimana,

L

= penurunan arah longitudinal

L

= tinggi beton relatif (jarak antara dua strain

gauge) (mm)

0.0254 = konversi satuan dial ( mm).

Modulus elastisitas chord (E ) dihitung menggunakan Persamaan 2.6.C

C E =

00005

,

0

2 1 2

S

S

...(2.6)

dimana, S2 = tegangan sebesar 0,4 fc'

S1 = tegangan yang bersesuaian dengan regangan arah

longitudinal sebesar 0, 00005

2

= regangan longitudinal akibat tegangan S2

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah dan Kode Benda Uji Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas NO Kadar Serat Polypropylene Kode Benda Uji Jumlah Benda Uji
Tabel 3.2. Jumlah dan Kode Benda Uji Kuat Tarik Belah
Gambar 3.1. Bagan Alir Tahap – tahap Penelitian
Gambar 3.2. Prosedur Pembuatan Beton Ringan Gas Berserat
+5

Referensi

Dokumen terkait

a) Akuifer dengan aliran air melalui ruang antar butir, terdapat pada daerah yang tersusun oleh kelompok batuan sedimen lepas atau setengah padu. b) Akuifer dengan aliran air

Sesuai dengan pernyataan informan utama dan triangulasi mengenai pertanyaan apakah setuju apabila kegiatan penemuan melibatkan masyarakat semua informan baik yang berasal

Ditinjau dari segi distribusi pendapatan, masih terlihat adanya ketidakmerataan walaupun masih tergolong rendah (BPS 2004). Data yang lebih rinci mengenai jumlah

Adsorpsi Batubara Peringkat Rendah Termodifikasi Hidrogen Peroksida Terhadap ION Logam Kadmium Dan Besi.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

1892 atas nama Siti Mardiana Pudyo Semedi adalah merupakan Harta Bersama, sehingga akibat hukum yang timbul adalah terhadap harta tersebut baik suami dan istri mempunyai hak

dengan teman ketika saya merasa nyeri. 18 Saya

Model tersebut mengambarkan bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk atau merek sebuah produk tertentu oleh dua hal, yaitu (1) kepercayaan terhadap atribut yang