• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli Strain EHEC pada Produk Susu Impor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli Strain EHEC pada Produk Susu Impor"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EVA MEYDINA RAKHMAH. Isolation and Identification of Escherichia coli Bacteria EHEC Strains in Imported Milk Product. Under direction of RAHMAT HIDAYAT and ARUM KUSNILA DEWI.

A research was conducted to isolate and identify Escherichia coli bacteria in imported milk products. Although the products were reheated in a high temperature, milk products were prone to contamination during manufacturing and packaging process. Contamination in milk product can reduce milk quality and enable to endanger the health of consumer. The amount of 114 samples of Import milk products were tested in Laboratory of Bacteriology, Division of Medical Microbiology, Departement of Animal Disease and Veterinary Health, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University. A number of 3.51% samples were agglumerated skimed milk powder, butter 9.65%, cream 10.53%, deminal 6.14%, skim milk powder 28.07%, Whey powder 24.56%, youghurt 10.53%, and other skim milk product 7.02%.All samples tested showed negative result or it makes point that there is no pathogenic E. coli.

(2)

RINGKASAN

EVA MEYDINA RAKHMAH. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli Strain EHEC pada Produk Susu Impor. Dibimbing oleh RAHMAT HIDAYAT dan ARUM KUSNILA DEWI.

Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Escherichia coli pada produk susu impor. Meskipun menggunakan pemanasan yang cukup tinggi, tidak menutup kemungkinan terjadinya pencemaran pada susu bubuk pada saat proses pengolahan dan pengemasan susu. Pencemaran pada produk susu dapat menurunkan kualitas susu dan memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan pada konsumen. Sebanyak 114 sampel produk susu impor diuji di Laboratorium Bakteriologi, Bagian Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Sebanyak 3.51% dari sampel susu berjenis agglumerated skimedmilk powder, jenis butter 9.65%, cream 10.53%, deminal 6.14%, skim milk powder 28.07%, whey powder 24.56%, youghurt 10.53%, dan susu bubuk selain kelompok di atas sebanyak 7.02%. Semua sampel yang telah diuji, menunjukkan hasil negatif atau tidak ditemukan adanya mikroba patogen E. coli.

(3)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli STRAIN EHEC

PADA PRODUK SUSU IMPOR

EVA MEYDINA RAKHMAH

B04080088

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia Coli Strain EHEC pada Produk Susu Impor

adalah karya saya sendiri dengan arahan Dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Eva Meydina Rakhmah

(5)

ABSTRACT

EVA MEYDINA RAKHMAH. Isolation and Identification of Escherichia coli Bacteria EHEC Strains in Imported Milk Product. Under direction of RAHMAT HIDAYAT and ARUM KUSNILA DEWI.

A research was conducted to isolate and identify Escherichia coli bacteria in imported milk products. Although the products were reheated in a high temperature, milk products were prone to contamination during manufacturing and packaging process. Contamination in milk product can reduce milk quality and enable to endanger the health of consumer. The amount of 114 samples of Import milk products were tested in Laboratory of Bacteriology, Division of Medical Microbiology, Departement of Animal Disease and Veterinary Health, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University. A number of 3.51% samples were agglumerated skimed milk powder, butter 9.65%, cream 10.53%, deminal 6.14%, skim milk powder 28.07%, Whey powder 24.56%, youghurt 10.53%, and other skim milk product 7.02%.All samples tested showed negative result or it makes point that there is no pathogenic E. coli.

(6)

RINGKASAN

EVA MEYDINA RAKHMAH. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli Strain EHEC pada Produk Susu Impor. Dibimbing oleh RAHMAT HIDAYAT dan ARUM KUSNILA DEWI.

Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Escherichia coli pada produk susu impor. Meskipun menggunakan pemanasan yang cukup tinggi, tidak menutup kemungkinan terjadinya pencemaran pada susu bubuk pada saat proses pengolahan dan pengemasan susu. Pencemaran pada produk susu dapat menurunkan kualitas susu dan memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan pada konsumen. Sebanyak 114 sampel produk susu impor diuji di Laboratorium Bakteriologi, Bagian Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Sebanyak 3.51% dari sampel susu berjenis agglumerated skimedmilk powder, jenis butter 9.65%, cream 10.53%, deminal 6.14%, skim milk powder 28.07%, whey powder 24.56%, youghurt 10.53%, dan susu bubuk selain kelompok di atas sebanyak 7.02%. Semua sampel yang telah diuji, menunjukkan hasil negatif atau tidak ditemukan adanya mikroba patogen E. coli.

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli STRAIN EHEC

PADA PRODUK SUSU IMPOR

EVA MEYDINA RAKHMAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli Strain EHEC pada Produk Susu Impor

Nama : Eva Meydina Rakhmah

NIM : B04080088

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Drh. Rahmat Hidayat M.Si. Drh. Arum Kusnila Dewi M.Si NIP. 19790813 200501 1 001 NIP. 19770605 200312 2 001

Mengesahkan, Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Drh. Agus Setiyono, MS. Ph.D, APVet NIP. 19630810 198803 1 004

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan IPB. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2011 ini ialah Escherichia coli Strain EHEC, dengan judul Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli Strain EHEC pada Produk Susu Impor.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Drh. Rahmat Hidayat M.Si selaku pembimbing I dan Drh. Arum Kusnila Dewi M.Si selaku pembimbing II atas bimbingannya selama penulis menyusun skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta semua keluarga, dan teman-teman atas segala dukungan doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2012

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lamongan pada tanggal 11 Mei 1990 dari ayah Mochammad Nuh dan ibu Lil Istianah. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar Negeri Jetis VI Lamongan tahun 2002 dan lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lamongan tahun 2005. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan menengah umum di SMU Negeri 1 Lamongan, penulis diterima melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Komposisi kandungan gizi beberapa jenis susu bubuk... 4 2 Syarat mutu susu bubuk... 7 3 Spesifikasi persyaratan mutu batas maksimum cemaran mikroba pada

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Diagram pembuatan susu bubuk dengan metode Spray Drying... 5

2 Struktur bakteri E. coli... 10

3 E. coli yang dikultur pada media selektif Mc Conkey Agar ... 12

4 Media Eosine Methylene Blue Agar... 13

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Frank et al. (2011) pada bulan Mei hingga Juni dilaporkan bahwa telah terjadi outbreak gastroenteritis dan hemolytic uremic syndrome di Jerman oleh shiga toxin yang dihasilkan bakteri Escherichia coli O104:H4. Lebih dari 3000 orang telah terinfeksi dan 40 orang diantaranya meninggal. Kejadian kasus tertinggi pada orang dewasa, terutama wanita. Beberapa negara di Eropa dan Amerika Utara juga telah melaporkan kasus penyakit ini terutama terjadi pada warga yang baru saja melakukan perjalanan ke Jerman. Infeksi bakteri ini diduga berasal dari sayuran dan buah-buahan segar yang dikonsumsi tanpa proses pemasakan terlebih dahulu (Rohde et al. 2011).

Susu merupakan sumber pangan yang sempurna karena di dalam susu terdapat banyak kandungan nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan nutrien pada susu menjadikan susu sebagai bahan pangan yang sangat disukai oleh bakteri untuk tumbuh (Fardiaz 1989). Tumbuhnya bakteri atau mikroorganisme pada susu dapat menyebabkan kerusakan struktur dan komposisi susu tersebut. Oleh karena itu, daya simpan susu cair menjadi terbatas, yaitu 14 hari untuk susu cair pasteurisasi dan enam hingga sepuluh bulan untuk susu UHT dalam lemari es.

Susu bubuk merupakan produk hasil pengolahan susu yang telah dikurangi kadar airnya pada susu cair. Susu bubuk memiliki daya penyimpanan yang relatif lebih lama karena kandungan air yang sedikit sehingga mikroorganisme sukar berkembang pada susu bubuk. Masyarakat Indonesia cenderung memilih mengonsumsi susu bubuk karena lebih praktis dalam proses penyajiannya dan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya lebih lengkap. Selain itu susu bubuk lebih terjamin kualitasnya apabila produk susu tersebut harus didistribusikan ke tempat yang jauh .

(17)

terjadi pada saat proses pengolahan dan pengemasan susu. Pencemaran pada susu bubuk dapat menurunkan kualitas susu dan memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan pada konsumen (Sudarwanto dan Lukman 1993). Pencemaran pada susu bubuk dapat terjadi setelah proses pemanasan dan pada saat pengemasan. Peralatan dan cara pengemasan yang tidak steril memungkinkan produk susu bubuk tercemar oleh bakteri patogen. Faktor lain yang dapat menimbulkan kontaminasi pada susu adalah faktor kelalaian manusia, seperti proses pembuatan susu yang tidak higienis.

Tujuan

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kualitatif dan kuantitatif mikrobiologi produk susu impor yang dilalulintaskan melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok Jakarta terhadap E. coli strain EHEC.

Manfaat

(18)

TINJAUAN PUSTAKA Susu

Susu adalah sekresi yang dihasilkan mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak dilahirkan (Lukman et al. 2009). Menurut SNI 01-3141-2011 definisi susu dibagi menjadi dua, yaitu susu murni dan susu segar. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih diperoleh dari cara pemerahan

yang benar, yang kandungan alamiahnya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu murni yang tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.

Susu disebut sebagai bahan makanan yang sempurna, memiliki nilai gizi yang tinggi dan lengkap. Kandungan gizi dalam susu sangat ideal, mudah dicerna serta diserap oleh darah dengan sempurna. Di dalam susu terkandung karbohidrat (laktosa) yang berfungsi sebagai bahan pembakar pada proses metabolisme dan digunakan dalam perkembangan sel otak. Lemak susu yang terdiri dari asam lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Keistimewaan lemak susu adalah tidak membentuk lemak cadangan, melainkan berfungsi sebaai lemak fisiologis. Protein dalam susu mengandung 11 asam amino esensial yang jarang ditemukan dalam makanan asal padi-padian (cereal grains). Kalsium dan vitamin D pada susu sangat penting untuk diet makanan manusia terutama wanita setelah masa menopause. Kasus osteoporosis lebih banyak diderita oleh wanita yang sudah lanjut usia. Susu diperkirakan dapat mensuplai sekitar 725 mg kebutuhan kalsium untuk manusia. Kandungan vitamin dan mineral yang terkandung pada susu berfungsi sebagai bahan pembantu pada proses katabiose dan anabiose metabolisme (Lukman et al. 2009).

Salah satu produk susu yang beredar di pasaran adalah susu bubuk. Pembuatan susu bubuk merupakan salah satu upaya untuk mengawetkan susu

(19)

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan susu bubuk adalah susu segar. Sumber utama susu segar pada umumnya diperoleh dari peternak sapi perah melalui perkumpulan koperasi. Persyaratan susu segar yang baik yang dapat diterima oleh industri pengolahan susu yang memiliki kandungan air 87.25% dan total solid 12.75% dari kandungan total solid pada susu segar yang terdiri dari lemak, protein, laktosa, dan abu (Insani et al. 2006).

Bahan baku pendukung atau tambahan yang digunakan susu skim adalah gula, lemak susu, air, minyak nabati, dan vitamin. Susu skim adalah susu sapi yang tidak larut dalam lemak. Penambahan gula berfungsi sebagai pemanis dan pengawet karena mikroorganisme tidak akan tumbuh pada larutan gula yang memiliki tekanan osmosis tinggi. Air yang digunakan memiliki persyaratan tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung bakteri (jumlah dan jenis) yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Minyak nabati berfungsi untuk menggantikan lemak dalam susu yang dapat menurunkan kolesterol (Insani

et al. 2006). Minyak nabati banyak mengandung vitamin E (tocopherol dan

tocotrienol) yang berfungsi sebagai antioksidan.

Kandungan gizi yang terdapat dalam susu bubuk berupa protein, glukosida, lipid, garam-garam mineral, dan vitamin. Kandungan gizi ini dibutuhkan dalam pertumbuhan dan pertambahan jumlah sel anak-anak dan mamalia muda lainnya. Dikarenakan kandungan gizi yang lengkap, mikroorganisme juga menggunakan susu sebagai bahan yang ideal untuk pertumbuhannya (Buckle et al. 1987). Menurut Sudarwanto dan Lukman (1993), komposisi kandungan gizi dari berbagai jenis susu bubuk dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kandungan gizi beberapa jenis susu bubuk

(20)

Proses pembuatan susu bubuk melalui tahap pemanasan pendahuluan dan pengeringan. Pemanasan pendahuluan bertujuan untuk menguapkan air sehingga tinggal sekitar 45–50%. Pemanasan pendahuluan menggunakan temperatur antara 65–170°C, tergantung jenis susu bubuk yang akan dibuat. Susu bubuk penuh menggunakan suhu yang rendah dibanding susu bubuk skim. Setelah pemanasan dengan hasil susu kental, susu kemudian dikeringan. Tipe pengeringan ada dua macam, yaitu pengeringan tipe silindris (drum dryer) dan tipe semprotan (spray dryer) (Suharyanto 2009).

Gambar 1. Diagram pembuatan susu bubuk dengan metode Spray Drying

Sumber : www.malvern.com

Pada pengeringan dengan tipe silindris, alat yang digunakan adalah dua silindris yang tertutup dan di dalamnya dialiri uap panas 90–150oC. Kedua silindris ini dalam posisi sejajar dan berdekatan yang saling berputar. Susu yang sudah melalui proses pemanasan pendahuluan (susu kental) dialirkan pada permukaan silindris dan kemudian susu akan mengering di permukaan silindris. Susu yang kering kemudian dibersihkan/dikelupas dengan pisau. Lamanya pengeringan ini adalah 6–30 detik. Bubuk yang diperoleh pada cara ini bersifat kasar tetapi tidak banyak kehilangan daya larutnya (Suharyanto 2009).

(21)

Menurut Oliveira et al. (2000) proses pembuatan susu bubuk melalui beberapa

tahap yaitu :

a. Perlakuan pasteurisasi dengan suhu 90 o

C selama 8 detik atau 108 o

C selama 2

detik.

b. Penguapan air dengan perlakuan pemanasan akan menghasilkan 48% padatan.

c. Proses penyemprotan kering (spray drying), susu disemprot dengan udara kering

melalui lubang pada suhu 270 o

C.

Menurut SNI nomor 1-2970-2006 susu bubuk adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mengurangi sebagian besar air melalui proses pengeringan susu segar dan atau susu rekombinasi yang telah dipasteurisasi dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral, dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Susu bubuk meliputi susu bubuk berlemak, rendah lemak, dan tanpa lemak.

Susu bubuk berlemak merupakan susu bubuk yang pada saat proses pembuatannya tidak mengambil atau mengurangi kadar lemak susu tersebut. Susu bubuk kurang lemak merupakan susu bubuk yang telah dikurangi sebagian lemaknya pada saat proses produksi, sedangkan susu bubuk bebas lemak adalah susu bubuk yang telah diambil lemaknya pada saat proses produksi (SNI No. 1-2970-2006).

(22)

Tabel 2. Syarat mutu susu bubuk

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Susu bubuk

Untuk menghadapi tantangan pasar global maka Indonesia harus mampu menghasilkan produk pangan hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Keamanan pangan (food safety) merupakan tuntutan utama konsumen. Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu makin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran akan gizi, dan perbaikan pendidikan masyarakat (Djafar dan Rahayu 2007).

Kasus keracunan makanan selama tahun 2003-2005 yang diberitakan oleh

(23)

Seperti dijelaskan sebelumnya, susu merupakan bahan makanan yang sempurna dan memiliki nilai gizi yang tinggi dan lengkap. Kondisi tersebut juga sangat cocok dan disukai mikroorganisme patogen maupun apatogen untuk berkembang. Akibatnya apabila yang mengontaminasi susu adalah mikroorganisme patogen, maka susu dan hasil olahnnya dapat menjadi sumber penularan peyakit (food borne zoonosis). Sebaliknya apabila yang mengontaminasi susu adalah mikroorganisme yang tidak patogen, maka susu dan hasil olahannya menjadi cepat rusak, bau, tengik, dan kualitas susu menurun.

Kualitatif dan kuantitatif mikrobiologi susu dipengaruhi oleh mikroorganisme awal, kondisi pengolahan, dan pencemaran setelah pengolahan. Jumlah dan jenis mikroorganisme dipengaruhi faktor–faktor seperti :

a. Lingkungan umum tempat bahan pangan tersebut diperoleh. b. Kualitas mikrobiologik bahan baku/segar.

c. Kondisi sanitasi tempat penanganan dan pengolahan.

d. Kondisi pengemasan, penanganan, dan penyimpanan bahan pangan serta produk olahannya.

Susu dikatakan berkualitas tinggi apabila jumlah mikroorganisme rendah, bebas dari kuman penyakit juga mempunyai rasa yang sedikit manis dan bau harum yang khas susu (Rahman et al. 1992). Kualitas susu bubuk bergantung dari kualitas susu segar yang digunakan, kondisi sanitasi, dan higiene pada saat penanganan dan proses pengolahan susu bubuk tersebut (Oliveira et al. 2000). Tabel 3. Spesifikasi persyaratan mutu batas maksimum cemaran mikroba pada susu

bubuk

Jenis Cemaran Mikroba Jumlah Maksimum Cemaran Mikroba (cfu/g atau cfu/ml)

Jumlah Total (Total Plate Count) 5 x 104

Coliform 0

Escherichia coli (patogen) (*) 0

Enterococci 1 x 101

Staphylococcus aureus 1 x 101

Clostridium sp 0

Salmonella sp (**) Negatif

Campylobacter sp 0

Listeria sp 0

Keterangan : * : dalam satuan MPN/gram atau ml ** : dalam satuan kualitatif

(24)

Menurut Sherrington dan Gaman (1981), beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah :

a. Suplai Nutrisi

Unsur-unsur dasar nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba adalah karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi, dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber nutrisi dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.

b. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang

berlawanan, yaitu apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan

pertumbuhan cepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme

akan menurun dan pertumbuhan lambat. Selain itu, apabila suhu naik atau turun

secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, komponen sel mikroba menjadi

tidak aktif dan rusak sehingga mikroba menjadi mati.

c. Keasaman atau Kebasaan (pH)

Setiap organisme memiliki kisaran pH dan pH optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 6.6 dan 7.5 (netral). Tidak ada bakteri yang dapat tumbuh pada pH di bawah 3.5.

d. Ketersediaan Oksigen

Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi aerobik, anaerob, anaerob fakultatif, dan mikroaerofilik.

Menurut Suwito 2010, beberapa mikroba yang diketahui banyak mencemari susu di antaranya adalah :

Staphylococcus aureus

(25)

Escherichia coli

E. coli termasuk bakteri berbahaya karena dapat menyebabkan diare. Salah satu syarat susu dalam SNI No. 01-6366-2000 adalah harus negatif cemaran mikrobaE. coli

Salmonella sp.

Salmonella sp. merupakan bakteri berbahaya yang dikeluarkan dari saluran pencernaan hewan dan manusia bersama dengan feses. Salmonella

enteritidis merupakan salah satu serotipe yang sering mengontaminasi susu di samping Salmonella typhimurium (Sarati 1999). Berdasarkan SNI 01-6366-2000, pemeriksaan Salmonella sp. dilakukan secara kualitatif dan harus negatif.

Escherichia coli

Theodor Escherich merupakan orang pertama yang menemukan koloni bakteri coli, yang diisolasi dari feses bayi yang baru lahir. Bakteri tersebut kemudian berganti nama menjadi Escherichia coli, dan selama bertahun-tahun bakteri tersebut hanya dianggap sebagai bakteri komensal usus besar. Pada tahun 1953, ditemukan strain E. coli yang patogen dan menyebabkan wabah diare pada bayi (Todar 2008).

Gambar 2. Struktur bakteri E. coli Sumber : http://healthdefine.com

(26)

Yersinia. Beberapa koloni organisme lain normal berada pada sistem pencernaan manusia, misalnya Escherichia, Enterobacter, dan Klebsiella, namun kadang-kadang bakteri tersebut dikaitkan juga dengan kejadian penyakit pada manusia (Todar 2008).

E. coli mampu berespons terhadap perubahan lingkungan hidupnya, seperti bahan kimia, pH, temperatur, osmolaritas dengan sejumlah cara yang luar biasa mengingat bakteri tersebut adalah organisme uniseluler. Meskipun secara normal berada di saluran pencernaan manusia, E. coli dalam saluran pencernaan manusia ada dalam jumlah yang sangat kecil dari jumlah seluruh bakteri. Namun, kehadiran E. coli di usus manusia dan feses dapat digunakan sebagai indikasi terjadinya kontaminasi pada air, produk peternakan, dan produk pertanian (Todar 2008).

E. coli merupakan penyebab utama pada kasus infeksi bakteri secara umum, termasuk cholecystitis, bakterimia, cholangitis, infeksi saluran kemih, diare, dan infeksi klinis, seperti neonatal meningitis dan radang paru paru (Madappa et al. 2011). Berdasarkan Center of Food Security and Public Health tahun 2009, serotipe E. coli dibagi berdasarkan lipopolisakarida somatik (O), flagelar (H), dan kapsulas (antigen K).Sebagai bakteri penyebab infeksi enterik, E. coli memiliki enam varietas yang berbeda dengan mekanisme infeksi yang berbeda. Enam varietas E. coli tersebut adalah Enterotoxigenic E. coli (ETEC), banyak menyebabkan diare pada turis yang melakukan perjalanan ke negara lain (Travel’s diare). Enteroinvasive E. coli (EIEC), menyebabkan Shigella-like disentri.Enteropathogenic E. coli (EPEC), banyak menyebabkan diare pada anak-anak.Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), menyebabkan gastroenteritis dan hemolytic-uremic syndrome (HUS).Enteroaggregative E. coli (EAggEC), dikaitkan dengan diare persisten pada anak-anak di negara berkembang, dan Enteroadherent E. coli (EAEC) merupakan penyebab diare masa anak-anak dan travel’s diare di Meksiko dan Amerika Utara. Semua strain E. coli ini secara khusus menginvasi usus besar dan menyebabkan diare (Madappa et al. 2011).

(27)

berdasarkan faktor-faktor virulensi khas yang hanya dimiliki bakteri tersebut. Oleh karena itu, analisis pertama untuk patogenik E. coli biasanya dibutuhkan sebelum pengujian untuk penanda virulensi (Todar 2008).

Gambar 3.E. coli yang dikultur pada media selektif Mc Conkey Agar Sumber : http://www.solabia.fr

Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) adalah koloni patogenik E. coli yang dapat menyebabkan diare atau kolitis berdarah pada manusia. Kolitis berdarah kadang-kadang berkembang ke Hemolytic Uremic Sindrome (HUS), penyebab penting dari gagal ginjal akut di anak-anak dan kematian pada orang dewasa. Pada orang dewasa, kasus tingkat kematian HUS dapat setinggi 50%. E. coli O157 (EHEC O157: H7) telah diakui sebagai penyebab sindrom ini sejak 1980-an. Serogroup lain termasuk anggota O26, O91, O103, O104, O111, O113, O117, O118, O121, O128, dan O145 juga dapat menjadi penyebab diare berdarah dan HUS. Beberapa strain mikroorganisme ini biasanya dikelirukan dengan EHEC O157:H7 pada manusia. Meskipun banyak EHEC, tetapi kebanyakan bakteri tersebut menunjukkan gejala yang asimptomatis pada hewan. Beberapa anggota dari serogroup E. coli selain O157 dapat menyebabkan penyakit enterik pada hewan muda. Pada kelinci, EHEC O153 telah dikaitkan dengan penyakit yang menyerupai HUS (Center for Food Security & Public Health 2009).

(28)

Mikroorganisme ini dapat menyebar diantara hewan dengan kontak langsung atau melalui air minum, dalam pakan, padang rumput yang terkontaminasi atau sumber lain di lingkungan. Burung dan lalat merupakan vektor yang potensial dalam penyebaran bakteri tersebut (Center for Food Security & Public Health 2009). Eosine Methylene Blue Agar (EMBA)

Eosin methylene blueagar merupakan media agar yang selektif dan diferensial. Media ini mengandung pewarna eosin dan methylene blue yang menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif. Oleh karena itu, media ini banyak dipilih untuk menumbuhkan bakteri Gram negatif. Media ini juga mengandung karbohidrat laktosa yang dapat digunakan sebagai media diferensiasi bakteri Gram negatif berdasarkan kemampuannya memfermentasikan laktosa (Leininger et al. 2001).

Gambar 4. Media Eosine Methylene Blue Agar Sumber : http://learn.chm.msu.edu

(29)

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Agustus sampai bulan November 2011.

Bahan dan Alat

Bahan

Produk olahan susu impor yang dilalulintaskan melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok Jakarta dan media biakan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar). Alat

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cawan petri, kantong plastik steril, pipet ukuran 1 mL dan 25 mL steril, tabung reaksi, rak tabung reaksi, timbangan, spidol, gelas piala, labu Erlenmeyer, autoklaf, vortex mixer, bunsen, dan tissue.

Metode Penelitian

1. Sampel

Susu impor yang masuk secara resmi melalui pelabuhan Tanjung Priok yang diambil dari setiap shipment negara Eropa. Sebanyak 114 sampel diteliti di Laboratorium Bakteriologi, Bagian Mikrobiologi Medis, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, FKH IPB terhadap cemaran Escherichia coli strain Enterohemorrhagic E. coli(EHEC). Sebanyak ± 500 Gram sampel dibawa dalam kantong plastik tanpa pendingin. Masing-masing sampel dilakukan dua kali pemeriksaan (duplo). Pengujian sampel susu impor dilakukan menggunakan metode pengujian yang mengacu kepada SNI No. 01-2897-2008 tentang cara uji cemaran mikroba.

2. Pemeriksaan kandungan bakteri dengan pengujian TPC (Total plate

count) metode tuang (pour method)

(30)

digoyang-goyangkan hingga homogen. Selanjutnya dilakukan pengenceran kedua (1:100) dengan cara : 1 mL larutan dari pengenceran awal dimasukkan ke dalam 9 mL larutan BPW 0,1%, kemudian larutan dihomogenkan dengan bantuan vortex mixer kecepatan sedang. Selanjutnya dibuat pengenceran 10-3 dan 10-4 dengan cara yang sama.

Setelah dilakukan pengenceran, masing-masing pengenceran dipupuk ke dalam dua cawan petri suci hama (duplo), sebanyak 1 mL. Ke dalam cawan petri ditambahkan 10-15 mL EMBA dengan suhu 44-46o C, lalu dihomogenkan dengan cara memutar cawan membentuk angka delapan dan dibiarkan sampai memadat. Setelah media agar memadat, cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator pada temperatur 35oC selama 24-48 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sebagai total bakteri dan jumlah koloni dihitung antara 25-250.

3. Pengamatan

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Susu bubuk skim digunakan sebagai bahan baku untuk industri pengolahan susu, industri pengolahan roti dan bakeri, industri pengolahan ice cream, sebagai campuran pembuatan cokelat, kopi creamer, dan sop, serta produk olahan susu lainnya.

Pengujian mikrobiologi pada pangan (terutama susu), baik pada bahan baku, selama proses, dan produk akhir dilaksanakan dalam rangka pengawasan keamanan dan mutu pangan. Pengujian mikrobiologi pada pangan (di antaranya adalah susu) bertujuan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme, keberadaan mikroorganisme, jumlah mikroorganisme indikator, jumlah mikroorganisme patogen tertentu, dan keberadaan mikroorganisme patogen tertentu. Pengujian mikrobiologi dapat pula diterapkan untuk mengetahui keadaan (lingkungan) tempat pengolahan/penanganan pangan, yang antara lain meliputi kualitatif mikrobiologi udara, tingkat pencemaran mikroorganisme pada permukaan, dan kualitas mikrobiologi air (Lukman dan Purnawarman 2009).

Salah satu cara menghitung koloni mikroorganisme yang utama adalah dengan metode hitungan cawan aerob (Aerobic Plate Count/APC) atau biasa juga disebut dengan metode Total Plate Count (TPC). Prinsip dari total plate count adalah jika satu sel bakteri ditumbuhkan pada media agar maka akan tumbuh menjadi satu koloni yang tampak dengan mata. Jumlah koloni yang diperoleh dinyatakan dengan colony forming unit (cfu) per gram atau per ml atau luasan tertentu dari contoh (per cm2) (Lukman dan Purnawarman 2009).

Sampel yang diuji pada laboratorium Bakteriologi, Bagian Mikrobiologi Medis, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor sebanyak 114 sampel susu. Sebanyak 3.51% dari sampel susu berjenis agglumerated skimed milk powder, jenis butter 9.65%, cream 10.53%, deminal 6.14%, skim milk powder 28.07%, whey powder 24.56%, youghurt 10.53%, dan susu bubuk selain kelompok diatas sebanyak 7.02%.

(32)

Tabel 4. Hasil pemeriksaan E. coli strain EHEC pada sampel susu impor.

Dari semua sampel yang telah diuji, menunjukkan hasil negatif atau tidak ditemukan adanya mikroba patogen E. coli pada sampel susu yang diuji. Menurut SNI No. 01-6366-2000 mengenai persyaratan mutu batas maksimum cemaran mikroba pada susu bubuk, maka dalam susu bubuk cemaran oleh mikroba E. coli

yang patogen adalah nol atau negatif. E. coli bernilai nol atau menggambarkan suatu

produk bahan makanan tidak terkontaminasi oleh mikrobatersebut, baik secara

langsung maupun tidak langsung melalui air dan alat yang digunakan sehingga dapat

dijadikan parameter penanganan yang higienis sehingga tidak membahayakan

kesehatan dan keamanan konsumen.

(33)

Menurut Lukman dan Purnawarman (2009), E. coli merupakan mikroorganisme yang lebih disukai untuk digunakan sebagai indikator. E. coli lebih dianjurkan digunakan sebagai indikator karena:

a. Bakteri ini nyata terdapat pada saluran pencernaan manusia dan hewan. b. Relatif mudah diisolasi dan diidentifikasi dibandingkan bakteri patogen lain. c. Jumlah E. coli dalam saluran pencernaan tinggi.

d. E. coli dapat bertahan hidup di dalam air (namun tidak berkembang biak) dibandingkan dengan bakteri patogen lain.

(34)

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel produk susu impor yang dilalulintaskan melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok Jakarta yang diuji di Laboratorium Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medik Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor tidak tercemar Escherichia coli Strain EHEC.

Saran

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Ahira A. 2011. Proses pembuatan susu bubuk. http://www.anneahira.com/proses-pembuatan-susu-bubuk.htm. [ 17 Februari 2012]

Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wootton M. 1987. Ilmu Pangan. Purnomo, Adiono, penerjemah; Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Food Science Technology.

[CFSPH] Center for food security & public health. 2009. Enterohemorrhagic escherchia coli infection. Iowa: College of Veterinary Medicine Iowa State University.

Djafar TF, Rahayu S. 2007. Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya.Litbang Pertanian: 26(2)

Fardiaz. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: InstitutPertanian Bogor.

Frank C et al. 2011. Epidemic profile of shigea-toxin-producing Escherichia coli O104:H4 outbreak in Germany. N Engl J Med: 365.19

Insani Y et al. 2006. Panduan Inspeksi Penataan Pengelolaan Lingkungan Industri Pengolahan Susu. Jakarta: Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Agroindustri Kementrian Lingkungan hidup.

Jorgensen HJ, Mork T, Hogasen HR, Rorvik LM. 2005. Enterotoxigenic Staphylococcus aureus in bulk milk in Norway. J.Appl. Microbiol: (99): 158−166

Kusuma SAF. 2010. Escherichia coli. Bandung: Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran.

Leininger DJ, Roberson JR, Elvinger F. 2001. Use of eosin methylene blue agar to differrentiate Escherichia coli from other gram-negative mastitis pathogens. J Vet Diagn Invest: 13:273–275

Lukman DW, Purnawarman T, editor. 2009. Penuntun praktikum Higiene Pangan. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Lukman DW et al. 2009. Higiene Pangan. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan

Kesehatan Masyarakat Veteriner. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

(36)

Oliveira CAF, Mestieri L, Santos MV, Moreno JFG, Spres A, Germono PML. 2000. Effect of microbiological characteristics of raw milk on the quality of whole milk powder. Braz J Microbiol:31: 95–98

Rahman A, Farrdiaz S, Rahaju WP, Suliantari, Nurwitri CC. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Rohde H etal.2011.Open-source genomic analysis of shiga-toxin-producing E. coli. O104:H4. N Engl J Med: 365:8

Sarati, A. 1999. Pemeriksaan angka kuman dan jenis kuman Salmonella pada air susu sapi segar yang diperoleh dari loper/penjual di kota Semarang. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.

Sherrington KB, Gaman PM. 1981. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi. Gardjito M et al., penerjemah; Yogyakarta: UGM Pr. Terjemahan dari: The Science of Food, An Introduction to Food Science, Nutrition, and Microbiology.

[SNI] Standar Nasional Indonesia No. 01-6366-2000. Batas maksimum cemaran mikroba dan batas maksimun residu dalam bahan makanan asal hewan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

[SNI] Standar Nasional Indonesia No. 1-2970-2006. Syarat mutu susu bubuk. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

[SNI] Standar Nasional Indonesia No. 01-2897-2008. Cara Uji Cemaran Mikroba. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

[SNI] Standar Nasional Indonesia No. 1-3141-2011. Susu Segar-Bagian 1: Sapi. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Sudarwanto M, Lukman DW. 1993. Petunjuk Laboratorium Pemeriksaan Susu dan Produk Olahannya. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suharyanto. 2009. Pengolahan Bahan Pangan Hasil Ternak. Bengkulu: Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Begkulu.

Todar K. 2008. Pathogenic E. coli. http://textbookofbacteriology.net/E. coli.html.[1 Maret 2012]

(37)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pemeriksaan E. coli Pada Produk Susu Impor

Jenis Susu Hasil Pemeriksaan

(cfu 25ml/25gr) AgglomeratedSkimmed MilkPowder

1. Agglomerated Skim MP, Belanda Negatif

2. Agglomerated Skim MP, Belanda Negatif

3. Agglomerated Skim Mp, Belanda Negatif

4. AgglomeratedSkimmed MilkPowder,

7. Butter Powder Milk, Belanda Negatif

8. Butter, Jerman Negatif

9. Butter, Jerman Negatif

10. Butter, Perancis Negatif

11. Unsalted French Butter, Perancis Negatif 12. Pasteurrized Butter 200 g, Perancis Negatif

13. Salted Butter 200 g, Perancis Negatif

14. Salted French Butter, Perancis Negatif

15. Salted-Salada Meio Sal, Perancis Negatif

Cream

16. Cooking Cream, Perancis Negatif

17. Cream Cheese Negatif

18. Cream Cheese Elle dan Vire, Perancis Negatif

19. Cream Cheese Elle&Vire Negatif

20. F.C Tantura Negatif

21. Frozen Cream, Jerman Negatif

22. Mix Cream, Perancis Negatif

23. UHT Whiping Cream 1 L, Perancis Negatif

24. UHT Whipping Crème, Perancis Negatif

25. Whiping Cream 200 ml, Perancis Negatif

26. Whiping Cream 500 ml, Pecancis Negatif

27. Whipping Creme, Perancis Negatif

Deminal

28. Deminal 50 MW, Belanda Negatif

29. Deminal 50, Belanda Negatif

30. Deminal 50, Belanda Negatif

31. Deminal 90, Belanda Negatif

32. Deminal 90, Belanda Negatif

33. Deminal WP, Belanda Negatif

34. Demineralized Wp, Irlandia Negatif

Skim Milk Powder

35. Skim Milk Powder Negatif

(38)

37. Skim Milk Powder Negatif

38. Skim Milk Powder Negatif

39. Skim Milk Powder Instant, Denmark Negatif

40. Skim MilkPowder, Belgia Negatif

41. Skim MilkPowder, Belgia Negatif

42. Skim Milk Powder, Denmark Negatif

43. Skim Milk Powder, Denmark Negatif

44. Skim MilkPowder, Denmark Negatif

45. Skim Milk Powder, Jerman Negatif

46. Skim Milk Powder, Jerman Negatif

47. Skim MilkPowder, Jerman Negatif

48. Skim Milk Powder, Perancis Negatif

49. Skim Milk Tantura Negatif

50. Skim MilkPowder,Jerman Negatif

51. Skim MP, Denmark Negatif

64. Skim, Perancis Negatif

65. SKM Nolibel 12240, Perancis Negatif

66. Skim Milk Powder Med. Heat, Irlandia Negatif Whey powder

67. Powder Sweet Whey, Perancis Negatif

68. Sweet Whey Powder Negatif

69. Sweet Whey Powder, Jerman Negatif

70. Sweet Whey Powder, Jerman Negatif

71. Sweet WheyPowder, Jerman Negatif

72. Sweet WheyPowder, Jerman Negatif

73. Sweet WheyPowder, Jerman Negatif

74. Sweet WheyPowder, Jerman Negatif

75. Sweet Whey Powder, Jerman Negatif

76. Sweet WheyPowder, Jerman Negatif

77. Sweet WheyPowder, Perancis Negatif

78. Sweet WheyPowder, Jerman Negatif

79. Sweet WP, Belanda Negatif

80. Sweet WP, Jerman Negatif

81. Sweet WP, Jerman Negatif

82. Sweet WP, Jerman Negatif

(39)

84. Sweet Wp, Jerman Negatif

85. Sweet WP, Prancis Negatif

86. Whey Permeate, Jerman Negatif

87. Whey Powder (Demineral 90) Negatif

88. Whey Powder, Jerman Negatif

89. Whey Powder, Jerman Negatif

90. Whey Powder, Perancis Negatif

91. Whey Powder, Perancis Negatif

92. Whey ProteinConsentrat, Denmark Negatif

93. Wheyco Permeate, Jerman Negatif

94. Eximo Whey Negatif

Youghurt

95. Youghurt Pineapple, Switzeland Negatif

96. Youghurt Aloe Vera, Switzeland Negatif

97. Youghurt Apple, Switzeland Negatif

98. Youghurt Apricot, Switzeland Negatif

99. Youghurt Blueberry, Switzeland Negatif

100. Youghurt Fruit, Switzeland Negatif

101. Youghurt Mango, Switzeland Negatif

102. Youghurt Pink Grape, Switzeland Negatif

103. Youghurt Plain, Switzeland Negatif

104. Youghurt Strawberry, Switzeland Negatif

105. Youghurt Swiss Premium, Swiss Negatif

106. Youghurt, Swiss Negatif

Susu

107. Whole MilkPowder, Denmark Negatif

108. Bonigrasa 50 CH 12986 Negatif

109. Consense Powder, Netherlands Negatif

110. Consense Powder, Netherlands Negatif

111. Susu Enfamil, Belanda Negatif

112. Susu, Denmark Negatif

113. Susu, Jerman Negatif

(40)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Frank et al. (2011) pada bulan Mei hingga Juni dilaporkan bahwa telah terjadi outbreak gastroenteritis dan hemolytic uremic syndrome di Jerman oleh shiga toxin yang dihasilkan bakteri Escherichia coli O104:H4. Lebih dari 3000 orang telah terinfeksi dan 40 orang diantaranya meninggal. Kejadian kasus tertinggi pada orang dewasa, terutama wanita. Beberapa negara di Eropa dan Amerika Utara juga telah melaporkan kasus penyakit ini terutama terjadi pada warga yang baru saja melakukan perjalanan ke Jerman. Infeksi bakteri ini diduga berasal dari sayuran dan buah-buahan segar yang dikonsumsi tanpa proses pemasakan terlebih dahulu (Rohde et al. 2011).

Susu merupakan sumber pangan yang sempurna karena di dalam susu terdapat banyak kandungan nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan nutrien pada susu menjadikan susu sebagai bahan pangan yang sangat disukai oleh bakteri untuk tumbuh (Fardiaz 1989). Tumbuhnya bakteri atau mikroorganisme pada susu dapat menyebabkan kerusakan struktur dan komposisi susu tersebut. Oleh karena itu, daya simpan susu cair menjadi terbatas, yaitu 14 hari untuk susu cair pasteurisasi dan enam hingga sepuluh bulan untuk susu UHT dalam lemari es.

Susu bubuk merupakan produk hasil pengolahan susu yang telah dikurangi kadar airnya pada susu cair. Susu bubuk memiliki daya penyimpanan yang relatif lebih lama karena kandungan air yang sedikit sehingga mikroorganisme sukar berkembang pada susu bubuk. Masyarakat Indonesia cenderung memilih mengonsumsi susu bubuk karena lebih praktis dalam proses penyajiannya dan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya lebih lengkap. Selain itu susu bubuk lebih terjamin kualitasnya apabila produk susu tersebut harus didistribusikan ke tempat yang jauh .

(41)

terjadi pada saat proses pengolahan dan pengemasan susu. Pencemaran pada susu bubuk dapat menurunkan kualitas susu dan memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan pada konsumen (Sudarwanto dan Lukman 1993). Pencemaran pada susu bubuk dapat terjadi setelah proses pemanasan dan pada saat pengemasan. Peralatan dan cara pengemasan yang tidak steril memungkinkan produk susu bubuk tercemar oleh bakteri patogen. Faktor lain yang dapat menimbulkan kontaminasi pada susu adalah faktor kelalaian manusia, seperti proses pembuatan susu yang tidak higienis.

Tujuan

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kualitatif dan kuantitatif mikrobiologi produk susu impor yang dilalulintaskan melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok Jakarta terhadap E. coli strain EHEC.

Manfaat

(42)

TINJAUAN PUSTAKA Susu

Susu adalah sekresi yang dihasilkan mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak dilahirkan (Lukman et al. 2009). Menurut SNI 01-3141-2011 definisi susu dibagi menjadi dua, yaitu susu murni dan susu segar. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih diperoleh dari cara pemerahan

yang benar, yang kandungan alamiahnya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu murni yang tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.

Susu disebut sebagai bahan makanan yang sempurna, memiliki nilai gizi yang tinggi dan lengkap. Kandungan gizi dalam susu sangat ideal, mudah dicerna serta diserap oleh darah dengan sempurna. Di dalam susu terkandung karbohidrat (laktosa) yang berfungsi sebagai bahan pembakar pada proses metabolisme dan digunakan dalam perkembangan sel otak. Lemak susu yang terdiri dari asam lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Keistimewaan lemak susu adalah tidak membentuk lemak cadangan, melainkan berfungsi sebaai lemak fisiologis. Protein dalam susu mengandung 11 asam amino esensial yang jarang ditemukan dalam makanan asal padi-padian (cereal grains). Kalsium dan vitamin D pada susu sangat penting untuk diet makanan manusia terutama wanita setelah masa menopause. Kasus osteoporosis lebih banyak diderita oleh wanita yang sudah lanjut usia. Susu diperkirakan dapat mensuplai sekitar 725 mg kebutuhan kalsium untuk manusia. Kandungan vitamin dan mineral yang terkandung pada susu berfungsi sebagai bahan pembantu pada proses katabiose dan anabiose metabolisme (Lukman et al. 2009).

Salah satu produk susu yang beredar di pasaran adalah susu bubuk. Pembuatan susu bubuk merupakan salah satu upaya untuk mengawetkan susu

(43)

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan susu bubuk adalah susu segar. Sumber utama susu segar pada umumnya diperoleh dari peternak sapi perah melalui perkumpulan koperasi. Persyaratan susu segar yang baik yang dapat diterima oleh industri pengolahan susu yang memiliki kandungan air 87.25% dan total solid 12.75% dari kandungan total solid pada susu segar yang terdiri dari lemak, protein, laktosa, dan abu (Insani et al. 2006).

Bahan baku pendukung atau tambahan yang digunakan susu skim adalah gula, lemak susu, air, minyak nabati, dan vitamin. Susu skim adalah susu sapi yang tidak larut dalam lemak. Penambahan gula berfungsi sebagai pemanis dan pengawet karena mikroorganisme tidak akan tumbuh pada larutan gula yang memiliki tekanan osmosis tinggi. Air yang digunakan memiliki persyaratan tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung bakteri (jumlah dan jenis) yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Minyak nabati berfungsi untuk menggantikan lemak dalam susu yang dapat menurunkan kolesterol (Insani

et al. 2006). Minyak nabati banyak mengandung vitamin E (tocopherol dan

tocotrienol) yang berfungsi sebagai antioksidan.

Kandungan gizi yang terdapat dalam susu bubuk berupa protein, glukosida, lipid, garam-garam mineral, dan vitamin. Kandungan gizi ini dibutuhkan dalam pertumbuhan dan pertambahan jumlah sel anak-anak dan mamalia muda lainnya. Dikarenakan kandungan gizi yang lengkap, mikroorganisme juga menggunakan susu sebagai bahan yang ideal untuk pertumbuhannya (Buckle et al. 1987). Menurut Sudarwanto dan Lukman (1993), komposisi kandungan gizi dari berbagai jenis susu bubuk dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kandungan gizi beberapa jenis susu bubuk

(44)

Proses pembuatan susu bubuk melalui tahap pemanasan pendahuluan dan pengeringan. Pemanasan pendahuluan bertujuan untuk menguapkan air sehingga tinggal sekitar 45–50%. Pemanasan pendahuluan menggunakan temperatur antara 65–170°C, tergantung jenis susu bubuk yang akan dibuat. Susu bubuk penuh menggunakan suhu yang rendah dibanding susu bubuk skim. Setelah pemanasan dengan hasil susu kental, susu kemudian dikeringan. Tipe pengeringan ada dua macam, yaitu pengeringan tipe silindris (drum dryer) dan tipe semprotan (spray dryer) (Suharyanto 2009).

Gambar 1. Diagram pembuatan susu bubuk dengan metode Spray Drying

Sumber : www.malvern.com

Pada pengeringan dengan tipe silindris, alat yang digunakan adalah dua silindris yang tertutup dan di dalamnya dialiri uap panas 90–150oC. Kedua silindris ini dalam posisi sejajar dan berdekatan yang saling berputar. Susu yang sudah melalui proses pemanasan pendahuluan (susu kental) dialirkan pada permukaan silindris dan kemudian susu akan mengering di permukaan silindris. Susu yang kering kemudian dibersihkan/dikelupas dengan pisau. Lamanya pengeringan ini adalah 6–30 detik. Bubuk yang diperoleh pada cara ini bersifat kasar tetapi tidak banyak kehilangan daya larutnya (Suharyanto 2009).

(45)

Menurut Oliveira et al. (2000) proses pembuatan susu bubuk melalui beberapa

tahap yaitu :

a. Perlakuan pasteurisasi dengan suhu 90 o

C selama 8 detik atau 108 o

C selama 2

detik.

b. Penguapan air dengan perlakuan pemanasan akan menghasilkan 48% padatan.

c. Proses penyemprotan kering (spray drying), susu disemprot dengan udara kering

melalui lubang pada suhu 270 o

C.

Menurut SNI nomor 1-2970-2006 susu bubuk adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mengurangi sebagian besar air melalui proses pengeringan susu segar dan atau susu rekombinasi yang telah dipasteurisasi dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral, dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Susu bubuk meliputi susu bubuk berlemak, rendah lemak, dan tanpa lemak.

Susu bubuk berlemak merupakan susu bubuk yang pada saat proses pembuatannya tidak mengambil atau mengurangi kadar lemak susu tersebut. Susu bubuk kurang lemak merupakan susu bubuk yang telah dikurangi sebagian lemaknya pada saat proses produksi, sedangkan susu bubuk bebas lemak adalah susu bubuk yang telah diambil lemaknya pada saat proses produksi (SNI No. 1-2970-2006).

(46)

Tabel 2. Syarat mutu susu bubuk

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Susu bubuk

Untuk menghadapi tantangan pasar global maka Indonesia harus mampu menghasilkan produk pangan hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Keamanan pangan (food safety) merupakan tuntutan utama konsumen. Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu makin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran akan gizi, dan perbaikan pendidikan masyarakat (Djafar dan Rahayu 2007).

Kasus keracunan makanan selama tahun 2003-2005 yang diberitakan oleh

(47)

Seperti dijelaskan sebelumnya, susu merupakan bahan makanan yang sempurna dan memiliki nilai gizi yang tinggi dan lengkap. Kondisi tersebut juga sangat cocok dan disukai mikroorganisme patogen maupun apatogen untuk berkembang. Akibatnya apabila yang mengontaminasi susu adalah mikroorganisme patogen, maka susu dan hasil olahnnya dapat menjadi sumber penularan peyakit (food borne zoonosis). Sebaliknya apabila yang mengontaminasi susu adalah mikroorganisme yang tidak patogen, maka susu dan hasil olahannya menjadi cepat rusak, bau, tengik, dan kualitas susu menurun.

Kualitatif dan kuantitatif mikrobiologi susu dipengaruhi oleh mikroorganisme awal, kondisi pengolahan, dan pencemaran setelah pengolahan. Jumlah dan jenis mikroorganisme dipengaruhi faktor–faktor seperti :

a. Lingkungan umum tempat bahan pangan tersebut diperoleh. b. Kualitas mikrobiologik bahan baku/segar.

c. Kondisi sanitasi tempat penanganan dan pengolahan.

d. Kondisi pengemasan, penanganan, dan penyimpanan bahan pangan serta produk olahannya.

Susu dikatakan berkualitas tinggi apabila jumlah mikroorganisme rendah, bebas dari kuman penyakit juga mempunyai rasa yang sedikit manis dan bau harum yang khas susu (Rahman et al. 1992). Kualitas susu bubuk bergantung dari kualitas susu segar yang digunakan, kondisi sanitasi, dan higiene pada saat penanganan dan proses pengolahan susu bubuk tersebut (Oliveira et al. 2000). Tabel 3. Spesifikasi persyaratan mutu batas maksimum cemaran mikroba pada susu

bubuk

Jenis Cemaran Mikroba Jumlah Maksimum Cemaran Mikroba (cfu/g atau cfu/ml)

Jumlah Total (Total Plate Count) 5 x 104

Coliform 0

Escherichia coli (patogen) (*) 0

Enterococci 1 x 101

Staphylococcus aureus 1 x 101

Clostridium sp 0

Salmonella sp (**) Negatif

Campylobacter sp 0

Listeria sp 0

Keterangan : * : dalam satuan MPN/gram atau ml ** : dalam satuan kualitatif

(48)

Menurut Sherrington dan Gaman (1981), beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah :

a. Suplai Nutrisi

Unsur-unsur dasar nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba adalah karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi, dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber nutrisi dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.

b. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang

berlawanan, yaitu apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan

pertumbuhan cepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme

akan menurun dan pertumbuhan lambat. Selain itu, apabila suhu naik atau turun

secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, komponen sel mikroba menjadi

tidak aktif dan rusak sehingga mikroba menjadi mati.

c. Keasaman atau Kebasaan (pH)

Setiap organisme memiliki kisaran pH dan pH optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 6.6 dan 7.5 (netral). Tidak ada bakteri yang dapat tumbuh pada pH di bawah 3.5.

d. Ketersediaan Oksigen

Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi aerobik, anaerob, anaerob fakultatif, dan mikroaerofilik.

Menurut Suwito 2010, beberapa mikroba yang diketahui banyak mencemari susu di antaranya adalah :

Staphylococcus aureus

(49)

Escherichia coli

E. coli termasuk bakteri berbahaya karena dapat menyebabkan diare. Salah satu syarat susu dalam SNI No. 01-6366-2000 adalah harus negatif cemaran mikrobaE. coli

Salmonella sp.

Salmonella sp. merupakan bakteri berbahaya yang dikeluarkan dari saluran pencernaan hewan dan manusia bersama dengan feses. Salmonella

enteritidis merupakan salah satu serotipe yang sering mengontaminasi susu di samping Salmonella typhimurium (Sarati 1999). Berdasarkan SNI 01-6366-2000, pemeriksaan Salmonella sp. dilakukan secara kualitatif dan harus negatif.

Escherichia coli

Theodor Escherich merupakan orang pertama yang menemukan koloni bakteri coli, yang diisolasi dari feses bayi yang baru lahir. Bakteri tersebut kemudian berganti nama menjadi Escherichia coli, dan selama bertahun-tahun bakteri tersebut hanya dianggap sebagai bakteri komensal usus besar. Pada tahun 1953, ditemukan strain E. coli yang patogen dan menyebabkan wabah diare pada bayi (Todar 2008).

Gambar 2. Struktur bakteri E. coli Sumber : http://healthdefine.com

(50)

Yersinia. Beberapa koloni organisme lain normal berada pada sistem pencernaan manusia, misalnya Escherichia, Enterobacter, dan Klebsiella, namun kadang-kadang bakteri tersebut dikaitkan juga dengan kejadian penyakit pada manusia (Todar 2008).

E. coli mampu berespons terhadap perubahan lingkungan hidupnya, seperti bahan kimia, pH, temperatur, osmolaritas dengan sejumlah cara yang luar biasa mengingat bakteri tersebut adalah organisme uniseluler. Meskipun secara normal berada di saluran pencernaan manusia, E. coli dalam saluran pencernaan manusia ada dalam jumlah yang sangat kecil dari jumlah seluruh bakteri. Namun, kehadiran E. coli di usus manusia dan feses dapat digunakan sebagai indikasi terjadinya kontaminasi pada air, produk peternakan, dan produk pertanian (Todar 2008).

E. coli merupakan penyebab utama pada kasus infeksi bakteri secara umum, termasuk cholecystitis, bakterimia, cholangitis, infeksi saluran kemih, diare, dan infeksi klinis, seperti neonatal meningitis dan radang paru paru (Madappa et al. 2011). Berdasarkan Center of Food Security and Public Health tahun 2009, serotipe E. coli dibagi berdasarkan lipopolisakarida somatik (O), flagelar (H), dan kapsulas (antigen K).Sebagai bakteri penyebab infeksi enterik, E. coli memiliki enam varietas yang berbeda dengan mekanisme infeksi yang berbeda. Enam varietas E. coli tersebut adalah Enterotoxigenic E. coli (ETEC), banyak menyebabkan diare pada turis yang melakukan perjalanan ke negara lain (Travel’s diare). Enteroinvasive E. coli (EIEC), menyebabkan Shigella-like disentri.Enteropathogenic E. coli (EPEC), banyak menyebabkan diare pada anak-anak.Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), menyebabkan gastroenteritis dan hemolytic-uremic syndrome (HUS).Enteroaggregative E. coli (EAggEC), dikaitkan dengan diare persisten pada anak-anak di negara berkembang, dan Enteroadherent E. coli (EAEC) merupakan penyebab diare masa anak-anak dan travel’s diare di Meksiko dan Amerika Utara. Semua strain E. coli ini secara khusus menginvasi usus besar dan menyebabkan diare (Madappa et al. 2011).

(51)

berdasarkan faktor-faktor virulensi khas yang hanya dimiliki bakteri tersebut. Oleh karena itu, analisis pertama untuk patogenik E. coli biasanya dibutuhkan sebelum pengujian untuk penanda virulensi (Todar 2008).

Gambar 3.E. coli yang dikultur pada media selektif Mc Conkey Agar Sumber : http://www.solabia.fr

Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) adalah koloni patogenik E. coli yang dapat menyebabkan diare atau kolitis berdarah pada manusia. Kolitis berdarah kadang-kadang berkembang ke Hemolytic Uremic Sindrome (HUS), penyebab penting dari gagal ginjal akut di anak-anak dan kematian pada orang dewasa. Pada orang dewasa, kasus tingkat kematian HUS dapat setinggi 50%. E. coli O157 (EHEC O157: H7) telah diakui sebagai penyebab sindrom ini sejak 1980-an. Serogroup lain termasuk anggota O26, O91, O103, O104, O111, O113, O117, O118, O121, O128, dan O145 juga dapat menjadi penyebab diare berdarah dan HUS. Beberapa strain mikroorganisme ini biasanya dikelirukan dengan EHEC O157:H7 pada manusia. Meskipun banyak EHEC, tetapi kebanyakan bakteri tersebut menunjukkan gejala yang asimptomatis pada hewan. Beberapa anggota dari serogroup E. coli selain O157 dapat menyebabkan penyakit enterik pada hewan muda. Pada kelinci, EHEC O153 telah dikaitkan dengan penyakit yang menyerupai HUS (Center for Food Security & Public Health 2009).

(52)

Mikroorganisme ini dapat menyebar diantara hewan dengan kontak langsung atau melalui air minum, dalam pakan, padang rumput yang terkontaminasi atau sumber lain di lingkungan. Burung dan lalat merupakan vektor yang potensial dalam penyebaran bakteri tersebut (Center for Food Security & Public Health 2009). Eosine Methylene Blue Agar (EMBA)

Eosin methylene blueagar merupakan media agar yang selektif dan diferensial. Media ini mengandung pewarna eosin dan methylene blue yang menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif. Oleh karena itu, media ini banyak dipilih untuk menumbuhkan bakteri Gram negatif. Media ini juga mengandung karbohidrat laktosa yang dapat digunakan sebagai media diferensiasi bakteri Gram negatif berdasarkan kemampuannya memfermentasikan laktosa (Leininger et al. 2001).

Gambar 4. Media Eosine Methylene Blue Agar Sumber : http://learn.chm.msu.edu

(53)

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Agustus sampai bulan November 2011.

Bahan dan Alat

Bahan

Produk olahan susu impor yang dilalulintaskan melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok Jakarta dan media biakan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar). Alat

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cawan petri, kantong plastik steril, pipet ukuran 1 mL dan 25 mL steril, tabung reaksi, rak tabung reaksi, timbangan, spidol, gelas piala, labu Erlenmeyer, autoklaf, vortex mixer, bunsen, dan tissue.

Metode Penelitian

1. Sampel

Susu impor yang masuk secara resmi melalui pelabuhan Tanjung Priok yang diambil dari setiap shipment negara Eropa. Sebanyak 114 sampel diteliti di Laboratorium Bakteriologi, Bagian Mikrobiologi Medis, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, FKH IPB terhadap cemaran Escherichia coli strain Enterohemorrhagic E. coli(EHEC). Sebanyak ± 500 Gram sampel dibawa dalam kantong plastik tanpa pendingin. Masing-masing sampel dilakukan dua kali pemeriksaan (duplo). Pengujian sampel susu impor dilakukan menggunakan metode pengujian yang mengacu kepada SNI No. 01-2897-2008 tentang cara uji cemaran mikroba.

2. Pemeriksaan kandungan bakteri dengan pengujian TPC (Total plate

count) metode tuang (pour method)

(54)

digoyang-goyangkan hingga homogen. Selanjutnya dilakukan pengenceran kedua (1:100) dengan cara : 1 mL larutan dari pengenceran awal dimasukkan ke dalam 9 mL larutan BPW 0,1%, kemudian larutan dihomogenkan dengan bantuan vortex mixer kecepatan sedang. Selanjutnya dibuat pengenceran 10-3 dan 10-4 dengan cara yang sama.

Setelah dilakukan pengenceran, masing-masing pengenceran dipupuk ke dalam dua cawan petri suci hama (duplo), sebanyak 1 mL. Ke dalam cawan petri ditambahkan 10-15 mL EMBA dengan suhu 44-46o C, lalu dihomogenkan dengan cara memutar cawan membentuk angka delapan dan dibiarkan sampai memadat. Setelah media agar memadat, cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator pada temperatur 35oC selama 24-48 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sebagai total bakteri dan jumlah koloni dihitung antara 25-250.

3. Pengamatan

(55)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Susu bubuk skim digunakan sebagai bahan baku untuk industri pengolahan susu, industri pengolahan roti dan bakeri, industri pengolahan ice cream, sebagai campuran pembuatan cokelat, kopi creamer, dan sop, serta produk olahan susu lainnya.

Pengujian mikrobiologi pada pangan (terutama susu), baik pada bahan baku, selama proses, dan produk akhir dilaksanakan dalam rangka pengawasan keamanan dan mutu pangan. Pengujian mikrobiologi pada pangan (di antaranya adalah susu) bertujuan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme, keberadaan mikroorganisme, jumlah mikroorganisme indikator, jumlah mikroorganisme patogen tertentu, dan keberadaan mikroorganisme patogen tertentu. Pengujian mikrobiologi dapat pula diterapkan untuk mengetahui keadaan (lingkungan) tempat pengolahan/penanganan pangan, yang antara lain meliputi kualitatif mikrobiologi udara, tingkat pencemaran mikroorganisme pada permukaan, dan kualitas mikrobiologi air (Lukman dan Purnawarman 2009).

Salah satu cara menghitung koloni mikroorganisme yang utama adalah dengan metode hitungan cawan aerob (Aerobic Plate Count/APC) atau biasa juga disebut dengan metode Total Plate Count (TPC). Prinsip dari total plate count adalah jika satu sel bakteri ditumbuhkan pada media agar maka akan tumbuh menjadi satu koloni yang tampak dengan mata. Jumlah koloni yang diperoleh dinyatakan dengan colony forming unit (cfu) per gram atau per ml atau luasan tertentu dari contoh (per cm2) (Lukman dan Purnawarman 2009).

Sampel yang diuji pada laboratorium Bakteriologi, Bagian Mikrobiologi Medis, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor sebanyak 114 sampel susu. Sebanyak 3.51% dari sampel susu berjenis agglumerated skimed milk powder, jenis butter 9.65%, cream 10.53%, deminal 6.14%, skim milk powder 28.07%, whey powder 24.56%, youghurt 10.53%, dan susu bubuk selain kelompok diatas sebanyak 7.02%.

(56)

Tabel 4. Hasil pemeriksaan E. coli strain EHEC pada sampel susu impor.

Dari semua sampel yang telah diuji, menunjukkan hasil negatif atau tidak ditemukan adanya mikroba patogen E. coli pada sampel susu yang diuji. Menurut SNI No. 01-6366-2000 mengenai persyaratan mutu batas maksimum cemaran mikroba pada susu bubuk, maka dalam susu bubuk cemaran oleh mikroba E. coli

yang patogen adalah nol atau negatif. E. coli bernilai nol atau menggambarkan suatu

produk bahan makanan tidak terkontaminasi oleh mikrobatersebut, baik secara

langsung maupun tidak langsung melalui air dan alat yang digunakan sehingga dapat

dijadikan parameter penanganan yang higienis sehingga tidak membahayakan

kesehatan dan keamanan konsumen.

Gambar

Tabel 1. Komposisi kandungan gizi beberapa jenis susu bubuk
Tabel 2. Syarat mutu susu bubuk
Gambar 2. Struktur bakteri E. coli
Gambar 5. Escherichia coli pada media EMBA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lekukotza horrek aurreratzen duen eran, gatazka-egoeretan dauden emakumeei buruz egin diren azterlanetatik atera den ondorio nagusietako bat hauxe da: emakume askok,

Dalam era desentralisasi saat ini, peran Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan berbagai masalah kemiskinan menjadi kunci utama keberhasilan pengurangan kemiskinan di Indonesia.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu dengan mengumpulkan data- data dan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan, dimana

s#esialisasi $ang tinggi* maka tata ara #enulisann$a %aring kelihatan se&elum atau#un sesudahn$a' Sesuatu #er&edaan $ang #aling n$ata dari &ahasa ini dengan &ahasa

 Guru bertanya jawab dengan siswa berkaitan dengan materi sebelumnya yaitu tentang pengertian dan syarat- syarat interaksi sosial dan mengaitkannya dalam kehidupan

Perkembangan Jumlah Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal

Nilai reakreditasi Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY yang didapatkan tersebut telah sesuai dengan target kinerja pada tahun 2017, yaitu memperoleh akreditasi A

Indikator Severely Compromized 1 Substantially Compromized 2 Moderately Compromized 3 Mildly Compromized 4 Not Compromized 5 Keseimbangan Koordinasi Gaya berjalan Pergerakan