• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FASILITAS EKOWISATA DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FASILITAS EKOWISATA DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI. Oleh:"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FASILITAS EKOWISATA DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

Oleh: Mareta Karlin Bonita

Dosen Fakultas Ilmu Kehutanan, Universitas Nusa Tenggara Barat.

Abstrak: Penelitian ini dilakukan di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Rinjani dengan tujuan untuk mengetahui jenis dampak terhadap lingkungan khususnya terhadap flora dan fauna, serta bagaimana persepsi wisatawan tentang kesesuaian fasilitas dan nilai penting fasilitas ekowisata tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) perhitungan flora dengan menggunakan indeks nilai penting (INP) dan perhitungan jenis-jenis satwa liar menggunakan metode point count, 2) analisis persepsi wisatawan tentang kesesuaian antara harapan dan kenyataan wisatawan dengan menggunakan kuisioner, 3) analisis penilaian wisatawan terhadap pentingnya fasilitas ekowisata dengan menggunakan metode IPA (Importance Performance Analysis) yang disajikan dalam diagram kartesius. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk dampak terhadap flora pada areal yang ramai dikunjungi wisatawan antara lain berubahnya komposisi jenis vegetasi, menurunnya persentase tumbuhan bawah, meningkatnya jumlah vegetasi yang rebah, patah dan mati karena injakan antara lokasi kontrol dan lokasi yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Sedangkan bentuk dampak terhadap fauna (burung, mamalia dan reptilian) menurunnya jumlah individu dan jumlah species yang dapat dijumpai pada lokasi yang ramai dikunjungi wisatawan. Sedangkan kesesuaian fasilitas wisata dengan kegiatan yang wisatawan lakukan berdasarkan responden sebesar 57% jawaban tidak sesuai dan 43 % jawaban sesuai. Sedangkan nilai penting fasilitas wisata yang ada di zona pemanfaatan taman nasional gunung rinjani menunjukkan atraksi dan fasilitas wisata seperti Air terjun/mata air, jalan trail, pusat Informasi, camping ground, dan musholla menempati persepsi yang penting menurut responden dan menunjukkan kondisi yang memuaskan. Sementara itu atraksi atau fasilitas yaitu pondok jaga, pintu gerbang dan jembatan yang menurut persepsi pengunjung tidak begitu penting dan tidak berada pada kondisi baik. Kata kunci : Zona PemanfaatanTaman Nasional, Dampak flora dan fauna, Wisata Alam, Nilai Penting

Fasilitas. PENDAHULUAN

Zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Rinjani sebagai salah satu destinasi wisata berupa daerah, resort, kawasan, atau obyek yang dikembangkan, akan menarik wisatawan untuk berkunjung. Hal ini disebabkan perubahan pola dan motivasi wisatawan. Dimana wisatawan mencari sesuatu yang baru, otentik dan mempunyai pengalaman perjalanan wisata yang berkualitas. Obyek wisata di zona pemanfaatan TNGR memiliki potensi wisata alam yang baik akan tetapi potensi ini harus didukung dengan fasilitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan, untuk itu pengembangan dan perbaikan fasilitas di zona pemanfaatan TNGR ini harus terus dilakukan oleh pengelola untuk lebih menarik dan memuaskan wisatawan.

Tingginya minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan zona pemanfaatan TNGR ini menimbulkan dampak baik negatif maupun positif. Dampak positif tentunya mengarah kepada perbaikan ekonomi masyarakat sekitar maupun sebagai sumber

pemasukan bagi pendapatan Daerah, sedangkan dampak negatif dari kegiatan wisata di kawasan ini tentunya mengarah kepada kerusakan baik lingkungan maupun fasilitas yang ada akibat aktivitas tersebut. Adanya kegiatan kepariwisataan alam yang sangat mengandalkan kualitas sumber daya alam, menyebabkan perlu ditetapkan suatu kriteria atau kesesuaian dalam pengelolaan pengembangan fasilitas ekowisata yang memadai. sehingga nantinya dapat diketahui keberadaan dan berbagai paradigma yang berkembang di daerah tersebut, dan menjadi bahan dasar dalam menentukan arah pembangunan berkelanjutan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1. Dampak ekowisata terhadap lingkungan khususnya pada flora dan fauna, 2. Kesesuaian antara harapan dan kenyataan menurut persepsi wisatawan, 3. Penilaian wisatawan tehadap pentingnya fasilitas ekowisata di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Rinjani.

(2)

METODE PENELITIAN a. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data wisatawan berkaitan dengan karakteristik wisatawan, persepsi wisatawan tentang kesesuaian antara harapan dan kenyataan wisatawan dengan kondisi fasilitas wisata yang ada, serta penilian terhadap pentingnya fasilitas wisata alam yang ada di zona pemanfaatan TNGR.

Metode penentuan pengunjung yang terpilih sebagai sampel (responden) di lokasi penelitian dilakukan dengan metode Accidental sampling, yaitu pengunjung yang secara kebetulan dapat ditemui di dalam lokasi wisata. Untuk menentukan jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini, digunakan rumus Sevilla dalam Fandeli (2002), yaitu sebagai berikut :

n = N 1 + Ne² Keterangan :

n = Ukuran sampel (jumlah responden) N = Jumlah populasi

e = margin error (Batas Ketelitian). Dalam Penelitian ini digunakan 0,1 (10%).

Responden wisatawan merupakan perwakilan dari setiap pengunjung yang datang berwisata pada hari kerja, hari minggu, dan hari libur Nasional.

3. Data Flora dan Fauna

Pengumpulan data dampak ekowisata terhadap lingkungan alam dilakukan terhadap parameter flora dan fauna. Pengumpulan data dilakukan disetiap lokasi kegiatan/aktifitas wisata. Pada masing-masing objek wisata alam yang terdapat di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Rinjani, dilakukan pembedaan lokasi yaitu lokasi 1 merupakan lokasi yang jumlah pengunjungnya paling ramai atau lebih banyak dibanding lokasi lainnya, lokasi 2 merupakan lokasi yang jumlah pengunjungnya tidak terlalu banyak atau lebih sedikit dari lokasi 1, serta lokasi 3 atau lokasi kontrol yaitu lokasi yang tidak atau sangat jarang didatangi pengunjung.

Teknik pengumpulan data dampak ekowisata terhadap lingkungan alam dilakukan dengan mengukur dan mengamati langsung disetiap lokasi terhadap berbagai parameter yang dibutuhkan berupa flora dan fauna terutama burung, mamalia dan reptilia. • Data Komponen Flora

Peletakan dan ukuran petak contoh menggunakan metode garis berpetak (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974

dan Kusmana, 1997). yaitu pada daerah penelitian dibuat jalur yang diletakkan memotong sungai, dengan jarak antar jalur adalah 100 meter dan jarak antar plot 40 m yang dihitung menurut persamaan :

Dp = a/DI.P

Dimana :

Dp = Jarak antar plot dalam jalur a = Luas plot

DI = Jarak antar jalur P = Intensitas sampling

Pengukuran dilakukan pada semua tingkatan pertumbuhan tanaman dengan memperhatikan kondisi vegetasi.

Pengukuran, pengamatan dan perbandingan untuk mengetahui dampak ekowisata terhadap flora mengacu pada Hammit dan Cole (1987), dilakukan terhadap:

- Komposisi vegetasi

Aktivitas pengunjung dapat menimbulkan perubahan pada komposisi vegetasi, khususnya vegetasi tumbuhan bawah, yang dapat disebabkan antara lain oleh kematian vegetasi tertentu yang kurang toleran terhadap aktivitas wisatawan.

- Kondisi vegetasi

Dampak aktivitas wisata terhadap kondisi vegetasi tercermin dari persentase pohon yang mati atau rusak (seperti patah, coretan pada batang, adanya bekas sayatan atau bacokan) akibat aktivitas wisatawan, dari jumlah pohon yang terdapat pada petak contoh. • Data komponen Fauna

Pengamatan terhadap mamalia, reptilia dan burung dilakukan dengan menggunakan metode point count, mengacu pada Bibby dan Burgess (1992). Titik pengamatan terhadap mamalia, reptilia dan burung dibuat menyerupai lingkaran dengan radius 25 meter dengan jarak antar titik pengamatan 100 – 200 m. Berdasarkan peta kawasan obyek wisata alam zona pemanfaatan TNGR, maka pada lokasi yang ramai dikunjungi oleh wisatawan (lokasi 1) diletakkan 3 buah titik pengamatan, pada lokasi yang kurang ramai dikunjungi oleh wisatawan (lokasi 2) diletakkan dua buah titik pengamatan sedangkan pada lokasi kontrol (lokasi 3) diletakkan tiga buah titik pengamatan. Data yang akan diambil pada pengamatan

(3)

ini adalah jumlah jenis, dan jumlah individu setiap jenis.

b. Metode Analisis

1. Analisis Komponen Flora

Analisis flora dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada vegetasi tingkat semai/tumbuhan bawah yang terdapat diarea wisata. Selain itu analisis vegetasi juga dilakukan terhadap komposisi vegetasi

melalui berbagai nilai, seperti : - Kerapatan (batang/ha) =

∑ individu suatu jenis Luas Petak Contoh

- Kerapatan relatif (KR) (%) = Kerapatan suatu jenis x 100 %

Kerapatan seluruh jenis - Frekuensi =

∑ petak terisi suatu jenis ∑ seluruh petak

- Frekuensi relative (FR) (%) =

Frekuensi dari suatu jenis x100 % Frekuensi seluruh jenis

- Dominansi (m2/ha) =

Luas bidang dasar suatu jenis

Luas Seluruh Petak

- Dominansi relatif (DR) (%) =

Dominansi suatu jenis x 100 % Dominansi seluruh jenis

- Indeks Nilai Penting (INP) menggunakan rumus sebagai berukut :

Keterangan :

INP = Indeks Nilai Penting KR = Kerapatan Relatif FR = Frekuensi Relatifs DR = Dominansi Relatif 2. Analisis Komponen Fauna

Analisis satwa liar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kepadatan populasi satwa liar, melalui pengumpulan jumlah dan jenis satwa yang dijumpai di areal wisata alam yang dijadikan sebagai lokasi penelitian, yang dengan diperoleh menggunakan metode point count kemudian dilakukan pengelompokan menurut jenis/kelompok fauna.

3. Analisa Responden

Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang kesesuaian antara harapan dan persepsi wisatawan dengan kondisi fasilitas

wisata, dan penilaian wisatawan terhadap nilai penting dan performa fasilitas, maka data yang diperoleh dari kuesioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan analisis diagram kartesius, seperti penyajian data dengan tabel, perhitungan nilai rata-rata persentase dan diagram.

Langkah pertama untuk analisis kuadran adalah menghitung rata-rata tingkat kenyataan dari skor rata-rata tingkat kepentingan dari setiap dimensi faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran ditinjau dari ekpektasi dan penilaian terhadap kualitas fasilitas wisata, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

dimana :

X = Skor rata-rata tingkat kenyataan (Pelaksanaan)

Xi = Nilai tingkat Pelaksanaan data ke-i Y = Skor rata-rata tingkat harapan (Kepentingan)

Yi = Nilai tingkat kepentingan data ke-i n = Jumlah responden

Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja untuk keseluruhan atribut dengan rumus :

  ∑     ∑   dimana :

i = Nilai Rata-rata Kinerja atribut i = Nilai rata-rata kepentingan atribut n = jumlah atribut

Nilai  ini memotong tegak lurus pada sumbu horizontal, yakni sumbu yang mencerminkan pelaksanaan/kinerja atibut (X) sedangkan nilai Y memotong tegak lurus pada sumbu vertikal, yakni sumbu yang mencerminkan kepentingan atribut (Y). setelah diperoleh bobot pelaksanaan/kinerja dan kepentingan atribut serta nilai rata-rata kinerja dan kepentingan atribut, kemudian nilai-nilai tersebut di plotkan ke dalam diagram kartesius seperti yang di tujukan oleh gambar 1.

INP = KR + FR + DR (untuk tingkat tiang dan pohon) INP = KR + FR

(untuk tingkat semai dan pancang)

∑ 

 

∑  

(4)

Keterangan: Kuadran A

Pada kuadran ini fasilitas wisata dianggap penting oleh pengunjung, dan memiliki kondisi kualitas fasilitas wisata tinggi. Pengelola objek wisata zona pemanfaatan taman nasional gunung Rinjani harus mempertahankan kondisi fasilitas wisata yang telah ada di objek wisata zona pemanfaatan gunung Rinjani tersebut.

Kuadran B

Pada kuadran ini fasilitas wisata dianggap penting oleh pengunjung, tetapi kondisi kualitas fasilitas wisata rendah. Pengelola objek wisata zona pemanfaatan gunung Rinjani harus meningkatkan kondisii fasilitas wisata yang telah ada di objek wisata zona pemanfaatan Gunung Rinjani tersebut, sehingga kondisi pada Kuadran B ini akan bergeser ke Kuadran A.

Kuadran C

Pada kuadran ini fasilitas wisata dianggap kurang penting oleh pengunjung dan kondisi kualitas fasilitas wisata rendah. Pada kuadran ini karena fasilitas wisata dianggap kurang penting dan kondisinyapun rendah, maka pengelola objek wisata zona pemanfaatan TNGR harus berusaha agar fasilitas wisata maupun kondisi kualitas wisata dapat dianggap penting atau menarik wisatawan.

Kuadran D

Pada tingkat ini memiliki tingkat kepentingan fasilitas wisata rendah oleh pengunjung tetapi kondisi kualitas fasilitas wisata tinggi. Pada kondisi ini pengelola objek wisata zona pemanfaatan TNGR harus berusaha agar fasilitas wisata dapat dianggap penting atau menarik wisatawan, mengingat kondisi kualitas fasilitas wisata sudah tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Dampak lingkungan Terhadap Flora dan Fauna

1. Bentuk dampak terhadap Flora

Terdapat perbedaan komposisi vegetasi pada lokasi yang ramai oleh wisatawan bila dibandingkan dengan lokasi yang kurang ramai oleh wisatawan, serta pada area kontrol. Jumlah individu dan jumlah species vegetasi pada lokasi yang ramai oleh wisatawan, utamanya pada tingkat semai hingga pancang, umumnya lebih sedikit dibanding lokasi kontrol atau lokasi yang kurang ramai oleh wisatawan. Selain itu bila vegetasi tumbuhan bawah pada lokasi kontrol didominasi oleh semai pohon klokos udang maka vegetasi tumbuhan bawah pada lokasi yang ramai dikunjungi wisatawan di pemandian Otak kokok didominasi oleh jenis

rumput-rumputan, sedangkan pada lokasi yang ramai/jarang dikunjungi wisatawan di mata air belerang Sebau didominasi oleh semai jenis Bintangur.

Aktifitas wisata alam terutama injakan oleh wisatawan menyebabkan berbagai perubahan, seperti adanya perbedaan komposisi vegetasi pada lokasi yang ramai oleh wisatawan dengan lokasi yang kurang ramai oleh wisatawan, serta pada areal kontrol. Perbedaan ini terutama terlihat dari menurunnya jumlah individu dan jumlah spesies vegetasi tingkat semai dan pancang pada lokasi yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Pada lokasi ramai hanya dijumpai jenis rumput-rumputan, sedangkan pada lokasi kurang ramai dapat dijumpai 32 jenis tingkat semai/tumbuhan bawah dan lokasi kontrol dapat dijumpai 36 jenis tumbuhan tingkat semai/tumbuhan bawah.

Pada lokasi 1/lokasi ramai yaitu Otak kokok, yang merupakan lokasi dengan kanopi pohon yang terbuka, tumbuhan bawah didominasi oleh jenis-jenis rumput-rumputan seperti Rumput (Endospermum moluccanum Becc.). dan rumput Kesembung (Plantago major). Jenis tumbuhan ini merupakan jenis yang relatif tahan terhadap injakan dan menyukai tempat terbuka. Sedangkan pada lokasi kurang ramai yaitu Sebau dan lokasi kontrol yang kanopi pohon relative cukup rapat, maka tumbuhan bawah juga didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan tingkat tinggi. Cole (2004) menyatakan bahwa jenis rumput-rumputan lebih tahan terhadap injakan dibanding jenis tumbuhan lain.

Keberadaan wisatawan dengan segala aktivitasnya, selain menyebabkan rebah, patah atau matinya vegetasi, juga menyebabkan terjadinya vandalisme pada vegetasi (adanya bekas sayatan dan penulisan pada vegetasi). Vandalisme ini umumnya dilakukan pada vegetasi tingkat pohon. Hasil pengamatan dari petak contoh terdapat Jumlah vegetasi yang mendapat coretan (vandalisme) yang diakibatkan oleh berbagai aktifitas wisatawan yang terjadi di lokasi ramai yaitu di pemandian Otak kokok, dan lokasi agak ramai pemandian mata air belerang Sebau. Dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

(5)

Dari gambar 2 menunjukkan bentuk kerusakan pohon yang paling besar terdapat di lokasi pemandian Otak kokok dengan 52 kejadian, sedangkan dilokasi mata air belerang Sebau terdapat 41 kejadian. Bentuk kerusakan paling besar diseluruh lokasi adalah bentuk aksi vandalisme/corat-coret sebanyak 35 kejadian, diikuti dengan sayatan sebanyak 20 kejadian, adanya bekas penebangan liar 19 kejadian, pematahan cabang 12 kejadian, dan kena paku 7 kejadian.

Tingkat vandalisme yang tertinggi terdapat pada objek wisata alam sebau dibandingkan dengan objek wisata alam otak kokok hal ini dipengaruhi oleh jumlah pengunjung yang lebih sedikit, lama berkunjung yang tergolong lama dan tidak adanya petugas jaga yang melakukan kontrol terhadap lokasi tersebut sehingga membuka peluang melakukan vandalisme maupun pengrusakan bagi para pengunjung terutama yang berusia muda (remaja) yang pada umumnya melakukan aksi tersebut pada saat-saat sepi. Sebaliknya pada lokasi Otak kokok kegiatan vandalisme tergolong rendah hal ini disebabkan karena lokasi ini lebih ramai dikunjungi oleh wisatawan dengan waktu berkunjung yang lebih rendah dan lokasi yang dekat dengan pos petugas serta banyaknya petugas yang lalu lalang disekitar lokasi tersebut membuat pengunjung lebih enggan untuk melakukan vandalisme maupun aksi merusak lainnya.

2. Bentuk Dampak Terhadap Fauna

Ekowisata memberikan berbagai dampak pada hidupan liar. Bentuk dampak tersebut antara lain berupa perubahan habitat, timbulnya berbagai gangguan langsung oleh pengunjung serta terjadinya polusi. Dampak yang timbul akibat pengaruh gangguan oleh wisatawan menyebabkan perubahan jumlah dan jenis satwa liar yang ada di lokasi tersebut, bagi satwa liar seperti burung dan mamalia kehadiran pengunjung memberikan ancaman terhadap ketenangan mereka, suara-suara bising, sinar terang dari lampu merupakan contoh gangguan yang ditimbulkan pengunjung terhadap satwa liar tersebut.

Modifikasi habitat dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti perubahan cover akibat terbukanya kanopi pohon atau terbukanya cover tumbuhan bawah karena adanya jalur trail, terbentuknya penghalang pergerakan satwa liar, adanya berbagai bentuk suara serta bau yang baru, adanya api dan asap, masuknya berbagai hama dan penyakit, berkurang atau hilangnya pakan serta sumber air satwa, maupun gangguan dan kerusakan tempat bersarang (Buckley, 2004).

Bentuk gangguan yang timbul akibat adanya kegiatan pariwisata di zona pemanfaatan TNGR antara lain berupa modifikasi habitat akibat

terbentuknya jalur trail, pemasangan paving blok, pembangunan berbagai sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata, matinya tumbuhan bawah, adanya asap dan api dari aktivitas memasak makanan, maupun gangguan berupa suara, bau dan kehadiran manusia, serta adanya penangkapan dan pengusiran atau pelemparan batu serta tindakan menggangu lainnya.

b. Kesesuaian Antara Harapan Dan Persepsi Wisatawan.

Berdasarkan jawaban responden mengenai kesesuaian fasilitas wisata yang ada di obyek wisata dengan kegiatan yang dilakukan para wisatawan diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden memberikan jawaban bahwa fasilitas yang disediakan tidak sesuai dengan ekspektasi terhadap aktifitas yang dilakukan para wisatawan, sebagaimana ditunjukan oleh presentase penilaian yang diberikan responden sebesar 57 %, sedangkan persepsi wisatawan terhadap penilaian tingkat kepuasan wisatawan menurut harapan dan persepsi fasilitas wisata di obyek wisata zona pemanfaatan berada pada penilaian sedang, sebagaimana ditunjukkan dari skor penilaian 6,05.

Skor tersebut menggambarkan kondisi fasilitas belum sepenuhnya sesuai dengan harapan dari para wisatawan sehingga persepsi yang muncul pun menunjukan kepuasan para wisatawan akan fasilitas-fasilitas yang ditawarkan belum maksimal.

c. Penilaian wisatawan terhadap nilai penting dan kualitas fasilitas wisata yang ada di zona pemafaatan TNGR.

Berdasarkan hasil analisis kuadran, maka dapat diketahui atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran A, B, C, dan D serta implikasinya terhadap hasil tersebut. atribut-atribut yang terdapat pada masing-masing kuadran dapat dilihat dalam gambar 3.

Gambar 3. Diagram Kartesius Importance Performance dari Komponen Atraksi dan Fasilitas yang ada di zona pemanfaatan TNGR.

(6)

Keterangan :

1. Tanaman (Flora) 2. Binatang (Fauna) 3. Air Terjun/Mata air 4. Pondok Jaga 5. Jalan Trail Wisata 6. Pusat Informasi 7. Kantor pengelola 8. Camping ground 9. Papan informasi 10. Kolam mandi 11. Pintu gerbang 12. Toilet/MCK 13. Bak sampah 14. Lodge/Pendopo 15. Shelter 16. Mushola 17. Jembatan 18. Menara pengintai 19. Warung/Kantin Kuadran A

Menunjukkan bahwa fasilitas/atraksi menempati persepsi yang penting menurut pengunjung, dan memiliki kondisi kualitas fasilitas wisata tinggi. Oleh karena itu pengelola dalam hal ini Balai TNGR harus mempertahankan dan mengembangkan kondisi fasilitas wisata yang telah ada di objek wisata zona pemanfaatan TNGR tersebut. Fasilitas yang ada pada kuadran A meliputi : Air terjun/mata air, jalan trail, pusat Informasi, camping ground, dan musholla.

Kuadran B

Menunjukkan bahwa fasilitas/atraksi wisata yang ada di zona pemanfaatan TNGR berada dalam kuadran ini fasilitas wisata dianggap penting oleh pengunjung, tetapi kondisi kualitas fasilitas wisata rendah. Pengelola objek wisata TNGR harus meningkatkan kondisi fasilitas wisata yang telah ada di objek wisata zona pemanfaatan TNGR tersebut, sehingga kondisi pada Kuadran B ini akan bergeser ke Kuadran A. Fasilitas yang masuk dalam kuadran ini adalah tanaman (flora), binatang (fauna), papan informasi, toilet/Mck, bak sampah, shelter, dan menara pengintai.

Kuadran C

Pada kuadran C menunjukkan bahwa fasilitas wisata dianggap kurang penting oleh pengunjung dan kondisi kualitas fasilitas wisata rendah. Pada kuadran ini karena fasilitas wisata dianggap kurang penting dan kondisinyapun rendah, maka pengelola objek wisata TNGR harus berusaha agar fasilitas wisata maupun kondisi kualitas wisata dapat dianggap penting atau menarik wisatawan. Fasilitas yang termasuk dalam kuadran C adalah : pondok jaga, pintu gerbang dan jembatan.

Kuadran D

Menunjukkan tingkat kepentingan fasilitas wisata rendah oleh pengunjung tetapi kondisi kualitas fasilitas wisata tinggi. Pada kondisi ini pengelola objek wisata TNGR harus berusaha agar fasilitas wisata dapat dianggap penting atau menarik wisatawan, mengingat kondisi kualitas fasilitas wisata sudah tinggi. Untuk pernyataan tersebut yang ada pada kuadran D adalah logde/pendopo, kantor pengelola, warung/kantin dan Kolam mandi

PENUTUP a. Simpulan

1. Bentuk dampak terhadap flora pada areal yang ramai dikunjungi oleh wisatawan antara lain berubahnya komposisi jenis vegetasi, menurunnya persentase tumbuhan bawah, meningkatnya jumlah vegetasi yang rebah, patah dan mati karena injakan antara lokasi kontrol dan lokasi yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Sedangkan bentuk dampak terhadap fauna (burung, mamalia dan reptilian) antara lain menurunnya jumlah individu dan jumlah species atau berubahnya komposisi jenis pada lokasi yang ramai oleh pengunjung. 2. Kesesuaian fasilitas wisata yang ada di zona

pemanfaatan TNGR dengan kegiatan yang wisatawan lakukan, diperoleh gambaran sebagian besar responden memberikan jawaban tidak sesuai antara kesesuaian fasilitas yang ada dengan aktifitas yang dilakukan, sedangkan persepsi wisatawan terhadap penilaian tingkat kepuasan wisatawan menurut harapan dan persepsi fasilitas wisata di zona pemanfaatan TNGR berada pada penilaian sedang.

3. Kualitas fasilitas wisata di zona pemanfaatan TNGR yang mempengaruhi permintaan wisatawan dan penanganannya perlu diprioritaskan oleh pengelola TNGR adalah tanaman (flora), binatang (fauna), papan informasi, toilet/Mck, bak sampah, shelter, dan menara pengintai. Karena keberadaan fasilitas wisata inilah yang dinilai sangat penting oleh wisatawan, sedangkan kondisinya masih belum memuaskan.

b. Saran

1. Perlunya perencanaan yang baik dalam pengadaan dan pemeliharaan yang prioritas untuk pengembangan fasilitas wisata yang sesuai dengan kondisi di zona pemanfaatan TNGR untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan baik flora maupun fauna. Selain itu fasilitas yang tidak begitu penting sebaiknya dikurangi mengingat building coverage yang digunakan akan mengurangi kesempatan tumbuh bagi komponen flora.

2. Peningkatan pengelolaan yang lebih terpadu dengan melibatkan seluruh stakeholder pariwisata dengan memperhatikan keinginan masyarakat sekitar dan pengunjung.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H., 2007. Analisis Pengelolaan Ekowisata Di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Rinjani. Thesis S2 Ilmu Kehutanan Kosentrasi Manajemen Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Buckley, R. 2004. Impact of Ecotourism On Birds. Dalam Environmental Impacts of Ecoutorism edited by R. Buckley. CABI Publising. Cambridge. USA.

Bibby, C.J. N.D. Burgess dan D.A. Hill, 1992, Bird Cencus Techniques. Academic Press Inc. San Diego.

Cole, D N., dan W. E Hammit, 1987. Wildland Recreation, Ecology and Management. A Wiley – Intercine Publication Canada. Fandeli, C., 2002. Perencanaan Kepariwisataan

Alam. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mueller-Dumbois, D. dan H, Ellenberg, 1974. Aims

and Methods of Vegetation Ecology. John Wiley & Sons, Toronto.

Gambar

Gambar 2. Frekwensi Kerusakan Pohon
Gambar 3.  Diagram  Kartesius  Importance  Performance  dari  Komponen  Atraksi  dan  Fasilitas  yang  ada  di  zona  pemanfaatan TNGR

Referensi

Dokumen terkait

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) mempunyai potensi wisata yang sangat tinggi, khususnya untuk wisata minat khusus yaitu berselancar di Zona Pemanfaatan Plengkung

Keadaan Sarana dan Prasarana di lokasi Objek Wisata Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera di Taman Nasional Gunung Leuser Bukit Lawang, (3).. Sapta pesona di lokasi

Kegiatan masyarakat yang memanfaatkan zona penyangga ( buffer zone ) di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) memberikan pengaruh terhadap semakin berkurangnya persediaan alam

(3) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.. Adapun

Konsep utama dari rencana pengelolaan lanskap kawasan wisata alam Gunung Tujuh, Taman Nasional Kerinci Seblat yaitu membuat serta merencanakan suatu model pengelolaan lanskap yang

Judul Penelitian : Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus: Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi

ISOLASI DAN SCREENING BAKTERI PROTEOLITIK TERMOFILIK DARI SUMBER AIR PANAS DANAU SEGARA ANAK, TAMAN NASIONAL GUNUNG

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Aplikasi Konsep Ekowisata Dalam Perencanaan Zona Pemanfaatan Taman Nasional untuk Pariwisata dengan Pendekatan Ruang (Studi Kasus Wilayah