• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 Landasan Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 Landasan Teori"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

5

Pada bab 2 ini, penulis akan memaparkan teori yang akan digunakan sebagai pegangan dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

2.1 Teori Discourse

Manusia menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi, untuk menyampaikan ide, gagasan, perasaan maupun sikap. Komunikasi terjadi dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Bahasa lisan dan bahasa tulis yang digunakan dalam komunikasi mengandung ide atau gagasan yang dimaksud agar pendengar atau pembaca dapat menerima ide dan gagasan tersebut.

Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut saat ini selain demokrasi, hak asasi manusia, masyarakat sipil dan lingkungan hidup. Akan tetapi, seperti umumnya banyak kata, semakin tinggi disebut dan dipakai kadang bukan makin jelas tetapi makin membingungkan dan rancu. Pemakaian istilah ini sering kali diikuti dengan beragamnya istilah, definisi, banyak ahli memberikan definisi dan batasan berbeda mengenai wacana .

Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Kajian terhadap suatu wacana dapat dilakukan secara struktural dengan menghubungkan antara teks dan konteks, serta melihat suatu wacana secara fungsional dengan menganalisis tindakan yang dilakukan seseorang untuk tujuan tertentu guna memberikan makna kepada partisipan yang terlibat.

Menurut Parera (1990:129) bahwa discourse atau percakapan atau wacana merupakan satu kegiatan atau peristiwa berbahasa lisan atau dua atau lebih penutur yang saling memberikan informasi dan mempertahankan hubungan yang baik.

Stubbs (1993:2 ) juga menambahkan bahwa analisis wacana merujuk pada upaya mengkaji pengaturan bahasa di atas kalimat atau klausa, dan karenanya mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas, seperti pertukaran percakapan atau teks tulis. Analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial, dan khususnya interaksi atau dialog antar penutur.

Menurut Hashiuchi (1994:2) menjelaskan pengertian danwa adalah sebagai berikut :

(2)

文より大は言語単位で、あるまとまりをもって展開した文をの集合。話 されたもの、書かれたもの、書かれたものの両者を含む。テキスト。 Terjemahan :

Ruang lingkup discourse lebih luas dari sekedar bentukan kata-kata, karena dia memperlihatkan perkembangan dari beberapa kalimat yang mempunyai satu kesimpulan. Jenisnya bisa berupa ujaran, bentuk kalimat tulis, dan teks.

2.2Teori Hinshi

Masuoka dan Takubo (2002:4), mengungkapkan bahwa Hinshi「品詞」atau 'kelas kata' adalah sebagai berikut.

語は文の材料であり、ぶんの組み立てる上で一定の働きをする。この 働きの違いによって語を種類分けしたものが「品詞」である。

Terjemahan:

Bahasa adalah materi sebuah kalimat yang fungsinya tetap di dalam membuat kalimat.Dengan membagi jenis kata berdasarkan perbedaan fungsi inilah yang disebut dengan hinshi.

2.2.1 Jenis-jenis Hinshi

Menurut Masuoka dan Takubo (2002: 4), kelas kata atau hinshi「品詞」 dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

1. Doushi「動詞」 (Verba)

Doushi merupakan salah satu jenis kata yang dapat menyatakan aktivitas, maupun keberadaan. Doushi dapat mengalami perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat.

Contoh : 歩く (berjalan), 食べる (makan), 信じる (percaya). 2. Keiyoushi 「形容詞」 (adjektiva ~i)

Keiyoushi disebut juga kata sifat golongan satu. Setiap kata yang termasuk keiyoushi selalu berakhiran ~i dalam bentuk kamusnya, dapat menjadi predikat dan dapat menjadi kata keterangan yang menerangkan kata lain dalam suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk.

(3)

3. Hanteishi 「判定訶」

Hanteishi merupakan kelas kata yang berfungsi untuk menggabungkan kata benda, lalu membentuk sebuah predikat.

Contoh : だ、である、です 4. Jodoshi 「助動詞」(kata bantu)

Jodoshi merupakan kelas kata yang berfungsi untuk menggabungkan predikat, tidak dapat berdiri sendiri, dapat berubah bentuk dan dapat melekat pada doushi, keiyoshi serta jodoshi yang lain.

Contoh : ~られる( bentuk pasif), ~ない (bentuk negatif) 5. Meishi「名詞」 (nomina)

Meishi merupakan kata-kata yang menunjukkan nama suatu tempat, benda, orang, peristiwa atau keadaan termasuk ke dalam meishi. Meishi dapat berdiri sendiri dan bisa menjadi subjek. Meishi tidak memiliki perubahan bentuk.

Contoh :写真 (foto), かばん (tas). 6. Fukushi 「副詞」 (adverbia)

Fukushi merupakan kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva dan adverbia lainnya, tidak dapat berubah bentuk , dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana atau perasaan pembicara. Contoh : かなり (agak), とても (sangat).

7. Joshi「助詞」(partikel)

Joshi merupakan kelas kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata benda, lalu membentuk sebuah subjek dan pelengkap.

Contoh : か、は、で、に

8. Rentaishi 「連体詞」 (pronomina)

Rentaishi merupakan kata yang termasuk kelompok jiritsugo yang tidak mengenal konjugasi yang hanya digunakan untuk menerangkan nomina. Rentaishi ini tidak menjadi subjek atau predikat dan tidak memiliki perubahan bentuk.

Contoh : その (itu), これ (ini).

9. Setsuzokushi 「接続詞」(kata penghubung)

Setsuzokushi merupakan kata yang dapat berdiri sendiri dan berfungsi menyatakan sebagai penghubung satu kalimat dengan kalimat lainnya.

(4)

Setsuzokushi diletakkan pada awal kalimat dan menerangkan kalimat yang berada di depannya.

Contoh :だから (oleh sebab itu), そして(lalu), でも(tapi) 10. Kandoushi 「感動詞」(interjeksi)

Kandoushi merupakan kata yang dapat berdiri sendiri, umumnya berfungsi untuk menunjukkan ekspresi, perasaan, cara memanggil, cara menjawab dan lain sebagainya.

Contoh :ああ、あら、まあ

11. Shijishi「指示詞」(kata penunjuk)

Shijishi merupakan kelas kata yang berfungsi sebagai penunjuk tempat, orang dan benda.

Contoh :これ (ini), それ (itu) 2.3 Teori Joshi

Joshi memiliki beberapa pengertian. Salah satu pengertian joshi dapat dilihat dari penulisannya. Istilah joshi ditulis joshi ditulis dengan dua huruf kanji. Kanji yang pertama jo dapat juga dibaca tasukeru yang artinya bantu, membantu atau menolong. Sedangkan yang kedua shi memiliki makna sejenis dengan istilah kotoba artinya kata, perkataan, atau bahasa.

Definisi joshi menurut Masuoka dan Takubo (2002:49), joshi adalah:

名詞に接続して補足語や主題を作る働きをするもの、語と語、節と節を 接続する働きをするもの、等を一括して、「助詞」という。助詞は、文 の組み立てにおける働きの違いに’よって主として、「格助詞」、「提 題助詞」、「取り立て助詞」、「接続助詞」、「終助詞」、等に分かれ る。 Terjemahan:

Joshi berfungsi sebagai penghubung antara suatu kata dengan kata lainnya, suatu klausa dengan klausa lainnya, serta berfungsi sebagai pembentuk subjek dan kata bantu yang menghubungkannya dengan kata benda. Joshi terbagi ke dalam lima jenis, yaitu kakujoshi, teidaijoshi, toritatejoshi, setsuzokujoshi, dan shuujoshi berdasarkan fungsinya dalam pembentukkan sebuah kalimat.

Joshi adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo (kata tambahan). Fuzokugo adalah kelompok kelas kata yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain untuk membentuk kalimat, dipakai setelah suatu kata yang menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut agar

(5)

menjadi lebih jelas lagi. Kelas kata joshi tidak mengalami perubahan bentuk (Hirai, 1982: 161). Joshi sama dengan jodoushi, namun kelas kata jodoshi dapat mengalami perubahan sedangkan joshi tidak dapat mengalami perubahan.

2.3.1 Jenis-jenis Joshi

Masuoka dan Takubo (2002:49-53), terdapat lima jenis joshi yang dikelompokkan berdasarkan fungsi dan letaknya dalam sebuah kalimat, yaitu:

1) Kakujoshi

Joshi yang termasuk kakujoshi pada umumnya dipakai setelah nomina untuk menunjukkan hubungan antara nomina tersebut dengan kata lainnya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya ga, no, o, ni, e, to,yori, kara, de dan ya.

2) Teidaijoshi

Joshi yang termasuk teidaijoshi berfungsi untuk menunjukkan subjek kalimat. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya wa, nara, tte dan ttara

3) Toritatejoshi

Joshi yang termasuk toritatejoshi dipakai untuk memberikan sebuah contoh yang mewakili suatu hala yang sifat atau jenisnya sama. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya wa, mo, koso, sae, demo, shika, made, bakari, dake, hodo, kurai (gurai), nado, koso, nomi, datte dan nante.

4) Setsuzokushi

Joshi yang termasuk setsuzokujoshi dipakai setelah yougen (doushi, i-keiyoushi, na-keiyoshi) atau setelah jodoushi untuk melanjutkan kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata yang ada pada bagian berikutnya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya ba, to, keredo, keredomo, ga, kara, shi, temo(demo), te (de), nagara, tara (dari), noni, dan node.

5) Shuujoshi

Joshi yang termasuk shuujoshi pada umumnya dipakai setelah berbagai macam kata pada bagian akhir kalimat untuk menyatakan suatu pernyataan, larangan, seruan, rasa haru dan sebagainya. Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya ka, kashira, na, naa, zo, tomo, yo, ne, wa, no dan sa

2.4 Teori Shuujoshi

(6)

「終助詞」は、文末に現れる助詞で、述語の基本形、タ形、等に接続す る。

Terjemahan :

Shuujoshi adalah partikel yang diletakkan pada akhir kalimat dan berfungsi untung menghubungkan predikat bentuk dasar, bentuk 'ta' dan sebagainya. Salah satu

contohnya yaitu, 'ka'.

終助詞の使い方には、顕著な男女差が見らる。終助詞には、断定を表す 「さ」、疑問を表す「か、かい、かな、かしら」確認・同意を表す「ね、 な」、知らせ を表す「よ、ぞ、ぜ」感嘆を表す「なあ、わ」、記億の 確認を表す「っけ」、禁止を表す「な」、等がある。

Terjemahan :

Penggunaan shuujoshi dapat dilihat berdasarkan tingkat perbedaan pria dan wanita. Di dalam shuujoshi, terdapat partikel sa yang berfungsi untuk menyatakan keputusan atau kesimpulan, partikel ka, kai, kana, kashira untuk mengungkapkan pertanyaan, partikel ne dan na untuk menyatakan kepastian dan persetujuan, partikel yo, zo, ze untuk menyatakan informasi, partikel naa dan wa untuk mengungkapkan kekaguman, partikel kke untuk memastikan suatu ingatan atau memori, partikel na untuk menunjukkan larangan dan sebagainya. Contoh :

A) 僕はどうせ馬鹿な男さ。

Aku memang laki-laki bodoh.

B) 大きな家だなあ。

Rumahnya besar yah.

C) 明日の会議は何時からだったっけ。

Rapat besok dimulai jam berapa, ya.

「ね」は,基本的には、相手も当該の知識を持っていると想定される場 合に用いられる。自分の知識と相手の知識が一致していると想定し、こ れを相手に確認するときは同意要求になり、自分の知識が不確かなとき は確認になる。(Tomita,1991:53)

Terjemahan :

Pada dasarnya shuujoshi ' ne' digunakan dalam situasi sedang memperkirakan pikiran lawan bicara. Memperkirakan apa yang diketahui oleh diri sendiri sesuai

(7)

dengan apa yang dipikirkan lawan bicara, memastikan kepada lawan bicara dan meminta persetujuan, serta memastikan apa yang kita pikirkan ketika tidak yakin akan pikiran tersebut.

Contoh :

A) 今日はよい天気ですね。

Hari ini cuacanya bagus, ya.

B) 彼は、確か岡山の出身だったね。

Dia berasal dari Okayama, ya.

「よ」は、基本的には、相手が知らないことに注意を向けさせる動き をする。したがって、場合によって、単なる知らせ、注意、警告、等 の様々な意味を表す。(Tomita,1991:53)

Terjemahan :

Pada dasarnya, shuujoshi ‘yo’ menunjuk pada hal yang tidak diketahui ole lawan bicara. Oleh karena itu, tergantung dari situasi, shuujoshi ‘yo’ dapat sekedar menyatakan pemberitahuan, perhatian, peringatan, dan berbagai macam makna lainnya.

Contoh:

A) 財布が落ちてしまいましたよ。 Dompetnya jatuh, loh. (Pemberitahuan)

B) もっと勉強しないと、試験に落ちるよ。

Jika tidak banyak belajar, nanti ujiannya bisa gagal, loh. (Peringatan)

終助詞のうち、「ね」と「さ」は、文中の切れ目に挿入して、聞き手 の注意を促す動きをする。(Tomita,1991:53)

Terjemahan:

Dalam shuujoshi, ‘ne’ dan ‘sa’ dapat diletakkan pada jeda kalimat, dan bertujuan untuk memusatkan perhatian pendengar.”

Contoh:

最近ね、こんな表現がね、はやっているらしいよ。 akhir ini, ekspresi seperti ini, sedang populer sepertinya, loh

(8)

2.5 Teori penggunaan" janai "

Terdapat empat penggunaan janai berdasarkan teori yang dipaparkan oleh Saegusa (2004:21-26). Keempat buah penggunaan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Sebagai penyangkalan terhadap informasi yang disampaikan oleh penutur kepada petutur.

Saegusa (2004:21) mengatakan bahwa :

< 否定形用法の場合は、話しては聞き手の告発をしています。>

Terjemahan :

Dalam penggunaan bentuk penyangkalan, pembicara menyangkal dugaan yang disampaikan oleh pendengar.

Contoh:

1). 私は学生じゃない。

Terjemahan: Saya bukan mahasiswa.

2. Sebagai pemasti untuk ungkapan atau dugaan penutur dengan informasi yang ada.

Saegusa (2004:23) mengatakan bahwa :

< 確認用法の場合は、話しては命題内容について確信がない。>

Terjemahan :

Dalam penggunaan bentuk memastikan, pembicara tidak yakin mengenai isi pembicaraan.

Contoh :

1) 田中さんは親切なんじゃない。

Terjemahan :

Tanaka-san orang yang baik, kan?.

2) A :ねえ、あそこに泳いでいるの、もしかしてイルカじゃない。

B:そうかな。よくわかんないな。

Terjemahan :

A : hei, yang sedang berenang di sana itu, Iruka, kan?. B : Mungkin . Aku juga nggak tahu.

(9)

3. Sebagai pemerkuat pernyataan yang sudah disampaikan oleh penutur saat penutur sudah lebih dahulu mengetahui informasitersebut. Saegusa (2004:25) mengatakan bahwa :

<強め用法の場合は、話しては前の情報を知っていたですから話しては

情報のことを話すとき、強めています。> Terjemahan :

Dalam memperkuat suatu pernyataan, penutur sudah lebih dahulu mengetahui informasi tersebut. Karena itu ketika akan menyampaikan suatu informasi, penutur akan memperkuatnya.

Contoh :

1) A : ビール飲んでもいい?

B : まだ中学生じゃない。だめだよ。

Terjemahan :

A : apa aku boleh minum bir?

B : kamu masih SMP, kan?. Tidak boleh.

2) A : 田中さん oo 大学に合格したんだって。 B : 彼そんなにできたんだ。すごいじゃん

Terjemahan :

A : Katanya tuan Tanaka berhasil lulus ke univesitas oo, lho. B : Akhirnya, dia lolos juga ya. Hebat,kan? .

4. Sebagai pengingat bagi petutur akan suatu peristiwa dimasa lampau. Saegusa (2004:26) mengatakan bahwa :

<気付かせ用の場合は、話してが聞き手の忘れていること、気づいてな

いことを気づかせ用法もある。> Terjemahan :

Dalam penggunaan bentuk pengingat akan sesuatu, ketika petutur melupakan sesuatu maka penutur akan mengingatkan kembali penutur .

Contoh:

1) A : 私たちのクラスに中村っていたじゃない。

(10)

A : そう、彼、今モデルしているんだって。 Terjemahan :

A : Bukannya di kelas kita ada yang namanya Nakamura? B: yang tinggi itu?

A : Iya, sekarang dia sudah menjadi model, lho.

2) そこに赤いボルーペンがあるじゃない。取ってくれる?

Terjemahan :

Bukannya disana ada pulpen merah. bisa tolong diambilkan?

2.6 Teori Montase

Montase berasal dari perfilman, yang berarti memilah-milah, memotong-motong, serta menyambung-nyambung (pengambilan) gambar sehingga menjadi satu keutuhan (Minderop, 2005:150).

Alat dasar dalam perfilman adalah teknik montase yang diantaranya mencakup alat pengawasan seperti multiple-view, slow-ups, fade-outs, cutting, close-up, panorama dan flash-backs. Dalam dunia perfilman teknik ini mengacu pada kelompok unsur yang digunakan untuk memperlihatkan antar hubungan atau asosiasi gagasan, seperti pengalihan imaji yang mendadak atau imaji yang tumpang tindih satu dan lainnya (Minderop, 2005:15 ).

Teknik ini seing digunakan untuk menciptakan suasana melalui serangkaian gambaran atau background yang diatur secara tepat. Teknik montase dapat menyajikan kesibukan latar seperti hiruk-pikuk kota besar atau kekalutan pikiran seseorang yang digambarkan melalui teknik ini. Jadi, teknik ini sendiri dapat diartikan dalam dunia perfilman sebagai Sinematografi ( Cinematography )

Sinematografi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang asalnya dari bahasa Latin kinema " gambar ". Sinematografi sebagagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide.

Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama

(11)

maka peralatannya mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karenanya civil religion lebih tepat diartikan sebagai ³VLNDS NHEHUDJDPDDQ \DQJ GLPLOLNL ROHK ZDUJD QHJDUD´ PDND civil religion sama sekali tidak untuk menggeser posisi

Laporan skripsi dengan judul “ Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Penerima Bantuan Jamkesmas Pada Balai Desa Lebuawu ” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk

Sudah dilakukan sosialisasi dan sebelum melaksanakan program Sekolah Adiwiyata, tentu saja SMA Negeri 2 telah membuat perencanaan terlebih dahulu. Kami membuat SDP

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bandung Nomor : 11/Kpts/KPU-Kab-011.329047/ 2015 tentang Pedoman Teknis Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bandung,

Penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2009) yang berjudul “Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam meningkatkan

The objective of research was to compare the morphological variation of root, stem, leaf, panicle, floret and the colour of milk mature grain and mature grain by observing the

Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora Tahun 2016-2021 ini akan menjadi acuan dalam penyusunan

Parahnya lagi, sebagian mereka, yakni dedengkot ahli khurafat sampai mengatakan kepada Ahlussunnah yang selalu berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, “Kalian mengambil ilmu