• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PERALATAN MAKAN DAN MAKANAN JALANAN DI LINGKUNGAN KAMPUS FAKULTAS ILMU

KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Yahya Dwi Astriana1, Ninik Yunitri2

1) Mahasiswa Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jakarata

2) Dosen Pembimbing Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRAK

Berkembang pesatnya dunia kuliner menjadikan jual beli makanan matang dan siap saji, sudah ada sejak beberapa abad lalu (Bhatrice, 2014). Makanan berfungsi sebagai sumber nutrisi, sumber energi, untuk kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan makanan, terutama makanan dengan gizi yang seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri

Escherichia coli pada peralatan makan dan makanan jalanan di lingkungan kampus Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan

deskriptif observasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 sample yang dibagi menjadi

lima peralatan makan dan lima makanan yang berada di lingkungan kampus yang dipilih secara random. Penelitian ini menggunakan data yang di dapat dari hasil pemeriksaan Laboratorium Saraswanti. Hasil penelitian ini diperoleh lima dari peralatan makan tidak ditemukan bakteri

Esherichia coli sedangkan hasil penelitian dari makanan diperoleh dari lima sampel makanan

jalanan terdapat <0,3 Escherichia coli namun tidak melebihi batas ambang maksimum sesuai dengan SNI ISO 7251:2012.

Kata Kunci : Escherichia coli, Peralatan Makan, Makanan.

(2)

PENDAHULUAN

Jual beli makanan matang dan siap saji, sudah ada sejak beberapa abad lalu (Bhatrice, 2014). Dimulai pemahaman sistem yang dikenal dengan istilah barter atau pertukaran barang kebutuhan pokok. Proses menjadi suatu bisnis meskipun dengan benda

sederhana. Apalagi ketika orang mulai menggunakan mata uang untuk alat membeli, sejak itu perdagangan makanan menjadi merebak, mulai dari penjualan di pasar-pasar kecil, disudut-sudut kota tua, di tepi jalan, dan kedai atau lepau kecil (Bartono, 2010). Sejak berabad-abad lalu, sudah terjadi

pemisahan kegiatan pengolahan, yaitu pengolahan sekaligus penjual makanan dari kalangan rakyat kecil dan pengolahan yang mengabdikan makanan olahannya ke para raja dan bangsawan. Perbedaan orientasi di antara mereka cukup jelas yaitu rakyat kecil dengan kemampuan mengolah yang terbatas, orientasinya adalah penjual makanan untuk menyambung hidup. Mereka menjajakan makanan di pasar, kedai, warung roti, warung daging dengan harapan mendapat imbalan sesuai dengan yang mereka jual. Di pihak lain, para juru masak professional yang mengabdi pada elite kerajaan cukup terjamin kehidupannya sehingga orientasi mereka bukan lagi untuk menyambung hidup, untuk mengembangkan inovasi kulinernya dan mengerahkan kreativitasnya sehingga menghasilkan karya-karya yang dapat dinikmati sampai sekarang (Jaya, 2015).

Ketika dunia memasuki abad modern, maka jual beli makanan di Indonesia memasuki babak baru, yaitu di industrikan dengan segala bentuk makanan misalnya dalam bentuk restoran umum yang menjual makanan umum, restoran khusus etnis tertentu, restoran khusus makanan ikan, restoran industri catering dan tak lupa pula makanan yang dijajakan dipinggir jalan atau

biasa disebut pedagang makanan jalanan (Jaya, 2015).

Saat ini industri makanan dan minuman di Indonesia berkembang semakin pesat. Dibanding dengan industri kreatif lainnya, industri makanan dan minuman mendapat peluang yang sangat besar untuk terus bertumbuh. Bahkan pada saat krisis sekalipun, industri ini terbilang mampu bertahan (Widyatama, 2015). Sementara total nilai ekspor makanan dan minuman tahun 2008 silam sebesar USD 2 juta. Tahun 2008 lalu, total omset industri ini hampir mencapai Rp 400 triliun (Apindo, 2009).

Peluang untuk menanamkan investasi pada sektor makanan dan minuman ini sangat menjanjikan, karena pasar masih terbuka lebar dengan jumlah penduduk yang besar pula. “Omset usaha makanan dan minuman akan mencapai Rp 360 triliun sampai akhir tahun 2008,“ ungkap ketua Umum Gabungan Asosiasi Makanan dan Minuman (Gapmmi). Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan. Rata-rata setiap bulannya omset makanan dan minuman mencapai Rp 30 triliun. Perkembangan industri makanan dan minuman di Indonesia cukup baik yaitu mencapai 10 sampai 15

(3)

persen, diantaranya disebabkan adanya pergeseran produk-produk pertanian yang tidak hanya dijual mentah tetapi harus diproses terlebih dahulu untuk dijadikan bahan jadi yang bisa menambah pendapatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor makanan dan minuman pada September 2008 diperkirakan mencapai US$ 1,84 miliar, sedangkan ekspor senilai US$ 2,24 miliar menduduki urutan ketiga dibanding sektor-sektor lainnya (Astari, 2010).

Dari hasil pengamatan yang di amati oleh peneliti terdapat beberapa jajanan pinggir jalan yang banyak di minati oleh masyarakat misalnya ayam goreng penyet, mie ayam, cilok, gado-gado, bubur ayam, dan lain-lain. Namun dari hasil pengamatan makanan dan minuman, perilaku penjual lebih mengutamakan keuntungan daripada kebersihan dan kesehatan terhadap konsumen serta dampak kesehatan bagi para konsumen.

Fenomena pedagang makanan jalanan adalah suatu fenomena sosial. Secara umum terdapat sejumlah ciri yang dapat dilekatkan pada pedagang makanan jalanan, sekalipun dibeberapa tempat ciri-ciri ini mungkin tidak berlaku. Ciri yang dimaksud adalah berusaha dilokasi yang tidak sesuai dengan peruntukannya tidak dibekali izin usaha yang resmi di instansi berwenang memiliki mobilitas tinggi (mudah berpindah-pindah mengikuti akumulasi konsumen) melayani langsung konsumen akhir tingkat kedisiplinan terhadap hukum rendah

cenderung sangat pragmatis dalam memandang hukum.

Sesuai data dari Dinas KUMKMP (Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan), tahun 2014 jumlah Pedagang Makanan Jalanan binaan kurang lebih 6.433, yang tersebar di lima wilayaha Jakarta. Jakarta Pusat terdata 1.984 pedagang, Jakarta Selatan 965, Jakarta Barat 742, Jakarta Timur 2.094 dan Jakarta Utara 1.558.

Meski memiliki peran penting bagi ekonomi perkotaan, namun hingga kini pedagang makanan jalanan masih dianggap penyebab berbagai masalah, baik oleh pemerintah maupun oleh warga masyarakat. Hal itu terjadi karena pedagang makanan jalanan kerap beroperasi di sembarang tempat-tempat strategis tanpa mengindahkan aturan yang ada maupun kepentingan umum. Mereka kadang menjajakan barang dagangan sembarangan tempat contohnya di trotoar-trotoar, taman-taman kota, di jembatan penyebrangan, bahkan hingga bahu jalan. Selain itu, mereka juga dianggap menganggu kelancaran arus lalu lintas, kehadiran pedagang makanan jalanan juga dianggap menganggu kenyamanan warga. Belum lagi kehadirannya kadang mengganggu pemandangan dan menimbulkan kesan kumuh. Akibatnya pedagang makanan jalanan selalu jadi sasaran penertiban tersebut kerap berujung dengan adu fisik antara pedagang dengan petugas Satpol PP (Jaya, 2015).

(4)

Seiring berjalannya waktu makanan jalanan saat ini sangat berbahanya karena mengandung bahan-bahan berbahaya seperti bahan pengawet, pewarna dan pemanis buatan yang akan memicu berbagai penyakit, yang dapat muncul dalam jangka waktu panjang maupun pendek yaitu seperti tifus, gagal ginjal, kanker, dan diare. Namun yang sering terjadi adalah penyakit diare. Diare merupakan masalah global yang menjadi penyebab kematian pada anak nomor dua setelah pneumonia. Berdasarkan data, hampir sembilan juta anak usia di bawah lima tahun meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Kebanyakan orang yang meninggal akibat diare disebabkan oleh dehidrasi berat dan kehilangan cairan. Penyebab utama diare ketika makanan disiapkan atau disimpan dalam kondisi yang tidak higienis. Air dapat mengontaminasi makanan selama pencucian ikan dan seafood dari air yang tercemar juga dapat menyebabkan diare.

Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi makanan dan minuman utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang makanan jalanan mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensial dalam penyebaran penyakit (Depkes RI, 2004).

Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/MenKes/XII/1976. Bab II pasal 2 peraturan ini menyebutkan bahwa makanan yang diproduksi dan diedarkan di wilayah

Indonesia harus memenuhi syarat-syarat keselamatan, kesehatan dan standar mutu, atau persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri KepMenKes No. 942 tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 715/MenKes/SK/V/2003. Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan terhadap faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.

Salah satu kontaminan yang paling sering dijumpai pada makanan adalah bakteri

Coliform, Escherichia coli. Bakteri ini

berasal dari tinja manusia dan hewan, tertular ke dalam makanan karena perilaku penjamah yang tidak higienis, pencucian peralatan yang tidak bersih, kesehatan para pengolah dan penjamah makanan serta penggunaan air pencuci yang mengandung Coliform, Escherichia coli dan Faecal coliform

(Hartono dan Susanto, 2003).

Kemungkinan lain dari pencemaran terhadap makanan yang dapat terjadi yaitu masuknya bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, residu pestisida serta bahan lainnya antara lain debu, tanah, keringat, rambut manusia dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Selain itu, pencemaran makanan dapat terjadi oleh vector seperti tikus, lalat dan lainnya yang membawa mikroorganisme penyakit yang berbahaya bagi tubuh manusia (JKN, 2017).

(5)

Keracunan merupakan hal yang sering terjadi di Indonesia. Keracunan yang disebabkan makanan dan minuman yang ada di Indonesia pun cukup tinggi. Hal ini dibuktikan oleh Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM 2016 bahwasannya jumlah kasus makanan dan minuman di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 976 kasus keracunan makanan dan 1147 keracunan minuman. Menurut data tersebut juga menyebutkan penyebab keracunan diantaranya juga diakibatkan oleh binatang sebanyak 2426 kasus keracunan, keracunan oleh bahan kimia sebanyak 765 kasus dan keracunan oleh pestisida sebanyak 625kasus. Dari data ini bisa dilihat bahwa masalah keracunan perlu segera di kurangi jumlah kasusnya dengan berbagai upaya (BPOM, 2016).

WHO menyebutkan ada 14 bakteri patogen. Namun, yang sering ditemukan dalam kasus keracunan di Indonesia yaitu bakteri

Escherichia coli (E.coli), Salmonella, dan Staphylococcus aureus. Dalam kurun waktu

sepuluh tahun (2005-2010), dilaporkan otoritas keamanan pangan bahwa kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia rata-rata per tahun 124 kasus. Sebagian besar kasus kecarunan bersumber dari makanan olahan jajanan. Berdasarkan laporan masalah keamanan mikrobiologi pada pangan, ditemukan baru beberapa jenis saja (IPB, 2017). Dari tiga bakteri patogen tersebut dapat ditemukan dalam makanan olahan yang bersifat basah dan menyebabkan penyebab diare, mual, tifus, dan keracunan.

Untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri

Escherichia coli pada peralatan makan dan

makanan jalanan di lingkungan kampus

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif observasional. Populasi pada penelitian ini berjumlah 10 orang responden pedagang makanan jalanan dan dengan objek penelitian ini peratalan makanan yg digunakan seperti (sendok dan juga makanan) dengan uji labororatorium untuk melihat jenis jumlah dan karakteristik bakteri.dengan kriteria sendok yg belum digunakan. Sampel pada penelitian ini adalah pedagang yang menjual makanan dipinggir jalan. Adapun besaran sampel pada penelitian ini adalah besarnya sampel di ambil dari 10 sampel (5 peralatan makan (sendok) yang belum digunakan dan 5 (makanan yang akan disajikan) oleh pedangan makanan jalanan.

(6)

HASIL PENELITAN

Tabel 1 Result of Analiysis (Makanan)

No Nama sampel Parameter Unit Result Limit of

Detection Standart Method

1 Kuah Soto Ayam

Escherichia

coli MPN / g <0.3 - <3 E.coli/gram SNI ISO 7251:2012 2 Kuah Bubur

Ayam

Escherichia

coli MPN / g <0,3 - <3 E.coli/gram SNI ISO 7251:2012 3 Kuah Mie Ayam Escherichia

coli MPN / g <0,3 - <3 E.coli/gram SNI ISO 7251:2012 4 Kuah Bakso Escherichia

coli MPN / g <0,3 - <3 E.coli/gram SNI ISO 7251:2012 5 Kuah Cilok Escherichia

coli MPN / g <0,3 - <3 E.coli/gram SNI ISO 7251:2012

Tabel 2 Result of Analiysis (Peralatan Makan)

No Nama sampel Parameter Unit Result Limit of Detection Standart Method 1 Perlatan Makan (Sendok Nasi Goreng) Escherichia coli

/ swab Negative - <3 E.coli/gram SNI ISO 16649-2:2016

Tabel 3 Result of Analiysis (Peralatan Makan)

No Nama Sampel Parameter Unit Result Limit of

Detection Method

Simplo duplo

1 Perlatan Makan (Sendok Bakso)

Escherichia

coli / swab Negative Negative -

SNI ISO 16649-2:2016 2 Perlatan Makan

(Sendok Soto)

Escherichia

coli / swab Negative Negative -

SNI ISO 16649-2:2016 3 Perlatan Makan (Sendok Gado-gado) Escherichia

coli / swab Negative Negative -

SNI ISO 16649-2:2016 4 Perlatan Makan (Sendok Mie Ayam) Escherichia

coli / swab Negative Negative -

SNI ISO 1669-2:2016

(7)

PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa sampel kuah soto ayam negative dengan method SNI ISO 7251:2012 yang artinya layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak mengandung bakteri Escherichia coli. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut pada sampel kuah bubur ayam dan juga kuah bakso juga tidak ditemukan bakteri

Escherichia coli sebagaimana hasil yang

didapat masih memiliki ambang maksimun yang artinya layak untuk dikonsumsi. Hal ini didalam penelitian oleh Rahmani dan Handayani (2015) juga menemukan bahwa pada sampel soto ayam, bubur ayam dan bakso yang di uji di wilayah Jakarta Selatan, kandungan Escherichia coli berada pada <1,0x101 yang bermakna masih layak untuk dikonsumsi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pada prosesnya kuah soto ayam, kuah bakso terus menerus dalam kondisi panas.

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa sampel kuah mie ayam negative dengan method SNI ISO 7251:2012 yang artinya layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak mengandung Esceherichia coli dalam jumlah membahayakan. Menurut peneliti mie ayam yang dijual pedagang dapat dimakan dengan menggunakan kuah mie ayam ataupun tanpa menggunakan kuah mie ayam. Sedangkan penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Rahmani dan Handayani (2015) juga menemukan bahwa pada sampel mie ayam yang diuji diwilayah Jakarta Selatan kandungan Escherichia coli berada pada 2,2 x 105 yang bermakna makanan

tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pedagang tidak memperhatikan kebersihan makanan dalam keadaan panas, dingin ataupun lingkungan pedagang tersebut.

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa sampel kuah cilok negative dengan method SNI ISO 7251:2012 yang artinya layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak mengandung Escherichia coli, menurut peneliti cilok yang dijual pedagang dapat dimakan dengan menggunakan kuah cilok ataupun tanpa menggunakan kuah cilok. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rivaldi Aris (2013) sampel cilok yang diteliti menggunakan parameter uji ALT (Angka Lempeng Total), dengan kondisi seperti ini dapat dinyatakan bahwa semua sampel cilok yang diuji layak untuk dikonsumsi karena hasil uji dari ALT semua sampel tidak melebihi ambang batas.

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa sampel peralatan makan sendok bakso, sendok soto, sendok gado-gado, sendok mie ayam dan sendok nasi goreng dengan result simplo & duplo negative dengan method SNI ISO 16649-2:2016 yang artinya layak untuk dipakai. Berbeda dengan penelitian Febriandhy, (2014) ditemukan hasil 5960 Koloni diperalatan makan (sendok makan, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011, bahwa alat makan tidak boleh mengandung bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.

(8)

Berdasarkan observasi untuk peralatan makan yang dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa makanan yang terdapat dalam peralatan makan sebelum dicuci. Kegiatan ini disebut scraping yaitu memisahkan segala kotoran dan sisa-sisa makanan yang terdapat pada alat yang akan dicuci seperti sendok, garpu, piring, mangkuk, gelas dll (Djajadininggrat, 1989). Peralatan makan adalah segala macam alat yang digunakan untuk mengolah, menyediakan dan menyajikan makanan. Ketentuan peralatan makan yaitu: cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan peralatan memenuhi persyaratan agar selalu dalam keadaan bersih sebelum digunakan, peralatan dalam keadaan baik dan utuh, peralatan makan dan minum tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi nilai ambang batas yang ditentukan, permukaan alat yang kontak langsung dengan makanan tidak ada sudut mati dan halus, peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak mengandung zat beracun. Bagaimana cara pencucian dan penyimpanan peralatan makan, setelah penelitian mengobservasi pedagang makanan mengganti air cuci 3x dalam sehari (saat air terlihat kotor) sumber air didapat dari pedagang air keliling yang bagaimana air dimasukkan ke dalam wadah jerigen lokasi penjualan rata-rata tidak dekat dengan selokan sedangkan pedagang gado-gado dan cilok dekat dengan selokan namun selokan tersebut sudah buntu dan tidak ada genangan air/kering. Saat mencuci peralatan makan pedagang tersebut menggunakan sabun untuk mencuci piring sama hal nya sabun tersebut dipakai mencuci dirumah tangga. Penyimpana peralatan makan diletakkan digerobak dagang, mereka memiliki tempat

khusus untuk meletakkan peralatan tersebut dan menutupnya dengan kain lap yang digunakan untuk mengelap peralatan makan sebelum digunakan.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

Kandungan bakteri Escherichia coli pada makanan jalanan yang di jual di Lingkungan Kampus FIK UMJ, kualitasnya rendah ambang batas baku mutu Badan Standarisasi Nasional dan SNI ISO 7251:2012 yaitu batas maksimum nilai MPN Escherichia coli = <3

E.coli/gram. Pada sepuluh sampel, lima dari

peralatan makan dan lima dari makanan jalanan di Lingkungan Kampus FIK UMJ lima dari peralatan makan tidak ditemukan bakteri Esherichia coli sedangkan hasil penelitian dari makanan diperoleh dari lima sampel makanan jalanan terdapat <0,3 Escherichia coli namun tidak melebihi batas ambang maksimum sesuai dengan SNI ISO 7251:2012.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka penelitian ingin memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Mengedukasi kepada pedagang bagaimana cara memproses makanan secara higienis.

2. Bagi Pedagang

Pedagang diharapkan lebih mempertahankan dan meningkatkan

(9)

dalam pengolahan yang baik dalam segi makanan dan wadah makanan.

3. Bagi Penelitian

Peneliti diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan terutama dalam penelitian bakteri yang di teliti lebih banyak lagi seperti Salmonella, coliform,

campylobacter, norovirus.

4. Bagi Pendidikan

Perlu adanya tindakan pembahasan makanan terkait gizi dan perkembangan mikrobiologi.

DAFTAR PUSTAKA

Adila R, Nurmiati, Agustien A. 2013. Uji Antimikroba Curcuma spp. Terhadap Pertumbuhan Candida albicans,

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Biologi Universitas

Andalas. Vol : 3 No : 1

Anonim, 1996. Panduan Pusat Kajian Makanan Tradisional. Kantor MenPangan - Depdikbud. Jakarta.

Azizah , Nur. 2008. Diakses pada tanggal 02 mei 2018 pukul 21.00 WIB. Dari:http:/www. Jakarta Asma Nur Azizah co.id/google.com.

Bhatrice,2014.https://googleweblight.com/i? u=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Makanan_ siap_saji&hl=id-ID diakses pada tanggal 27 maret 2018.

(BPOM) Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014, Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2004. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta: Ditjen PPM dan PL. Jakarta.

DPN Apindo, Serikat Pekerja di Indonesia – Perspektif Pengusaha, disampaikan dalam “ Forum On Labour Management Cooperations, Jakarta : Latest Trends in Unionism and the Labor Movement in Apo Members Countries, 12 September 2009.

Eddy.https:/www.tipscaraterbaik.com/bahay agejaladampak-bakteri-e-coli-terhadap-kesehatan.html diakses pada tanggal 4 mei 2018.

Harahap, Sofyan Safri. 2013. Analisis Kritis

atas Laporan Keuangan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Harahap, Sofyan Safri. 1996.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2017). Metodologi penelitian keperawatan dan kesehatan. Jakarta: Salemba Jakarta

Hubeis, A.V.S.; S. Guharja,; S. Fardiaz dan Mintarti, 1994. Diseminasi Program Intervensi Pedagang Makanan Jajanan di Dua Kabupaten Jawa Barat. Jurnal Pengembangan dan Penerapan Teknologi. Vol.I, No.3, Oktober 1994.

Hubeis, A.V.S. 1995. Kita Bisa Hidup Tanpa Pesawat, Tapi Tidak Tanpa Makanan. Jurnal Halal. No.07/11/September-Nopember: 29-33.

(10)

[IOM] Institute of Medicine. 2005. Dietary Reference Intake for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A Report of the Panel on Macronutrientas, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes. National Academies Press, Washington, DC.

Jawetz et al. 2001. Mikrobiologi Kedokteran, Buku I, Edisi I, Alih bahasa: Bagian Mikrobiologi. FKU Unair, Salemba Medika. Jakarta. Indonesia.

Juliantina FR. 2008. Manfaat sirih merah (piper crocatum) sebagai agen anti bakterial terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.S

Norajit K, Laohakunjit N, Kerdchoechuen O. 2007. Antibacterial Effect of Five Zingiberaceae Essential Oils.

Molecules. 12:2047-2060.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pendekatan Praktis.

Jakarta: Salemba Medika.

PH., Bartono, Ruffino, Tata Boga Industri, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2010.

Rahmani Nani dan Handayani Handayani (2015) Skripsi Kontaminasi Bakteri

Escherichia coli Pada Makanan dan

Minuman Penjual Jajanan di Lingkungan Pendidikan Muhammadiyah Limau, Jakarta Selatan Tahun 2015. Kesmas. UHAMKA.

Soekarto, S.T., 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. PAU - Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Sugiyono. (2015). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta.

Susanto, T., 1997. Pengaruh Teknologi terhadap Nilai Produk Makanan dalam Perspektif Islam. Makalah Seminar Sehari "Makanan Baik dan Sehat dalam Perspektif Islam". Sie Keputrian SKI-PAM Gizi. Malang.

Wicaksono Aris Rivaldi (2016) Skripsi Identifikasi Bakteri Escherichia coli dan

Shigella sp. Terhadap Jajanan Cilok Pada

Lingkungan SD Negeri di Cirendeu, Pisangan dan Cempaka Putih. Tahun 2016. FK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.

Referensi

Dokumen terkait

Peran ahli waris sebagai nadzhir dan pengelola terdapat dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf pasal 1 ayat 4 menjelaskan bahwa Nadzir dalam konteks ini yaitu ahli

Hal ini dimaksudkan agar benda yang diamati kelihatan sangat besar dan mikroskop dapat dibuat lebih praktis (lebih pendek).. Hal ini menyebabkan bayangan yang terbentuk

Akurasi waktu penyinaran pesawat sinar-X tersebut memiliki penyimpangan terbesar pada titik 100 ms sebesar 1 % sedangkan nilai lolos uji yaitu &lt;10 % berarti

Terkait dengan konteks lokal Madura, kajian kekuasaan elite ekonomi difokuskan pada para pedagang tembakau yang terdiri dari tauke, juragan dan bandol,

Untuk mengetahui hasil belajar matematika tanpa pemberian evaluasi formatif pada siswa kelas II MI Bustanul Ulum Badas Sumobito Jombang tahun pelajaran

Materijalno-operativno gledište zaštite odnosi se na poznavanje svojstava materijala, prepoznavanje vrste i uzroka/uzročnika oštećenja, primjenu preventivnih i

Menimbang, bahwa berdasarkan relaas Panggilan untuk Tergugat dimana Jurusita Pengganti Pengadilan Agama Pangkalpinang telah memanggil Tergugat secara resmi dan

secara horizontal, lalu Jack diletakkan searah dengan normal sentrisnya. Kemudian tempatkan alat berupa dial yang berhubung dengan jarum pengukur yang dapat