PENGLIHATAN: KATARAK DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA BUDI MULIA 2
CENGKARENG
TANGGAL 4-6 2017
Disusun Oleh : ABDUL MUSLIMIN
2014750001
PROGRAM STUDI D IIIKEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
iv
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur saya Kepada Allah Azza Wajalla, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua makhluknya, sehingga dengan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia Tn. M Dengan Katarak” di Panti Sosial Tresna Wreda Budhi Mulia 2 Cengkareng”.
Selama proses pembuatan laporan kasus ini, penulis banyak menemui hambatan dan kesulitan, namun berkat pembimbing dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UMJ
2. Ibu Ns. Titin sutini, M.Kep.,Sp. Kep.An Selaku Ka, Prodi FIK UMJ
3. Ibu Ns. Lily Herlina, M.Kep.Sp.Kep.Kom selaku dosen dan pembimbing Keperawatan Gerontik yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, serta selaku penguji pertama pada ujian akhir program studi DIII Keperawatan FIK UMJ.
4. Drs.Dedi Muhdiana, M.Kes selaku wali tingkat angkatan 32 yang telah menemani dan membimbing kami dengan penuh kesabaran selama 1 tahun. 5. Ibu Yuli Selaku Pembimbing Lapangan saat Praktek di Panti Sosial Tresna
Wreda Budhi Dharma Bekasi.
6. Dosen dan para stap D III Keperawatan RSIJ FIK UMJ yang telah banyak memberikan ilmu dan mengajari saya selama 3 tahun ini.
7. Kepala ruangan dan staf yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Darma Bekasi yang telah memberikan data-data untuk menujang karya tulis ilmiah..
v
9. Tim georontik (Abdul, Dika, Veggi, Mitha, Windi, Eka, Lala, Wardah.) terima kasih atas kerja samanya dengan baik dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya bersama-sama.
10. Temen seperjuangan selama di kampus yaitu: (Abdul Muslimin, Dika Fernanda, Satya wira wijakasana)
11. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi angkatan 32 yang telah banyak memberikan dukungan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir dari penulis menyadari dari Karya Tulis Ilmiah ini banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran ataupun kritikan yang membangun dari semua pihak dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bidang kesehatan.
Jakarta, 8 Juni 2017
Abdul Muslimin 2104750001
vi
LEMBAR PERSETUJAN ……… ii
LEMBAR PENGESAHAN ……….. iii
KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penulisan ... 4 1. Tujuan Umum ... 4 2. Tujuan Khusus ... 5 C. Ruang Lingkup ... 5 D. Metode Penulisan ... 5 E. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 7
A. Konsep Dasar Proses Menua ... 7
1. Pengertian ... 7
2. Klasifikasi Lanjut Usia ... 8
3. Teori Proses Menua... 8
4. Perubahan Terjadi pada Lansia ... 11
B. Konsep Dasar Masalah Kesehatan Katarak ... 28
1. Pengertian ... 28 2. Klasifikasi ... 29 3. Etiologi ... 30 4. Patofisiologi ... 32 5. Manifestasi Klinis ... 32 6. Komplikasi ... 33 7. Penatalaksanaan ... 34 8. Data Penunjang ... 35
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia ... 35
D. Konsep Proses Keperawatan Lansia ... 37
vii
4. Pelaksanaan Keperawatan ... 51
5. Evaluasi Keperawatan ... 52
BAB III TINJAUAN KASUS ... 53
A. Pengkajian Keperawatan ... 53 B. Diagnosa Keperawatan... 65 C. Perencanaan Keperawatan ... 68 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 75 E. Evaluasi Keperawatan ... 81 BAB IV PEMBAHASAN ... 91 A. Pengkajian Keperawatan ... 91 B. Diagnosa Keperawatan... 93 C. Perencanaan Keperawata ... 94 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 95 E. Evaluasi Keperawatan ... 95 BAB V PENUTUP ... 97 A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA...99 LAMPIRAN...100
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dampak ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dalam bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu ”melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat (Nugroho, 2008). Usia Harapan Hidup (UHH) adalah salah satu indikator pembangunan kesehatan. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (2011), pada tahun 2005-2010 UHH adalah 69,1% dan pada tahun 2005-2010-2015 UHH meningkat menjadi 70,1%, angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6% (kemenkes, 2013).
Saat ini, diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, usia lanjut akan mencapai 1,2 milyar. Indonesia salah satu Negara berkembang yang mengalami peningkatan penduduk lanjut usia. Jumlah penduduk berusia 60 tahun keatas makin meningkat. Pada tahun 2016 jumlah lansia mencapai 25 juta, pada tahun 2020 menjadi 28,7 juta atau 11,34 %, sedangkan pada tahun 2050 diperkirakan akan terdapat 80 juta lansia, dengan rasio 60-69 tahun berjumlah 35,8 juta dan 80 tahun keatas berjumlah 11,8 juta. Berdasarkan BPS, Susenas (2014), prevlensi lansia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan terdapat empat provinsi dengan proporsi lansia terbesar yaitu Yogyakarta 13,05 %, Jawa Tengah 11,11 %, Jawa Timur 10,96 % dan Bali 10,05 %. Sementara itu terdapat tiga provinsi dengan proporsi terkecil yaitu Papua 2,43 %, Papua Barat 3,62 %, dan Kepulauan Riau 3,75%. Dengan meningkatnya jumlah Lanjut usia (lansia) harus mendapatkan perhatian khusus untuk kesejahteraan baik dari pemerintah, lembaga
masyarakat, maupun dari masyarakat itu sendiri. Perhatian yang diberikan dapat bersumber dari berbagai aspek, baik aspek kehidupan, sosial, ekonomi, dan kesehatan.
Menurut Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Nugroho, 2012). Proses menua adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menua atau menjadi tua bukanlah suatau penyakit tetapi merupakan suatu peroses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam atau luar tubuh yang masih dikatagorikan sebagai hal alamiah (Aspiani, 2014).
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan keseimbangan kesehatan dan kondisi stres fisiologis nya. Berdasarkan karakteristik sosial masarakat yang mengangap bahwa orang telah tua jika menujukan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak biasa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam masyarakat kepulauan pasifik, seseorang dianggap tua ketika dia berfungsi sebagai kepala dari garis keturunan keluarganya (azizah, 2011).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggaapan bahwa menjadi tua itu identik dengan
semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung di pandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit- sakitan. Berbagai masalah kesehatan yang muncul di lansia akibat regenerative atau akibat usia yang semakin bertamabah yaitu salah satunya katarak. Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina (istiqomah, 2012).
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan.(Menurut WHO, 2011) katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Angka kebutaan di Indonesia tertinggi di Wilayah Asia Tenggara. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara insiden (kejadian baru) katarak yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang hanya 80.000 orang per tahun. Kondisi ini mengakibatkan jumlah katarak yang cukup tinggi (Depkes, 2011).
Tanda gejala yang biasa muncul pada lanjut usia yang mengalami katarak adalah pandangan mata yang kabur, suram atau seperti ada bayangan awan atau asap, sulit terdapat lingkaran cahaya saat memandang sinar, membutuhkan cahaya yang terang untuk membaca atau ketika beraktifitas, warna memudar atau cenderung menguning saat melihat, dan pandangan ganda jika melihat dengan satu mata. persepsi sensori mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan yang baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensori dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Persepsi sensoris juga memberikan pertahan sebagai respon terhadap lingkungan serta bertindak sebagai sistem keamanan seseorang terhadap sesuatu yang dapat mengakibatkan permasalahan. Penyebab dari
katarak seperti usia, trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam atau tumpul, terpapar sinar X atau benda-benda radioaktif, penyakit mata, penyakit DM, dan infeksi virus di masa pertumbuhan janin. Dampak katarak pada lanjut usia dapat mengakibatkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan mobilisasi dapat terjadinya resiko jatuh karena penglihatan yang tidak jelas karena terdapat kabut yang menghalangi objek ( Sarif La Ode, 2012).
Banyaknya khasus bahaya dan dampak yang ditimbulkan akibat dari katarak peran perawat sangat penting dalam pelayanan terhadap lanjut usia yang mengalami katarak diantaranya aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabililatif. Aspek promotif pada keperawatan dalah dengan memberikan penyuluhann kesehatan tentang katarak pada lanjut usia, aspek preventif yaitu upaya pencegahan terjadinya resiko jatuh karena penglihatan yang tidak jelas karena terdapat kabut yang menghalangi objek dan kebutaan, aspek kuratif yaitu upaya untuk pengobatan dan oprasi terhadap katarak, aspek rehabilitative yaitu upaya untuk memulihkan fungsi mata setelah tinakaan pembedahan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia dengan masalah sistem persepsi sensoris: katarak. Maka penulisan mengambil judul karya tulis ilmiah “Asuhan Keperatan Pada lansia Tn. M Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Gangguan Sistem Persepsi Sensoris : Katarak Di Panti Sosial Teresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Pada Tanggal 4-7 April 2017”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Tn. M dengan katarak.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan katarak
b. Mampu menentukan diagnosa Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan katarak
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan katarak
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan katarak.
e. Mampu mengevaluasi tindakan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan Katarak.
f. Mampu mengidentifikasi perbedaan yang terjadi amtara teori dan kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, faktor penghambat, serta dapat mencari solusi yang baik.
h. Mampu mendokumentasi semua kegiatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan Katarak yang telah di laksanakan sesuai proses asuhan keperawatan.
C. Ruang Lingkup
Menerangkan batasan penulisan makalah ilmiah sesuai dengan asuhan keperawatan yang di berikan kepada usia lanjut Tn. M dengan Katarak di panti social Tresna Wreda Budi Mulia 2 Cengkareng pada tanggal 4-7 April 2017.
D. Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah dengan metode deskriftif atau studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang di gunakan adalah ; studi kasus, dimana peserta didik mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan. Dalam metode ini di sebutkan juga
bagaimana peserta didik memperoleh data informasi dengan (wawancara secara langsung dari klien (Tn. M ) dan tidak langsung dari petugas kesehatan, observasi, dan pemeriksaan fisik).
E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Membahas tentang konsep dasar masalah kesehatan yang
terdiri dari pengertian, patofisiologi dan penatalaksanaan dan konsep lanjut usia secara teori meliputi : pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
BAB III : Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari h asil
langsung tentang asuhan keperawatan lanjut usia meliputi : pengkajian, diagnosa, perenca-naan, implem-entasi dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang membahas kesenjangan teori dengan
kasus, analisa dari faktor-faktor pendukung dan penghambat serta alternatif pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan di tiap-tiap tahapan yang meliputi pengkajian,diagnosa,perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB V : Kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUN TEORITIS A. Konsep Dasar Penuan
1. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau menggati dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita ( Aspiani, 2014).
WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteran lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang bengangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).
Lanjut usia adalah sebagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembangdari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menajdi tua. Hal yang normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. (Azizah, 2012).
2. Klasifikasi Lanjut Usia
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, ada 4 tahap yakni: 1) Usia pertengahan ( Middle age, 45- 59 tahun).
2) Lanjut Usia (Elderly 60-74 tahun) 3) Lanjut Usia Tua ( Old 75-90)
4) Usia Sangat Tua ( Verry Old, diatas 90 tahun).
b. Menurut Dep. Kes.RI Departemen kesehatan republik Indonesia membagi lanjut usia menjadi sebagai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 tahun), keadaan ini dikatakan sebagai masa virilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa pensiunan.
3) Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa senium.
c. Menurut prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ, lanjut usia dikelompokan sebagai berikut:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) (18/20-25 tahun). 2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturasi (25-65
tahun).
3) Lanjut usia (geriatric age) (lebih dari 65/70 tahun). 4) Young old (70-75 tahun).
5) Old (75-80 tahun).
6) Very old (usia lebih dari 80 tahun).
3. Teori-teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, psikososial, teori lingkungan. (Aspiani, 2014).
a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetic/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai
batas usia yang berbeda beda yang tela di putar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati.
2) Teori Non Genetik
a) Teori Penurunan system imun tubuh (auto immunetheory) mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemapuan system imun tubuh mengenai dirinya sendiri (Self Recognition). Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan system imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto imun pada lanjut usia.
b) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory) Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti ;Asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigment dan kolagen pada proses menua.
c) Teori menua akibat metabolisme
bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat petumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Darmojo, 1999). d) Teori rantai silang
Teory ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
e) Teori fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsic dan ekstrinsik, terdiri atas teori oksidasi stress, dan teori dipakai aus (wear and tear theory). Disini terjadi kelebihan usai dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kastabilan lingkungan internal).
b. Teori Sosiologis
1) Teori interaksi social
Pokok pokok social exchange theory antara lain ;
a) Masyarakat terdiri atas aktor social yang berupaya mencapai tujuannya masing masing.
b) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi social yang memerlukan biaya dan waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak di capai,seorang actor mengeluarkan biaya.
2) Teori aktivitas atau kegiatan
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung.Teori ini menyaatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalan kegiatan social.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
3) Teori kepribadian berlanjut ( Continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya.Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.
4) Teori pembebasan/ penarikan diri ( disengagement theory) teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. 5) pokok-pokok disengagement theory
a) Pada pria, kehilangan peran hidup utam terjadi pada masa pensiun. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah. b) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini
karena lanjut usia dapat merasakan tekanan social berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik.
c) Ada 3 aspek utamadalam teori ini yang perlu diperhatikan: 1. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup.
2. Prosestersebut tidak dapat di hindari.
3. Hal ini di terima lanjut busia dan masyarakat.
4. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia a. Sel
Jumlah sel menurun/ lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di otak, otot ginjal, darah dan hati menurun, jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%, lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
b. Sistem Persarafan
Menurun hubungan persarafan, Berat otak menurun 10-20% (sel saraf setiap orang berkurang setiap harinya), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress, saraf panca indra mengecil, penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan, kurang sensitive terhadap sentuhan, defisit Memori.
c. Sistem Pendengaran
Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50% terjadi pada usia di atas 65 tahun,Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis, terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin, fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan atau stress, tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggiatau rendh, bisa terus menerus atau intermiten), vertigo (perasaan tidak stabilyang terasa seperti bergoyang atau berputar).
d. Sistem Penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan respons terhadap sinar menghilang, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjdai katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap, Penurunan atau hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi prebiosfia, seseorang sulit melihat dekat yang di pengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapang pandang menururn, luas pandang berkurang, daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada skala.
Mata adalah organ sensorik yang mentrasmisikan rangsang melalui jaras pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi tentunya banyak perubahan yang terjadi:
Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan) akibat penuaan :
Perubahan Normal yang b.d Penuaan
Implikasi Klinis
1. Penurunan kemampuan akomodasi.
2. Kontriksi pupil sinilis. 3. Peningkatan kekeruhan
lensa dengan perubahan warna menjadi menguning.
1. Kesukaran dalam membaca huruf-huruf yang kecil. 2. Penyempitan lapang
pandang
3. Sensitivitas terhadap cahaya Penurunan penglihatan pada malam hari.
Gangguan penglihatan
1. Perubahan struktur kelopak mata
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata. Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional terjadi pada :
1) M.orbicular
2) Retractor palpebra inferior 3) Tartus
4) Tendo kantus medial/lateral
5) Aponeurosis muskulus levator palpebral 6) Kulit
2. Perubahan sistim lakrimalis
Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos. Kegagalan fungsi pompa pada system kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi
punctum atau malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan epifora. Namun sumbatan system kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering dijumpai pada usia lanjut, diman dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria. Adapun patogenesia yang pasti terjadinya sumbatan ductus nasolakrimalis masih belum jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses jaringan mukosa dan berakibat terjadinya sumbatan.
3. Proses penuaan pada kornea
Arcus Senilis (Gerontoxon, Arcus Cornea)
Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering dijumpai. Keberadaan arcus senilis ini tidak memberikan keluhan, hanya secara kosmetik sering menjadi masalah. Kelainan ini berupa infiltrasi bahan lemak yang berwarna keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi kornea. Mula-mula timbulnya dibagian inferior kemudian diikuti bagian superior berangsung meluas dan akhirnya membentuk cincin.
4. Perubahan muskulus siliaris
Dengan bertambahnya usia, bentuk dari pada muskulus siliaris akan mengalami perubahan. Pada masa kanak-kanak muskulus tersebut cenderung flat, namun semakin bertambah usia seseorang maka serabut otot dan jaringan ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih tebal, terutama bagian interior. Proses tersebut berlanjut dan mencapai tebal maksimal pada usia + 45 tahun. Setelah itu terjadi proses degenerasi pengerutan dan ini diduga untuk mempertahankan bentuk. Dengan usia makin lanjut selain muskulus siliaris mengalami proses
atropi, juga terjadi hialinisasi. Tampak peningkatan jaringan ikat diantara serabut-serabut muskulus siliaris dan nukleusnya menipis. Tampak pula butiran-butiran lemak dan deposit kalsium diantara serabut muskulus tersebut.
5. Produksi humor aqueous
Pada mata sehat dengan pemeriksaan Fluorofotometer diperkirkan produksi H.Aqueous 2.4 + 0,06 micro liter/menit. Beberapa factor berpengaruh pada produksi H.Aqueous. dengan pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia terjadi penurunan produksi H.Aqueous 2% (0,06 mikro liter/menit) tiap decade. Penurunan ini tidsak sebanyak yang diperkirakan, oleh karena dengan bertambahnya usia sebenarnya produksi H.Aqueous lebih stabil disbanding perubahan tekanan intra okuler atau volume COA.
6. Perubahan refraksi
Pada orang muda, hipermetrop dapat diatasi dengan kontraksi muskulus silisris. Dengan bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest karena hilangnya cadangan akomodasi. Namun bila terjadi sclerosis nucleus pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang atau terjadi miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih cenbung.
Perubahan astigmat mulai terlihat pada umur 10-20 tahun dengan astigmat with the rule 75,5% dan astigmat against
the rule 6,8%. Pada umur 70-80 tahun didapatkan keadaan
astigmat with the rule 37,2% dan against the rule 35%. Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan astigmat antara lain kornea yang mengkerut oleh karena perubahan hidrasi pada kornea, proses penuaan pada kornea.
7. Perubahan struktur jaringan dalam bola mata
1) Lensa Cyrstallina
Bentuk cakram biconvex ; berukuran diameter 9mm dan tebal bagian sentral 4mm.
Susunan anatominya : a) Kapsul
b) Korteks c) Nucleus
Pada usia muda lensa tidak bernukleus, pada usia 20tahun nucleus mulai terbentuk. Semakin bertambah umur nucleus makin membesar dan padat, sedangkan volume lensa tetap, sehingga bagian korteks makin menipis, elastisitas lensa berkurang, indeks bias berubah (membias sinar jadi lemah). Lensa yang mula-mula bening transparan, menjadi tampak keruh (Sklerosis).
2) Iris
Mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami depigmentasi tampak ada bercak berwarna merah muda sampai putih.
3) Pupil
Kontriksi, mula-mula berdiameter 3mm, pada usia tua terjadi 1mm, reflek direk lemah.
4) Badan Kaca (Vitreous)
Terjadi degenerasi, konsistensi lebih encer (Synchisis), dapat menimbulkan keluhan Photopsia (melihat kilatan cahaya saat ada perubahan posisi bola mata).
5) Retina
Terjadi degenerasi (Senile Degeneration). Gambaran fundus mata mula-mula merah jingga cemerlang, menjadi suram dan ada jalur-jalur berpigment (Tigroid Appearance) terkesan seperti kulit harimau. Jumlah sel
fotoreseptor berkurang sehingga adaptasi gelap dan terang memanjang dan terjadi penyempitan lapang pandang.
8. Perubahan fungsional
Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata, media refrakta menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor berkurang, visus tajam dibandingkan pada usia muda. Keluhan silau (foto-fobi) timbul akibat proses penuaan pada kornea dan lensa.
9. Aspek Klinik
1) Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab umum kehilangan penglihatan yang bertahap. Lensa yang keruh menghalangi cahaya menenbus kornea, yang pada akhirnya mengamburkan tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya, otak menginterprestasikan bayangan yang kabur.
Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di masing-masing mata memburuk sendiri-sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic, yang biasanya unilateral, dan katarak congenital, yang kondisinya dapat tidak berubah. Katarak merupakan penyakit yang paling banyak terjadi pada orang diatas usia 70 tahun. Pembedahan memperbaiki penglihatan pada sekitar 95% pasien. Tampa pembedahan, katarak akhirnya menyebabkan kehilangan penglihatan total.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, Elastisitas dinding aorta menurun, Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hali ini menyebabkan kontraksi dan volume menururn (frekuensi denyut jantung maksimal = 200-umur), curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun), kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk( duduk ke berdiri), kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan, tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat.sistole normal ±95 mmHg.
f. Sistem pengaturan suhu tubuh
Temperatur tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologis ± 35◦c ini akibat metabolism yang menurun, pada kondisi ini, Lansia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah, keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktifitas otot.
g. Sistem Pernapasan
Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, aktivitas silia menurun, paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dan jumlah berkurang, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas tergnggu, refleks dan kemampuan batuk berkurang, sensitifitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisemia similis, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun seiring petambahan usia.
h. Sistem Pencernaan
Kehilangan gigi, penyebab utama kehilangan periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang kronis, atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu pengososngan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama karbohidrat), hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
i. Sistem Reproduksi
1) Wanita
a) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil b) Ovari menciut,uterus mengalami atrofi c) Atrofi payudara
d) Atrofi viva
e) selaput lendir vagina menurun,permukaan menjadi halus,sekresi berkurang,sifatnya menjadi alkali dan terjadi peubahan warna
2) Pria
a) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan berangsur-angsur.
b) Dorongan seksual menetap sampai usia 70 tahun,asal kondisi kesehatannya baik,yaitu:
c) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
d) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual.
f) Sebanyak 75% pria usia di atas 65 tahun mengalami pembesaran prostat.
j. Sistem genitourinaria
1) Ginjal.
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal,disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi,aliran darah ke ginjal menurun samapi 50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya kemampuan mengonsentrasi urine menurun, brat jenis urine menurun , proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elekrtolit lebih mudah terganggu bila di bandingkan dengan usia muda. Renal Plasma flow (RPF) dan Glomerular filtration
rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun secara linier sjak 30
tahun (cox Jr. dkk.,1985). Jumlah darah yang di filtrasi oleh ginjal berkurang.
2) Vesika Urinaria.
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lanjut usia , Vesika urinaria sulit di kosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine meningkat.
3) Pembesaran Prostat.
Kurang lebih 75% dialami oleh pria pada usia diatas 65 tahun. 4) Pembesaran Prostat.
Seseorang yang semakin menua, Kebutuhan seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tetentu kapan fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun. tetapi kapasitas untuk melakukannya dan menikmatinya berjalan terus sampai tua.
k. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi hormone. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolism organ tubuh yang termasuk hormone kelamin adalah :
1) Estrogen, progesterone, dan testosterone yang meelihara alat reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan. 2) Kelenjar pancreas, yang memproduksi insulin dan sangat
penting dalam pengaturan gula darah.
3) Kelenjar adrenal/ anak ginjal yang memproduksi adrenalin 4) Produksi hamper semuaa hormone menurun
5) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
6) Hipofisis; pertumbuhan hormone ada, tetapi rendah dan hanya ada di pembuluh darah, berkurangnya reproduksi ACTH, TSH, FSH, dan LH.
7) Aktivitas tiroid, BMR (Basal metabolic rate) dan daya pertukaran zat menurun.
8) Produksi oldesteron menurun
9) Sekresi hormone kelamin, misalnya progesterone, ekstrogen, dan testosterone menurun.
l. Sistem Integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar, bersisik (karena kehilangan proses kreatinasi serta perubahan ukuran bentuk sel epidermis), timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda cokelat, terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut kerut halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis, respon terhadap trauma menurun, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis verwarna
kelabu, ambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitasakibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku menjadi pudar, kurang bercahaya, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
m. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan paha, kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus, kifosis, gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas, gangguan gaya berjalan, kekakuan jaringan penghubung, diskus intervetebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, atrofi serabut otot, komposisi otot berubah sepanjang waktu, aliran darah keotot berkurang sejalan dengan proses menua, otot polos tidak begitu berpengaruh.
1. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, (dalam bukunya “keperawatan lanjut usia” (Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah).
a. Memory (daya ingat, ingatan)
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan dan menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang pernah dialami seseorang. Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (long term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory) atau seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu
menarik perhatiannya dan informasi baru seperti TV dan film. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham dalam keluarga. Oleh sebab itu dalam proses pelayanan sangat perlu dibuatkan tanda-tanda atau rambu-rambu baik berupa tulisan, atau gambar untuk membantu daya ingat mereka. Misalnya dengan tulisan JUM’AT, TANGGAL 4 APRIL 2017 dan sebagainya, ditempatkan pada tempat yang strategis yang mudah terlihat/dibaca.
b. IQ (intellegent quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika (analisa, linier, sekuensial) dan perkataan verbal. Tetapi persepsi dan daya membayangkan (fantasi) menurun. Walaupun mengalami kontrofersi, tes intelegensia kurang memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia. Hal ini terutama dalam bidang vokabulari (kosakata), keterampilan praktis, dan pengetahuan umum. Fungsi intelektual yang stabil ini disebut sebagai crystallized intelligent. Sedangkan fungsi intelektual yang mengalami kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat daftar, memori bentuk geometri, kecepatan menemukan kata, penyelesaian masalah, kecepatan berespon, dan perhatian cepat teralih.
c. Kemampuan pemahaman
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengarannya lansia yang mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lanjut usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dalam komunikasi dilakukan kontak mata (saling pandang). Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat dalam komunikasi akan menimbulkan rasa aman dan
diterima, sehingga merka akan lebih tenang, lebih senang merasa dihormati.
d. Pemecahan masalah (problem solving)
Pada lanjut usia masalah-masalah yang dipahami tentu semakin banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadinya penurunan fungsi indara pada lanjut usia. Hambatan yang lain dapat berasal dari penurunan daya ingat., pemahaman dan lain-lain,yang yang berakibat bahwa pemecahan masalah menjadi lebih lama. Dalam menyikapi hal ini pendekatan pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia perlu diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien lanjut usia.
e. Pengambilan keputusan (decision making)
Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah. Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dianalisa, dipertimbangkan, dan dipilih alternatif yang dinilai positif (menguntungkan), kemudian baru diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah-olah menjadi tertunda. Oleh sebab itu, merka membutuhkan petugas dan pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil tanpa dibicarakan dengan mereka, akan menimbulkan kekecewaan dan mungkin dapat memperburuk kondisinya. Oleh karena itu pengambilan keputusan, kaum tua tetap dalam posisi yang dihormati.
f. Kebijaksanaan (wisdom)
Kebijaksan (wisdom) adalah aspek kepribadian (personality) dan kombinasi dari aspek kognitif. Kebijaksaan menggambarkan sifat dan sikap individu yang mampu mempertimbangkan antara baik dan buruk serta utung ruginya sehingga dapat bertindak secara adil
da bijaksana. Pada lansia semakin bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan. Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat kematangan kepribadian seseorang dan pengalaman hidup yang dijalani. Atas dasar hal tersebut, dalam melayani lanjut usia harus degan penuh bijaksana sehingga kebijaksanaan yang pada masing-masing individu yang dilayani tetap terpelihara.
g. Kinerja (performance)
Pada lanjut usia akan terlihat penurunan kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan yang membutuhkan kecepatan dan waktu mengalami penurunan. Penurunan itu bersifat wajar sesuai perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis.
h. Motivasi
Motivasi atau fenomena kejiwaan yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku demi mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dituntut oleh lingkunganya. Motivasi dapat bersumber dari fungus kognitif dan fungsi afektif. Motif kognitif lebih menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu.motif ini kan mendorong manusia untuk mencari dan mencapai kesenangan dan kepuasan baik fisik, psikis dan social, dalam kehidupannya dan individu akan menghayatinya secara subjektif. Pada lanjut usia, motivasi baik kognitif maupun afektif akan mencapai/memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi tersebut seringkali kurang memperoleh dukungan kuat fisik maupun psikologis, sehingga hal-hal diinginkan banyak berhenti ditengah jalan.
2. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupanya. Lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaanya. Hal ini dapat terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. Spiritualitas pada lansia bersifat universal, interinsik dan merupakan proses individu yang berkembang sepanjang rentan kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memunginkan individu dengan keimananspiritual atau religius untuk bersikap untuk menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.
3. Perubahan psikososial
a. Pensiun
Bila seorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain:
1) Kehilangan finansial
2) Kehilangan status ( dulu punya jabatan yang tinggi dan segala fasilitasnya)
b. Keluarga (emptiness): kesendirian, kehampaan.
c. Teman: ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaankapan akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus akan cepat pikun (tidak berkembang).
d. Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak diberi makan).
e. Masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaanpribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
f. Pensiun: kalau menjadi pns akan ada tabungan (dana pensiun).Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang. g. Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
h. Rekreasi: untuk ketenangan batin. i. Keamanan: jatuh, terpeleset.
j. Transportasi: kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagilansia.
k. Politik: kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikanmasukan dalam sistem politik yang berlaku.
l. Pendidikan: berkaitan dengan pengentasan buta aksara dankesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.
m. Agama: melaksanakan ibadah.
n. Panti jompo: merasa dibuang/ diasingkan.
4. Perubahan mental pada lansia
Dalam pekembangan lansia dan perubahan yang dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut :
a. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harusbergantung pada orang lain.
b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasanuntuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
c. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahanstatus ekonomi dan kondisi fisik.
d. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yangtelah meninggal atau pergi jauh dan/ atau cacat.
e. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luangyang semakin bertambah.
f. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagaiorang dewasa.
g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khususdirencanakan untuk orang dewasa.
h. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuklansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang berat dengan yang lebih cocok.
B. Konsep Dasar Katarak 1. Pengertian
Katarak berasal dari bahasa yunani katarrhakies, inggeris cataract, dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya (utama, 2015).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap, derajat disabilitas yang di timbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan denistasi keburaman (istiqomah, 2012).
Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab umum kehilangan penglihatan yang bertahap. Lensa yang keruh menghalangi cahaya menenbus kornea, yang pada akhirnya mengamburkan tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya, otak menginterprestasikan bayangan yang kabur.
Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di masing-masing mata memburuk sendiri-sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic, yang biasanya unilateral, dan katarak congenital, yang kondisinya dapat tidak berubah. Katarak merupakan penyakit yang paling banyak terjadi pada orang diatas usia 70 tahun. Pembedahan memperbaiki penglihatan pada sekitar 95% pasien. Tampa pembedahan, katarak akhirnya menyebabkan kehilangan penglihatan total.
2. Klasifikasi katarak a. Katarak konginetal
Katarak konginetal merupakan kekeruhan lensa yang di dapatkan sejak lahir. Katarak konginetal terbagi atas :
1. Katarak remetar dan zonular
Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan kemudian menjadi gangguan perkembangan serat lensa.
2. Katarak polaris posterior
Katarak ini terjadi karena akibat arteri siloid yang menetap pada saat tidak di butuhkan lagi oleh lensa untuk metabolismenya.
3. Katarak Polaris anterior
Katarak ini akibat gannguan perkembangan lensa pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa.
4. Katarak sentral
Katarak ini merupakan katarak halus yang terlihat pada bagian nucleus embrional.
b. Katarak senile
Katarak senil adalah katarak yang semua kekeruhan lensa yg terdapat pada usia lanjut yaitu usia di atas 30 tahun, katarak senile terbagi atas :
1. Katarak insipiens
Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa kekeruhan, akan mengeluh gangguan pengelihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya
2. Katarak ematur
Dimana pada stadium ini lensa yang degenerative mulai terserap cairan mata kedalam lensa sehingga lensa menjadi cembung.
Dimana merupakan proses degenerasi lanjut lensa dimana terjadi kekeruhan seluruh lensa.
c. Katarak traumatic
Adalah katarak yang terjadi akibat trauma lensa mata,serta robekan pada kapsul sebagai akibat taraum dari benda tajam.
d. Katarak juvenile
Adalah katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.
e. Katarak komplikata
Katarak yang terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa,factor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa
.
f. Katarak diabetika
Katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes (aspiani, 2014)
3. Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan katarak komplikata. Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Fisik
Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan mempengaruhi keadaan lensa.
b. Kimia
Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarak.
c. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun dan mengakibatkan katarak.
d. Infeksi virus masa pertumbuhan janin
Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut akan mempengaruhi tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang mengandung menderita rubella.
e. Penyakit
Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis.
4. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung 3 komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transportasi, perubahan pada searabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan selier ke sekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna ( Istiqomah, 2012).
5. Manisfestasi Klinis
a. Penglihatan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
c. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.
d. Bayangan cahaya yang di tangkap seperti sebuah lingkaran.
e. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup yang terang untuk membaca atau beraktivitas lainnya.
f. Sering menganti kaca mata atau lensa kontak karena sudah merasa tidak nyaman mengunakannya.
g. Warnah cahaya memudar dan cenderung berubah warnah saat melihat, misalnya cahaya putih yang di tangkap menjadi cahaya kuning.
h. Jika melihat dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda.
6. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut :
a. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
b. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan
Pemeriksaan Diagnostik 1) Uji mata
2) Keratometri
3) Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis 4) A-scan ultrasound (echography)
5) Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.
7. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dil akukan pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika.
8. Data Penujang
a. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu denang kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humer, kesalahan refraksi, penyakit system saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karna masa tumor, karotis, glukoma.
c. Pengukuran tonografi : TIO (12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskop membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e. Tes provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma.
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internalokuler, atrofi lempeng optik, papiledema, pendrahan.
g. Darah lengkap, LED : menujukan anemis sistemik/ infeksi. h. EKG, kolestrol serum, lipid, tes tolernsi glukoma : control DM.
C. Konsep Dasar Kebutuhan menurut Abraham Maslow
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow dalam Potter dan Perry, dapat dikemukakan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :
a. Kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual, stimulus / rangsangan.
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
1) Perlindungan fisik, meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya. 2) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.
c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan di miliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/ lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya (Aziz Alimul, 2014)
Masalah kebutuhan yang muncul pada kasus katarak yang mencakup pada kebutuhan dasar menurut maslow adalah sebagai berikut : 1. kebutuhan rasa nyaman
mengungkapkan kenyamanan /rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusis yaitu kebutuhan atau kententraman (suatu kepuasan yg meningkatkan penamapilan sehari-hari), kelegaaan (kebutuhan yang terpenuhi) dan transeeden
(keadaan tentang sesuatau yang melebihi masalah dan nyeri). kenyaman mesti dipandang secara holistik yg mencakup empat aspek:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan internasional
c. Psikospiritual, berhubungan denagan keawaspadaan internal dalam diri sendiri meliputi harga diri sendiri, seksualaiatas, makna kehidupan)
d. lingkungan,berhubungan dengan latara belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, tempratur, bunyi, unsur alamiah
meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan, Harapan, Dukungan, dan bantuan. secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyam adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, hipo/hipertemia. hal ini disebabakan karena mempengaruhi kondisi tidak nyaman pasien dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
D. Konsep Proses Keperawatan Lansia 1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Umur, katarak bias terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada usia lanjut.
2) Riwayat trauma, trauma tembus atau tumpul dapat merusak kapsul lensa.
3) Riwayat pekerjaan, pada pekerja laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar radio aktif/sinar x.
4) Riwayat penyakit : trutama mata, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit diabetes melitus, hipotiroid, uveitis, glaucoma.
5) Riwayat keluhan gangguan : stadium katarak
6) Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh, berkendara.
b. Pengkajian khusus mata
1) Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih) pada lensa.
2) Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut 3) Penurunan tajam penglihatan (miopia).
4) Bila mata depan menyempit.
5) Tanda glaukoma (akibat komplikasi).
c. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi system tubuh
2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah
head to toe (dari ujung kepala sampai ke ujung kaki) dan
system tubuh
d. Psikologis
1) Apakah mengenal masalah utamanya
2) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaannya 3) Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak 4) Apakah memandang kehidupan dengan optimis 5) Bagaimana mengatasi stress yang dialami 6) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
7) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan 8) Apakah harapan pada saat ini dan akan dating
9) Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.
e. Social-ekonomi
1) Sumber keuangan lanjut usia
2) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang 3) Dengan siapa ia tinggal
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
5) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya 6) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar
rumah
7) Siapa saja yang biasa mengunjungi 8) Seberapa besar ketergantungannya
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
f. Spiritual
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan
3) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
4) Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.
g. Pengkajian dasar
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar pada psoses menua yang meliputi seluruh organ tubuh, dalam melakukan pengkajian, perawat memerlukan pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua system, status gizi, dan aspek psikososialnya.
1. Temperature/suhu tubuh
a. Mungkin (hipotermi) ± 35ºC b. Lebih teliti diperiksa di sublingual 2. Denyut nadi
a. Kecepatan, irama, volume b. Apical, radial, pedal 3. Respirasi (pernapasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman b. Pernapasan tidak teratur
4. Tekanan darah
a. Saat berbaring, duduk, berdiri b. Hipotensi akibat posisi tubuh
5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir 6. Tingkat orientasi
7. Memori (ingatan) 8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial
h. System persarafan
1) Kesimetrisan raut wajah
2) Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak a. Tidak semua orang menjadi senil
b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3) Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak 4) Pupil : kesamaan, dilatasi
5) Ketajaman penglihatan menurun karena menua : a. Jangan diuji didepan jendela
b. Gunakan tangan atau gambar c. Cek kondisi kacamata
6) Gangguan sensori 7) Ketajaman pendengaran
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar b. Tinnitus
c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan 8) Adanya rasa sakit atau nyeri
i. System Kardiovaskuler
1) Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan 2) Auskultasi denyut nadi apical
3) Periksa adanya pembengkakan vena jugularis 4) PusingSakit/nyeri
5) Edema
j. System Gastrointestinal
1) Status gizi 2) Asupan diet
3) Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah 4) Mengunyah, menelan
5) Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut 6) Auskultasi bising usus
7) Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon 8) Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi
k. System Genitourinaria
1) Urine (warna dan bau)
2) Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air)
3) Frekuensi, tekanan, atau desakan 4) Pemasukan dan pengeluaran cairan 5) Dysuria
6) Seksualitas
a. Kurang minat melakukan hubungan seks b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
d. Dorongan/daya seks menurun
e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas
f. Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas seksual.
l. Sistem Kulit
1) Kulit
a. Temperature, tingkat kelembapan b. Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen 2) Adanya jaringan parut 3) Keadaan kuku
4) Keadaan rambut
5) Adanya gangguan umum
m. Sistem Muskuloskeletal
1) Kontraktur a. Atrofi otot b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatan gerakan sendi 2) Tingkat mobilisasi
a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan 3) Gerakan sendi
4) Paralisis 5) Kifosis 6) Psikososial
a. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan b. Fokus pada diri bertambah
c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian