• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PEREMPUAN BURUH PABRIK DI KABUPATEN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PEREMPUAN BURUH PABRIK DI KABUPATEN BOGOR"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

MANA P AJEMEN K PEREMPUA DEPARTE KEUANGA AN BURUH FA EMEN ILM FAKULTA INSTITU AN DAN K H PABRIK AUZIAH F MU KELUA AS EKOLO UT PERTA 2011 KESEJAHT K DI KABU FAJRIN ARGA DA OGI MAN ANIAN BOG 1 TERAAN K UPATEN B AN KONSU USIA GOR KELUARG BOGOR UMEN GA

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Manajemen Keuangan dan Kesejahteraan Keluarga Perempuan Buruh Pabrik di Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2011

Fauziah Fajrin NIM I24070055

(3)

ABSTRACT

FAUZIAH FAJRIN. Financial management and families well-being of a women’s factory labor in Bogor Regency. Supervised by HERIEN PUSPITAWATI and ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

This study aimed to analyze of financial management and families well being of a women’s factory labor. This research involved 60 samples that were selected purposive. The samples were chosen from families of factory of labor who had husband in Dramaga subdistrict. This research employs descriptive and inferential analysis. Result of the research showed that there was negative significant correlation between wife’s and husband’s age and family size with financial management. It means that the higher wife’s and husband’s age and bigger family size, then lower financial management. There was negative significant correlation between wife’s age and husband’s age with subjective well being. It means that the higher wife’s and husband’s age, then the lower level of subjective well being. There was positive significant correlation between wife’s educational level with financial management, and families outcomes with family subjective well being. It means that the higher wife’s educational level then higher financial management, and the higher families outcomes then the higher level of subjective well being. There was no correlation between financial management and family subjective well being.

Keywords: family financial management, subjective well being ABSTRAK

FAUZIAH FAJRIN. Manajemen keuangan dan kesejahteraan keluarga perempuan buruh pabrik di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan manajemen keuangan dan kesejahteraan keluarga perempuan buruh pabrik di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan secara purposive yang terdiri dari 60 contoh. Contoh merupakan perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik dan telah memiliki suami di Kecamatan Dramaga. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan nyata antara umur suami dan contoh dan besar keluarga dengan manajemen keuangan. Artinya, semakin tua umur suami dan contoh serta semakin besar keluarga maka semakin rendah kemampuan manajemen keuangan keluarga. Terdapat hubungan yang negatif dan nyata antara umur contoh dan suami dengan kesejahteraan subjekif keluarga. Artinya, semakin tua usia contoh dan suami maka semakin rendah tingkat kesejahteraan keluarga subjektif. Pendidikan contoh berhubungan positif dan nyata dengan manajemen keuangan keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan contoh maka semakin baik pengelolaan keuangan keluarga. Pengeluaran keluarga juga berhubungan positif dan nyata dengan kesejahteraan keluarga subjektif. Artinya, semakin tinggi pengeluaran keluarga maka semakin tinggi pula kesejahteraan keluarga subjektif. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara manajemen keuangan dengan kesejahteraan keluarga subjektif.

(4)

RINGKASAN

FAUZIAH FAJRIN. Manajemen Keuangan dan Kesejahteraan Keluarga Perempuan Buruh Pabrik di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui manajemen keuangan dan kaitannya dengan kesejahteraan keluarga pada keluarga perempuan buruh pabrik di Kabupaten Bogor. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengetahui kontribusi pendapatan buruh terhadap pendapatan keluarga (2) Mengetahui pelaksanaan manajemen keuangan keluarga (3) Mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga (4) Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, penerapan manajemen keuangan, dan kesejahteraan keluarga.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Contoh penelitian ini adalah istri yang bekerja sebagai buruh pabrik di Kecamatan Dramaga. Berdasarkan sumbernya, jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara mendalam kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pabrik, kantor kecamatan, dan kelurahan/desa setempat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji Korelasi Pearson.

Karakteristik contoh menunjukkan bahwa rata-rata umur contoh tergolong dewasa muda menurut kategori Hurlock (1980) dengan rata-rata lama pendidikan contoh 9,1 tahun atau setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Seluruh contoh bekerja di pabrik garmen, hampir separuh contoh memiliki lama bekerja di pabrik kurang dari satu tahun, dan hampir separuhnya tidak memiliki pekerjaan sebelumnya. Lebih dari separuh contoh memiliki lama kerja setiap harinya antara 10 hingga 11 jam perhari, dengan posisi kerja sebagai penjahit. Contoh bekerja 6 hari dalam seminggu dan hari libur contoh hanya satu hari yaitu hari Minggu. Hampir seluruh contoh memiliki jam kerja normal atau tanpa shift. Hampir seluruh contoh menggunakan kendaraan umum sebagai alat transportasi menuju pabrik. Rata-rata upah kerja contoh per bulan berkisar antara Rp 1 104 038,00.

Karakteristik keluarga contoh menunjukkan bahwa rata-rata umur suami contoh berada pada kategori dewasa muda, dengan besar keluarga termasuk kategori kecil. Rata-rata suami contoh mengenyam pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama dengan jenis pekerjaan suami contoh sebagai buruh/kuli. Rata-rata pendapatan keluarga contoh sebesar Rp 2 151 207,00 atau termasuk kategori sejahtera. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga contoh per bulan sebesar Rp 607 445,77 atau berada di atas garis kemiskinan. Rata-rata pengeluaran keluarga per bulan Rp 1 772 817,00. Rata-rata pengeluaran untuk pangan dan nonpangan sebesar Rp 860 766,67 dan Rp 912 050,00. Artinya, pengeluaran nonpangan lebih besar dari pengeluaran pangan. Rata-rata pengeluaran per kapita contoh sebesar Rp 487 664,30 atau berada di atas garis kemiskinan. Dilihat dari kondisi keuangan keluarga contoh, sebagian besar keluarga contoh memiliki kondisi surplus atau pendapatan lebih besar dibandingkan pengeluaran.

Contoh memiliki kontribusi ekonomi terhadap keluarga lebih besar daripada suami. Contoh memiliki rata-rata kontribusi ekonomi terhadap keluarga

(5)

sebesar Rp 1 104 038,00. Contoh memiliki persentase kontribusi sebesar sepertiganya (33,3%) pada selang 41 hingga 50 persen. Artinya, contoh selain sebagai pengurus rumah tangga juga berperan penting dalam mencari nafkah keluarga baik pencari nafkah utama (primary breadwinner) maupun tambahan (secondary breadwinner).

Manajemen keuangan keluarga contoh berada pada kategori sedang. Artinya, contoh memiliki kemampuan manajemen keuangan keluarga cukup baik. Contoh sudah memiliki perencanaan keuangan merujuk pada rencana yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu, contoh melakukan monitoring agar pelaksanaan tetap berada pada rencana yang telah disusun dan dilakuan evaluasi untuk mengukur keberhasilan manajemen keuangan yang dilakukan keluarga. Adapun kerjasama gender dalam manajemen keuangan keluarga berada pada kategori sedang. Artinya, terjadi kerjasama gender yang cukup kuat antara suami dan contoh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi. Kerjasama yang dilakukan didominasi oleh salah satu pihak saja.

Tingkat kesejahteraan keluarga subjektif contoh menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat contoh memiliki tingkat kesejahteraan kategori sedang. Artinya, keluarga contoh merasa cukup puas terhadap semua kesejahteraan keluarga subjektif keluarga yang dimiliki. Terbukti bahwa rata-rata skor kondisi kesejahteraan keluarga subjektif contoh tergolong cukup puas.

Hasil uji Korelasi Pearson menunjukkan bahwa umur suami dan contoh berhubungan negatif dan nyata dengan manajemen keuangan keluarga. Begitu pula dengan besar keluarga yang berhubungan negatif dan nyata dengan manajemen keuangan keluarga. Usia contoh dan suami berhubungan negatif dan nyata dengan kesejahteraan keluarga subjektif. Terdapat hubungan positif dan nyata antara pendidikan contoh dengan manajemen keuangan keluarga, pengeluaran total dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Sedangkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara manajemen keuangan keluarga dengan kesejahteraan keluarga subjektif.

(6)

Hak Cipta milik IPB tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(7)

MANAJEMEN KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PEREMPUAN BURUH PABRIK DI KABUPATEN BOGOR

FAUZIAH FAJRIN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(8)

Judul :

Nama : Fauziah Fajrin NIM : I24070055 Disetujui, Tanggal lulus:    

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc Pembimbing I

   

Dr.Ir.Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si Pembimbing II Diketahui,       Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen 

Manajemen Keuangan dan Kesejahteraan Keluarga pada Perempuan Buruh Pabrik di Kabupaten Bogor  

(9)

PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-karunia-Nya. Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Skripsi ini tidak pernah selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc dan Dr.Ir.Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasihat, saran yang positif dan membangun kepada penulis selama ini.

2. Dr. Ir. Diah Krisnatuti Pranadji, MS selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan masukan, saran, dan arahan yang bermanfaat bagi perbaikan skripsi. 3. Dr. Ir. MD. Djamaludin sebagai pembimbing akademik yang telah membantu dan

membimbing penulis hingga menyelesaikan studi.

4. Kedua Orangtua yaitu Bapak Abdul Munir Djalil dan Ibu Soraya atas limpahan kasih sayang, do’a, dukungan moril dan materil, persahabatan, dan motivasi yang tinggi kepada penulis. Kakak dan adik-adik tercinta (Jay Kabalmay SE, Indah Rosulva S.Pi, Ainun Fuadi, Muamar Ilham Salim, Rahmawati, dan Madiana Syifa), terima kasih atas canda dan tawanya serta kasih sayang yang tiada habis. Serta Hartantio Nugraha atas dukungan dan semangat kepada penulis.

5. Kantor Kecamatan Dramaga, Kantor Desa Ciherang dan Babakan, Kepala Humas dan SDM PT PMG, Ketua RW/RT Desa Ciherang dan Babakan atas segala bantuan dalam pengambilan data dan atas kemudahan dalam penelitian. Seluruh responden dalam penelitian ini, dan bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai (Ibu Fitri, Ibu Suhati, dan lainnya).

6. Astrid, Dewanggi, Ade, Dewi, Kokom, Heni, Nining, Fitri, Alna, Yudha, dan Zainal atas bantuannya kepada penulis dalam penelitian. Serta Teh Tika dan Mba Vivi atas masukan, saran, bantuan, serta kesabarannya mendengar kelus kesah penulis.

7. Sahabat IKK 44 (Iip, Tira, Panda, Novi, Umu, Nora, Herti, Gilar, Roby, Dewanggi, Lia, Ana, Agus, Rezha, dan semua IKK 44) atas persahabatannya selama ini.

8. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas semua dukungannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan bantuan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, November 2011

(10)

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 3 Tujuan ... 5 Manfaat Penelitian ... 6 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Definisi dan Pendekatan Teori ... 7

Manajemen Keuangan Keluarga ... 10

Perempuan dan Buruh Pabrik ... 14

Kesejahteraan Keluarga Subjektif ... 15

Hasil Penelitian Terdahulu ... 16

KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

METODE PENELITIAN ... 23

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 23

Teknik Pemilihan Contoh ... 23

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 26

Pengolahan dan Analisis Data ... 28

Definisi Operasional ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

Karakteristik Contoh ... 34

Karakteristik Keluarga Contoh ... 39

Aliran Pendapatan dan Pengeluaran/Cashflow (Kasus Indepth- Interview) ... 48

Kontribusi Contoh terhadap Pendapatan Keluarga ... 56

Manajemen Keuangan Keluarga ... 57

Kerjasama Gender dalam Manajemen Keuangan Keluarga ... 63

Kesejahteraan Keluarga Subjektif ... 69

(11)

Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 83

(12)

1. Perbedaan konsep jenis kelamin (seks) dan gender ... 10

2. Penelitian pendahulu terkait topik penelitian ... 17

3. Variabel, Data yang diteliti, Skala, Jenis data, jumlah item pertanyaan, cronbach α ... 27

4. Sebaran contoh berdasarkan umur contoh ... 34

5. Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan contoh ... 34

6. Sebaran contoh berdasarkan pengalaman kerja di pabrik ... 35

7. Sebaran contoh berdasarkan riwayat pekerjaan contoh sebelumnya 35 8. Sebaran contoh berdasarkan waktu bekerja contoh ... 37

9. Sebaran contoh berdasarkan waktu libur contoh ... 37

10. Sebaran contoh berdasarkan posisi kerja contoh ... 38

11. Sebaran contoh berdasarkan sarana/transportasi contoh menuju tempat kerja ... 38

12. Sebaran contoh berdasarkan upah kerja contoh per bulan ... 39

13. Sebaran contoh berdasarkan umur suami ... 40

14. Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan suami ... 41

15. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga contoh ... 41

16. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan suami contoh ... 42

17. Sebaran contoh berdasarkan kepemilikkan aset ... 44

18. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan ... 45

19. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita ... 45

20. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan ... 46

21. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan nonpangan 47

22. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran per kapita ... 47

23. Sebaran contoh berdasarkan kondisi keuangan keluarga ... 48

24. Sebaran contoh berdasarkan kontribusi contoh terhadap keluarga 56

25. Sebaran contoh berdasarkan perbandingan rata-rata kontribusi ekonomi antara contoh dan suami terhadap pendapatan keluarga . 57

26. Sebaran contoh berdasarkan persentase perencanaan manajemen keuangan keluarga ... 58

27. Sebaran contoh berdasarkan perencanaan manajemen keuangan keluarga ... 59

(13)

keluarga ... 61

30. Sebaran contoh berdasarkan persentase monitoring dan evaluasi manajemen keuangan keluarga ... 61

31. Sebaran contoh berdasarkan monitoring dan evaluasi manajemen keuangan keluarga ... 62

32. Sebaran contoh berdasarkan penerapan manajemen keuangan keluarga ... 63

33. Sebaran contoh berdasarkan persentase perencanaan peran gender dalam manajemen keuangan keluarga ... 64

34. Sebaran contoh berdasarkan kategori kerjasama gender dalam perencanaan manajemen keuangan keluarga ... 65

35. Sebaran contoh berdasarkan persentase pelaksanaan peran gender dalam manajemen keuangan keluarga ... 66

36. Sebaran contoh berdasarkan kategori kerjasama gender dalam pelaksanaan manajemen keuangan keluarga ... 67

37. Sebaran contoh berdasarkan persentase monitoring dan evaluasi peran gender dalam manajemen keuangan keluarga ... 68

38. Sebaran contoh berdasarkan kategori kerjasama gender dalam monitoring dan evaluasi manajemen keuangan keluarga ... 68

39. Sebaran contoh berdasarkan keseluruhan kerjasama gender dalam pelaksanaan manajemen keuangan keluarga ... 69

40. Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan keluarga subjektif ... 71

41. Sebaran koefisien Korelasi Pearson karakteristik keluarga contoh dengan manajemen keuangan keluarga ... 72

42. Sebaran koefisien Korelasi Pearson karakteristik keluarga contoh, manajemen keuangan, dan kesejahteraan keluarga subjektif ... 74

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Konsep Utama Manajemen Arus Kas/Cash-Flow ... 12

2. Kerangka Pemikiran ... 22

3. Metode Penarikan Contoh ... 25

4. Diagram alur pendapatan dan pengeluaran keluarga kasus 1 ... 49

(14)

8. Diagram alur pendapatan dan pengeluaran keluarga kasus 5 ... 54 9. Diagram alur pendapatan dan pengeluaran keluarga kasus 6 ... 55

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Uji Korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian ... 85 2. Skala pengkategorian/pengukuran variabel penelitian ... 87 3. Sebaran contoh berdasarkan persentase kesejahteraan keluarga ... 91

(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan pada Maret 2010 sebesar 31 juta orang. Jumlah penduduk miskin di Perkotaan lebih kecil dibanding Perdesaan. Jumlah penduduk miskin di Perkotaan pada Maret 2010 sebesar 11,2 juta orang. Sedangkan daerah perdesaan pada Maret 2010 mencapai 19,9 juta orang.

Kemiskinan dapat tercermin dari rendahnya partisipasi penduduk yang bekerja, khususnya perempuan. Berdasarkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) perempuan jauh lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki. Meskipun demikian, dilihat dari jumlah angkatan kerja selama periode 2006-2008 peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh lebih besar dibandingkan laki-laki. Jumlah angkatan kerja perempuan pada tahun 2006 mencapai 38,6 juta orang dan meningkat hingga 42,8 juta orang pada tahun 2008, namun pada tahun yang sama angkatan kerja laki-laki hanya meningkat dari 67,7 juta orang menjadi 69,1 juta orang.

Menurut data BPS (2010), persentase penduduk usia 15 Tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama di sektor industri pada Tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Namun terjadi peningkatan jumlah perempuan yang bekerja yaitu sebesar 71 478 jiwa. BPS (2011), keadaan ketenagakerjaan di Jawa Barat pada Februari 2011 ditandai dengan peningkatan jumlah penduduk yang bekerja. Pada bulan Februari 2011, jumlah angkatan kerja mencapai 20 155 494 jiwa meningkat 941 134 jiwa dibandingkan Februari 2010. Penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 990 236 jiwa dibandingkan Februari 2011. Dalam satu tahun terakhir, peningkatan jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh penduduk perempuan. Penduduk perempuan yang bekerja bertambah sebanyak 574 353 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki yang bekerja bertambah sebanyak 415 883 jiwa.

Jumlah penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2009 tercatat sebesar 4 453 927 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 2 258 789 jiwa dan jumlah

(16)

penduduk perempuan sebesar 2 195 138 jiwa. Sedangkan hasil Sakernas 2009 menunjukkan bahwa total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sekitar dua per tiga penduduk Kabupaten Bogor termasuk angkatan kerja. Sementara itu, persentase penduduk laki-laki yang bekerja (usia 15 tahun ke atas) lebih besar dibandingkan perempuan yaitu 69,3 persen. Sedangkan persentase perempuan (usia 15 tahun ke atas) yang bekerja sebesar 30,7 persen. Bila dilihat dari lapangan usahanya, persentase laki-laki yang bekerja di sektor jasa lebih besar daripada perempuan. Perempuan lebih banyak bekerja di sektor manufaktur (BPS 2010).

Pada dasarnya perempuan yang bekerja tetaplah seorang pengurus rumahtangga. Sajogyo (1981) menjelaskan bahwa peranan perempuan bersifat normatif dengan melakukan seluruh pekerjaan rumah tangga sekaligus di bidang ekonomi rumah tangga. Posisi/status tersebut, perempuan tidak bisa dikesampingkan sebagai pencari nafkah (utama atau tambahan). Kebanyakan istri yang bekerja dikarenakan minimnya sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga sehingga membutuhkan tambahan sumberdaya lain untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan keluarga yang semakin berkembang.

Guhardja et al. (1992) menyatakan bahwa berkembangnya kehidupan keluarga maka berkembang pula kebutuhan dan keinginan keluarga yang semakin hari semakin tak terbatas sedangkan sumberdaya yang dimiliki setiap keluarga terbatas. Bahkan kebutuhan dan keinginan tersebut selalu berubah dan cenderung bertambah banyak. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu manajemen sumberdaya keluarga yang baik, khususnya sumberdaya keuangan keluarga. Deacon dan Firebaugh (1988) mengatakan bahwa manajemen keuangan keluarga yang optimal akan menghasilkan tingkat kesejahteraan yang maksimal. Tingkat kesejahteraan dapat diukur dari kepuasan subjektif yang dirasakan keluarga berdasarkan sumberdaya yang dimiliki keluarga.

Sejalan dengan hasil penelitian terdahulu bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara manajemen keuangan dengan kesejahteraan keluarga subjektif (Firdaus 2008). Sedangkan Nurulfirdausi (2010), tidak terdapat hubungan yang nyata antara manajemen keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan keluarga.

(17)

Perumusan Masalah

Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2011 mengalami kenaikan dibandingkan Februari 2010. Penduduk yang bekerja pada Februari 2011 tercatat sebanyak 18 173 043 jiwa, bertambah 990 176 jiwa dibandingkan Februari 2010 yang tercatat sebanyak 17 182 807 jiwa. Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan mengalami kenaikan sebanyak 472 598 jiwa atau meningkat sebesar 8,47 persen dibandingkan tahun sebelumnya (BPS 2011). Data Sakernas (2011) memperlihatkan bahwa tenaga kerja perempuan di kegiatan informal sedikit lebih banyak dibandingkan laki-laki, masing-masing yaitu 63,77 persen dan 64,02 persen.

Perempuan yang bekerja tersebut tidak terlepas dari berbagai tindak ketidakadilan. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh buruh/pekerja perempuan terutama di bidang industri antara lain:

1. Terdapat perbedaan upah kerja perempuan dengan laki-laki. Berdasarkan Sakernas Tahun 2000-2004 bahwa rata-rata upah kerja yang diterima perempuan adalah 50 persen dari upah yang diterima laki-laki dan 70 persen untuk pekerjaan nonpertanian. Hal ini berarti, upah kerja perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Adapun Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Kabupaten Bogor Tahun 2011 sebesar Rp 1 172 060,00 meningkat dibandingkan Tahun 2010 yaitu sebesar Rp 1 056 914,00.

2. Perempuan sangat sulit memperoleh promosi jabatan karena selalu ditempatkan di posisi yang lebih rendah dari laki-laki, yang tidak mensyaratkan pendidikan dan ketrampilan yang tinggi. Perempuan ditempatkan pada pekerjaan yang hanya membutuhkan ketekunan, ketelitian, dan kerapihan, dan biasanya hanya mengerjakan satu jenis pekerjaan setiap hari selama bertahun-tahun.

3. Jam kerja yang lebih panjang, dan sulit mengakses berbagai kursus dan pelatihan.

4. Sebagian besar perusahaan hampir tidak memperhatikan masalah-masalah yang spesifik yang dialami buruh perempuan formal, seperti masalah cuti haid, cuti melahirkan, tunjangan untuk kehamilan dan menyusui, dan fasilitas tempat

(18)

penitipan anak. Perusahaan tidak memberikan hak-hak tersebut di atas karena dianggap menganggu produktivitas kerja.

Terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi pekerja perempuan. Kenyataannya, hak-hak perempuan dilindungi dalam Undang. Undang-Undang yang terkait dengan hak perempuan antara lain Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 terkait Ratifikasi Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 Partai Politik, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum dan Undang-Undang lainnya. Namun perlindungan tersebut belum benar-benar dirasakan oleh perempuan yang bekerja.

Pada dasarnya, perempuan yang bekerja mampu memberikan kontribusi ekonomi terhadap pendapatan keluarga baik utama (primary breadwinner) maupun tambahan (secondary breadwinner). Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan keluarga yang semakin tak terbatas.

Seiring dengan kebutuhan dan keinginan keluarga yang tak terbatas membuat keluarga membutuhkan suatu manajemen yang optimal. Guhardja et al. (1992) menjelaskan konsep manajemen tidak dapat membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi cukup, akan tetapi manajemen dapat membantu menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas menjadi optimal dalam pemanfaatannya.

Di lain pihak, uang merupakan suatu sumberdaya dan sekaligus alat pengukur dari sumberdaya. Besarnya uang yang dimiliki oleh keluarga menunjukkan berapa banyak sumberdaya uang yang dimiliki keluarga. Di sisi lain, keberadaan sumberdaya uang dalam keluarga relatif terbatas sedangkan kebutuhan dan keinginan keluarga relatif tak terbatas. Sehingga agar pemanfaatan sumberdaya uang yang terbatas tersebut mencapai optimum diperlukan usaha manajemen keuangan yang baik dan efektif (Guhardja et al. 1992).

Manajemen keuangan keluarga yang baik dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan mengevaluasi hasil yang telah diperoleh. Hal ini

(19)

dilakukan demi mencapai tujuan keluarga, yaitu kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga yang tinggi mencerminkan kepuasan yang dirasakan keluarga juga tinggi. Adapun kepuasan yang diukur berdasarkan kepuasan keuangan keluarga, fisik, dan lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan bagaimana buruh pabrik perempuan yang pada umumnya bekerja dalam sektor publik serta domestik keluarga untuk mengelola keuangan keluarganya sehari-hari, agar tetap terpenuhi segala kebutuhan hidup maupun kebutuhan mendesak sekalipun serta langkah-langkah apa saja yang dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengantisipasi permasalahan yang dihadapi keluarga. Mengingat keberadaan perempuan sangat penting dalam kehidupan keluarga.

Maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi pendapatan buruh perempuan terhadap pendapatan keluarga?

2. Bagaimana penerapan manajemen keuangan keluarga? 3. Bagaimana tingkat kesejahteraan keluarga contoh?

4. Bagaimana hubungan antara karakteristik keluarga, manajemen keuangan, kerjasama gender dalam manajemen keuangan, serta kesejahteraan keluarga?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum:

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen keuangan dan kaitannya dengan kesejahteraan keluarga pada perempuan buruh pabrik di Kabupaten Bogor.

Tujuan Khusus:

1. Mengetahui kontribusi pendapatan contoh terhadap pendapatan keluarga.

2. Mengetahui penerapan manajemen keuangan keluarga. 3. Mengetahui kesejahteraan keluarga subjektif.

(20)

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, manajemen keuangan keluarga, kerjasama gender dalam manajemen keuangan keluarga, dan kesejahteraan keluarga subjektif.

Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sarana untuk mengembangkan diri dari ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan serta dapat memberikan tambahan pengetahuan/referensi bagi peneliti sendiri serta bagi penelitian selanjutnya terkait manajemen keuangan dan kesejahteraan keluarga.

2. Bagi para buruh perempuan dan keluarga, penelitian ini dapat memberi masukan mengenai cara pengelolaan keuangan keluarga yang efektif dan efisien sehingga tujuan keluarga dapat tercapai yaitu kesejahteraan keluarga. 3. Bagi pemerintah/pengusaha, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan

suatu masukan mengenai gambaran manajemen keuangan yang dilakukan oleh keluarga perempuan buruh pabrik sehingga dapat dijadikan sebagai suatu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pemerintah, khususnya dibidang kesejahteraan keluarga.

4. Bagi perkembangan ilmu, penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi perkuliahan terkait mata ajaran di departemen ilmu keluarga dan konsumen seperti gender dan keluarga, manajemen sumberdaya keluarga, dan lainnya.

5. Bagi masyarakat khususnya keluarga, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai manajemen keuangan keluarga sehingga dapat dipilih jalan terbaik dalam mengelola keuangan keluarga yang terbatas serta mampu menyeimbangkan antara kebutuhan/keinginan dengan sumberdaya yang tersedia demi mencapai kesejahteraan keluarga. Selain itu, menambah pengetahuan masyarakat terkait manajemen keuangan keluarga.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga

Keluarga menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (BKKBN 1996).

Gross, Crandall dan Knoll (1973) mengungkapkan bahwa keluarga merupakan suatu manajerial unit yang mampu mengelola sumberdaya keluarga yang dimiliki untuk mencapai tujuan keluarga. Berdasarkan pendekatan sistem, keluarga memiliki hubungan dengan sistem yang lebih luas, dimana keluarga menjadi bagian di sistem tersebut. Hubungan keluarga dengan lingkungannya digambarkan melalui suatu sistem yang saling berkaitan, bergantung, dan berinteraksi satu sama lainnya. Sistem-sistem ini terdiri dari subsistem yang saling mempengaruhi.

Deacon dan Firebaugh (1988) menjelaskan keluarga sebagai subsistem dari sistem masyarakat. Keluarga terdiri dari subsistem personal dan manajerial. Subsistem manajerial berfungsi untuk merencanakan dan melaksanakan penggunaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan subsistem personal merupakan bagian yang berhubungan dengan interaksi dinamis dari suatu jalinan hubungan sosial yang akhirnya memberi ciri pada kepribadian seseorang, yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan manajerial. Subsistem personal terdiri dari komponen input, throughput, dan output.

Teori Struktural Fungsional

Teori struktural fungsional melihat keluarga, kelompok, organisasi, klub sosial, dan lain-lain sebagai sebuah sistem yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi. Keluarga merupakan bagian subsistem dari masyarakat, yang saling berinteraksi dengan subsistem-subsitem lainnya dalam masyarakat, misalnya sistem ekonomi, politik, pendidikan, dan agama. Interaksi yang terjalin merupakan wujud fungsi keluarga untuk menjaga keseimbangan sosial dalam masyarakat atau dikenal dengan istilah equilibrium state. Selain itu, keluarga bersifat adaptif yang selalu menyesuaikan dirinya dalam menghadapi perubahan

(22)

lingkungan. Sesuai dengan Parson yang menyatakan bahwa keluarga selalu beradaptasi secara mulus menghadapi perubahan lingkungan. Kondisi tersebut dikatakan keseimbangan dinamis atau dynamic equilibrium (Megawangi 1999).

Teori struktural fungsional juga memandang keluarga sebagai sebuah sistem terkait anggota dalam keluarga. Dalam hal ini, keluarga memiliki peran dan tugas yang harus dijalankan oleh anggota keluarga (Megawangi 1999). Dalam pandangan teori struktural fungsional, dapat dilihat dua aspek yang saling berkaitan yaitu aspek struktural dan aspek fungsional. Selanjutnya, Megawangi (1999) menjelaskan bahwa aspek struktural melihat suatu keseimbangan dalam masyarakat yang diciptakan oleh sistem sosial yang tertib. Ketertiban sosial tercipta jika keluarga memiliki struktur atau strata sehingga anggota keluarga mengetahui posisi dan patuh pada sistem yang berlaku dalam keluarga. Struktur dalam keluarga dapat menjadikan institusi dalam keluarga sebagai sistem kesatuan. Terdapat tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga, yaitu status sosial, fungsi sosial, dan norma sosial.

Berdasarkan status sosial, struktur pada keluarga nuklir terdiri dari tiga struktur utama yaitu bapak/suami, ibu/istri, dan anak-anak. Struktur dapat juga berupa figur-figur seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, anak balita, remaja, dan sebagainya. Sedangkan peran sosial merupakan gambaran peran dari status sosial yang dimiliki. Misalnya, orangtua memiliki peran instrumental yang dipegang oleh bapak/suami sebagai pencari nafkah dan peran ekspresif yang melekat pada ibu/istri dengan memberikan cinta dan kelembutan terhadap keluarga. Norma sosial merupakan peraturan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya, misalnya dalam hal pembagian tugas dalam keluarga (Megawangi 1999) .

Aspek kedua dari teori struktur fungsional yang sulit dipisahkan dengan aspek struktural adalah aspek fungsional. Aspek fungsional diartikan sebagai bagaimana subsistem dapat berhubungan dan dapat menjadi sebuah kesatuan sosial. Adapun fungsi sebuah sistem mengacu pada sebuah sistem untuk memelihara dirinya sendiri dan memberikan kontribusi pada berfungsinya subsistem dari sistem tersebut (Megawangi 1999). Seseorang dalam sistem keluarga yang memiliki status sosial tertentu memiliki peran yang harus

(23)

dijalankan dari status sosial tersebut. Levy dalam Megawangi (1999) mengungkapkan bahwa tanpa pembagian tugas yang jelas dari status sosial, maka fungsi keluarga akan terganggu dan akan mempengaruhi sistem yang lebih besar. Teori Gender

Gender merupakan pembagian tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang telah ditetapkan masyarakat maupun budaya. Megawangi (1999) mengungkapkan bahwa peran gender merupakan peran yang diciptakan oleh masyarakat bagi laki-laki dan perempuan. Laki-laki diharapkan menjalankan peran instrumental atau sebagai pencari nafkah sedangkan perempuan menjalankan peran yang bersifat ekspresif atau berorientasi pada manusia. Perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan ini bukan didasarkan pada perbedaan biologis melainkan disebabkan oleh faktor sosial budaya. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi mengakibatkan peran perempuan tidak hanya berada dalam sektor domestik saja melainkan juga mampu bekerja di sektor-sektor yang didominasi oleh kaum laki-laki.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, dan UNFAPA (2005) mendefinisikan pembagian kerja atau pembagian peran berdasarkan gender adalah sebagai kerja atau peran yang diwajibkan oleh masyarakat kepada perempuan dan laki-laki baik di dalam rumah maupun komunitas. Peran perempuan di dalam rumah seperti mencuci, mengurus anak dan suami, memasak, dan lainnya. Sedangkan peran laki-laki seperti melindungi dan mencari nafkah untuk semua anggota keluarga. Pembagian peran yang baik dan seimbang tidak akan membuat suatu masalah antara laki-laki dan perempuan, namun juga akan menguntungkan kedua belah pihak.

Handayani dan Sugiarti (2008) menjelaskan konsep gender sebagai sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan. Perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap sebagai makhluk yang kuat, rasional, jantan dan perkasa. Sifat-sifat tersebut dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, konsep gender dapat diartikan sebagai konsep yang membedakan peran laki-laki

(24)

dan perempuan. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan tidak ditentukan oleh perbedaan biologis atau kodrati (seks), namun dibedakan berdasarkan kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan (Tabel 1).

Tabel 1 Perbedaan konsep jenis kelamin (sex) dan gender

Seks Gender

Menyangkut perbedaan organ biologis laki-laki dan perempuan (alat reproduksi)

Menyangkut perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil kesepakatan

Peran reproduksi tidak dapat berubah Peran sosial dapat berubah Peran reproduksi tidak dapat dipertukarkan;

tidak mungkin peran laki-laki melahirkan, perempuan membuahi

Peran sosial dapat dipertukarkan. Istri dan suami bertukar peran misalnya suami mengurus rumah tangga sedangkan istri mencari nafkah

Peran reproduksi kesehatan berlaku sepanjang masa

Peran sosial bergantung pada masa dan keadaan

Peran reproduksi kesehatan berlaku di mana saja sama

Peran sosial bergantung budaya masing-masing

Peran reproduksi kesehatan berlaku bagi semua kelas/strata sosial

Peran sosial berbeda antara satu kelas/strata sosial dengan strata lainnya Peran reproduksi kesehatan ditentukan oleh

Tuhan atau kodrat

Peran sosial bukan kodrat Tuhan tetapi buatan manusia

Sumber : Puspitawati (2010)

Manajemen Keuangan keluarga

Guhardja et al. (1992) menjelaskan bahwa uang merupakan salah satu jenis sumberdaya materi sekaligus merupakan alat pengukur sumberdaya. Uang memiliki empat fungsi, antara lain sebagai dasar perbandingan, sebagai mekanisme bagi pertukaran dan perekonomian secara umum, sebagai hak untuk kebutuhan sumberdaya masa depan, dan sebagai media dalam pertukaran dan perpindahan dengan pemerintah, instansi, kelompok personal, dan individu (Deacon dan Firebaugh 1988).

Pemilikan sumberdaya uang dalam suatu keluarga tidak lagi terbatas, tetapi tergantung kepada jumlah dan kualitas orang yang berpartisipasi dalam pencarian pendapatan. Besarnya uang yang dimiliki oleh seseorang atau keluarga menunjukkan berapa banyak sumberdaya uang yang dimilikinya. Dengan kepemilikan uang, seseorang atau keluarga dapat memenuhi keinginannya. Pemanfaatan sumberdaya uang yang terbatas tersebut dapat mencapai optimum, diperlukan usaha manajemen keuangan yang baik dan efektif (Guhardja et al.

(25)

1992). Guhardja, Puspitawati, Hartoyo dan Saharia (1989), mengungkapkan bahwa manajemen merupakan pengelolaan terkait dunia usaha dan aspek lainnya.

Deacon dan Firebaugh (1988), menjelaskan manajemen merupakan suatu bentuk yang dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan penggunaan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen sebagai proses dalam mengubah input yang terdiri dari zat/bahan, energi dan informasi menjadi output. Secara umum, dikenal dengan planning (perencanaan), atau implementing (pelaksanaan) yang terkait dengan standar aktifitas spesifik, permintaan dan tidak berhubungan langsung dengan pemahaman aktifitas manajerial.

Menurut Olson dan Beard, perencanaan merupakan bagian dari sistem manajerial yang menerima tujuan dan permintaan lainnya. Berfungsi mengumpulkan informasi mengenai karakteristik alternatif baik kualitatif maupun kuantitatif yang berpotensial. Dalam mewujudkan perencanaan, dibutuhkan pengambilan keputusan mengenai bagaimana merubah permintaan dan bagaimana meningkatkan sumberdaya atau menggunakannya dengan berbeda untuk menghasilkan tujuan yang optimal. Sedangkan pelaksanaan adalah aktifitas/tindakan yang dilakukan dari perencanaan. Dalam mengontrol perencanaan, dibutuhkan pelaksanaan, pengelolaan, dan pengecekkan yang pada akhirnya akan menghasilkan feedback atau hubungan timbal balik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses tindakan yang dapat dilakukan sendiri maupun bersama dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki melalui berbagai tahapan-tahapan untuk mencapai keinginan atau tujuan yang ditetapkan. Walaupun manajemen tidak bisa membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi cukup, akan tetapi manajemen dapat membantu menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk item yang disetujui oleh semua anggota keluarga (Guhardja et al. 1992)

Secara umum terdapat beberapa alasan perlunya seseorang atau keluarga mengelola keuangan, antara lain: adanya tujuan keuangan yang ingin dicapai; tingginya biaya hidup; naiknya biaya hidup dari tahun ke tahun/inflasi; keadaan perekonomian tidak akan selalu baik; fisik manusia yang tidak selalu sehat, kualitas hidup yang lebih baik dari generasi sebelumnya serta faktor kecelakaan;

(26)

banyaknya alternatif produk pangan (Rahmayani dan Hartoyo 2009). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pengelolaan terhadap sumberdaya yang dimiliki sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk hasil yang memuaskan.

Salah satu bentuk manajemen keuangan keluarga adalah manajemen cash flow atau arus kas, yaitu aliran uang yang mengalir mulai mendapatkan uang tersebut, menyimpannya, mengembangkannya, dan mengeluarkannya dengan secara teratur, bijak dan disiplin (Rahmayani dan Hartoyo 2009).

Anonimous (2007) menjelaskan bahwa terdapat dua konsep utama tentang manajemen keuangan keluarga yang wajib diketahui oleh keluarga yaitu tentang Neraca dan Rugi/Laba serta Manajemen Cashflow/Arus Kas. Pengetahuan akan cashflow wajib diketahui agar keuangan keluarga tidak akan kacau balau dan terpantau (Gambar 1).

Gambar 1 Konsep Utama Manajemen Arus Kas/Cash-Flow Sumber: www.myfamillyaccounting.wordpress.com

Pendapatan

Menurut Alabi, Ogbimi dan Soyebo (2006), pendapatan merupakan sumberdaya material yang digunakan untuk membelanjakan atau mendapatkan sumberdaya lain seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan lainnya. Pendapatan sangat penting untuk dikelola dengan sebaik-baiknya. Pendapatan merupakan imbalan yang diperoleh seorang konsumen dari pekerjaan yang telah

Dll Saham Properti Deposito Obligasi Reksadana Hasil Usaha Hasil Investasi Pendapatan Pengeluaran ATM/Bank Uang Tunai Dll Fashion Keluarga Besar Sosial Hiburan Rekreasi Pekerja Zakat/Pajak Transportasi Keperluan Anak Premi Asuransi Cicilan Utang Rumah Tangga Gaji

(27)

dilakukannya untuk mencari nafkah. Pada umumnya, pendapatan yang diterima dalam bentuk uang.

Jumlah pendapatan akan menggambarkan daya beli seseorang. Daya beli seseorang akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seseorang dan seluruh anggota keluarganya. Pendapatan diukur tidak hanya yang diterima oleh seorang individu, melainkan juga semua pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga. Hal ini berarti, daya beli rumah tangga ditentukan oleh pendapatan dari semua anggota rumah tangga yang telah memiliki penghasilan kemudian dikelola bersama dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan keluarga.

Pencatatan pendapatan dari semua anggota keluarga penting dilakukan karena biasanya sebuah rumah tangga memiliki lebih dari satu orang yang bekerja. Misalnya suami, istri, anak, dan lainnya. Adapun pengukuran pendapatan yang berprofesi sebagai pegawai, karyawan, buruh atau pegawai negeri terdiri dari gaji pokok, tunjangan, bonus, dan pendapatan lainnya (Sumarwan 2002). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan antara lain: pekerjaan, pendidikan dan kecakapan, misalnya seorang pembantu rumah tangga mendapatkan penghasilan yang lebih murah dibandingkan seorang juru ketik; pengalaman dan umur seseorang; besarnya tanggung jawab keluarga; dan tempat bekerja (Sadikin 1975).

Alokasi pengeluaran keluarga

Survei BPS (2002) menunjukkan bahwa terjadi perubahan pola konsumsi karena adanya penurunan standar hidup secara drastis akibat meningkatnya harga-harga kebutuhan hidup setelah krisis ekonomi tahun 1997. Akibatnya, keluarga yang memiliki penghasilan rendah terpaksa memprioritaskan pengeluaran untuk pangan.

Pengeluaran keluarga dikelompokkan menjadi dua bagian, antara lain pengeluaran untuk pangan dan nonpangan. Pengeluaran untuk pangan yaitu pengeluaran untuk konsumsi bahan pangan berupa padi-padian, ikan, daging, telur, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, minuman, makanan serta minuman jadi. Sedangkan pengeluaran untuk nonpangan yaitu pengeluaran untuk konsumsi perumahan, bahan bakar, penerangan, air,

(28)

barang dan jasa, pakaian, dan barang tahan lama lainnya. Adapun persentase pengeluaran keluarga terbesar di negara berkembang adalah pengeluaran untuk pangan yang kemudian diikuti oleh barang dan jasa (BPS 2002).

Pengeluaran perkapita atau pengeluaran per orang Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun makin meningkat cukup signifikan. Sejak masa krisis 1998, pengeluaran perkapita sebesar Rp 317 800,00 meningkat menjadi Rp 1 240 900,00 pada tahun 2007 atau meningkat hampir 300 persen selama 10 tahun (SUSENAS 2010).

BPS (1994), menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin berkurang persentase pendapatan yang dibelanjakannya untuk makanan. Oleh karena itu, komposisi pengeluaran rumahtangga dapat dijadikan ukuran guna menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk dengan asumsi bahwa penurunan persentase pengeluaran mrupakan gambaran meningkatnya perekonomian penduduk.

Perempuan dan Buruh Pabrik

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menjelaskan bahwa buruh adalah orang yang bekerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semua orang yang bekerja baik di perusahaan maupun di luar perusahaan dan menerima upah dan imbalan adalah buruh.

Buruh atau karyawan merupakan seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi baik pemerintah atau swasta dengan menerima upah atau gaji baik berupa uang maupun barang (BPS 1994). Kebanyakan perempuan yang bekerja sebagai buruh, bukanlah pekerjaan pokok tetapi bagi keluarga yang mengandalkan sektor informal, penghasilan yang didapat dapat menjadi penghasilan utama. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan keadaan ini antara lain besarnya jumlah anggota keluarga dan kegigihan para buruh untuk keluar dari lingkungan kemiskinan (Gardiner et al. 1996).

Anonimous (2011) mengungkapkan beberapa alasan seorang perempuan bekerja, antara lain: (1) Kebutuhan finansial, kebutuhan keluarga yang tinggi dan kekurangan dalam mencukupi kehidupan sehari-hari mendesak perempuan

(29)

bekerja di luar rumah; (2) Kebutuhan sosial-relasional, perempuan yang bekerja memiliki kebutuhan akan penerimaan sosial dan adanya identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja, seperti bergaul; (3) Kebutuhan aktualisasi diri, melalui bekerja, perempuan dapat berkarya, mengekspresikan diri, mengembangkan diri dan orang lain, membagikan ilmu dan pengalaman, menemukan sesuatu, menghasilkan sesuatu, serta mendapatkan penghargaan atau prestasi adalah bagian dari proses pencapaian kepuasan diri. Sebuah studi tentang kepuasan hidup wanita bekerja menunjukkan bahwa wanita yang bekerja memiliki tingkat kepuasan hidup sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja, meskipun ada beberapa faktor lain yang ikut menentukan.

Kesejahteraan Keluarga

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 menyebutkan bahwa keluarga sejahtera merupakan keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan serasi, selaras, seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan menurut Undang-Undang terbaru Nomor 52 Tahun 2009 menjelaskan bahwa yang disebut sebagai ketahanan atau kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.

Schmidt dan Welsh (2010), kesejahteraan subjektif terdiri dari tiga bagian yaitu perasaan positif, perasaan negatif, dan kepuasan yang dirasakan dalam hidup yang akan stabil atau tidak berubah dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan Pichler (2006) menjelaskan kesejahteraan subjektif merupakan hasil evaluasi kehidupan seseorang. Evaluasi tersebut mencakup reaksi emosional, suasana hati yang dirasakan, dan pendapat tentang kepuasan. Guhardja et al. (1992) menjelaskan bahwa kepuasan merupakan output yang telah diperoleh akibat kegiatan suatu manajemen. Ukuran kepuasan ini dapat berbeda untuk setiap individu atau bersifat subjektif.

Kesejahteraan juga merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan

(30)

ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga negara berusaha dalam memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat (Rambe 2004). Maslow (1943), menjelaskan bahwa konsep kesejahteraan keluarga berdasarkan Maslow’s Hierarchy of Needs adalah keadaan atau kondisi dimana keluarga dapat memenuhi kebutuhannya, antara lain self actualization, esteem, belongingness and love, safety, dan physiological need. Kesejahteraan subjektif diukur dari tingkat kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat sendiri bukan orang lain.

Zhang (2007) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa studi yang menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif adalah umur, gender, pendidikan, dan status finansial. Penelitian Simanjuntak (2010) menjelaskan bahwa relasi gender yang semakin responsif dan tingkat stres ibu yang semakin rendah memberikan pengaruh langsung terhadap kesejahteraan keluarga subjektif, sedangkan ekonomi keluarga yang semakin baik dan strategi koping yang semakin sedikit akan memberikan pengaruh tidak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga subjektif. Chen (2010) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Frekuensi peran yang tinggi akan meningkatkan rata-rata kesejahteraan perempuan. Sedangkan penelitian Firdaus menunjukkan terdapat hubungan nyata antara manajemen keuangan keluarga dengan kesejahteraan keluarga. Contoh yang menerapkan manajemen keuangan dengan baik maka kesejahteraan keluarga akan lebih tinggi.

Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait manajemen keuangan keluarga dan kesejahteraan keluarga telah banyak dilakukan. Penelitian Firdaus (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata dan positif antara pendidikan suami dengan manajemen keuangan keluarga. Semakin tinggi pendidikan suami maka semakin baik keterampilan keluarga dalam mengelola keuangan keluarga. Selain itu, kesejahteraan keluarga berkorelasi negatif dengan besar keluarga. Semakin banyak anggota keluarga yang dimiliki maka semakin rendah tingkat kesejahteraan keluarga. Terdapat hubungan antara manajemen keuangan keluarga dengan kesejahteraan keluarga. Semakin baik pengelolaan keuangan keluarga

(31)

maka semakin meningkat kesejahteraan suatu keluarga. Berlawanan dengan penelitian Nurulfirdausi (2010) bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara manajemen keuangan dengan tingkat kesejahteraan keluarga.

Penelitian Simanjuntak (2010) menjelaskan bahwa relasi gender yang semakin responsif dan tingkat stres ibu yang semakin rendah memberikan pengaruh langsung terhadap kesejahteraan keluarga subjektif, sedangkan ekonomi keluarga yang semakin baik dan strategi koping yang semakin sedikit akan memberikan pengaruh tidak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga subjektif. Hasil penelitian terdahulu tersebut dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun hasil penelitian terdahulu terlihat dalam Tabel 2.

Tabel 2 Penelitian pendahulu terkait topik penelitian

No. Tahun Penulis Judul Hasil

1. 2003 Saleha Q MSDK: Suatu Analisis Gender dalam Kehidupan Keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala, Kaltim

• Ada hubungan antara pendidikan istri dan relasi gender

• Ada hubungan antara pengambilan keputusan dan kepuasan istri 2. 2004 Rambe A Alokasi Pengeluaran

Rumah Tangga dan Tingkat

Kesejahteraan

• Faktor determinan kesejahteraan subjektif adalah pendidikan kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga dan pendapatan

2007 Suandi Modal Sosial dan Kesejahteraan

Ekonomi Keluarga

• Manajemen keuangan dan manajemen anggota keluarga berpengaruh positif terhadap kesejahteraan ekonomi objektif keluarga 3. 2008 Firdaus Hubungan Tekanan

Ekonomi, Manajemen Keuangan, dan Mekanisme Koping dengan Kesejahteraan

• Ada hubungan antara tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga 4. 2010 Nurulfirdausi K Analisis Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Manajemen Keuangan Keluarga terhadap Kesejahteraan Keluarga TKW • Kontribusi ekonomi TKW tidak berpengaruh pada kesejahteraan keluarga • Kesejahteraan subjektif

dipengaruhi nyata positif oleh jumlah anak

(32)

No. Tahun Penulis Judul Hasil 5. 2010 Irzalinda V Kontribusi Ekonomi,

Peran Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga di Kota dan Kabupaten bogor

• Rata-rata kontribusi nilai ekonomi pekerjaan istri terhadap pendapatan total keluarga adalah 16,4 dan 46,2 persen pada masing-masing dua daerah lokasi penelitian

• Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah permasalahan keluarga. 6. 2011 Rusydi L N Analisis Perbandingan Manajemen Sumberdaya dan Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin

• Manajemen waktu dan keuangan pada keluarga miskin dan tidak miskin tergolong rendah • Pada keluarga miskin,

semakin tua istri dan suami maka semakin rendah manajemen keuangan keluarga. Sedangkan keluarga tidak miskin, semakin lama pendidikan istri maka semakin baik manajemen keuangan keluarga

(33)

KERANGKA PEMIKIRAN

Deacon dan Firebaugh (1988) menjelaskan bahwa keluarga merupakan subsistem dalam sistem masyarakat yang luas dan saling berinteraksi. Pendekatan struktural fungsional memandang keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat yang memiliki prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam masyarakat. Salah satu aspek penting dalam pendekatan struktural fungsional melihat setiap keluarga sehat memiliki pembagian peran atau fungsi yang jelas. Fungsi tersebut terpolakan dalam struktur yang jelas dan patuh pada nilai yang berlaku. Struktural fungsional memandang bahwa suatu struktur keluarga akan membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif. Misalnya, seorang laki-laki dituntut sebagai pencari nafkah keluarga sedangkan perempuan mengurus keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Megawangi 1999).

Setiap individu dalam keluarga memiliki status dan peranan. Status dan peranan masing-masing individu memiliki arti penting dalam hubungan timbal balik antar individu lainnya. Secara abstrak, status menunjukkan kedudukan dalam masyarakat sedangkan peranan merupakan suatu aspek dinamis dari status. Kedudukan dan peranan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan (Megawangi 1999).

Dilihat dari kerangka status dan peranannya dalam sebuah keluarga, seorang perempuan sebagai istri pada dasarnya adalah pengurus rumahtangga dan laki-laki sebagai suami bekerja mencari nafkah keluarga. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pergeseran peran antara laki-laki dan perempuan. Lewis, Burns dan Segner (1969) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang menyebabkan perempuan mengalami perubahan peran dari sektor domestik ke sektor publik, antara lain: 1) Banyak perempuan/istri yang sudah tidak bersama dengan laki-laki/suami; 2) Terjadi perubahan dalam hukum warisan terkait hak milik di luar kontrol perempuan; 3) Kebanyakan suami berkeinginan untuk merubah gaji. Pada akhirnya, kesempatan pendidikan yang semakin tinggi bagi perempuan maka semakin luas lapangan pekerjaan yang didapatkan perempuan.

Perempuan sebagai seorang ibu rumahtangga yang mengurus keluarga sehari-hari juga sebagai pencari nafkah utama atau tambahan dalam keluarga. Puspitawati (2009), kebanyakan istri bekerja di luar rumah sebagai pencari nafkah

(34)

tambahan keluarga (secondary breadwinner) disamping suami sebagai pencari nafkah utama (main breadwinner) untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan keluarga.

Kebutuhan dan keinginan keluarga semakin hari semakin tak terbatas, namun sumberdaya yang dimiliki keluarga sangat terbatas baik dalam jumlah maupun kualitasnya (Guhardja et al., 1992). Peran perempuan sebagai pengurus rumah tangga harus mampu memiliki kemampuan dalam mengelola sumberdaya yang terbatas tersebut secara maksimal agar kebutuhan dan keinginan semua anggota keluarga dapat terpenuhi. Salah satu sumberdaya perlu dilakukan adalah pengelolaan sumberdaya keuangan keluarga atau manajemen keuangan.

Deacon dan Firebaugh (1988) menjelaskan bahwa manajemen keuangan keluarga merupakan suatu bentuk yang dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan penggunaan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ogbimi, Soyebo dan Alabi (2006), menjelaskan bahwa manajemen keuangan keluarga merupakan suatu proses pengorganisasian untuk mengalokasikan atau menggunakan uang agar mencapai tujuan yang spesifik terutama dalam pembelian menggunakan uang. Terdapat tiga langkah utama dalam melakukan pengelolaan keuangan keluarga, yaitu perencanaan, melaksanakan rencana yang telah dibuat, dan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan tersebut (Lewis, Burns dan Segner 1969).

Ogbimi, Soyebo dan Alabi (2006), perencanaan disusun oleh anggota keluarga bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam perencanaan terdiri dari rencana rincian keuangan tahunan yang dikenal sebagai anggaran atau rencana pengeluaran. Sedangkan pelaksanaan merupakan tindakan nyata yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat sebelumnya (Deacon dan Firebaugh 1988). Selain itu, monitoring dan evaluasi juga memiliki peran yang penting dalam pengelolaan keuangan keluarga. Gross dan Crandall (1963), mengatakan bahwa evaluasi tidak hanya mampu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tetapi juga mengukur tingkat kepuasan dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam upaya mencapai tujuannya (kesejahteraan keluarga), keluarga harus mampu mengelola sumberdaya yang dimilikinya, baik sumberdaya materi

(35)

maupun manusia. Pengelolaan sumberdaya keluarga ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain karakteristik contoh dan keluarga contoh, sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan sekitar seperti sosial, fisik, serta peran pemerintah dalam program bantuan pembangunan fasilitas umum.

Karakteristik buruh dan karakteristik keluarga diduga memiliki hubungan terhadap manajemen keuangan dan tingkat kesejahteraan keluarga. Pada buruh dengan karakteristik buruh dan keluarga yang baik cenderung memiliki pengelolaan keuangan yang baik pula sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dalam mengelola keuangan keluarga, dibutuhkan pembagian kerja antara anggota keluarga, khususnya peran suami dan istri dalam merencanakan, melaksanakan, memonitoring dan mengevaluasi keuangan keluarga.

Peran gender dalam manajemen keuangan keluarga di duga akan mempengaruhi alokasi pengeluaran baik pangan dan nonpangan serta pendapatan keluarga. Buruh yang telah memiliki penghasilan sendiri cenderung memberikan kontribusi terhadap perekonomian keluarga. Hal tersebut, dapat dinyatakan dalam arus kas pendapatan dan pengeluaran baik dari buruh sendiri maupun keluarga.

Keluarga yang memiliki kemampuan manajemen keuangan keluarga yang baik dalam memahami dan mengelola sumberdaya keluarga akan dapat memanfaatkan sumberdaya keluarga khususnya keuangan atau pendapatan keluarga dengan maksimal sehingga mampu memenuhi kebutuhan keluarga secara optimal dan tingkat kesejahteraan keluarga dapat tercapai.

(36)

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Manajemen Keuangan Keluarga dan Kesejahteraan Keluarga Perempuan Buruh Pabrik di Kabupaten Bogor

Karakteristik contoh: - Umur - Lama pendidikan - Pengalaman kerja - Riwayat pekerjaan sebelumnya - Waktu bekerja - Waktu libur - Posisi kerja - Sarana/transportasi contoh - Upah kerja contoh/bulan

Karakteristik keluarga contoh: - Umur suami

- Lama pendidikan suami - Besar Keluarga - Pekerjaan suami - Kepemilikkan aset - Pendapatan keluarga/bulan - Pengeluaran keluarga/bulan Kesejahteraan keluarga

Alokasi pengeluaran keluarga: - Pangan

- Nonpangan - Pendapatan keluarga

- Kontribusi pendapatan buruh - Alur pendapatan dan pengeluaran

Manajemen keuangan keluarga: - Perencanaan

- Pelaksanaan/Implementasi - Monitoring dan Evaluasi

Kerjasama gender dalam manajemen keuangan keluarga:

- Suami/Istri saja - Suami/Istri dominan - Suami dan Istri bersama

(37)

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor tepatnya berlokasi di Kecamatan Dramaga. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Dramaga merupakan salah satu kecamatan yang merupakan kawasan industri di Kabupaten Bogor dan memiliki banyak penduduk khususnya perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Juni hingga Juli 2011.

Teknik Pemilihan Responden

Populasi dalam penelitian adalah perempuan buruh pabrik di Kecamatan Dramaga. Responden dalam penelitian ini adalah perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik dan telah memiliki suami (keluarga lengkap) di Kecamatan Dramaga. Contoh adalah istri yang bekerja sebagai buruh pabrik dengan keluarga lengkap dan bertempat tinggal di Kecamatan Dramaga. Data terkait contoh didapatkan melalui pendekatan tempat tinggal dan pekerjaan sehingga diperoleh data dengan tahapan sebagai berikut:

1. Peneliti mendatangi Kantor Kecamatan Dramaga. Berdasarkan informasi yang didapat dari Kantor Kecamatan maka terpilih dua desa yang akan dijadikan sampel penelitian yaitu Desa Ciherang dan Desa Babakan dengan alasan perkiraan jumlah responden yang dapat ditemui dalam jumlah banyak dan lokasi kedua desa yang dekat dengan salah satu pabrik garmen.

2. Selanjutnya, peneliti mendatangi Kantor Desa Ciherang dan Babakan, kemudian peneliti diarahkan menemui beberapa ketua RW/RT di kedua desa tersebut untuk mendapatkan informasi terkait istri yang bekerja sebagai buruh pabrik. Setelah terkumpul informasi dari RW/RT tersebut, peneliti mewawancarai langsung satu per satu contoh dengan cara mendatangi rumah masing-masing. Namun, keterbatasan informasi yang

(38)

diperoleh dari RW/RT tersebut, belum mampu memenuhi jumlah yang diteliti, sehingga peneliti melakukan pendekatan pekerjaan untuk memperoleh data terkait perempuan buruh pabrik.

3. Berdasarkan informasi dari ketua RT 01 Desa Ciherang yang juga bekerja sebagai Satpam/Keamanan di salah satu pabrik dekat dengan daerah penelitian, akhirnya peneliti memilih mengumpulkan data terkait perempuan buruh pabrik yang bekerja di pabrik tersebut, khususnya yang tinggal di Desa Ciherang dan Babakan.

4. Peneliti menemui Kepala Humas dan SDM di pabrik tersebut, dan diperoleh data 60 buruh yang tinggal di Desa Ciherang dan Babakan. Namun hanya beberapa buruh saja yang dapat dijadikan contoh penelitian ini mengingat kriteria contoh yang sesuai dengan penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh dari pabrik, peneliti mendatangi langsung ke setiap rumah contoh.

5. Sisanya, peneliti menunggu di depan pabrik kemudian mendatangi contoh setelah pulang kerja dan menanyakan kesediaannya untuk diwawancarai dengan melakukan perjanjian sebelumnya. Setelah terdapat kesepakatan waktu, selanjutnya peneliti mendatangi rumahnya satu per satu.

Metode pemilihan contoh yang digunakan adalah menggunakan teknik non probability sampling berupa purposive sampling. Alasan digunakannya teknik pemilihan non probability sampling, yaitu karena populasi penduduk buruh pabrik perempuan di Kecamatan Dramaga belum diketahui pasti jumlahnya. Berikut adalah alasan pemilihan lokasi secara purposive yaitu:

1. Pemilihan Provinsi Jawa Barat dilakukan secara purposive berdasarkan BPS (2011) bahwa jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Jawa Barat pada Februari 2011 mengalami peningkatan sebanyak 990 176 jiwa dari Februari 2011. Adapun penduduk yang bekerja dengan status buruh/karyawan mengalami peningkatan pula sebesar 8,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

2. Pemilihan Kabupaten Bogor dilakukan secara purposive berdasarkan Dinas Sosial Jawa Barat terkait lapangan usaha di Kabupaten Bogor

(39)

bahwa industri pengolahan memiliki kontribusi paling banyak atau sebesar 45,4 persen untuk kebangkitan ekonomi Kabupaten Bogor.

3. Pemilihan Kecamatan Dramaga dilakukan secara purposive. Menurut BPS Kabupaten Bogor (2010), Kecamatan Dramaga merupakan salah satu kawasan industri yang memiliki jumlah penduduk perempuan yang bekerja di pabrik cukup banyak.

4. Berdasarkan data Kecamatan Dramaga bahwa dua desa yang memiliki mayoritas penduduk sebagai buruh pabrik adalah Desa Ciherang dan Dramaga. Kemudian didapatkan 49 orang berasal dari Desa Ciherang dan 11 orang berasal dari Desa Dramaga. Sehingga jumlah contoh yang diambil untuk penelitian ini adalah 60 orang. Metode penarikan contoh dapat di lihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Metode Penarikan Contoh 

Purposive

Desa Ciherang Desa Dramaga

n keseluruhan = 60 Provinsi Jawa Barat

Kabupaten Bogor

Kecamatan Dramaga

Purposive berdasarkan BPS 2011

Purposive berdasarkan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat Purposive berdasarkan BPS Kabupaten Bogor Purposive berdasarkan Kecamatan Dramaga, Bogor n = 49 n = 11

(40)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara langsung kepada contoh yang merupakan seorang buruh pabrik perempuan yang telah memiliki keluarga lengkap di Kecamatan Dramaga dengan wawancara mendalam (indepth interview). Adapun data primer berasal dari kuesioner yang terdiri dari;

1. Karakteristik contoh, meliputi umur, lama pendidikan, pendapatan perbulan, tempat bekerja, posisi kerja, lama kerja, jam kerja, bagian jam kerja/shift, dan waktu libur

2. Karakteristik keluarga contoh, meliputi umur suami, lama pendidikan suami, pekerjaan suami, besar keluarga, pendapatan suami, pendapatan keluarga per bulan, pendapatan keluarga per kapita per bulan, alokasi pengeluaran keluarga per bulan, alokasi pengeluaran untuk pangan dan nonpangan, pengeluaran perkapita per bulan, kondisi keuangan keluarga, dan kepemilikan aset keluarga

3. Kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga 4. Alur pendapatan dan pengeluaran keluarga

5. Manajemen keuangan keluarga, meliputi perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi

6. Kerjasama gender dalam manajemen keuangan keluarga, meliputi perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi

7. Kesejahteraan keluarga subjektif

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kecamatan Dramaga dan RT/RW Desa Ciherang dan Babakan serta PT. PMG. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian antara lain gambaran umum lokasi penelitian, dan jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), serta data lainnya yang diperoleh dari Kantor Kecamatan dan Desa serta instansi terkait lainnya. Pengumpulan data dibantu menggunakan kuesioner terstruktur dengan metode wawancara langsung kepada contoh. Secara rinci jenis data, peubah, responden, skala, dan pengkategorian penelitian disajikan pada Tabel 3.

(41)

Tabel 3 Variabel, Data yang diteliti, Skala, Jenis data, Jumlah item pertanyaan, Cronbach α

Variabel Data yang diteliti Skala Jenis Data ∑ pertan yaan Cronbach α Karakteristik contoh

Umur contoh Rasio (tahun)

Primer 28 -

Lama pendidikan contoh Nominal Pengalaman kerja contoh Rasio (tahun) Riwayat pekerjaan contoh sebelumnya Nominal Bagian jam kerja Nominal Lama kerja contoh Rasio

(jam/hari) Hari kerja contoh Nominal Waktu libur Nominal Posisi kerja contoh Nominal Sarana/transportasi

contoh

Nominal Upah kerja contoh per

bulan Rasio (Rp/bulan) Karakteristik keluarga contoh

Umur suami contoh Rasio (tahun)

Primer 48 -

Lama pendidikan suami contoh

Rasio (tahun) Besar keluarga contoh Rasio

(orang) Pekerjaan suami contoh Nominal Kepemilikan aset Rasio Pendapatan keluarga per bulan Rasio (Rp/bulan) Pengeluaran keluarga per bulan Rasio (Rp/bulan) Aliran pendapatan/ cashflow Primer - Manajemen keuangan keluarga Ordinal (1-3) Primer 36 0,845 Kerjasama gender dalam manajemen keuangan keluarga Ordinal (1-5) Primer 36 0,969 Kesejahteraa n subjektif Ordinal (1-3) Primer 37 0,889

Gambar

Gambar 1 Konsep Utama Manajemen Arus Kas/Cash-Flow  Sumber: www.myfamillyaccounting.wordpress.com
Tabel 2 Penelitian pendahulu terkait topik penelitian
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Manajemen Keuangan Keluarga dan Kesejahteraan Keluarga  Perempuan Buruh Pabrik di Kabupaten Bogor
Gambar 3 Metode Penarikan Contoh  
+7

Referensi

Dokumen terkait

telah dilakukan mulai bulan Maret 1992, sejalan dengan selesainya jadwal pembangunan pabrik pada tanggal 1 November 1995. GOLDSTAR ASTRA sempat berganti nama menjadi PT. LG ASTRA

Buku Panduan Wisata sebagai media informasi yang di kemas dengan ilustrasi dan konten informasi singkat merupakan media yang cukup populer dan diminati saat ini, berbentuk

Hasil pengamatan dari penelitian tindakan kelas siklus I pertemuan 1 adalah sebagai berikut; Pelaksanaan pembelajaran kooperatif; Guru melakukan tahapan-tahapan pada

Karena itu, penderita hipertensi, sungguhpun ia sudah menjalani diet pantang garam, masih juga memerlukan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah.. Makanan yang dianjurkan

Berikut adalah kumpulan doa-doa puasa ramadhan yang dapat kita panjatkan atau amalkan selama bulan ramadhan, dan/atau yang lebih kita kenal dengan doa harian puasa

Selanjutnya hasil dari perhitungan panjang gelombang tersebut dengan Prinsip Babinet (Menurut Prinsip Babinet, pola difraksi yang sama terjadi jika satu

Dalam penelitian ini hasil belajar siswa dapat meningkat, dilihat dari hasil tes formatif pada setiap siklus yaitu siklus I 27,78%, siklus II 72,22% dan siklus

Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh profesionalisme (pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan pada profesi, hubungan dengan sesama profesi),