• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMBELAJARAN BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMBELAJARAN BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI"

Copied!
253
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PEMBELAJARAN BERBASIS HIGHER ORDER

THINKING SKILL (HOTS) PADA MATA PELAJARAN

AKUNTANSI

Studi Kasus Kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Natalia Kartika Ardelia S.P NIM: 151334005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahankan untuk:

 Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang senantiasa menyertai setiap waktu.

 Untuk kedua orang tuaku bapak Sunardi dan ibu C. Mary Widarti Imawan yang selalu memotivasi, mencurahkan kasih sayang, dan memberikan dukungan finansial maupun dukungan mental serta nasihat yang selalu diberikan sehingga terselesaikannya tugas akhir dalam perkuliahan ini.  Untuk nenek tersayang Lies Suryani yang sudah berada di sisi-Nya dengan

kakek saya.

 Dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar membimbingku dalam proses penyusunan skripsi.

(5)

v

MOTO

”They say God’s time is the best, but You have to

believe that’s God’s plan is the best also never early,

never late, always on time”

Goals Reader

“We make our own plan, but the Lord decides where we will go”

Proverbs 16:9

“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah

penakut dan bimbang”

Andrew Jackson

“When it become tough, it’s okay to rest. Reenergize

yourself and work even harder. Let’s work hard.”

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

ANALISIS PEMBELAJARAN BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus Kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Natalia Kartika Ardelia S.P Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru akuntansi di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang memenuhi unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi; (2) menganalisis pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru akuntansidi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang mengarah pada keterampilan berpikir tingkat tinggi; (3) menganalisis penilaian atau evaluasi pembelajaran yang dibuat oleh guru akuntansi di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang mengarah pada unsur pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Jenis penelitian ini adalah mixed methods dengan model sequential exploratory. Subjek dalam penelitian ini adalah guru akuntansi dan siswa kelas X Akuntansi 1. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru akuntansi kelas X di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta belum memenuhi unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi (perhitungan cut off point 48% menyatakan bahwa persentase tersebut belum memenuhi unsur HOTS); (2) pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru akuntansi di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta belum mengimplementasikan kegiatan pembelajaran yang mengarahkan siswa pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (perhitungan cut off point 33% menyatakan bahwa persentase tersebut belum memenuhi unsur HOTS);; (3) penilaian atau evaluasi pembelajaran yang dibuat oleh guru akuntansi di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta kelas X Akuntansi 1 belum mengarah pada unsur pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi (perhitungan cut off point 45% menyatakan bahwa persentase tersebut belum memenuhi unsur HOTS).

Kata kunci: HOTS, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran, Penilaian Pembelajaran.

(9)

ix

ABSTRACT

LEARNING ANALYSIS BASED ON THE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) IN ACCOUNTING SUBJECT

A Case Study to the Grade Ten students of SMK BOPKRI 1 Yogyakarta Natalia Kartika Ardelia S.P

Sanata Dharma University 2019

The study aimed to analyze: (1) the design of the Learning Implementation Plan (RPP) made by the accounting teachers at SMK BOPKRI 1 Yogyakarta based on the elements of high-level thinking skills; (2) the implementation of learning activities carried out by the accounting teachers at SMK BOPKRI 1 Yogyakarta which leads to high-level thinking skills; and (3) the assessment or evaluation of learning made by the accounting teachers at SMK BOPKRI 1 Yogyakarta which leads to the element of measuring high-level thinking skills.

This type of research was mixed methods with a sequential exploratory model. The subjects of this study were accounting teachers and students of Grade Ten of Accounting 1. Data were collected by using interviews, observations, documentations, and questionnaires.

The results of the study show that: (1) the design of the Learning Implementation Plan (RPP) made by the tenth class of accounting teacher at SMK BOPKRI 1 Yogyakarta had not fulfilled the element of high-level thinking skills (48% cut off point calculation states that the percentage did not meet the HOTS elements); (2) the implementation of learning activities by accounting teachers at SMK BOPKRI 1 Yogyakarta had not implemented learning activities that lead to high-level thinking skills (33% cut off point calculation states that the percentage did not meet the HOTS elements); and (3) the assessment or evaluation of learning made by accounting teachers at SMK BOPKRI 1 Yogyakarta in the tenth class of Accounting 1 had not led to an element of high-level thinking skills(45% cut off point calculation states that the percentage did not meet the HOTS elements). Key words: HOTS, learning implementation plan (RPP), implementation of learning activities, implementation of learning assessment.\

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skrispsi dengan lancar. Skripsi ini berjudul “Analisis Pembelajaran Berbasis Higher Order

Thinking Skill (HOTS) pada Mata Pelajaran Akuntansi Studi Kasus Kelas X

di SMK Negeri 1 Yogyakarta” yang ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan berbagai macam fasilitas demi kelancaran dalam penyelesaian Skripsi ini.

2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berkenan memberi izin penelitian dan menyediakan fasilitas untuk keperluan kelancaran penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, yang telah menyetujui terkait pelaksanaan pembuatan skripsi ini.

(11)

xi

4. Bapak Dr.S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si., selaku Dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta motivasi.

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh proses perkuliahan.

6. Kedua orang tuaku, Bapak Sunardi, Ibu Mey-Mey, tiada kata dan tindakan yang mampu membalas semua kasih sayang, doa, dan perhatian yang kalian berikan kepadaku.

7. Satu-satunya nenek tersayang Mak Lies Surjani yang tiada lelah mengingatkan tugas atau apapun mengenai kuliah, juga doa dan perhatian yang telah diberikan yang telah betermu dengan kakek saya di sisi-Nya. 8. Sahabat-sahabatku dari SMA Agnes, Natu, dan Odel yang tiada lelah

mengingatkan skripsi, memberikan semangat, memberi nasihat, dan memotivasiku.

9. Teman-temanku Ayu, Dhila, Agnes, Rosa, dan Sr. Ertha yang selalu memberiku semangat dari awal skripsi sampai terselesaikannya skripsi ini. 10. Teman-temanku dari 711 Kak Yunda, Kak Sara, Hani, Mariana, Saskia, dan

Nova yang selalu memberikan semangat, menghibur dan melepaskan penat saat semua terasa berat.

11. Teman-teman satu bimbingan skripsiku yang selalu memberikan dukungan selama satu tahun penuh yang tidak pernah lelah untuk mengingatkan satu sama lain hingga terselesaikannya skripsi ini.

(12)
(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

(14)

xiv A. Latar Belakang ... 1 B. Batasan Masalah... 4 C. Rumusan Masalah ... 5 D. Tujuan Penelitian ... 5 E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Kurikulum ... 7

1. Pengertian Kurikulum ... 7

2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ... 8

3. Tujuan Pengembangan Kurikulum 2013 ... 10

4. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum 2013 ... 11

5. Struktur Kurikulum 2013 untuk SMK ... 17

B. Berpikir Tingkat Tinggi ... 18

1. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi ... 18

2. Landasan Berpikir Tingkat Tinggi ... 19

3. Dimensi Proses Kognitif Berpikir Tingkat Tinggi ... 22

C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 24

1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 24

2. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP ... 25

3. Komponen dan Langkah-langkah Pengembangan RPP ... 27

4. Karakteristik RPP yang mengarah pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 30

(15)

xv

1. Pengertian Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 34

2. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 38

3. Pembelajaran yang Berpusat pada Guru ... 39

4. Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa ... 43

5. Karakteristik Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran yang Mengarah pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 58

E. Pelaksanaan Penilaian ... 60

1. Pengertian Penilaian ... 60

2. Penilaian Kurikulum 2013 ... 61

3. Karakteristik Penilaian Kurikulum 2013 ... 63

4. Fungsi Penilaian ... 67

5. Karakteristik Soal HOTS ... 68

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 71

G. Kerangka Berpikir ... 75

BAB III METODE PENELITIAN... 79

A. Metode Penelitian Mixed Methods ... 79

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 79

1. Tempat Penelitian... 79

2. Waktu Penelitian ... 79

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 79

1. Subjek Penelitian ... 79

2. Objek Penelitian ... 79

(16)

xvi

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 80

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 85

3. Kegiatan Penilaian Kelas (Assessment) ... 89

4. Persepsi Siswa ... 92

E. Sumber Data Penelitian ... 94

1. Data Primer ... 94

2. Data Sekunder ... 94

F. Teknik Pengumpulan Data ... 95

1. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif... 95

2. Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif... 97

G. Instrumen Penelitian... 98

1. Instrumen Penelitian Kualitatif ... 98

2. Instrumen Penelitian Kuantitatif ... 100

H. Teknik Analisis Data ... 103

1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 104

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 107

I. Tahap-tahap Penelitian ... 109

1. Tahap Persiapan ... 109

2. Tahap Pelaksanaan ... 111

3. Tahap Analisis ... 111

BAB IV GAMBARAN SEKOLAH ... 112

A. Sejarah Singkat SMK BOPKRI 1 Yogyakarta ... 112

(17)

xvii

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta ... 115

D. Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta 120 E. Siswa Satuan Pendidikan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta ... 120

BAB V DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN ... 122

A. Deskripsi Data ... 125

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 125

2. Penerapan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Pelaksanaan.. 130

3. Kegiatan Penilaian Pembelajaran (Assessment) ... 139

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 143

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 143

2. Penerapan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Pelaksanaan.. 146

3. Kegiatan Penilaian Pembelajaran (Assessment) ... 151

BAB VI PENUTUP ... 152 A. Kesimpulan ... 152 B. Keterbatasan Penelitian ... 153 C. Saran ... 153 DAFTAR PUSTAKA ... 155 LAMPIRAN ... 158

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Strukrur Kurikulum SMK ... 17

Tabel 2.2 Revisi Taksonomi Bloom ... 22

Tabel 2.3 Format Pasangan KD pengetahuan dan keterampilan ... 31

Tabel 2.4 Format Penetapan Target KD pengetahuandan keterampilan... 31

Tabel 2.5 Aktivitas Guru dan Peserta Didik dalam Melaksanakan Inkuiri... 45

Tabel 2.6 Peran Guru dan Peserta Didik dalam Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek ... 54

Tabel 2.7 Perbedaan Pembelajaran Berpusat pada Guru dengan Pembelajaran Berpusat pada Siswa ... 55

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen RPP... 81

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Guru di Kelas ... 85

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen KegiatanPenilaian Pembelajaran... 89

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Persepi Siswa ... 92

Tabel 3.5 Tabel Interpretasi nilai r ... 102

Tabel 3.6 Reliabilitas Persepsi Siswa... 103

(19)

xix

Tabel 3.8 Hasil Analisis Instrumen Aktivitas Guru di Kelas Berbasis HOTS ... 106

Tabel 3.9 Hasil Analisis Instrumen Penilaian Berbasis HOTS ... 106

Tabel 3.10 Penilaian Persepsi Siswa ... 109

Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2019/2020 ... 121

Tabel 5.1 Hasil Anlisis Kompetensi Dasar (KD) pada RPP Perbankan ... 126

Tabel 5.2 Hasil Analisis Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) pada RPP Perbankan ... 126

Tabel 5.3 Hasil Analisis Tujuan Pembelanajaran pada RPP Perbankan ... 127

Tabel 5.4 Hasil Analisis Kegiatan Pembelajaran pada RPP Perbankan ... 128

Tabel 5.5 Hasil Wawancara Guru Mata Pelajaran Akuntansi Kelas X... 131

Tabel 5.6 Analisis Hasil Kuesioner Persepsi Siswa ... 138

Tabel 5.7 Hasil Analisis ... 140

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tingkat Proses Kognitif Menurut Bloom ... 19

Gambar 2.2 Siklus Dasar Pembelajaran Inkuiri ... 45

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 79

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Dikpora ... 159

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Kampus ... 160

Lampiran 3 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ... 161

Lampiran 4 Hasil Validasi Instrumen RPP ... 162

Lampiran 5 Hasil Validasi Instrumen Aktivitas Guru di Kelas ... 168

Lampiran 6 Hasil Validasi Instrumen Penilaian Pembelajaran ... 174

Lampiran 7 Hasil Validasi Materi Instrumen Keusioner Siswa ... 179

Lampiran 8 Hasil Validasi Bahasa Instrumen Kuesioner Siswa ... 182

Lampiran 9 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru ... 185

Lampiran 10 Hasil Analisis Persepsi Siswa ... 188

Lampiran 11 Hasil Analisis Wawancara Guru... 189

Lampiran 12 Hasil Analisis RPP ... 193

Lampiran 13 Hasil Analisis Instrumen RPP Berbasis HOTS ... 198

Lampiran 14 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru di Kelas... 200

Lampiran 15 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru di Kelas Berbasis HOTS .. 205

(22)

xxii

Lampiran 17 Hasil Analisis Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS ... 210

Lampiran 18 RPP Perbankan Dasar ... 212

Lampiran 19 Soal Latihan Perbankan Dasar ... 219

Lampiran 20 Kelompok Kata Kerja Operasional Taksononomi Bloom ... 221

Lampiran 21 Hasil Jawaban Kuesioner dari Siswa ... 223

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang amat penting dalam suatu negara karena memiliki komponen dalam lingkup pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai akhlak untuk pembentukan jati diri bangsa, sehingga pendidikan mampu mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Kurniawan (2013:52-53) sebuah pendidikan memiliki tiga komponen utama, yaitu pendidik, peserta didik, dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dan komponen-komponen tersebut berada di lingkungan sekolah agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dua komponen dalam pendidikan akan saling berinterakasi yaitu guru dan siswa dan satu komponen yang lain yaitu kurikulum, akan melengkapi proses pembelajaran karena kurikulum itu sendiri merupakan sistem pendidikan yang berisikan rencana, tujuan, bahan ajar, cara mengajar, yang akan diberikan kepada siswa dan dilaksanakan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan pengertian kurikulum menurut UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berpikir merupakan sebuah proses melatih ide-ide atau gagasan secara tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Dalam hal

(24)

itu ini sangat jelas bahwa aktivitas berpikir dapat membantu memecahkan masalah-masalah. Guru sebagai ujung tombak pembelajaran di kelas perlu mendesain pembelajaran sedemikian rupa mulai dari membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian. Semuanya harus diarahkan untuk melatih kemampuan berpikir siswa. Berdasarkan jenjangnya, kemampuan berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Higher Order Thinking (HOT) atau berpikir tingkat tinggi dan Lower Order Thinking (LOT) atau berpikir tingkat rendah. Tentunya untuk mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi perlu dikembangkan dan ditanamkan pada setiap insan terdidik.

Menurut Ernawati (2017:196-197), berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS) merupakan cara berpikir yang tidak hanya menghafal secara verbalistik saja namun juga mampu memaknai arti yang terkandung di dalamnya sehingga mampu menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif. Dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa diharapkan tidak hanya dapat menjelaskan kembali ataupun hanya menyebutkan materi-materi yang sudah diajarkan guru, melainkan siswa diharapkan agar mampu menganalisis, memecahkan masalah dan membuat ide-ide baru atau menciptakan produk baru.

(25)

Taksonomi Bloom merupakan hirarki atau tingkatan yang mendasari keterampilan berpikir. Menurut Sani (2016:102), taksonomi Bloom terdapat tiga aspek dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dan dianggap sebagai dasar dalam berpikir tingkat tinggi. Ketiga aspek tersebut adalah aspek menganalisa (C4), aspek mengevaluasi (C5), dan aspek mencipta (C6). Tiga aspek lain dalam ranah yang sama, yaitu aspek mengingat (C1), aspek memahami (C2), dan aspek menerapkan (C3), masuk dalam bagian dari keterampilan berpikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skill (LOTS).

Untuk mewujudkan agar siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi maka guru juga berperan penting dalam mewujudkan tujuan tersebut. Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum melakukan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dalam menyusun RPP, guru harus membuat kegiatan yang menimbulkan partisipasi aktif siswa agar sesuai dengan kurikulum 2013, yang menuntut siswanya aktif di dalam pembelajaran. Meskipun Kompetensi Dasar (KD) pada saat mengajar tergolong sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah namun guru dituntut untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis HOT (Higher Order Thinking). Jika guru berhasil mempraktikan RPP yang memuat indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka hasil yang diharapkan setelah proses pembelajaran adalah siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.

(26)

Pada kenyataannya, guru masih mengalami kesulitan dalam membuat RPP yang memuat indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Akuntansi kelas X SMK BOPKRI 1 YOGYAKARTA yang menyatakan bahwa beliau masih sering mencantumkan metode tradisional dalam RPP yaitu ceramah. Ceramah merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru. Metode ceramah tidak memenuhi kebutuhan kurikulum 2013 yaitu meningkatkan partisipasi siswa. Dengan menggunakan metode ceramah , keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa akan sulit berkembang, karena dalam metode ceramah guru lebih banyak menjelaskan materi tanpa melibatkan siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pembelajaran Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada Mata Pelajaran Akuntansi Studi Kasus Kelas X di SMK BOPKRI 1 YOGYAKARTA”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu adanya batasan masalah. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas permasalahan yang ingin diteliti dan fokus terhadap masalah yang akan diteliti. Penelitian difokuskan pada variabel penelitian yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa yang tercermin dalam perumusan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran dan Pelaksanaan

(27)

Penilaian Pembelajaran (assessment). Selain itu fokus kegiatan penelitian juga dibatasi dalam tahapan guru dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kegiatan Pembelajaran dan Kegiatan Penilaian Pembelajaran (assessment).

C. Rumusan Masalah

1. Apakah desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta sudah memenuhi unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi?

2. Apakah pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru SMK BOPKRI 1 Yogyakarta sudah memenuhi unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi?

3. Apakah penilaian pembelajaran yang dibuat oleh guru di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta sudah memenuhi unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis sejauh mana desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta sudah memenuhi unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2. Untuk menganalisis sejauh mana pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru SMK BOPKRI 1 Yogyakarta sudah memenuhi unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi.

3. Untuk menganalisis penilaian pembelajaran yang dibuat oleh guru di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang mengarah pada unsur

(28)

pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut:

1. Bagi SMA tempat penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi bagi guru-guru di SMK BOPKRI 1 YOGYAKARTA terutama Guru mata pelajaran Akuntansi agar dapat membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kegiatan Pembelajaran dan Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi atau bacaan ilmiah bagi mahasiswa-mahasiswi Universitas Sanata Dharma sebagai referensi untuk pembuatan skripsi.

3. Bagi Penulis

Dengan melakukan penelitian ini, penulis dapat menerapakan ilmu-ilmu yang sudah didapatkan pada saat perkuliahan dan jika penulis menjadi tenaga pendidik di kemudian hari maka penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam pembuatan

(29)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kegiatan Pembelajaran dan Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran berbasis keterampilan

(30)

7 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Menurut Dakir (2004:2), kurikulum berasal dari bahasa Latin yang kata dasarnya adalah currer. Secara harafiah, berarti lapangan perlombaan lari. Setiap lapangan garis start dan garis finish. Dalam pendidikan, lapangan digambarkan bahwa materi pembelajaran telah ditentukan dari mana awalnya dan sampai kapan materi tersebut diajarkan, serta bagaimana cara untuk mencapai garis akhir tersebut. Konsep kurikulum mengalami terobosan pada dimensi waktu dan tempat. Dahulu kurikulum pernah diartikan sebagai “Rencana Pelajaran”, yang terbagi menjadi rencana pelajaran minimum dan terurai. Namun kenyataannya, rencana pelajaran tidak hanya membiacarakan materi pelajaran, tetapi juga membahas mengenai masalah pendidikan. Oleh karena itu, istilah rencana pelajaran kiranya kurang tepat.

Akibat dari perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi, kurikulum mengambil bahan ajar dan pengalaman belajar pada waktu lampau dan masa depan sehingga bahan ajar dan pengalaman belajar tidah terbatas pada masa sekarang. Selain waktu, bahan ajar

(31)

mengambil muatan lokal yang kemudiam secara nasional yang menjadi internasional. Kurikulum merupakan program pendidikan, yaitu program yang direncanakan, diprogramkan, dan dirancangkan berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar dari masa lalu, sekarang, dan masa depan yang disusun secara sistematik dan sesuai dengan norma yang berlaku sekarang. Menurut Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empiris. Menurut Majid (2014: 10), kurikulum memiliki empat landasan yang digunakan sebagai dasar kurikulum, yaitu:

a. Landasan Yuridis

Landasan yuridis adalah hukum yang digunakan sebagai dasar pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan yuridis yang digunakan dalam kurikulum antara lain Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

(32)

Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Landasan yuridis lainnya adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif, dan Pendidikan Kewirausahaan.

b. Landasan Filosofis

Landasan filosofis adalah dasar yang mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum adalah ketiga dimensi kehidupan bangsa, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Nilai dan prestasi bangsa dari masa lalu memberikan dasar dan modal bagi kehidupan bangsa dan individu yang dikembangkan dan digunakan untuk membangun kualitas hidup bangsa di masa sekarang, dan kelanjutan hidup bangsa dan individu di masa depan.

Dengan tiga demensi kehidupan tersebut, kurikulum menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budaya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik yang tidak kehilangan kualitan dan kepribadian untuk kehidupan yang lebih

(33)

baik di masa sekarang, dan membangun kehidupan masa depan lebih baik.

c. Landasan Empiris

Landasan empiris memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang berlaku di lapangan. Hasil riset Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan siswa Indonesia berada pada peringkat amat rendah dalam kemampuan memahami informasi yang kompleks, teori, analisis, dan pemecahan masalah, pemakaian alat, prosedur, dan pemecahan masalah, serta melakukan investigasi. Hasil ini menunjukkan perlunya perubahan orientasi kurikulum yang tidak tidak membebani dengan konten namun pada kemampuan esensial yang diperlukan untuk berperan serta dalam membangun negara.

d. Landasan Teoritis

Landasan teoritis memberikan dasar teoritis pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses. Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard based education) dan teori kurikulum berbasis kompotensi. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

(34)

3. Tujuan Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Mengacu pada penjelasan UU No. 20 Tahun 2003, bagian umum dikatakan bahwa “Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi: ..., pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, ...” dan pada penjelasan Pasal 35 bahwa “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati”. Demikian diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

4. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum 2013

Kurikulum mengalami perubahan dari tahun ke tahun yang membuat kurikulum memerlukan pemantauan secara rutin dan langsung untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang diterapkan.

(35)

a. Kelebihan Kurikulum

Menurut Mulyasa (2018:53), ada enam kekuatan dalam Kurikulum 2013, antara lain:

1) Yuridis Formal

Ada 9 dasar yuridis formal yang melandasi implementasi kurikulum 2013

a) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

b) Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

c) Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan,

d) Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikam Dasar dan Menengah,

e) Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah,

f) Permendikbud Nomor 23Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan,

g) Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, h) Rencana Stratejik (Renstra) Kementerian Pendidikan dan

(36)

2) Sosialisasi yang Telah Dilaksanakan

Kurikulum 2013 merupakan perubahan dan penataan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bermuatan kompentensi dan karakter. Tidak ada jadwal khusus atau program untuk pengenalan kuriklulum 2013, tetapi sosialisasi telah dilaksanakan dari perubahan kurikulum sebelumnya.

3) Gotong Royong dan Kerjasama

Gotong royong dan kerja sama merupakan dua dari lima karakter dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang diprogramkan oleh pemerintah. Budaya gotong royong dan kerja sama dapat dimanfaatkan untuk menangani masalah di sekolah.

4) Potensi SDM

Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang sertifikasi guru, hampir semua guru dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan telah memiliki ijazah minimal sarjana. Guru yang sudah bersertifikasi menandakan bahwa guru tersebut berkualitas sehingga dapat menghasilkan bibit SDM yang berkualitas nantinya.

5) Bonus Demografi

Dalam waktu 10 tahun ke depan usia produktif Indonesia akan melimpah. Jadi, jika usia produktif tersebut diolah dengan

(37)

baik untuk mengolah sumber daya alam Indonesia dimana nantinya akan membantu Indonesia keluar dari garis kemiskinan.

6) Adanya Organisasi Formal dan Informal

Hampir di semua wilayah Indonesia telah memiliki organisasi formal yang berhubungan dengan profesi pendidikan seperti Kelopmok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS). Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), dan Kelompok Kerja Guru (KKG). Organisasi tersebut akan berperan dalam melakukan perubahan kurikulum melalui pembinaan dan pelatihan.

b. Kelemahan Kurikulum

Menurut Mulyasa (2018: 55), ada enam kelemahan dalam Kurikulum 2013, antara lain:

1) Kultur Birokrasi

Budaya birokrasi yang masih dipengaruhi feodalisme, ketika para pejabat dan pimpinan lebih suka dilayani daripada melayani masih tumbuh dan berkembang di sebagian besar wilayah dan masyarakat Indonesia. Kebiasaan lainnya seperti lemahnya dalam mengambil prakarsa (inisiatif), serta selalu menunggu petunjuk atasan tidak menunjang Kurikulum 2013 Revisi. Dalam lingkungan sekolah perilaku manajerial kepala sekolah cenderung kurang terbuka dan kurang demokratis

(38)

dalam mengelola sekolahnya. Hal ini menyebabkan kekurangpercayaan guru terhadap kepala sekolah sehingga dapat menurunkan semangat kerja guru.

2) Produktivitas Sekolah Masih Rendah

Rendahnya etos kerja dan disiplin guru dan tenaga pendidikan di sekolah menyebabkan rendahnya produktivitas sekolah. Salah satu indikatornya adalah masih rendahnya prestasi belajar yang dapat dicapai dari peserta didik. Rendahnya prestasi belajar terlihat dari dari ujian nasional dimana sampai saat ini masih menjadi momok yang menakutkan bagi peserta didik, guru, kepala sekolah, orangtua, dan masyarakat luas.

3) Menurunnya Kepercayaan Masyarakat terhadap Sekolah Dahulu ketika orangtua mendaftarkan anaknya ke sekolah maka mereka mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada guru dan tenaga kependidikan di sekolah sepenuhnya. Saat ini masyarakat sudah tidak sepenuhnya lagi menaruh kepercayaannya kepada sekolah. Dengan demikian, tidak heran kalau ada orangtua yang mempermasalahkan tindakan sekolah atau tindakan guru kepada anaknya, bahkan ada yang memprosesnya lewat jalur hukum. Dengan adanya permasalahan tersebut banyak guru yang canggung dalam

(39)

melakukan tindakan menegur siswanya dikarenakan takut dituntut oleh orangtua.

4) Lulusan Sekolah Kurang Mampu Bersaing

Sekolah di Indonesia pada umumnya belum mampu melahirkan lulusan yang siap bersaing untuk kerja ataupun untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kebijakan dan program dalam Indonesia sering berganti seiring bergantinya menteri yang menyebabkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan, terutama pendidikan formal. Hal tersebut ditandai oleh banyaknya pengangguran terdidik karena para lulusan sekolah sulit mendapat pekerjaan dan itu berdampak memudarkan harapan dan kepercayaan masyaraktt terhadap sekolah.

5) Kurangnya Sarana, Prasarana, dan Sumber Belajar

Sarana, prasarana. dan sumber belajar seperti tanah, gedung, perpustakaan, laboratorium, dan bengkel sangat menunjang kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Walaupun pemerintah telah berusaha memerhatikan seluruh sekolah di Indonesia, namun tidak semua terjangkau oleh pemerintah. Jikalau sekolah telah dipenuhi oleh pemerintah dari segi sarana, prasarana, dan sumber belajar namun belum pasti buku pedoman, buku guru, dan guru pedoman digunakan secara optimal. Banyak sekolah yang dikelola oleh masyarakat yang

(40)

tidak memiliki sarana, prasarana, dan sumber belajar yang memadai sesuai dengan standar nasional pendidikan.

6) Banyaknya Bangunan Sekolah yang Rusak

Salah satu faktor yang membuat peserta didik semangat belajar adalah bangunan sekolah dengan lingkungan aman dan nyaman untuk belajar. Namun kenyataannya banyak bangunan sekolah yang rusak atau tidak memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan sehingga menghambat penerapan kurikulum di sekolah. Kemungkinan besar bangunan sekolah yang berada di kota ataupun yang dapat capai pemerintah telah memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan, namun tidak bagi yang berada di daerah kecil terutama di luar Pulau Jawa kondisi bangunan sekolah mengalami rusak parah. Hal tersebut membutuhkan penanganan secara khusus dan profesional.

5. Struktur Kurikulum 2013 untuk SMK

Berikut merupakan tabel struktur kurikulum SMK menurut Sanjaya (2006: 67-68).

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian: (Ditetapkan oleh Sekolah)

Program/Pendidikan dan Latihan Alokasi Waktu I. II. Program Normatif 1. Pendidikan Sosial-Budaya dan Kewarganegaraan 216

(41)

IV. 3. Olahraga dan Kesehatan 216

V. 4. Bahasa Indonesia 144

VI. VII. Program Adaptif

1. Bahasa Inggris Sesuai

Program Keahlian

VIII. 2. Matematika

IX. 3. Keterampilan Komputer

dan Pengelolaan Informasi *)

X. 4. Kewirausahaan **)

XI. 5. ...**)

XII. XIII. Program Produktif 1. ...***) Sesuai Program Keahlian 2. ...***) 3. ...***) Jumlah Penjelasan:

a. *) Mata pendidikan dan latihan ini ada dalam seluruh Program Keahlian.

b. **) Program Keahlian tertentu menambah beberapa mata pendidikan dan latihan.

c. ***) Nama mata pendidikan dan latihan Program Produktif disesuaikan dengan krakteristik program keahlian.

d. Satu unit satuan waktu yang tercantum dalam alokasi waktu adalah 60 menit.

e. Minggu efektif belajar untuk kelas X, XI, dan XII dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 24-40 minggu.

f. Alokasi waktu untuk SMK adalah untuk masa belajar 3 tahun. g. Muatan lokal diadakan dan ditentukan jenisnya oleh

daerah/sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan daerah/sekolah sebagai ekstrakurikuler.

h. Kegiatan yang mendorong/mendukung pembiasaan diatur dan dilaksanakan oleh sekolah sebagai ekstrakurikuler.

B. Berpikir Tingkat Tinggi

1. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi

Menurut Gunawan (2012:171), berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking (HOT) adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk memahami suatu informasi dengan cara memanipulasi

(42)

informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru, sehingga informasi yang didapatkan tidak hanya hasil dari menghafal saja. Menurut Sani (2019:1-2), berpikir tingkat tinggi merupakan proses berpikir yang mampu menerapkan informasi baru untuk memanipulasi informasi yang diharapkan dapat menemukan solusi dari setiap masalah yang dihadapi. Berdasarkan pendapat ahli tersebut berpikir tingkat tinggi dapat disimpulkan sebagai proses berpikir yang tidak sekedar menghafal, namun berpikir tingkat tinggi merupakan berpikir yang mampu menemukan informasi baru, memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi baru yang dapat digunakan untuk menemukan solusi dalam setiap pemecahan masalah.

2. Landasan Berpikir Tingkat Tinggi

Berbicara mengenai keterampilan berpikir tingkat tinggi, taksonomi Bloom dapat digunakan sebagai landasan utama. Benjamin S Bloom dalam (Sani, 2016 : 102-104) membagi hasil belajar dalam enam kategori, yakni : (a) pengetahuan (knowledge), (b) pemahaman (comprehension), (c) penerapan (application), (d) analisis, (e) sintesis, dan (f) evaluasi. Tingkat pemahaman peserta didik dianggap berjenjang dengan tingkat paling rendah (C1): pengetahuan atau mengingat, sampai tingkat paling tinggi (C6): evaluasi, seperti diilustrasikan pada gambar berikut.

(43)

Gambar 2.1

Tingkat Proses Kognitif Menurut Anderson & Kratwohl

Revisi taksonomi yang dilakukan oleh Anderson & Kratwohl mendeskripsikan perbedaan antara proses kognitif dengan dimensi pengetahuan yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif (Sani, 2016: 104). Revisi taksonomi tersebut memberikan gambaran bahwa yang termasuk dalam indikator keterampilan berpikir tingkat rendah yaitu mengingat, memahami, dan mengaplikasikan, sedangkan yang termasuk dalam indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Hal tersebut sesuai dengan dimensi proses kognitif yang semakin meningkat dari mengingat sampai mencipta.

Pengertian dari masing-masing tingkatan kognitif itu adalah sebagai berikut:

(44)

a. Pengetahuan: peserta didik mampu mengingat informasi yang didapat, walaupun tingkatan pengetahuan merupakan kategori yang paling rendah tetapi pengetahuan dapat menjadi dasar dari proses kognitif karena tanpa mengingat, maka peserta didik tidak dapat memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.

b. Pemahaman: peserta didik mampu memahami dan menggunakan informasi yang dikomunikasikan. Contohnya adalah : kemampuan translasi, kemampuan interpretasi, dan kemampuan ekstrapolasi. Translasi atau menerjemahkan adalah kemampuan mengubah simbol yang lain tanpa mengubah maknanya. Interpretasi adalah kemampuan menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol verbal atau nonverbal. Ekstrapolasi adalah kemampuan melihat kecenderungan atau kelanjutan sebuah temuan.

c. Aplikasi: peserta didik dapat menerapkan konsep yang sesuai pada suatu masalah atau situasi baru untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

d. Analisis: peserta didik mampu menguraikan informasi yang diperoleh untuk menganalisis sebuah permasalahan sehingga ditemukan solusi untuk masalah tersebut.

e. Sintesis: peserta didik dapat menghasilkan produk, menggabungkan beberapa bagian dari pengalaman atau bahan/informasi baru untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

(45)

f. Evaluasi: peserta didik memberikan penilaian tentang ide atau informasi baru. Kemampuan evaluasi merupakan kemampuan mengambil keputusan atau memberikan pendapat berdasarkan penilaian menggunakan kriteria-kriteria tertenu terhadap suatu situasi, pernyataan, ide, atau informasi.

Setelah digunakan cukup lama untuk membuat rancanan instruksional dalam dunia pendidikan, Anderson dan Krathwohl (2000 dalam Sani, 2016: 104) menelaah kembali Taksonomi Bloom dan melakukan revisi sebagai berikut:

Tabel 2.2

Revisi Taksonomi Bloom

Tingkatan Taksonomi Bloom (1956) Anderson dan Krathwohl (2000) C1 Pengetahuan Mengingat C2 Pemahaman Memahami C3 Aplikasi Menerapkan C4 Analisis Menganalisis C5 Sintesis Mengevaluasi

C6 Evaluasi Berkreasi (sintesis)

3. Dimensi Proses Kognitif Berpikir Tingkat Tinggi

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa terdapat tiga dimensi kognitif pada taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl yang masuk sebagai indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi yakni: Menganalisis, Mengevaluasi dan Mencipta,

(46)

sedangkan ketiga proses kognitif dalam ranah yang sama yakni keterampilan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan merupakan keterampilan berpikir yang berada pada tingkat rendah. Dimensi proses kognitif Bloom sebagaimana yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwoladalah sebagai berikut (Kuswana, 2012: 115):

a. Mengingat Kembali (Recall)

Mengingat kembali artinya mendapatkan kembali atau pengembalian pengetahuan relevan yang tersimpan dari memori jangka panjang. Contoh kata kerja operasional yangdigunakan pada level mengetahui yaitu menyebutkan, menjelaskan, menggambarkan dan menunjukkan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami artinya mendeskripsikan susunan dalam artian pesan pembelajaran, mencakup oral, tulisan dan komunikasi grafik. Kata kerja operasional yang digunakan pada level memahami yaitu memperkirakan, menjelaskan, mencirikan dan membandingkan.

c. Menerapkan (Aplication)

Menerapkan yaitu menggunakan prosedur dalam situasi yang dihadapi. Contoh kata kerja operasional yang digunakan pada level menerapkan yaitu menugaskan, mengurutkan, menentukan dan menerapkan.

(47)

Menganalisis yaitu memecahkan materi menjadi bagian-bagian pokok dan menggambarkan bagaimana bagian-bagian-bagian-bagian tersebut, dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan. Contoh kata kerja operasional yang digunakan pada level menganalisis yaitu menganalisis, memecahkan, menegaskan, menelaah dan mengaitkan. e. Mengevaluasi (Evaluation)

Mengevaluasi yaitu melakukan evaluasi atau penilaian yang didasarkan pada kriteria dan atau standar. Contoh kata kerja pada level mengevaluasi yaitu membandingkan, menyimpulkan, menilai dan mengkritik.

f. Mencipta (Creation)

Menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama ke dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik. Contoh kata kerja operasional yang digunakan pada level menciptakan yaitu mengatur, mengumpulkan, mengategorikan, memadukan dan menyusun.

C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Majid & Rochman (2014:61) rencana pelaksanaan pembelajaran, adalah rencana yang dibuat untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan, rencana pelaksanaan pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar atau beberapa indikator untuk

(48)

satu kali pertemuan atau lebih. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Setiap guru di dalam satuan pendidikan wajib menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.

Pengembangan RPP dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu, yang difasilitasi dan disupervisi oleh kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP selanjutnya dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah yang dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan. Pengembangan RPP dilakukan dengan tujuan agar guru dapat bertukar informasi dengan guru lain sehingga RPP yang disusun diharapkan dapat menjadi pedoman atau acuan yang baik dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dilakukan setelah guru mengamati siswa. Setiap perbedaan yang dimilik siswa harus diperhatikan dengan baik oleh guru, agar RPP yang disusun dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

(49)

2. Prinsip-prinsip RPP

Menurut Majid & Rochman (2014: 261), berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

RPP harus disusun dengan memperhatikan perbedaan atau karakteristik setiap siswa di dalam kelas. Perbedaan atau karakteristik siswa dapat dilihat dari perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik

Proses pembelajaran dirancang semaksimal mungkin agar dapat melibatkan partisipasi aktif peserta didik dalam mengembangkan motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. Membaca dapat menambah sumber informasi, tetapi tidak semua peserta didik memiliki kemampuan mengingat yang diperoleh dari sekedar membaca, maka setelah membaca peserta didik seharusnya

(50)

menulis di buku atau catatan kecil agar apa yang ditulis dapat diingat dalam jangka waktu yang lama.

d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Setiap respon yang diberikan siswa dalam kegiatan belajar mengajar harus direspon secara positif oleh guru, guru tidak boleh menjatuhkan mental siswa dengan memberikan pernyataan negatif.

e. Keterkaitan dan keterpaduan

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

Perencanaan pembelajaran disusun dengan memperhatikan perkembangan teknologi dan informasi untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

(51)

Menurut Majid & Rochman (2014: 262- 264), berbagai komponen dan langkah-langkah pengembangan RPP dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mencantumkan identitas

Identitas merupakan hal pertama yang dicantumkan dalam menyusun RPP. Hal yang harus ada dalam identitas adalah nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan alokasi waktu. Nama sekolah adalah tempat dimana RPP itu akan dipraktikkan, misalkan SMA Rajawali Jaya. Mata pelajaran adalah pelajaran yang harus diajarkan dan dipelajari oleh guru dan siswa, misalkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kelas/semester adalah tingkatan atau jenjang peserta didik yang akan menerima pelajaran, misalkan Kelas XI semester 2. Standar kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai oleh siswa yang menunjukkan bahwa siswa menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Alokasi waktu adalah jumlah jam pembelajaran yang sesuai dengan jumlah Kompetensi Dasar.

(52)

Tujuan pelajaran memuat penguasaan kompetensi yang ditargetkan atau yang harus dicapai oleh peserta didik. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang terdapat dalam indikator, maka dari itu jumlah rumusan tujuan pembelajaran dapat sama atau lebih banyak dari pada indikator. Alasan guru harus membuat tujuan pembelajaran adalah agar dapat melakukan pemilihan materi, metode, dan urutan kegiatan agar memiliki komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar sehingga dapat mencapai tujuan dan membantu guru dalam pembuatan penilaian yang benar. Guru tidak akan tahu siswanya telah mencapai sebuah tujuan jika guru belum menuliskan tujan pembelajaran yang akan dicapai.

c. Mencantumkan materi pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal yang harus diketahui adalah bahwa maeri dalam RPP merupakan pengembangan dari materi pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena itu, materi pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara terinci bahkan jika perlu guru dapat mengembangkannya menjadi Buku Siswa.

d. Mencantumkan model/metode pembelajaran

Penetapan model atau metode pembelajaran harus memperhatikan seperti apa materi yang akan diajarkan. Tidak

(53)

semua model atau metode pembelajaran cocok untuk diterapkan di semua materi pembelajaran. Selain memperhatikan materi yang diajarkan, model atau metode pembelajaran juga harus memperhatikan karakteristik siswa-siswa. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan menerima pelajaran yang berbeda, maka model atau metode pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran dan karakteristik peserta didik agar kegiatan pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif.

e. Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembalajaran Langkah-langkah kegiatan pembelajaran harus

dicantumkan dalam RPP untuk menjadi pedoman pada saat guru melaksanakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan pembelajaran memuat pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dimana masing-masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan.

f. Mencantumkan media/alat/bahan/sumber belajar

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam silabus. Apabila ketiga aspek ini dipenuhi maka penyusunan harus menyebutkan secara jelas: 1) media, 2) alat/bahan, 3) sumber belajar yang digunakan. Oleh karena itu,

(54)

guru harus memahami secara benar pengertian ketiga aspek tersebut.

g. Mencantumkan penilaian

Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen dan instrumen yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran. Format penilaian dapat disajikan dalam bentuk matriks horizontal maupun matriks vertikal. Dalam format penilaian hendaknya mencantumkan teknik/jenis, bentuk insrumen, kunci jawaban/rambu-rambu jawaban untuk memudahkan proses penilaian.

4. Karakteristik RPP yang mengarah pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Desain RPP yang dikembangkan perlu memperhatikan langkah-langkah sistematis yang harus dibuat oleh guru dengan berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Ariyana, Pudjiastuti, Bestary, & Zamroni (2018: 48-50), karakteristik dalam menyusun langkah-langkah desain pembelajaran HOTS adalah sebagai berikut:

a. Mencantumkan dan menganalisis kompetensi dasar yang sesuai dengan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Dasar yang menjadi sasaran minimal yang akan dicapai sesuai Kompetensi Dasar dengan format sebagai berikut:

(55)

Tabel 2.3

Format Pasangan KD pengetahuan dan keterampilan Kompetensi Dasar Pengetahuan Kompetensi Dasar Keterampilan <Nomor KD><KD Pengetahuan> <Nomor KD><KD Keterampilan>

b. Menentukan target yang akan dicapai sesuai dengan Kompetensi Dasar dengan format sebagai berikut:

Tabel 2.4

Format Penetapan Target KD pengetahuan dan keterampilan No Kompetensi Dasar Target KD KD Pengetahuan

<KD Pengetahuan> <Target pengetahuan yang diamanatkan oleh KD>

KD Keterampilan

<KD Keterampilan> <Target keterampilan yang diamanatkan oleh KD>

c. Proyeksikan dalam sumbu simetri seperti pada Tabel 2.3 kombinasikan dengan pengetahuan dengan proses berpikir.

d. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

(56)

1) Memperhatikan dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan yang menjadi target dan harus dicapai peserta didik.

2) Menentukan Kompetensi Dasar (KD) yang akan diturunkan menjadi Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK).

3) Menggunakan Kata Kerja Operasional yang sesuai dengan Indikator Pencapaian Kompetensi(IPK) agar konsep materi dapat tersampaikan secara efektif.

4) Merumuskan IPK penunjang dan IPK kunci, sedangkan IPK pengayaan dirumuskan apabila kompetesi minimal KD sudah dipenuhi peserta didik.

e. Merumuskan tujuan pembelajaran, apakah peningkatan kognitif, psikomotorik atau afektif. Perumusan tujuan pembelajaran harus jelas menunjukkan kecapakan yang harus dimiliki peserta didik. Tujuan pembelajaran mengisyaratkan bahwa ada beberapa karakter kecakapan yang akan dikembangkan guru dalam pembelajaran. Selain itu, tujuan pembelajaran juga bertujuan untuk menguatkan pilar pendidikan.

f. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran:

1) Pahami KD yang dianalisis

2) Pahami IPK dan materi pembelajaran yang telah dikembangkan

(57)

3) Pahami sintaks-sintaks yang ada pada model pembelajaran, rumuskan kegiatan pembelajaran yang meliputi orientasi, motivasi, dan apersepsi

4) Rumuskan kegiatan inti yang berdasarkan pada: a) IPK

b) Karakteristik peserta didik c) Pendekatan saintifik

d) 4C (Creativity, Critical Thingking, Communication, Collaboration)

e) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan literasi 5) Rumuskan kegiatan penutup yang meliputi kegiatan

refleksi baik individual maupun kelompok

a) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

b) Melakukan kegiatan tindak lanjut

c) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya

d) Kegiatan penutup dapat diberikan penilaian akhir sesuai KD yang bersangkutan

6) Tentukan sumber belajar berdasarkan kegiatan pembelajaran

7) Rumusan penilaian (formatif dan sumatif) untuk pembelajaran yang mengacu pada IPK.

(58)

D. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

1. Pengertian Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Menurut Suprihatiningrum (2016:118), pelaksanaan pembelajaran adalah proses dimana guru akan menunjukkan kemampuan mengajar di kelas. Agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dibutuhkan keterampilan-keterampilan guru yang mampu secara akademik menguasai subjek yang akan diajarkan, terutama dalam menggunakan metode dan media pembelajaran. Menurut Bahri &Zain (2010: 1), pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanakan pembelajaran dimulai.

Menurut pendapat ahli tersebut pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik yang membutuhkan keterampilan guru dalam mengajar untuk mencapai sebuah tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.

Menurut Majid & Rochman (2014: 264-266), kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran saling berhubungan satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan. Sebelum

(59)

melakukan kegiatan inti, guru harus terlebih dahulu melakukan kegiatan pendahuluan untuk menyiapkan peserta didik dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran. Setelah melakukan kegiatan inti, kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah kegiatan penutupan. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan guru harus menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari; mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi yang akan dipelajari;menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(60)

Kegiatan inti menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang meliputi observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi.Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerjasama, toleransi, disiplin, taat aturan, dan menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. 1) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan : menyimak, melihat, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi kegiatan tersebut untuk melakukan pengamatan terhadap objek/benda tertentu yang berhubungan dengan materi.

2) Menanya

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya melalui apa yang sudah mereka lihat, dengar dan amati. Guru perlu membimbing peserta didik untuk mengajukan pertanyaan. Jika terdapat peserta didik yang bertanya, berarti ada rasa ingin tahu yang timbul pada dirinya, dan rasa ingin tahu tersebut dapat menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang

(61)

ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

3) Mengumpulkan dan Mengasosiasikan

Kegiatan selanjutnya dari bertanya adalah mengumpulkan informasi. Kemudian berdasarkan informasi yang diperoleh peserta didik, informasi tersebut dapat digunakan untuk mengolah data dan mencari keterkaitan antara informasi yang satu dengan yang lainnya.

4) Mengkomunikasikan Hasil

Kegiatan selanjutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan dan refleksi pembelajaran, melakukan penilaian, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

(62)

2. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Menurut Permendikbud No. 103 tahun 2014, kegiatan pelaksanaan pembelajaran perlu adanya prinsip untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dalam kurikulum. Prinsip tersebut yaitu: peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;pembelajaran berbasis kompetensi;pembelajaran terpadu;pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard skills dan soft skills;pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Prinsip pelaksanaan pembelajaran juga menganut semboyan dari Ki Hajar Dewantara yaitu pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dansuasana belajar menyenangkan dan menantang.

(63)

3. Pembelajaran yang Berpusat pada Guru

a. Model Pembelajaran Langsung

1) Pengertian model pembelajaran langsung

Istilah model pengajaran langsung sering disebut juga dengan model pengajaran aktif, training model, mastery teaching, dan exolicit instruction. Menurut Trianto (2014: 97), pengajaran langsung adalah pengajaran yang memerlukan tindakan dan keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat kegiatan pelaksanaan pembelajaran, dan pada saat melakukan penilaian. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang berpusat pada guru.

2) Menurut Kardi & Nur ( dalam Trianto, 2014: 93), ciri-ciri pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:

a) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pembelajaran pada siswa termasuk prosedur penilaian pembelajaran

b) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung sesuai rencana yang dibuat

(64)

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola pembelajaran secara umum. Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2014: 99-103), langkah-langkah pengajaran langsung meliputi tahapan berikut ini:

a) Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa

Pada awal pembelajaran atau biasa disebut dengan kegiatan pendahuluan, guru harus memaparkan tujuan pembelajaran agar siswa tahu apa yang akan diperoleh setelah pembelajaran selesai. Penyampaian tujuan pembelajaran bertujuan agar siswa tertarik dalam mengikuti pelajaran dan dapat berpartisipasi aktif dalam pelajaran. Pengelolaan siswa juga sangat diperlukan pada awal kegiatan pembelajaran agar pembelajaran dapat dilaksanakan dengan kondusif.

b) Presensi dan demonstrasi

Fase kedua pengajaran langsung adalah presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Tujuan kegiatan presentasi yang dilakukan oleh peserta didik selain untuk menyampaikan informasi atau pendapat setelah berdikusi adalah untuk melatih kepercayaan diri

Gambar

Tabel 2.1  Struktur Kurikulum
Gambar 2.3        Kerangka Berpikir Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran  Pelaksanaan  Penilaian Kelas (Assessment) Guru Keterampilan Bepikir Tingkat Tinggi Siswa Kurikulum 2013
Tabel 3.7 Hasil Analisis Instrumen RPP Berbasis HOTS  Jumlah Skor  Perhitungan  Hasil Persentase
Tabel 5.1 Hasil Analisis Kompetensi Dasar (KD) pada RPP  Perbankan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaduan, saran, dan masukan dapat disampaikan secara tertulis melalui surat yang ditujukan kepada: Sekretaris Ditjen Pendidikan Vokasi Komplek Kemdikbud Gd.

Maka akan dilakukan penelitian dengan judul : “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Solitaire Card Terhadap High Order Thinking Skill (HOTS) Siswa Pada Materi Sistem

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas butir soal berbasis Higher Order Thinking Skiils (HOTS) untuk melatih berpikir kritis siswa pada mata

Ketiga, Hasil uji secara parsial menunjukan terdapat pengaruh antara budaya religius (X) terhadap akhlak siswa (Y) yang ditandai dengan (1) berdasar pada tabel budaya

Oleh karena itu, mulai terjadi penurunan produksi karet yang memburuk pada tahun 1990, dan pihak perkebunan melakukan perencanaan konversi lahan dan pada tahun

Begitu pula sama kuatnya posisi anak laki-laki dan anak perempuan sebagai ahli waris, juga mengenai ahli waris pengganti, tidak pernah tertutup karena keberadaan ahli

Konversi karbohidrat dalam pati ubi gadung menjadi LA digunakan suatu katalis yaitu asam sulfat untuk mempercepat reaksi- nya seperti pada penelitian-penelitian yang