• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Squeezed potato gel, burn wound, Vitamin C, Fe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Squeezed potato gel, burn wound, Vitamin C, Fe"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

THE EFFECTIVENESS TEST OF SQUEEZED GEL FORMULATION OF POTATO (Solanum tuberosum L.) TOWARD TIMES OF BURN WOUND HEALING IN MALE WHITE RABBIT (Oryctolagus cuniculus)

Inkanesia Novaritasari***,050110a028 Niken Dyah Ariesti*, Istianatus Sunnah** FINAL ASSIGNMENT, August 2014

ABSTRACT

Potato (Solanum tuberosum L.) contains carbohydrates, phosphorus, calcium, vitamin C, protein, Fe, and vitamin B1 which has a healing effect on burn wound, especially vitamin C as a collagen-forming and Fe as an antioxidant. This study aims to find the effectiveness test of squeezed potato in the form of gel formulation with the concentration levels of 2%, 4%, and 8% for the burn wound healing.

This was a true experimental study with post test only control group design and there were 15 rabbits as specimen with treatment on the right and left back. This specimens were divided into 5 treatment groups: three treatment groups (with concentration of 2%, 4%, 8%, respectively), a negative control group (gel base) and a positive control group (Bioplacenton). A burn wound with diameter of 2 cm on their back were treated and observed its healing effect for 3-14 days . The data obtained is the day of healing of the burn wound and reduced diameter of wound, then the data were analyzed by using SPSS 18.0 for windows with a 95% level of confidence.

The results of this study indicate that the squeezed potato tuber gel with the concentrations of 2%, 4% and 8% area afford to accelerate the healing process of burn wound. The treatment with concentration of 8% have an insignificant difference healing effect from the positive control with a significant value of 0.124 > 0.05.

Keywords : Squeezed potato gel, burn wound, Vitamin C, Fe

(2)

UJI EFEKTIFITAS FORMULASI GEL PERASAN UMBI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP LAMA KESEMBUHAN LUKA BAKAR PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) PUTIH JANTAN

Inkanesia Novaritasari***, 050110a028 Niken Dyah Ariesti*, Istianatus Sunnah** SKRIPSI, Agustus 2014

INTISARI

Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) memiliki kandungan karbohidrat, fosfor, kalsium, vitamin C, protein, zat besi, dan vitamin B1 yang memberikan efek penyembuhan terhadap luka bakar, terutama vitamin C sebagai pembentuk kolagen dan zat besi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji efektivitas perasan kentang dalam bentuk sediaan gel dengan tingkatan konsentrasi 2%, 4%, dan 8% untuk penyembuhan luka bakar.

Jenis penelitian yang dilakukan True Eksperimental menggunakan Post Test Only

Control Group Design dan hewan uji digunakan sebanyak 15 ekor dengan perlakuan pada

punggung kanan dan kiri. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, kelompok perlakuan (konsentrasi 2%, 4%, 8%), kelompok kontrol negatif (basis gel) dan kelompok kontrol positif (Bioplacenton). Luka bakar di punggung dengan diameter 2 cm diberi perlakuan dan diamati efek penyembuhannya selama 3-14 hari. Data yang diperoleh adalah hari kesembuhan terhadap luka bakar dan pengecilan diameter luka bakar, kemudian data hari kesembuhan dianalisis dengan menggunakan SPSS 18,0 for windows dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gel perasan umbi kentang 2%, 4% dan 8%, mampu mempercepat proses penyembuhan luka bakar. Konsentrasi 8% telah memiliki efek penyembuhan yang berbeda tidak signifikan dengan kontrol positif dengan nilai signifikan (0,124> 0,05).

Kata Kunci : gel perasan umbi kentang, luka bakar, vitamin c, zat besi

PENDAHULUAN

Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh kontak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Pada

(3)

pasien dengan luka bakar luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi yang memerlukan penanganan khusus (Moenadjat, 2009).

Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa epitel untuk berpoliferasi dan menutup permukaan luka, dalam proses penyembuhan luka dibutuhkan senyawa yang dapat memacu pembentukan kolagen yaitu saponin maupun vitamin C yang mekanisme kerjanya serupa dengan saponin. Vitamin C adalah salah satu senyawa yang dapat memproduksi kolagen pada tubuh sehingga sangat berperan aktif menjaga kekencangan kulit dan menjaganya agar tidak mudah keriput.

Penelitian tentang luka bakar yang telah dilakukan oleh Inriani Marlin M.R, dkk (2012), dengan judul penelitian “FORMULASI DAN UJI KRIM EKSTRAK UMBI SINGKONG (Manihot esculenta) TERHADAP LUKA BAKAR PADA KELINCI” dengan kandungan karbohidrat, fosfor, vitamin C, vitamin B1 dan protein yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi krim ekstrak singkong 2% telah memberikan efek penyembuhan dan semakin meningkat konsentrasi yakni 4% dan 8% yang terkandung menunjukan semakin efektif dan mempercepat proses penyembuhan.

Tanaman yang secara empiris digunakan sebagai pengobatan luka bakar adalah umbi kentang (Solanum tuberosum L.) yang memiliki kandungan kimia yang sama dengan umbi singkong, yaitu flavonoid, Vitamin C, mineral, Vitamin B kompleks, zat besi, karbohidrat dan serat. Pada kasus ini, zat aktif yang diduga berperan aktif sebagai penyembuhan luka bakar adalah flavonoid, vitamin C, dan zat besi.

Sediaan gel perasan umbi kentang (Solanum tuberosum L.) mempunyai efek menyembuhkan luka bakar pada kulit punggung kelinci (Oryctolagus cuniculus) jantan yang diinduksi logam panas. Pada konsentrasi tertentu perasan umbi kentang (Solanum tuberosum L.) yang memiliki efek penyembuhan luka bakar yang berbeda tidak signifikan dengan pemberian Bioplacenton pada kelinci (Oryctolagus cuniculus) jantan.

BAHAN & CARA PENELITIAN Alat

Juicer, beaker glass, gelas ukur, mortir dan stamper, penangas air, timbangan analitik, thermometer, cawan porselen, batang pengaduk, tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, pH

universal, lempeng kaca, gunting cukur, Besi bulat diameter 2cm, kassa steril.

(4)

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi kentang, propilengilkol, CMC Na, TEA, Aquadest, bioplacenton sebagai kontrol positif dan kelinci jantan sebanyak 15 ekor yang berumur 3-4 bulan dengan berat 1,8-2 kg.

Cara Penelitian 1. Determinasi

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro (UNDIP).

2. Pembuatan Perasan Umbi Kentang

Penyiapan bahan baku perasan umbi kentang terlebih dahulu cuci umbi kentang, kemudian timbang sebanyak 100 g lalu kupas kulit luar dari umbi kentang, setelah itu cuci kembali umbi kentang untuk kemudian dicelupkan dulu pada perasan jeruk nipis dan kemudian juicer umbi kentang tersebut untuk kemudian ditampung sari umbi kentang. 3. Uji Identifikasi Kandungan Perasan Umbi kentang

a) Vitamin C

Uji identifikasi Vitamin C dilakukan dengan cara menampung 5ml perasan umbi kentang yang kemudian diberi tetesan iodium hingga ada perubahan warna bening pada perasan umbi kentang tersebut.

b) Zat Besi (Ferro)

Uji identifikasi zat besi dilakukan dengan cara menampung 5 ml perasan umbi kentang untuk kemudian masing-masing diberi tetesan NaOH hingga terjadi endapan hijau kotor yang kemudian dipanaskan hingga berubah warna menjadi coklat (ferro). 4. Pembuatan Gel Perasan Umbi Kentang

Tabel I. Formulasi Gel Perasan Umbi Kentang

Komposisi Gel Formulasi F1 (2% v/b) F2 (4% v/b) F3 (8% v/b)

Perasan Umbi Kentang 2ml 4ml 8ml

CMC Na 1,5g 1,5g 1,5g

TEA 1g 1g 1g

Propilenglikol 15g 15g 15g

Aquadest ad 100g 100g 100g

(5)

Pembuatan sediaan gel perasan umbi kentang, dipanaskan terlebih dahulu aquadest hingga suhu 60ºC, pertama dicampurkan Propilenglikol 15g+CMC Na 1,5g diaduk homogen, setelah itu masukkan aquadest ad 100g dan aduk homogen, kemudian TEA 1g dimasukkan sedikit demi sedikit dan diaduk hingga homogen. Setelah sediaan dingin, masukkan perasan umbi kentang dengan kadar 2%, 4% dan 8%. Masukkan sediaan gel dengan kadar 2%, 4% dan 8% kedalam wadah yang terlindung dari cahaya. Sediaan gel dibuat tiap 3 hari sekali.

5. Uji Stabilitas Gel

Uji stabilitas gel disini dilakukan tiap 3 hari sekali. a) Uji Homogenitas

Gel perasan umbi kentang diuji homogenitasnya dengan mengoleskan pada sekeping kaca atau plat kaca, diraba dan saat digosokkan massa gel harus menunjukkan susunan homogen yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada kaca.

b) Uji Organoleptis

Diamati bentuk, warna dan bau gel yang dibuat, dengan 3 responden. c) Uji pH Gel

Ditimbang 1 gram masing-masing gel yang dibuat lalu diencerkan dalam 10 ml aquades kemudian diukur pH gel menggunakan indikator pH.

d) Uji Daya Sebar Gel

Sebanyak 0,5 g diletakkan ditengah lempeng kaca atas gel diletakkan kaca tanpa beban selama 1 menit lalu diukur diameter penyebaran yang terbentuk. Beban dari ukuran terkecil hingga terbesar (1 g, 5 g, dan 10 g) diukur diameter penyebaran dengan interval waktu yang sama.

e) Uji Daya Lekat Gel

Gel yang akan diuji diambil sebanyak 1 mg kemudian dioleskan pada sebuah plat kaca, Tempelkan kedua plat sampai plat menyatu tekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit setelah itu beban dilepas, lalu diberi beban pelepasan 80 g untuk pengujian. Dicatat waktu sampai kedua plat saling lepas.

(6)

6. Perlakuan Hewan Uji

Penelitian ini menggunakan 15 ekor kelinci jantan, umur 3-4 bulan dengan berat badan 1,8-2 kg. Kelinci diadaptasi terlebih dahulu di laboratorium selama 6 hari sebelum perlakuan. Kemudian kelinci dikelompokkan, dengan masing-masing tiap kelompok hewan uji sebanyak 3 ekor kelinci tiap perlakuan, setiap kelinci diinduksi pada punggung kanan dan kiri. Punggung kelinci dibersihkan dari rambut dengan cara dicukur hingga bersih dan diberi aquadest sebagai pembersih. Lakukan anestasi pada hewan uji menggunakan etil klorid secara lokal.

Kemudian punggung kelinci diinduksi luka bakar menggunakan logam besi bulat yang dipanaskan selama 5 menit berdiameter 2 cm tadi selama 5 detik. Basahi luka bakar dengan handuk atau kain yang telah dibasahi dengan air dingin selama beberapa detik. Perlakuan pengobatan dilakukan sebanyak 3 kali sehari sampai luka sembuh maksimal 14 hari. Dengan perlakuan pengobatan tiap kelompoknya sebagai berikut : Kelompok 1 (kontrol negatif), hewan uji diberikan basis gel, Kelompok II (kontrol positif) hewan uji diberikan gel Bioplacenton , Kelompok III, IV dan V, hewan uji diberikan sediaan gel perasan umbi kentang dengan masing-masing konsentrasi 2% v/b, konsentrasi 4% v/b dan konsentrasi 8% v/b dengan dosis pengolesan 100 mg tiap kali pengolesan pada masing-masing perlakuan. Parameter kesembuhan disini yaitu lama kesembuhan luka bakar juga pengecilan diameter luka bakar yang diukur tiap 3 hari.

7. Analisis Data

Data hasil pengujian efek perasan umbi kentang untuk luka bakar, didapatkan hasil pengukuran lama kesembuhan dari hari ke 3 sampai maksimal hari ke 14. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan SPSS 18.0 for Windows dengan taraf 95% kepercayaan. Analisis data dilakukan dengan statistik parametrik ANOVA satu jalan, dan dilanjutkan dengan uji LSD

HASIL PENELITIAN 1. Determinasi Tanaman

Hasil determinasi dari umbi kentang adalah sebagai berikut : 1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b. 10b, 11b, 12b,. 13b, 14a, 15b. Golongan 9 : Tanaman dengan daun majemuk dan tersebar 197b, 208a, 219b, 220b, 224b, 225b, 227a, 228a, Famili 111 : Solanaceae (

(7)

Bangsa terong-terongan) 1b, 3b, 5b, 6a. Genus 6. Solanum. Species 5 : Solanum

tuberosum L. (Kentang).

2. Identifikasi Kandungan Kimia a. Identifikasi Vitamin C

Jumlah tetesan larutan iodium yang digunakan untuk membuat perasan umbi kentang menjadi lebih bening yaitu sebanyak 35 tetes larutan iodium.

b. Identifikasi Zat Besi

Pada identifikasi zat besi, perasan umbi kentang dimasukan ke dalam tabung reaksi dan diidentifikasi dengan larutan NaOH terjadi endapan hijau kotor kemudian menjadi coklat (Ferro). Dengan hasil yang didapat adalah pada kentang dengan penambahan NaOH yang warnanya berubah menjadi coklat muda berarti umbi kentang mengandung zat besi (ferro).

Gambar Hasil Identifikasi Kandungan Kimia 3. Uji Stabilitas Gel

Uji stabilitas pada gel perasan umbi kentang disini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari sedian gel yang akan digunakan untuk kesembuhan luka bakar pada kelinci. Pengujian disini dilakukan pada hari pertama dan ketiga.

a. Uji Homogen dan Stabilitas Gel

Tabel II. Pemeriksaan Homogen Gel Perasan Umbi Kentang Hari ke 1&3 Konsentrasi

Hasil Pengamatan Hari

Pertama Hari Ketiga

Basis gel Homogen Homogen

Kadar 2% v/b Homogen Homogen

Kadar 4% v/b Homogen Homogen

Kadar 8% v/b Homogen Homogen

(8)

b. Pemeriksaan Organoleptis

Tabel III. Pemeriksaan Organoleptis Gel Perasan Umbi Kentang Hari ke 1&3

Konsentrasi Bentuk Warna Bau krim

Basis gel ½ padat Bening Bau khas

Kadar 2% v/b ½ padat Coklat Muda Bau khas

Kadar 4% v/b ½ padat Coklat Bau khas

Kadar 8% v/b ½ padat Coklat Tua Bau Khas c. Pemeriksaan pH Gel

Tabel IV. Hasil Uji pH Gel Perasan Umbi Kentang Hari ke 1 & 3

Konsentrasi Hari Ke 1 Hari Ke 3

Basis gel 7 7

Kadar 2% v/b 7 7

Kadar 4% v/b 7 7

Kadar 8% v/b 7 7

d. Pemeriksaan Daya Sebar Gel

Tabel V. Hasil Uji Daya Sebar Gel Perasan Umbi Kentang Hari ke 3 Konsentrasi Tanpa Beban 1 g 5 g 10 g Basis gel 3.5 cm 2.8 cm 3.9 cm 2.1 cm Kadar 2% 2.5 cm 2.4 cm 3.1 cm 3.3 cm Kadar 4% 2.5 cm 2.6 cm 2.2 cm 3.6 cm Kadar 8% 2.5 cm 2.6 cm 3.1 cm 3.5 cm e. Pemeriksaan Daya Lekat Gel

Tabel VI. Hasil Uji Daya Lekat Gel Perasan Umbi Kentang Hari ke 3 Konsentrasi

Waktu

Tanpa Beban Beban Tekan Beban Penglepasan

Basis gel 5 detik 7 detik 7 detik

Kadar 2% 5 detik 6 detik 6 detik

Kadar 4% 4 detik 5 detik 5 detik

Kadar 8% 4 detik 6 detik 6 detik

4. Analisis Data

Tabel VII. Data Hasil Pengamatan Lama Kesembuhan Luka Bakar Pada Kelinci

Konsentrasi Mean±SD (Hari)

Basis Gel 13,20±0,836 Bioplacenton 9,00±0,707 Kadar 2% 12,20±0,836 Kadar 4% 10,00±0,707 Kadar 8% 8,20±0,836 viii

(9)

Tabel VIII. Rata-Rata % Kesembuhan Hari 3 & 6 Perlakuan Rata-Rata % Kesembuhan Hari 3 Rata-Rata % Kesembuhan Hari 6 Kontrol Negatif 5% 28% Kontrol Positif 17% 65% Kadar 2% 9% 28% Kadar 4% 14% 55% Kadar 8% 26% 75%

Tabel IX. Uji Post Hoc

Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan

Kontrol Negatif v Kontrol Positif 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif v Kadar 2% 0,058 Berbeda tidak signifikan Kontrol Negatif v Kadar 4% 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif v Kadar 8% 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Kadar 2% 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Kadar 4% 0,058 Berbeda tidak signifikan Kontrol Positif vs Kadar 8% 0,124 Berbeda tidak signifikan Kadar 2% vs Kadar 4% 0,044 Berbeda signifikan Kadar 2% vs Kadar 8% 0,000 Berbeda signifikan Kadar 4% vs Kadar 8% 0,002 Berbeda signifikan PEMBAHASAN

1. Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan untuk memastikan tanaman yang digunakan sesuai dengan tanaman yang dimaksud.

Berdasarkan hasil determinasi diperoleh

kesimpulan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Solanum

tuberosum L. atau Kentang

2. Identifikasi Kandungan Kimia

a. Uji Vitamin C

Uji vitamin C dilakukan untuk mempertegas adanya kandungan vitamin C dalam umbi kentang.

Vitamin C + Iodium

Larutan Bening + 2HI

b. Uji Zat Besi

Uji zat besi dilakukan untuk mempertegas adanya kandungan zat besi dalam umbi kentang, dan didapati ferro yang terkandung dalam umbi kentang.

(10)

3. Uji Stabilitas Gel

Pada pembuatan perasan umbi kentang digunakan tambahan jeruk nipis sesaat sebelum umbi kentang diJuicer. Hal ini bertujuan agar proses oksidasi yang terjadi pada umbi kentang yang menyebabkan browning diperlambat karena ada penambahan vitamin C dari jeruk nipis.

a. Uji Homogenitas

Hasil pengujian sediaan gel perasan umbi kentang yang dilakukan pada hari pertama dan ketiga mempunyai susunan yang homogen dan tidak menggumpal pada semua perlakuan. Sediaan yang homogen akan memberikan hasil yang baik karena bahan obat terdispersi dalam bahan dasarnya secara merata, sehingga dalam setiap bagian sediaan mengandung bahan obat yang jumlahnya sama. Jika bahan obat tidak terdispersi merata dalam bahan dasarnya maka obat tersebut tidak akan mencapai efek terapi yang diinginkan.

b. Uji Organoleptis

Pengujian dilakukan pada hari pertama dan ketiga perlakuan tidak memiliki perubahan apapun, karena setiap 3 hari sekali dilakukan pembuatan sediaan gel perasan umbi kentang yang baru. Pada pengujian hari pertama dan ketiga perlakuan memiliki hasil yang sama.

c. Uji pH Sediaan Gel

Uji pH ini dilakukan pada hari pertama dan ketiga perlakuan, bahwa hasil uji pH gel masih sama pada saat awal dan akhir sehingga tidak ada pengaruh pH dari gel tersebut. pH yang baik pada sediaan topikal untuk kulit adalah 4,5-6,5; sedangkan pada formulasi gel yang diuji didapatkan hasil pH 7 yang bersifat netral, hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan absorbsi dari gel pada kulit juga akan berkurang sehingga efek dari gel tersebut juga akan menurun. Karena absorbsi obat pada epidermis juga akan berkurang.

d. Uji Daya Sebar Sediaan Gel

Dari pengujian didapat hasil bahwa uji daya sebar tidak sesuai pada persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Oleh karena itu sediaan gel perasan umbi kentang

(11)

tidak sesuai dengan standar pengujian daya sebar sehingga menyebabkan tidak maksimalnya penyebaran sediaan gel perasan umbi kentang pada luka bakar. Absorbsi obat ke kulit berlangsung lambat sehingga mempengaruhi efek kesembuhan dari luka bakar tersebut.

e. Uji Daya Lekat Sediaan Gel

Dari pengujian didapat hasil bahwa uji daya lekat sudah memenuhi persyaratan, karena uji daya lekat yang baik adalah lebih dari 4 detik. Semakin lama gel melekat pada kulit maka efek yang ditimbulkan juga semakin besar. Sediaan gel dikatakan baik jika daya lekatnya itu besar pada tempat yang diobati (misal kulit), karena obat tidak mudah lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan. 4. Analisis Data

Berdasarkan tabel lama kesembuhan luka bakar, didapatkan bahwa fase fibroblast sebagai parameter kesembuhan luka bakar membutuhkan waktu 9 hari untuk kontrol positif (bioplacenton), sedangkan untuk kadar 8% membutuhkan waktu kesembuhan luka bakar 8 hari. Hampir semua perlakuan mempunyai efek terhadap kesembuhan luka bakar. Dengan peningkatan kadar konsentrasi dari perasan gel umbi kentang, semakin pendek juga waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan luka bakar derajat 2 superficial.

Dilihat dari hasil yang didapat, rata-rata persen kesembuhan luka bakar menunjukan bahwa pada hari ketiga yang memiliki persentase tertinggi adalah pada kadar 8% dengan rata-rata kesembuhan 26% sedangkan untuk nilai terendahnya ada pada perlakuan kontrol negatif dengan rata-rata kesembuhan 5%. Untuk persen kesembuhan hari keenam yang memiliki persentase tertinggi ada pada kadar 8% dengan rata-rata kesembuhan 75% dan yang terendah dengan rata-rata kesembuhan 28% ada pada kontrol negatif dan kadar 2%. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan kadar konsentrasi pada gel perasan umbi kentang mampu mempercepat proses kesembuhan luka bakar.

Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan statistik parametrik yang didasarkan pada normalitas dan homogenitas, kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, setelah itu diteruskan dengan uji LSD.

(12)

Dari hasil uji LSD yang diperoleh menunjukan bahwa pada kontrol negatif dengan kontrol postif, kadar 4% dan kadar 8% berbeda signifikan berarti tidak sebanding dengan kontrol negatif yang hanya berisi basis gel dalam penyembuhan luka bakar pada kelinci.

Sedangkan pada kontrol positif dengan kadar 4% dan kadar 8% berbeda tidak signifikan dengan arti bahwa kontrol positif memiliki nilai yang sebanding dalam penyembuhan luka bakar pada kelinci.

Hasil Analisis data dari nilai signifikan lama kesembuhan luka dengan parameter kesembuhan lepasnya jaringan nekrosis dan tumbuh jaringan kolagen menunjukkan bahwa kadar 8% gel perasan umbi kentang mempunyai efek penyembuhan yang sebanding dengan kontrol positif (bioplacenton). Dikarenakan perasan umbi kentang (Solanum tuberosum L.) memiliki kandungan senyawa vitamin C dengan mekanisme kerja yang sama dengan kontrol positif (bioplacenton) dengan cara membentuk jaringan kolagen sehingga jaringan kulit yang rusak dapat tumbuh kembali. Sedangkan mekanisme dari zat besi yang berperan sebagai antioksidan yang mendukung kerja dari vitamin C sehingga vitamin C dapat bekerja dengan maksimal dalam membentuk jaringan kolagen yang baru.

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, maka formulasi gel perasan umbi kentang memiliki efektifitas terhadap kesembuhan luka bakar pada kelinci seperti pada penelitian pendahulu dari Inriani Marlin dkk dengan menggunakan umbi singkong sebagai bahan utama dalam kesembuhan luka bakar dan vitamin C sebagai pelopor kesembuhan dari luka bakar.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisis statistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Gel perasan umbi kentang (Solanum tuberosum L.) terbukti dapat memberikan efek penyembuhan terhadap luka bakar pada punggung kelinci jantan yang diinduksi logam panas.

(13)

2. Pada gel perasan umbi kentang (Solanum tuberosum L.) konsentrasi 8% v/b sudah menunjukan adanya efek penyembuhan luka yang berbeda tidak signifikan dengan bioplacenton nilai signifikan (0,124> 0,05).

B. Saran

1. Perlu dicari referensi formulasi gel yang lainnya, dikarenakan pada formulasi yang digunakan memiliki pH yang kurang baik untuk kulit juga daya sebar gel yang belum memenuhi standarisasi. Jadi, perlu formulasi baru yang memiliki pH antara 4,5-6,5 yang baik untuk kulit dan daya sebar gel antara 5-7cm.

2. Perlu penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pemberian gel perasan umbi kentang terhadap gambaran histopatologis kesembuhan luka.

UCAPAN TERIMAKASIH

Bapak, Ibu dosen serta staf karyawan laboratorium Prodi Farmasi dan Staf karyawan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Moenadjat, Y., 2003, Luka Bakar, Edisi Kedua, Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

2.

Brunner & Suddart., 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,

Hal.1912-1916, EGC : Jakarta

3. Selfie, P.J., dkk, 2012, Pembuatan Salep Antijerawat Dari Ekstrak Rimpang

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Jurnal

Jurusan Farmasi Politeknik

Kesehatan Kemenkes : Manado.

4.

Rumayar I.M., dkk, 2012, Formulasi dan Uji Krim Ekstrak Umbi Singkong (

Manihot esculenta) Terhadap Luka Bakar Pada Kelinci ( Oryctolagus cuniculus),

Jurnal Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT : Manado.

5.

Sjamsuhidajat, 2007, Luka, Trauma, Syok, Bencana. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

6. Ida, N. dan Sitti F. N., 2012, Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe

vera L.), Jurnal, Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Islam Makassar :

Makassar.

Gambar

Tabel I. Formulasi Gel Perasan Umbi Kentang
Tabel II. Pemeriksaan Homogen Gel Perasan Umbi Kentang Hari ke 1&3  Konsentrasi
Tabel IV. Hasil Uji pH Gel Perasan Umbi Kentang Hari ke 1 & 3
Tabel VIII. Rata-Rata % Kesembuhan Hari 3 & 6  Perlakuan  Rata-Rata %  Kesembuhan Hari 3  Rata-Rata %  Kesembuhan Hari 6  Kontrol Negatif  5%  28%  Kontrol Positif  17%  65%  Kadar 2%  9%  28%  Kadar 4%  14%  55%  Kadar 8%  26%  75%

Referensi

Dokumen terkait

1) Tanaman obat tradisional, merupakan spesies tumbuhan yang telah diketahui atau dipercaya masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku

Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap

Bahar dominan pedagang pengumpul yang langsung mendatangi dan membeli telur itik dalam jumlah yang besar berkisar antara 50 Rak sekali angkut lalu kemudian

To summarise, the reduced pressure on the one hand increases the residence time of biogas fuel that increases the laminar burning velocity, but on the other hand the inhibitors in

Sedangkan pasangan Taqwa di harian Surya dan Koran Sindo lebih menonjol pada sisi informasi dibandingkan citra dan persuasi dan Jawa Pos menggambarkan secara

Rencana Pengelolaan Sumberdaya Hutan KPH Banyuwangi Utara Tahun 2016 dapat dilihat. pada tabel

After careful review of different studies, the present study was undertaken with a primary objective to map the spatial extent of the city over the period of time

Sistem dan tatanan tidak dapat diandalkan untuk manajemen kinerja, perlu banyak perbaikan, sebagian perubahan yang sangat mendasar..