• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional

Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan tanah secara sempurna. Pertama sawah dibajak. Pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau sapi. Dapat juga melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama dua hingga tiga hari. Selanjutnya dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua atau ketiga kalinya tiga sampai lima hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam.

Penggunaan air sawah sangat banyak, lebih dari satu per tiga kebutuhan air pada saat proses pelumpuran. Namun, ketersediaan air semakin terbatas. Tenaga kerja yang digunakan untuk mengolah tanah sawah cukup banyak. Untuk keperluan pengolahan tanah, tenaga kerja yang diperlukan dapat mencapai tiga puluh persen dari kebutuhan tenaga kerja tanam secara total. Dari tahun ke tahun biaya tenaga kerja juga meningkat. Hal ini dapat meningkatkan biaya produksi sehingga dapat mengurangi pemasukan bagi petani. Selain itu waktu yang dihabiskan untuk mengolah tanah cukup panjang, yakni sekitar satu per tiga musim tanam. Pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan petani menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.

(2)

15 3.1.2. Sistem Budidaya Padi SRI (System of Rice Intensification)

Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003), pada dasarnya tujuan sistem budidaya padi konvensional tidak berbeda dengan sistem budidaya padi SRI, yaitu mengendalikan gulma dan menyiapkan lahan agar menjadi media tumbuh yang baik bagi tanaman. Perbedaannya terletak pada efisiensi penggunaan sumber daya dalam persiapan lahannya. Sistem SRI lebih efisien dalam menggunakan air, lahan, dan lebih berwawasan lingkungan dari pada sistem budidaya padi konvensional.

Air dapat dihemat lebih dari tiga puluh persen. Herbisida yang digunakan dalam penerapan ini harus berwawasan lingkungan, yaitu herbisida yang tidak meninggalkan residu dalam tanah dan tanaman serta tidak mencemari air. Herbisida akan bekerja mematikan gulma yang tumbuh serta batang padi pada sisa pertanaman sebelumnya singgang. Setelah mati, gulma dan singgang tersebut

dapat bermanfaat sebagai mulsa. Mulsa6 ini tidak dibuang melainkan

dimanfaatkan untuk pertanaman padi. Mulsa yang berada di areal pertanaman bermanfaat untuk mencegah kerusakan tanah akibat benturan air hujan, mengurangi penguapan, meningkatkan bahan organik upaya mencapai kesuburan

tanah, serta membantu menekan pertumbuhan gulma7 yang tumbuh kemudian.

3.1.3. Pengertian Usahatani

Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja (1983) mendefinisikan usahatani sebagai suatu organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili unsur alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota

6

Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. 7

Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah berkembang sejak timbulnya pertanian.

(3)

16

keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya, dan unsur pengolahan dan manajemen yang perannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Dalam hal ini istilah usahatani mencakup kebutuhan keluarga, sampai pada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan atau laba.

Menurut Soekartawi (2002), ilmu usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sabaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output). Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input dengan efektif, efesien, dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat.

3.1.4. Fungsi Produksi dan Elastisitas

Menurut Lipsey (1995) untuk memproduksi barang dan jasa menggunakan sumberdaya yang disebut faktor produksi. Faktor produksi seperti bibit, pupuk, tenaga kerja dalam keluaarga, Pendidikan petani, pengalaman bertani sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya output yang diperoleh dari kegiatan produksi. Keputusan kombinasi penggunaan sumberdaya untuk mencapai target produksi ditentukan oleh kebijaksanaan produsen.

Untuk menjelaskan kombinasi-kombinasi input yang diperlukan untuk menghasilkan output, para ekonom menggunakan sebuah fungsi yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungasn fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output

(4)

17

dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Umumnya untuk menghasilkan output diperlukan lebih dari satu input. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut Soekartawi (1990):

Y = f (X1, X2, X3, ..., Xi, ..., Xn)

Dimana:

Y = output

X1, X2, X3, ...., Xn = input-input yang digunakan dalam proses produksi

Berbagai macam fungsi produksi telah dikenal dan dipergunakan oleh berbagai peneliti, tetapi yang umum dan sering dipakai (Soekartawi, 1990) yaitu:

A. Fungsi Produksi Linier

Fungsi produksi linear biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi produksi linear sederhana dan linear berganda. Perbedaan ini terletak pada jumlah variabel X yang dipakai dalam model. Fungsi produksi linear sederhana adalah bila hanya satu variabel X yang dipakai dalam model. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = a + bX

Dimana, a adalah intersep (perpotongan) dan b adalah slope.

Didalam praktek, penggunaan garis linear sederhana ini banyak dipakai untuk menjelaskan fenomena yang berkaitan untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Model sederhana ini sering digunakan karena analisisnya mudah dilakukan dan hasilnya lebih mudah dimengerti secara cepat. Sedangkan kelemahannya terletak pada jumlah variabel X yang hanya satu yang dipakai di dalam model sehingga dengan tidak memasukan variabel X yang lain, maka

(5)

18

peneliti akan kehilangan informasi tentang variabel yang tidak dimasukan dalam model tersebut.

Mengatasi hal itu, maka menggunkan garis linear berganda atau garis regresi berganda sederhana (multiple regression). Berbeda dengan garis regresi linear sederhana (simple regression), maka jumlah variabel X yang dipakai dalam garis regresi berganda ini adalah lebih dari satu. Secara matematis hal ini dapat ditulis sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + ...+ biXi + ... + bnXn

Estimasi garis regresi linear berganda ini memerlukan bantuan asumsi dan model estimasi tertentu sehingga diperoleh garis penduga yang baik.

B. Fungsi Produksi Kuadratik

Dalam proses produksi pertanian berlaku hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang, maka fungsi kuadratik dapat ditulis sebagai berikut:

Y = a + bX – cX2

Nilai parameter c yang negatif menunjukan kaidah kenaikan hasil yang berkurang. C. Fungsi Eksponensial

Fungsi produksi eksponensial ini dapat berbeda satu sama lain tergantung pada ciri data yang ada, tetapi umumnya fungsi produksi eksponensial ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = aXb (Fungsi Cobb-Douglas)

Dalam fungsi produksi eksponensial ini ada bilangan berpangkat, maka penyelesaiannya diperlukan bantuan logaritma. Maka penyelesaian persamaan tersebut adalah:

(6)

19 X(input) Titik Singgung Titik Balik Daerah I Irrasional Ep>1 Daerah II Rasional 0<Ep<1

Daerah III Irrasional Ep<0

Produksi Total (PT)

Produksi Rata-Rata (PR)

Menurut Doll and Orazem (1984) hubungan fisik antara input dan output sering disebut fungsi produksi. Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi produksi “Hukum Kenaikan Hasil Yang Semakin Berkurang” (The law

of Diminishing Return atau Diminishing Productivity). Hukum ini menyatakan

bahwa jika faktor produksi terus menerus ditambahkan pada faktor produksi tetap maka tambahan jumlah produksi/satuan akan semakin berkurang. Hukum ini menggambarkan adanya kenaikan hasil kurva produksi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Y(output)

Produk Marginal (PM) Sumber: Doll and Orazem (1984)

Gambar 1. Hubungan antara Produk Total, Produk rata-Rata dan Produk marginal Gambar tersebut menggambarkan hubungan antara Produksi Total, Produksi rata-rata dan Produksi Marginal yang terdiri dari 3 daerah yang mempunyai elastisitas tertentu.

Daerah produksi I mempunyai nilai elastisitas produksi lebih dari satu, yang berarti bahwa penambahan faktor-faktor produksi satu persen akan menyebabkan penambahan produksi lebih besar dari satu persen. Keuntungan maksimum masih belum dicapai, karena produksi masih dapat diperbesar dengan

(7)

20

pemakaian faktor produksi yang lebih banyak oleh karena itu daerah satu disebut daerah irrasional. Produksi rata-rata dan produksi total semakain meningkat dan pada daerah ini produksi marginal mencapai maksimum (Soekartawi, 1990).

Daerah produksi II mempunyai nilai elastisitas produksi bernilai antara nol sampai satu. Hal ini berarti setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol. Pada tingkat penggunaan faktor produksi tertentu dalam daerah ini akan tercapai keuntungan maksimum sehingga daerah ini disebut daerah yang

rasional karena produsen harus menetapkan tingkat produksi yang dapat

mencapai maksimum. Pada daerah II produksi marginal dan produksi rata-rata semakin menurun tetapi produksi total semakin meningkat sampai mencapai nilai maksimum (Soekartawi,1990).

Daerah III mempunyai nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol, artinya penambahan faktor-faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah produksi ini mencerminkan pemakaian faktor-faktor produksi yang tidak efisien sehingga disebut daerah irrasional. Pada daerah III produksi total, produksi marginal dan produksi rata-rata mengalami penurunan. Jika lama kelamaan faktor produksi terus ditambah maka produksi marginal bisa menjadi negatif (soekartawi, 1990).

Menurut Soekartawi (1990) elastisitas produksi adalah (Ep) adalah

persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubaan input. Ep ini dapat dituliskan melalui rumus sebagai berikut.

Ep = / , atau Ep = Epx1 = *

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara Produk Total, Produk rata-Rata dan Produk marginal

Referensi

Dokumen terkait

Matakuliah ini mengaji tentang perkembangan sejarah di wilayah Asia Selatan sejak awal peradaban kuno sampai menjadi negara modern di masa kini meliputi:

Hubungan Motivasi Terhadap Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD dr. Nilai p value &lt;0,05 sehingga dikatakan bahwa ada hubungan antara motivasi terhadap

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, maka formulasi gel perasan umbi kentang memiliki efektifitas terhadap kesembuhan luka bakar pada kelinci seperti pada

Pengaruh hubungan ini menunjukkan nilai positif yang artinya apabila kualitas layanan yang dimiliki smakin tinggi maka kepuasanpelanggan yang tercipta juga akan

Teknik sambung yang paling baik adalah pada batang kopi yang telah berumur di atas 20 tahun karena sistem perakarannya telah baik sehingga daya serap nutrisi dari tanah

Gereja dalam misinya diutus bukan untuk membangun dirinya sendiri, melainkan membangun Kerajaan Allah yang masuk sekaligus mengatasi waktu, tempat, agama dan budaya, sehingga

Sesuai dengan ruang lingkup seperti yang telah dituangakan di atas, maka masalah utama penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri

61 Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus ( case records ) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya. Adapun data yang ingin