• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Bakteri Escherichia Coli Pada Es Kristal Di Rumah Makan Kecamatan Baiturrahman - Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Bakteri Escherichia Coli Pada Es Kristal Di Rumah Makan Kecamatan Baiturrahman - Banda Aceh"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Bakteri Escherichia Coli Pada Es Kristal

Di Rumah Makan Kecamatan Baiturrahman - Banda Aceh

Yuni Dewi Safrida1*, Thaharah2

1,2Akademi Analis Farmasi dan Makanan Banda Aceh

*Koresponden email: yunidewi_safrida@yahoo.com

Diterima: 4 Juni 2020 Disetujui: 16 Juni 2020

Abstract

Water is the main component for producing crystal ice cubes, where the water used should fulfill the drinking water criteria that was not allowed to contain Escherichia coli. This research was conducted at the Microbiology Laboratory, AKAFARMA, Banda Aceh. This study aimed to determine the presence of contamination of Escherichia coli bacteria contained in crystal ice cubes. This research used a descriptive method. The results showed that the six samples of crystal ice cubes in the Baiturrahman District restaurant negatively contained Escherichia coli because they did not show colors that match the characteristics of Escherichia coli bacteria.

Keywords: Banda Aceh, Baiturrahman, rumah makan, es kristal, Esherichia coli Abstrak

Air merupakan komponen utama pada produksi es batu kristal, sehingga air yang dipakai harus bersih, higienis, dan tidak mengandung Escherichia coli. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, AKAFARMA, Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan cemaran bakteri Escherichia coli yang terdapat dalam es batu kristal. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam sampel es batu kristal di rumah makan Kecamatan Baiturrahman negatif mengandung Escherichia coli karena tidak menunjukkan warna yang sesuai dengan sifat-sifat bakteri Escherichia coli.

Kata Kunci: Banda Aceh, Baiturrahman, rumah makan, es kristal, Esherichia coli 1. Pendahuluan

Air yang dapat langsung diminum adalah air yang sesuai standar kesehatan. Adapun syarat air minum yang layak untuk diminum, yaitu jernih, tawar, bening, dan tidak berbau. Selain itu, air minum yang baik bagi kesehatan adalah yang tidak mengandung bakteri patogen dan mikroorganisme lainnya [1]. Menurut Ref. [2] untuk mengetahui kualitas air minum terhadap cemaran bakteri patogen dapat dilakukan melalui pemeriksaan terhadap sampel air tersebut.

Air minum untuk sehari-hari dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu air minum kemasan serta air minum yang didistribusikan ke setiap rumah melalui tangki air. Hal tersebut mengacu pada Permenkes No. 736 Tahun 2010. Air minum tersebut harus sesuai standar nilai baku mutu yang terdapat dalam Permenkes RI Nomor 492/PERMENKES/PER/IV/2010. Indikator mikrobiologi merupakan salah satu faktor yang ditinjau dalam penentuan nilai baku mutu kualitas air. Indikator tersebut menyebutkan bahwa APM (Most Probable Number) coliform yaitu 0 coliform/100 ml air dan untuk bakteri patogen seperti Escherichia Coli yaitu 0 koloni/ml air. Oleh karena itu, jika jumlah bakteri dalam air minum melebihi standar nilai baku yang telah ditetapkan, maka air tersebut tidak sehat untuk diminum.

Es batu adalah massa padat yang dihasilkan dari air yang dibekukan dengan suhu dibawah 0ºC. Umumnya es batu digunakan sebagai komponen utama dalam pembuatan minuman dingin. Selain itu, es batu juga dapat digunakan untuk menjaga ketahanan dan kesegaran pangan. Suhu es batu yang rendah diduga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme [3]. Jenis es batu yang sering digunakan oleh masyarakat di Banda Aceh adalah es batu kristal. Air merupakan bahan baku utama dalam produksi es batu kristal. Menurut Ref. [4] pada proses produksi es batu harus menggunakan sumber air yang bersih yang telah memenuhi

(2)

standar kesehatan. Adapun sumber air utama yang digunakan oleh masyarakat dalam pembuatan es yaitu air PDAM, air sungai, air waduk dan air hujan.

Es kristal adalah es yang diproduksi menggunakan mesin dengan menghasilkan bentuk seperti kristal dan merupakan es yang sering dikonsumsi masyarakat sebagai produk pelengkap yang ditambahkan dalam minuman [5]. Proses pembuatan es kristal dilakukan menggunakan mesin es kristal, mesin penyimpan es, dan mesin penyaring air. Langkah pertama pembuatan es kristal adalah dengan memompa air dari sumbernya, lalu air tersebut ditampung dalam wadah penampungan, kemudian disaring dengan penyaring air. Air yang berbentuk es kristal lalu dimasukkan kedalam kantong plastik. Pembuatan es kristal dengan mesin memiliki kapasitas produksi yaitu 1.500 kg/hari [6].

Ketentuan mengenai standar kualitas es batu mengacu pada SNI 01-3839-1995 yaitu kualitas dari es batu tersebut harus memenuhi persyaratan air minum. Indikator dalam mikrobiologi yang dijadikan acuan untuk menentukan kualitas es batu agar layak untuk diminum adalah tidak boleh terdapat coliform ataupun coliform fecal di dalam 100 ml es (MPN coliform/coliform fecal = 0/100). Hal serupa dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI907/MENKES/SK/VII/2002 mengenai kualitas air minum, bahwa air minum tidak boleh mengandung coliform fecal (seperti; Escherichia coli) dalam 100 ml air (MPN = 0/100 ml) [3]. Ref. [7] juga melaporkan bahwa berdasarkan ketentuan WHO, jumlah maksimum cemaran Escherichia coli dalam per 100 ml air minum adalah 0. Penentuan keberadaan bakteri dalam air bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri patogen yang berdampak negatif bagi tubuh.

Rendahnya kualitas es kristal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sumber air, alat-alat yang dipakai dalam produksi es kristal, pengemasan, penyimpanan dan pengangkatan. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko terjadinya kontaminasi bakteri. Bakteri patogen yang sering dijadikan sebagai indikator kualitas air adalah Escherichia coli. Escherichia coli adalah bakteri gram negatif yang banyak ditemukan dalam kolon manusia. Jika Escherichia coli yang berasal dari luar masuk ke dalam tubuh maka dapat menimbulkan penyakit diantaranya, yaitu demam, sakit perut, mual, muntah, dan diare akut [8].

Penelitian yang dilaporkan oleh WTHR Tahun 2008 menunjukkan bahwa 13 dari 25 sampel es yang diperoleh dari restoran dan bar di daerah Indianapolis positif mengandung bakteri coliform. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh LPPM Institut Pertanian Bogor Tahun 2009 terhadap produksi dan distribusi es batu kristal menunjukkan bahwa 14 dari 31 sampel es kristal tersebut positif tercemar bakteri coliform dan 3 diantaranya teridentifikasi sebagai bakteri Escherichia coli. Penelitan yang sama juga dilaporkan oleh Ref. [9] bahwa 2 dari 3 sampel es batu kristal dari tiga warung ayam goreng di Bandung memberikan hasil positif mengandung Escherichia coli.

Escherichia coli merupakan spesies bakteri gram negatif fakultatif anaerobik yang memiliki ukuran dengan panjang 1,1-1,5 µm dan tebal 0,2-0,6 µm, tidak berspora, dan memiliki pili sebagai penghubung saat pemindahan materi genetik pada proses konjugasi [10,11]. Bakteri Escherichia coli termasuk dalam familia Enterobacteriaceae yang merupakan flora normal pada usus besar dan ikut keluar melalui feses. Selain hidup secara komensal dalam usus besar, Escherichia coli juga berkembangbiak di lingkungan sekitar manusia. Jika jumlah Escherichia coli dalam saluran pencernaan meningkat maka bakteri tersebut berubah menjadi patogen bagi manusia [12], sehingga ketika bakteri tersebut tersangkut di organ tubuh manusia (misalnya saluran kemih) maka dapat menimbulkan penyakit [13].

Escherichia coli yang keluar melalui tinja dapat mencemarkan lingkungan. Tinja merupakan sumber utama agen penyebab penyakit dalam air. Sehingga coliform fekal seperti Escherichia coli banyak digunakan sebagai indikator kontaminasi yang dapat mempengaruhi kualitas air di sungai, danau, laut, dan lain-lain [14]. Disisi lain, Escherichia coli juga termasuk bakteri patogen penyebab penyakit keracunan pangan (foodborne pathogenic). Gejala paling menonjol yang disebabkan oleh mikroorganisme ini adalah diare. Selain itu, juga dapat menyebabkan sepsis, meningitis, dan banyak penyakit enterik [15]. Dalam hal ini, penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri Escherichia coli dalam es kristal yang terdapat pada rumah makan di Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh.

2. Metodologi Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah batang pengaduk, cawan petri, gelas ukur, erlenmeyer, inkubator, lampu spirtus, neraca analitik, ose, oven, hot plate, rak tabung reaksi, tabung reaksi, dan autoclave, aquades, kasa, kapas, reagen kovac, media Nutrient Agar (NA), media Simmons Citrate (SC),

(3)

media SIM (Sulfur, Indole), reagen Alpha-naphtol, reagen Methyl Red (MR), kalium hidrosida, etanol 70 %, dan sampel es kristal seperti Gambar 1..

Gambar 1. Es Kristal

Sumber: Gambar pribadi Pembuatan media Nutrient Agar (NA)

Ditimbang sebanyak 2,4 gram Nutrient Agar (NA) dan dilarutkan dalam 120 ml aquades (20 gram/1000 ml) menggunakan erlenmeyer. Aduk rata dan dipanaskan sampai mendidih, lalu disterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit. Diamkan beberapa saat hingga suhunya turun menjadi 52-45oC, kemudian tuangkan media NA tersebut ke dalam 6 petridish masing-masing sebanyak 20 ml.

Pembuatan media Indole

Ditimbang sebanyak 0,9 gram bubuk SIM (Sulfur, Indole), lalu dilarutkan dalam 30 ml aquades (30 gram/1000 ml) dan dipanaskan menggunakan hot plate. Diaduk perlahan hingga larutan menjadi homogen dan jernih dengan menggunakan magnetic stirrer, kemudian disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121oC dengan waktu 15 menit. Didistribusikan media indole tersebut sebanyak 5 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi secara aseptis. Media Indole dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Media Indole

(4)

Pembuatan media Methyl Red-Voges proskauer (MR-VP)

Ditimbang sebanyak 1,02 gram bubuk MR-VP, lalu dilarutkan dalam 60 ml aquades (17 gram/1000 ml) dan dipanaskan menggunakan hot plate. Diaduk hingga larutan menjadi homogen dengan menggunakan

magnetic stirrer. Kemudian disterillisasi menggunakan autoclave pada suhu 121oC dengan waktu 15 menit.

Didistribusikan media MR-VP tersebut sebanyak 5 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi secara aseptis seperti Gambar 3.

Gambar 3. Media MR-VP

Sumber: Gambar pribadi Pembuatan media Simmons Citrate (SC)

Ditimbang sebanyak 0,67 gram bubuk Simmons Citrate (SC), lalu dilarutkan dalam 30 ml aquades (22,5 gram/ 1000 ml) dan dipanaskan menggunakan hot plate. Diaduk perlahan hingga larutan menjadi homogen dan jernih dengqn menggunakan magnetic stirrer. Selanjutnya disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121oC dengan waktu 15 menit. Didistribusikan media SC (Gambar 4) tersebut sebanyak 5 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi secara aseptis dan didiamkan hingga membeku dalam posisi miring.

Gambar 4. Media SC

(5)

Penanaman pada media Nutrient Agar (NA)

Diambil sampel sebanyak satu ose dan ditanam pada media NA, kemudian diinkubasi dengan waktu 24-48 jam pada suhu 37oC. Pertumbuhan media tampak dalam Gambar 5.

Gambar 5. Pertumbuhan bakteri pada media NA

Sumber: Gambar pribadi Identifikasi bakteri Escherichia coli

Koloni bakteri yang tumbuh dalam media NA kemudian ditanam pada media SIM (Sulfur, Indole),

Voges Proskauer (VP), Methyl Red (MR), dan Simmons Citrate (SC). Diinkubasi pada suhu 37oC dengan

waktu 24-48 jam. Setelah itu diamati pertumbuhannya pada setiap media dan dilihat kecocokannya dengan karakteristik bakteri Escherichia coli. Ciri-ciri bakteri Escherichia coli, yaitu menunjukkan uji Indole positif/negatif, uji MR positif, uji VP negatif, dan uji SC negatif. Jika hasil uji kecocokan sesuai dengan ciri-ciri bakteri Escherichia coli, maka dapat diasumsikan bahwa sampel yang diteliti positif mengandung bakteri Escherichia coli.

a. Uji Indole

Satu koloni terpisah diambil dengan jarum ose steril, lalu dipindahkan ke media SIM (Sulfur, Indole) dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Setelah itu ditambahkan reagen kovac sebanyak 10-12. Hasil uji indole posistif terhadap bakteri coliform ditandai dengan terbentuknya lapisan merah pada permukaan biakan [16].

b. Uji Methyl Red (MR)

Satu koloni terpisah diambil dengan jarum ose steril, lalu dipindahkan ke media MR-VP dan diinkubasi pada suhu 37oC dengan waktu 24-48 jam. Setelah itu ditambahkan indikator methyl red sebanyak 3-4 tetes. Hasil uji methyl red (MR) posistif terhadap bakteri coliform terlihat berwarna merah pada media [16].

c. Uji Voges Proskauer (VP)

Satu koloni terpisah diambil dengan jarum ose steril, lalu dipindahkan ke media MR-VP dan diinkubasi pada suhu 37oC dengan waktu 24-48 jam. Dimasukkan 1 ml suspensi kedalam tabung menggunakan pipet tetes, kemudian ditambahkan juga 0,6 ml larutan napthol dan 0,2 ml larutan kalium hidrosida. Kemudian dikocok agar homogen dan dibiarkan selama 2-4 jam. Hasil uji VP posistif terhadap bakteri coliform terlihat adanya perubahan warna menjadi merah muda atau merah tua [17].

d. Uji Simmons Citrate (SC)

Satu koloni terpisah diambil dengan jarum ose steril, lalu dipindahkan ke media SC dan diinkubasi pada suhu 37oC dengan waktu 24-48 jam. Kemudian dilihat perubahan warna yang terjadi pada media SC [16]. Hasil uji SC positif terhadap bakteri coliform terlihat berwarna biru pada media [18].

(6)

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil identifikasi bakteri Escherichia coli pada rumah makan di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Identifikasi bakteri Escherichia coli

Nama Sampel Indole MR VP SC Hasil

RM.A - + - + Negatif RM.B - - - + Negatif RM.C - - - + Negatif RM.D - + - + Negatif RM.E - + - + Negatif RM.F - + - + Negatif

Sumber: Olah Data Penelitian (2020)

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa dari enam sampel es kristal menunjukkan uji indole dengan hasil negatif. Pada uji methyl red (MR) menunjukkan hasil positif pada sampel RM A, RM D, RM E, dan RM F, sedangkan hasil negatif ditunjukkan pada sampel RM B dan RM C. Uji Voges Proskauer (VP) menunjukkan hasil negatif pada enam sampel es kristal, sedangkan uji Simmons Citrate (SC) menunjukkan hasil positif pada enam sampel es kristal. Hasil uji Indole, Methyl Red (MR), Voges Proskauer (VP), dan Simmons Citrate (SC) dapat dilihat pada Gambar 6 - Gambar 9.

Gambar 6. Hasil uji Indole

Sumber: Gambar pribadi

Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa dari keenam sampel es kristal tersebut tidak terbentuk lapisan berwarna merah di bagian atas biakan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji sampel terhadap Escherichia coli adalah negatif. Menurut Ref. [19] uji indole merupakan uji biokimia yang dilakukan pada spesies bakteri untuk menentukan kemampuan bakteri tersebut dalam mengubah triptofan menjadi indol.

Berdasarkan Gambar 7. terlihat bahwa sampel es kristal yang berasal dari RM A, RM D, RM E, dan RM F menunjukkan adanya perubahan warna pada media menjadi merah, hal ini mengindikasikan bahwa terbentuk asam pada media tersebut. Sementara sampel es kristal yang berasal dari RM B dan RM C tidak menunjukkan adanya perubahan warna pada media atau hasil uji negatif. Uji methyl red dilakukan untuk melihat keberadaan bakteri dengan asam campuran. Menurut Ref [20] beberapa jenis bakteri mampu memfermentasikan glukosa dan menghasilkan metabolit yang bersifat asam, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH pada media. Penambahan indikator pH methyl red berfungsi untuk melihat terbentuknya lingkungan asam pada media bakteri yang ditandai dengan warna merah.

(7)

Gambar 7. Hasil uji MR

Sumber: Gambar pribadi

Gambar 8. Hasil uji VP

Sumber: Gambar pribadi

Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa tidak terjadi perubahan warna menjadi merah muda atau merah tua pada larutan VP. Hal ini menunjukkan hasil negatif terhadap keenam sampel es kristal tersebut. Menurut Ref. [21] uji VP menunjukkan hasil negatif karena bakteri target yang diharapkan tidak dapat memfermentasikan 2,3-butanadiol.

Gambar 9. Hasil uji SC

Sumber: Gambar pribadi

A D E F

(8)

Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa seluruh media biakan berubah warna menjadi biru. Hal tersebut menandakan bahwa hasil uji SC terhadap Escherichia coli adalah positif. Menurut Ref. [22] terjadinya perubahan warna media menjadi biru disebabkan oleh penggunaan sitrat sebagai sumber karbon untuk proses pertumbuhan dengan menghasilkan kondisi basa. Kondisi alkali (basa) tersebut yang merubah warna media menjadi biru.

Hasil penelitian menyatakan bahwa semua sampel yang diteliti negatif mengandung Escherichia coli. Hal tersebut mengindikasikan bahwa produsen yang memproduksi es kristal tersebut menggunakan sumber air yang telah memenuhi standar kelayakan konsumsi sehingga dapat meminimalisir keberadaan mikroorganisme dalam air. Hal ini sesuai dengan Ref. [9] jika es kristal diproduksi menggunakan air yang matang, maka pada saat proses perebusan gas di dalam air tersebut akan terlepaskan sehingga menyebabkan es kristal terlihat bening. Ref. [23] juga melaporkan bahwa penggunaan air yang tidak bersih dan higienis dalam proses pembuatan es batu dapat meningkatkan resiko cemaran Escherichia coli. Hal ini disebabkan karena proses pembekuan tidak mampu membunuh Escherichia coli. Selain itu, Ref. [24] juga menyatakan bahwa proses produksi dan proses pengangkutan sangat mempengaruhi kualitas dari es kristal tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan semua faktor yang dapat berpengaruh terhadap mutu dari es kristal selama proses pembuatan.

4. Kesimpulan dan Saran

Penelitian yang dilakukan pada keenam sampel es kristal dari rumah makan di Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh menunjukkan hasil yang negatif atau sampel tidak mengandung Esherichia coli. Hasil penelitian ini sesuai dengan Menteri Kesehatan RI907/MENKES/SK/VII/2002 mengenai kualitas air minum, bahwa air minum tidak boleh mengandung coliform fecal (seperti; Escherichia coli) dalam 100 ml air (MPN = 0/100 ml). Rumah makan yang terdapat di Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh telah menerapkan standar kesehatan sesuai dengan aturan pemerintah. Diharapkan agar penelitian selanjutnya dapat meneliti bakteri lainnya, seperti Salmonella Enterica dan dapat menguji keberadaan bakteri Escherichia coli dengan identifikasi yang lebih lengkap.

5. Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga dan teman-teman sejawat yang telah banyak memberikan dukungan serta bantuan kepada peneliti.

6. Referensi

[1] Departemen Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Departemen Kesehatan, Jakarta, 2010.

[2] N. Soekidjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Gizi, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.

[3] F. Antung Sima, “Evaluasi Bakteri Indikator Sanitasi Di Sepanjang Rantai Distribusi Es Batu Di Bogor,” J.II.Pert.Indon, 2006.

[4] B. Hadi, E. Bahar, dan R. Semiarti, “Uji Bakteriologis Es Batu Rumah Tangga yang Digunakan Penjual Minuman di Pasar Lubuk Buaya Kota Padang,” Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 2014.

[5] N. Putri, “Warung Nasi Dikelurahan Pisangan,” Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015.

[6] Agus, 2015, Cara Membuat Es Tube/Es Kristal, Diakses pada Tanggal 8 Juni 2020 di http://tokomesinusaha.com

[7] U.H. Suriawiria, Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu Shitake, Kuping, Tiram, Penebar Swadaya, Jakarta, 2004.

[8] I. Entjang, Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat, Citra Adtya Bakti, Bandung, 2003.

[9] Michael, dkk, “Bakteri Coliform dalam Es Batu pada Tiga Rumah Makan Ayam Goreng Siap Saji di Bandung,” JKM, Vol.9 No.2, 2010.

[10] Ikmalia, “Analisa Profil Protein Isolat Escherichia coli S1 Hasil Iradiasi Sinar Gamma,” Fakultas Sains Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2008.

(9)

[11] D. Elfidasari, et al., “Perbandingan Kualitas Es di Lingkungan Universitas Al Azhar Indonesia dengan Restoran Fast Food di Daerah Senayan dengan Indikator Jumlah Escherichia coli Terlarut,” Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, Vol.1(No.1), 2011.

[12] D. Ismail, “Uji Bakteri Escherichia coli Pada Minuman Susu Kedelai Bermerek dan Tanpa Merek di Kota Surakarta,” Naskah Publikasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

[13] Antung, SF. 2009, Evaluasi Bakteri Indikator Sanitasi, Diakses pada Tanggal 8 Juni 2020 di http://web.ipb.ac.id/∼Ippm/ID/index.php?view=jurnal/detail2JIPI&volume=11&no=2&id=91

[14] S. Ishi, M.J. Sadowsky, “Escherichia coli in the environment: Implications for water quality and human health,” Microbes Environ, 23:101-108, 2008.

[15] G. Ekici and E. Dümen, 2019, Escherichia coli and Food Safety, Diakses pada Tanggal 12 Juni 2020 di https://www.intechopen.com/books/the-universe-of-escherichia-coli/-em-escherichia-coli-em-and-food-safety

[16] R.S. Hadietomo, Mikrobiologi Praktek Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium, Gramedia, Jakarta, 1993.

[17] BSN, Cara Uji Makanan dan Minuman (SNI 01-2891-1992), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta, 1992.

[18] A. Sudarsono, “Isolasi dan Karakteristik Bakteri Pada Ikan Laut Dalam Spesies Ikan Giandara (Lepidocibiu Flavobromeum),” Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2008.

[19] M.J. Leboffe, dan B.E. Pierre, A Photographic Atlas for the Microbiology Laboratory, Morton Publishing Company, 2011.

[20] I. Saridewi, A. Pambudi, dan Y. F. Ningrum, “Analisis Bakteri Escherichia Coli Pada Makanan Siap Saji Di Kantin Rumah Sakit X Dan Kantin Rumah Sakit Y,” Biologi UNJ Press, BIOMA 12 (2), 2016. [21] R. Puspadewi, A. Putranti, dan A. Afif, “Deteksi Staphylococcus aureus dan Salmonella pada Jajanan

Sirup,” Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(1), 26-33 hal. 2017.

[22] R. Sari, dan A, Pratiwi, “Cemaran Bakteri Eschericia coli dalam Beberapa Makanan Laut yang Beredar di Pasar Tradisional Kota Pontianak,” Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 (2), 14-19 hal, 2014.

[23] R. Saraswati, Y. Erny, H. Kurniawan, “Pengembangan Teknologi DSA untuk percepatan pengomposan kurang dari 10 hari,” Laporan Akhir Shinta, Balittanah BBSDLP, Bogor-Indonesia, 2010.

[24] I. Sabrina, “Perbandingan Kualitas Es Batu di Warung Makan dengan Restoran di DIY dengan Indikator Jumlah Bakteri Coliform dan Escherichia Coli Terlarut,” Mutiara Medika,Vol.11 No.3, 2011.

Gambar

Gambar 2. Media Indole  Sumber: Gambar pribadi
Gambar 3. Media MR-VP  Sumber: Gambar pribadi
Gambar 5. Pertumbuhan bakteri pada media NA  Sumber: Gambar pribadi
Tabel 1. Hasil Identifikasi bakteri Escherichia coli  Nama Sampel  Indole  MR  VP  SC  Hasil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peran ahli waris sebagai nadzhir dan pengelola terdapat dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf pasal 1 ayat 4 menjelaskan bahwa Nadzir dalam konteks ini yaitu ahli

Berdasarkan dari pengujian yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada sistem informasi monitoring perdagangan, pariwisata dan investasi Indonesia dengan

Materijalno-operativno gledište zaštite odnosi se na poznavanje svojstava materijala, prepoznavanje vrste i uzroka/uzročnika oštećenja, primjenu preventivnih i

Menimbang, bahwa berdasarkan relaas Panggilan untuk Tergugat dimana Jurusita Pengganti Pengadilan Agama Pangkalpinang telah memanggil Tergugat secara resmi dan

Hasil perbandingan faktor memperlihat- kan bahwa peningkatan mutu dan standar produk ekspor nasional dan internasional serta regulasi perdagangan antar negara adalah elemen

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa kedudukan pengurus Yayasan dalam penyelenggaraan Pendidikan Tinggi memiliki peran di bidang administrasi, di bidang

Akurasi waktu penyinaran pesawat sinar-X tersebut memiliki penyimpangan terbesar pada titik 100 ms sebesar 1 % sedangkan nilai lolos uji yaitu <10 % berarti

5. Menggunakan waktu untuk memberikan jawaban. Terjalinnya komunikasi dengan guru terkait permasalahan yang diberikan melalui tanya jawab. Siswa menunjukkan sikap baik dalam kegiatan