• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA TULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA TULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT PADA TULANG

DENGAN MENGGUNAKAN METODE

CERTAINTY FACTOR

Frans Ikorasaki

Sistem Informasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi Utama Jl. Yosudarso Tanjung Mulia Medan

ikorasaki221@gmail.com

Abstrak

Dalam konsep pelacakan dalam mencari solusi dengan pendekatan artificial intelligent, ada berbagai metode yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ketidak pastian saat proses pelacakan terjadi. Salah satunya adalah certainty factor. Adanya ketidakpastian pada proses pelacakan dapat terjadi karena adanya perubahan pengetahuan yang ada di dalam sistem. Untuk di perlukan adanya suatu metode untuk mengatasi ketidakpastian dengan certainty factor pada kasus pelacakan untuk mendiagnosa penyakit tulang. Subjek pada penelitian ini adalah proses pelacakan untuk menentukan penyakit tulang Dengan model penalaran dan metode kepastianya menggunakan certainty factor dengan cara menghitung nilai probabilitas suatu gejala penyakit tulang dan membandingkan probabilitas setiap gejalanya. Dari penelitian ini yang dilakukan menghasilkan sebuah keputusan yaitu yang mampu menentukan penyakit tulang dengan menerapkan metode certainty factor untuk mengatasi ketidakpastian. Hasil uji coba sistem menunjukkan bahwa penerapan ini layak dan dapat digunakan.

Kata kunci : Metode Certainty Factor, Penyakit Tulang, Sistem Pakar

1. PENDAHULUAN

Masalah kesehatan tubuh sangatlah bermasalah apabila terjadi gangguan yang menyebabkan terjadinya rasa sakit, dimana rasa sakit yang dialami tidak dapat di ketahui penyebabnya. Rasa sakit yang di alami manusia terkadang membuat tubuhnya terasa lemas dan tidak dapat melakukan kegiatan yang seharusnya dilakukan sehari-hari. Untuk menangani rasa sakit tersebut, manusia harus mengetahui gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya penyakit. Tindakan untuk mencegah terjadinya penyakit atau tindakan penyembuhan diperlukan pakar dalam bidangnya, seperti yang sudah diketahui banyak sekali seorang pakar yang sibuk dalam melakukan kegiatannya. Jadi, sulit bagi penderita untuk bertemu dengan dokter pakar yang dapat memberikan tindakan-tindakan pencengahan ataupun tindakan penyembuhan penyakit.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecerdasan Buatan Secara Umum

Kecerdasan buatan atau Artifical Intelligence merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan perkerjaanya seperti dan sebaiknya yang dilakukan oleh manusia.Teknologi kecerdasan buatan

dipelajari dalam bidang-bidang seperti robotika, penglihatan komputer (computer visio), jaringan saraf tiruan (artificialneural sistem), pengolahan bahasa alami (natural language processing), pengenalan suara (speech recognition), dan sistem pakar (expert sistem).

2.1.1 Sistem Pakar

Sistem pakar (Expert System) mulai dikembangkan pada pertengahan tahun 1960-an oleh Artificial Intellegence corporation. Sistem pakar yang muncul pertama kali

(2)

adalahGeneral-2 Purpose Problem Solve (GPS) yang merupakan

sebuah Predecessor untuk menyusun langkah- langkah yang dibutuhkan untuk mengubah situasi awal menjadi state tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan domain masalah yang kompleks

2.1.2 Arsitektur Sistem Pakar

Sistem pakar terdiri dari dua bagian utama, yaitu linkungan pengembangan (development environment) dan linkungan konsultasi (consultation environment). Development Environment dipakai oleh pembangun sistem pakar untuk membangun komponen-komponen dan mengenalkan suatu pengetahuan kepada knowledge base. Consultation Environment dipakai oleh user untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang berhubungan dengan suatu keahlian (Setiawan, 2003). Komponen-komponen yang biasanya terdapat dalam sebuah sistem pakar terdiri dari:

1. Antarmuka pengguna (user interface) Pada komponen ini terjadi dialog antara program dan user, dimana sistem menerima input berupa informasi dan instruksi dari user, dan sistem memberikan output berupa informasi kepada user. 2. Basis pengetahuan (knowledge base)

Basis pengetahuan dapat dikatakan sebagai kumpulan informasi dan pengalaman seorang ahli pada suatu bidang tertentu.

3. Akuisisi pengetahuan (knowledge acqusition)

Akuisisi pengetahuan merupakan tranformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan kedalam program komputer.

4. Mesin inferensi

Mesin inferensi merupakan otak dari sistem pakar yang mengandung mekanisme fungsi berpikir dan pola-pola penalaran sistem yang digunakan oleh seorang pakar. Mesin inferensi bertindak sebagai penarik kesimpulan dan mengkontrol mekanisme dari sistem pakar.

5. Memori kerja (working memory)

Memori kerja merupakan tempat penyimpanan fakta-fakta yang diketahui dari hasil menjawab pertanyaan.

6. Subsistem penjelasan (explanation subsystem)

Komponen ini merupakan komponen tambahan yang akan meningkatkan kemampuan sistem pakar. Komponen ini menggambarkan penalaran sistem kepada pemakai dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan.

7. Perbaikan pengetahuan

Pakar memiliki kemampuan untuk menganalisa dan meningkatkan kinerjanya serta kemampuan untuk belajar dari kinerjanya

2.1.3 Mesin Inferensi

Forward Chaining(Runut Maju)

Forward chaining adalah suatu strategi pengambilan keputusan yang dimulai dari bagian premis (fakta) menuju konklusi (kesimpulan akhir). Metode inferensi ini yang akan digunakan dalam sistem pakar yang akan dibangun dengan contoh penalaran sebagai berikut:

IF Sulit bernafas AND Pilek

AND Batuk kering

AND Tarikan nafas berbunyi kasar dan penghembusan nafas berbunyi mengi

THEN Laringitis

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa untuk kaidah diatas, agar sistem mencapai konklusi, harus diinput terlebih dahulu fakta sulit bernafas, pilek, tarikan nafas berbunyi kasar dan penghe

mbusan nafas berbunyi mengi. Baru sistem dapat mengeluarkan konklusi bahwa penyakit yang diderita adalah laringitis. Safia Dhany: Perancangan

Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit anak, 2.Backward Chaining(Runut Balik)

Backward chaining adalah suatu strategi pengambilan keputusan dimulai dari pencarian solusi dari kesimpulan kemudian menulusuri fakta-fakta yang ada hingga menemukan solusi yang sesuai dengan fakta-fakta yang diberikan

(3)

3 pengguna. Contoh penalaran backward

chaining adalah: Lampu 1 rusak,

IF Lampu 1 dinyalakan AND Lampu 1 tidak menyala

AND Lampu 1 dihubungkan dengan sekering AND sekering masih utuh

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa untuk kaidah diatas, sistem terlebih dahulu menduga bahwa lampu 1 rusak. Kebenaran praduga ini dibuktikan dengan kebenaran fakta lampu 1 tidak menyala, lampu 1 dihubungkan dengan sekering dan sekering masih utuh. Kemudian sistem mengeluarkan kesimpulan bahwa lampu 1 rusak. Namun apabila ada fakta tidak terpenuhi berarti praduga sistem salah, selanjutnya sistem akan mengecek konklusi berikutnya.

2.2 Certainty Factor

Faktor kepastian (Certainty Factor) ini diusulkan oleh Shortliffe dan Buchanan pada tahun 1975 untuk mengakomadasi ketidakpastian pemikiran (inexact reasoning) seorang pakar. Teori ini berkembang bersamaan dengan pembuatan sistem pakar MYCIN. Tim pengembang MYCIN mencatat bahwa dokter sering kali menganalisa informasi yang ada dengan ungkapan seperti misalnya: mungkin, kemungkinan besar, hampir pasti, dan sebagainya. Untuk mengakomodasi hal ini tim MYCIN.

menggunakan certainty factor (CF) guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap masalah yang sedang dihadapi[9]. Rumus umum menentukan certainty factor : CF[H,E] = MB[H,E] – MD[H,E]

dengan :

CF[h,e] = faktor kepastian

MB[h,e] = ukuran kepercayaan terhadap hipotesis h, jika diberikan evidence e (antara 0 dan 1)

MD[h,e] = ukuran ketidakpercayaan terha- dap evidence h, jika diberikan evidence e (antara 0 da1)

Menggunakan dari hasil wawancara dengan pakar. Nilai CF(Rule) serta bobot dari masing-masing fakta didapat dari interpretasi istilah dari pakar menjadi nilai CF serta bobot tertentu, seperti contoh pada tabel berikut: Tabel1. Interpretasi Nilai Bobot

2.4 Ketidakpastian

Dengan metode pemecahan (metode forward chaining) dianggap belum bisa memecahkan ketidakpastian diagnosa penyakit. Dalam Menghadapi suatu masalah, sering ditemukan jawaban yang tidak memiliki kepastian penuh Ketidakpastian ini bisa berupa probabilitas atau kebeolehjadian yang bergantung pada hasil suatu kejadian. Hasil yang tidak pasti disebabkan oleh dua faktor, yaitu aturan yang tidak pasti dan jawaban pengguna yang tidak pasti atas suatu pertanyaan yang diajukan oleh sistem.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hasil dan pembahasan ini penerapan perumusan tingkat kepastian di atas, misalkan pada penyakit Osteoarthritis ditunjukkan oleh gejala nyeri pada sendi, bengkak pada sendi, nyeri pada sendi dipagi hari, turun berat badan. Seandainya diketahui dari pakar penyakit tulang bahwa probabilitas berpenyakit Osteoarthritis adalah 0.03

(nyeri pada sendi /tulang)  0.03 (nyeri sendi pada pagi hari)  0.4 (bengkak pada sendi ) 0.5 (rasa hangat pada sendi)  0.4 (merah pada sendi yang sakit)  0.1

(4)

4 (Berat badan menurun ) 0.1

dengan menganggap : H : nyeri pada sendi /tulang E1 : nyeri sendi pada pagi hari E2 : bengkak pada sendi E3 : rasa hangat pada sendi E4 : merah pada sendi yang sakit E5 : Berat badan menurun

MB (H,E1) = (0.4 – 0.03) / (1-0.03) = 0.37 / 0.97

= 0.381

MD (H, E1) = (0.03 – 0.03) / (0 – 0.03) = 0 CF (H, E1) = MB (H, E1) – MD (H, E1)

= 0.381 – 0 = 0.381 CF1 = 0.381

Dengan cara yang sama sistem menghitung tingkat kepastian penyakit Osteoarthritis berdasarkan gejala bengkak pada sendi MB (H, E2) = (0.5 – 0.03) / (1-0.03) = 0.47 / 0.97 = 0.484 MD (H,E2) = 0.03 – 0.03) / (0-0.03) = 0 CF (H, E2) MB (H,E2) = 0.484 – 0 = 0.484 CF2 = 0.484

Tingkat kepastian penyakit Osteoarthritis berdasarkan gejala Rasa hangat pada sendi MB (H, E3) = (0.4-0.03) / (1-0.03)

= 0.37 / 0.97 = 0.381

MD (H,E3) = (0.03 – 0.03) / (0-0.03) = 0 CF (H, E3) = MB (H,E3) – MD (H,E3)

= 0.381 – 0 = 0.381 CF3 = 0.381

Tingkat kepastian penyakit Osteoarthritis berdasarkan gejala merah pada sendi yang sakit

MB (H, E4) = (0.1-0.03) / (1-0.03) = 0.07 / 0.97

= 0.072

MD (H,E4) = (0.03 – 0.03) / (0-0.03) = 0 CF (H, E4) = MB (H,E4) – MD (H,E4)

= 0.072 – 0 = 0.072 CF4 = 0.072

Tingkat kepastian penyakit Osteoarthritis berdasarkan gejala berat badan menurun MB (H, E5) = (0.1-0.03) / (1-0.03)

= 0.07 / 0.97 = 0.072

MD (H,E5) = (0.03 – 0.03) / (0-0.03) = 0 CF (H, E5) = MB (H,E5) – MD (H,E5)

= 0.072-0 = 0.072 CF5 = 0.072

Dari kelima perhitungan di atas, ketika sistem menyimpulkan bahwa penyakit yang diderita pasien adalah Osteoarthritis maka tingkat kepastiannya adalah hasil perhitungan berikut ini:

CFkombinasi (CF1, CF2,CF3,CF4,CF5) = CF (H,E1) + CF (H,E2) + CF (H,E3) + CF (H,E4) (1-CF(H,E1)

CFk = CF(H,E1) + CF(H,E2) (1-CF(H,E1) = 0.381 + 0.484 (1-0.381) = 0.619*0.484+0.381 = 0.3 + 0.381 CFk1 = 0.681 CFk2 = CFk1+ CF(H,E3) (1-CFk1) = 0.681 + 0.381 (1-0.681) = 0.319 * 0.381 + 0.681 = 0.121539 + 0.681 CFk2 = 0.803 CFk3 = CFk2+ CF(H,E4) (1-CFk2) = 0.803 + 0.1 (1 - 0.803) = 0.197 * 0.1 + 0.803 = 0.0197 + 0.803 CFk3 = 0.823

(5)

5 CFk4 = CFk3 CF(H,E4) (1-CFk3) = 0.823 + 0.1 (1- 0.823) = 0.177 * 0.1 + 0.823 = 0.0177 + 0.823 CFk4 = 0.8407

Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa nilai kepastian pasien menderita penyakit Osteoarthritis dengan tingkat kepastian 0.8407

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Implementasi ini mampu menyimpan representasi pengetahuan pakar berdasarkan nilai kepercayaan (Certainty Factor). Dengan menggunakan implementasi certainty factor ini dapat dijadikan solusi alternatif bagi masyarakat untuk melakukan diagnosa dini terhadap gejala-gejala penyakit tulang pada manusia.

Namun disarankan Pada penelitian ini digunakan kriteria yang hanya berupa gejala

fisik dari pasien, pengembangan lebih lanjut sebaiknya menggunakan kriteria lainnya seperti hasil pemeriksaan laboratorium sehingga hasil diagnosa menjadi lebih tepat dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Vincent Suhartono, Kecerdasan Buatan, Jakarta, 2011.

[2] Kusrini. 2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. [3] Ubaidurrahman, 2006. “Sistem Pakar

Untuk Diagnosa Troubleshooting hardware Komputer Menggunakan Metode Certainty Factor,Yogyakarta. [4] Hartati, 2005. “Media Konsultasi Penyakit

Kelamin Pria dengan Penanganan Ketidakpastian Menggunakan Certainty Factor Bayesian,: Andi:Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ceidy Silva Tamunu dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa kejadian hipertensi lebih tinggi terjadi pada wanita

Grup Sumber Pusaka Jaya adalah grup yang pernah diundang oleh Gubernur Jawa Timur pada tahun 2009 untuk mewakili Musik Ketepong yang terdapat di Bondowoso dalam acara kesenian

[r]

Agar penelitian tidak keluar dari pembahasan, serta agar analisis menjadi terarah dan sesuai dengan masalah yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup

Pada Tabel.5 menunjukkan bahwa Ciprofloxacin memiliki angka sensitivitas yaitu sebesar 60% dan intermediet sebesar 40% serta tidak menunjukan angka yang resisten

Hasil asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny”I” selama kehamilan trimester III dengan Kehamilan Resiko Tinggi (Jarak Kehamilan Terlalu Dekat), pada persalinan

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk kualitatif yaitu gambaran tentang analisis penggunaan kata penghubung dalam karangan Eksposisi Mahasiswa Teknik

PEGAWAI BELANJA BARANG/ JASA BELANJA MODAL TOTAL BELANJA (Rp. Juta) REALISASI BELANJA (Rp. Turi. Dinas Pertanian PK 2.. Bagian Tata Pemerintahan