• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KOSAKATA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS V SDN NO. 30 KOTA SELATAN KOTA GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KOSAKATA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS V SDN NO. 30 KOTA SELATAN KOTA GORONTALO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KOSAKATA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS V SDN NO. 30 KOTA SELATAN KOTA GORONTALO

WIWY T. PULUKADANG Dosen Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRACT

This research is conducted to find out the method for increase the students’ achievement in English lesson for Primary School. The problem statement as formulated in the statement is how to increase Speaking ability by using Audio Visual Media in English lesson at fifth grade of SDN No. 3 Kota Selatan Kota Gorontalo.The method of this research is Descriptive one. The data are collected by used observation. The result of the research indicates that the increasing of students’ speaking ability by using audio visual media in English lesson at third grade of SDN No. 3 Kota Selatan Kota Gorontalo.

Keyword: Speaking Ability, Audio Visual Media, English Lesson I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah suatu kegiatan berkomunikasi. Oleh sebab itu, tujuan utama pembelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris, baik secara lisan maupun tertulis. Pengertian komunikasi yang dimaksud adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa.

Bahasa Inggris merupakan alat untuk komunikasi secara lisan dan tulis. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan maupun tertulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi dan menciptakan komunikasi yang baik dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar nantinya mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Sistem belajar mengajar sering bersifat monoton, kurang variasi dan kurang menarik sehingga siswa menjadi bosan, tidak tertarik untuk belajar. Di kelas, siswa seringkali hanya diberi teori-teori, kaidah-kaidah dan hukum-hukum bahasa, bukannya aplikasi kaidah-kaidah dan hukum-hukum itu dalam penggunaan praktisnya sehingga siswa tidak merasakan manfaatnya belajar bahasa Inggris. Seperti diketahui belajar bahasa itu mencakup 4 aspek yaitu: mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Seperti yang terjadi di SDN No. 30 Kota Selatan pengetahuan kosakata bahasa Inggris yang menunjang dalam berbahasa Inggris yang baik masih begitu minim karena metode yang digunakan tidak efisien dengan proses pembelajaran sehingga bagi siswa untuk memahaminya sulit.

Berdasarkan pengalaman lapangan ini, muncul ke permukaan suatu pemikiran bahwa penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Untuk menguji pemikiran ini, peneliti melakukan suatu observasi sebelum melakukan penelitian, untuk mengetahui apakah penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)? Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi guru, siswa dan orang - orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan bahasa Inggris agar pembelajaran kosakata pada siswa ditingkatkan kualitas pembelajarannya. Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah media audio visual yang menarik bagi siswa karena dengan adanya media ini siswa dapat melihat bermacam-macam gambar yang indah dan penuh warna serta dapat mendengarkan pengucapan kosakata yang baik dan benar secara langsung sehingga siswa merasa senang dengan pembelajaran pada saat itu, dengan adanya penggunaan media audio visual ini diharapkan dapat membuat siswa lebih terdorong untuk belajar serta menguasai beberapa kosakata dari apa yang sudah dipelajari oleh siswa pada pembelajaran.

Menurut Tarigan, (1987:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat mempersatukan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menyampaikan konsep-konsep umum,

(2)

menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut, serta tidak akan dapat bertahan lama jika tidak ada masyarakat-masyarakat bahasa.

Berdasarkan kenyataan bahwa siswa yang ada di kelas V SDN No. 30 Kota Selatan yang berjumlah 22 orang, masih banyak yang kurang termotivasi dan belum menguasai kosakata bahasa Inggris. Pembelajaran kosakata ternyata kurang berjalan sebagaimana mestinya. Kendala yang di alami siswa ketika melakukan komunikasi dalam bahasa inggris dilaksanakan adalah kurangnya pembendaharaan kata (vocabulary), lafal (pronounciation) yang kurang tepat, kelancaran, intonasi, sehingga hal tersebut berpengaruh pada frekuensi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris khususnya kosakata yang cenderung menurun bahkan tidak berjalan lancar. Disamping itu pula pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher center) tanpa menggunakan variasi atau media pembelajaran yang dapat memotivasi serta meningkatkan motivasi belajar siswa mengenai kosakata bahasa Inggris.

Dengan masalah yang diuraikan di atas, penulis melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan maksud untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Carr dan Kemis dalam Mc Niff (1992) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tindakan kelas itu merupakan suatu bentuk dari penyelidikan yang dilakukan dengan adanya partisipan dari semua elemen yang ada yaitu guru, murid, dan juga kepala sekolah dalam situasi sosial serta memiliki tujuan yang sebagai pertanggung jawaban dari penelitian itu sendiri.

Dan oleh sebab itu, penulis mengangkat judul “Meningkatkan Kosakata Siswa Melalui Penggunaan Media Audio Visual Pada Pelajaran Bahasa Inggris di Kelas V SDN No. 30 Kota Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut “Apakah dengan menggunakan media audio visual pada pelajaran bahasa Inggris, Kosakata siswa kelas V SDN No. 30 Kota Selatan akan meningkat?

1.3 Cara Pemecahan Masalah

Permasalahan tentang kosakata siswa kelas V SDN No. 30 Kota Selatan dalam pembelajaran bahasa Inggris dapat ditingkatkan melalui penggunaan media audio visual dengan pertimbangan bahwa setelah menggunakan beberapa alternatif pemecahan masalah baik berupa penggunaan media maupun metode pembelajaran lainnya, belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu melalui penelitian tindakan kelas ini dipilih media audio visual untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya kosakata.

Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut antara lain:

1. Mempersiapkan alat bantu / media pembelajaran audio visual berupa, VCD/infokus, Laptop, dan Flashdisk yang berisi video pembelajaran yang ada hubungannya dengan materi yang diajarkan, serta buku-buku referensi lainnya.

2. Menampilkan serta memperdengarkan melalui media audio visual tentang pengucapan kosakata yang benar dengan ejaan yang benar pula.

3. Memberikan motivasi dan bimbingan yang terarah pada proses pembelajaran kosakata serta pemberian penguatan untuk memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar.

4. Memberikan tugas kepada siswa secara individual maupun sesama teman sebangku untuk menghafal kosakata, baik itu kata benda, sifat, kata kerja dan sebagainya.

5. Memperbaiki kesalahan-kesalahan siswa secara klasikal melalui penjelasan singkat yang berhubungan materi yang sudah dipelajari.

6. Memberikan tugas kembali kepada siswa untuk mengahafal kosakata baik itu kata benda, kata sifat dan kata kerja sebanyak-banyaknya.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang perkembangan siswa dalam meningkatkan kosakata bahasa Inggris pada peajaran bahasa Inggris melalui penggunaan media audio visual di kelas V SDN NO. 30 Kota Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan referensi atau acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

(3)

Dapat memberikan rangsangan untuk memperbaiki dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan kosakata pada pelajaran bahasa Inggris.

1.5.3 Bagi siswa

Siswa dapat lebih mudah dan bersemangat dalam memahami materi yang diajarkan, dengan cara pembelajaran yang menarik melalui variasi tampilan baik secara audio dan visual akan memacu kemauan siswa dalam menyimak pelajaran sehingga mendorong mereka untuk mengikuti pelajaran terutama pelajaran bahasa Inggris. Siswa akan lebih aktif belajar dan mereka bisa lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru.

1.5.4 Bagi peneliti lain

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman berpikir ilmiah, semoga dapat ditindak lanjuti kejenjang yang lebih tinggi.

II. KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Hakikat Kosakata

Kosakata atau perbendaharaan kata adalah jumlah seluruh kata dalam suatu bahasa, juga kemampuan kata-kata yang diketahui dan digunakan seseorang dalam berbicara dan menulis. Kosakata dari suatu bahasa itu selalu mengalami perubahan dan berkembang karena kehidupan yang semakin kompleks. Jumlah yang tepat mengenai kosakata dalam bahasa Inggris sampai saat ini tidak dapat dipastikan, namun perkiraan yang dapat dipercaya menyebutkan sekitar 1 juta kosakata. Sebagaimana menurut Mansoer Pateda (1995: 81) bahwa yang dimaksud dengan kosakata itu merupakan suatu bentuk perbendaharaan kata atau khazanah bahasa yang mengandung bahasa yang bersangkutan.

Berdasarkan definisi di atas, jelas bahwa penguasaan kosa kata yang cukup, penting untuk bisa belajar bahasa dengan baik. Lagi pula berbicara mengenai bahasa maka hal itu tidak bisa terlepas dari kosakata. Kosakata adalah kata-kata yang dipahami orang baik maknanya maupun penggunaannya. Berapa banyak kosakata yang harus dipunyai seseorang ? Seorang harus punya kosakata yang cukup untuk bisa memahami apa yang dibaca dan didengar, bisa berbicara dan menulis dengan kata yang tepat sehingga bisa dipahami oleh orang lain.

Hornby (1995) berpendapat bahwa “kosakata adalah daftar kata-kata dengan maksud/arti terutama dalam membantu pemahaman suatu buku yang berbahasa asing”. Kosakata adalah bagian terpenting dari bahasa. Kosakata bisa membantu kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, sehingga kosakata itu juga bisa dikatakan sebagai sebuah kata-kata yang banyak yang mempunyai atau mengandung berbagai makna atau arti.

Dari definisi di atas, peneliti menyimpulkan kosakata itu adalah suatu persediaan kata-kata, tertulis atau dibicarakan yang mempunyai maksud/arti tertentu bagi sekelompok orang.

Berhubungan dengan definisi kosakata, maka sangat penting bagi kita untuk mengetahui-jenis-jenis kosakata. Kosakata dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kosakata pasif dan aktif. Kosakata aktif adalah kata-kata yang dapat dipahami oleh para siswa, dapat dilafalkan dengan tepat dan dapat menggunakannya secara konstruktif di dalam berbicara atau menulis. Sedangkan kosakata pasif adalah kata-kata yang dapat dipahami oleh para siswa berdasarkan konteksnya. Mereka memahaminya ketika mereka mendengar dan membaca, tetapi tidak menggunakan di dalam percakapan atau menulis.

2.1.2 Pembelajaran Bahasa Inggris di SD

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu siswa mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Menurut Burhan (2008: 57) Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tertulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana juga yang dijelaskan oleh Marshall Mcluhan dalam Burhan (2008: 58) bahwa pesan merupakan media dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa

(4)

Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.

Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan standar kompetensi bahasa Inggris bagi SD/MI yang menyelenggarakan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Kompetensi lulusan SD/MI tersebut selayaknya merupakan kemampuan yang bermanfaat dalam rangka menyiapkan lulusan untuk belajar bahasa Inggris di tingkat SMP/MTs. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan berinteraksi dalam bahasa Inggris untuk menunjang kegiatan di kelas dan di sekolah.

Pendidikan bahasa Inggris di SD/MI dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan atau language accompanying action.

2.1.3 Media Pembelajaran 2.1.3.1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah berarti ’tengah’, ’perantara’ atau ’pengantar’. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Fleming dalam Azhar (2009: 3) mengemukakan bahwa media juga sebagai sistem penyampaian atau pengantar, media yang dalam hal menjadi suatu penyebab dari sesuatu hal. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran, di samping itu media juga dapat mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai pada peralatan yang canggih. Secara singkatnya media dapat dikatakan sebagai suatu alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.

Heinich, dkk dalam Azhar (1982), mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman, audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.

Menurut Gagne dan Bringgs dalam Asfah (2009: 4) mengemukakan bahwa media itu meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, kaset, video, chart, dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat perantara yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Seperti yang dikemukakan oleh Rossi dan Breidle dalam Wina Sanjaya (2006: 163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan juga bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

2.1.3.2 Fungsi Media

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang di tata dan diciptakan oleh guru.

Ketidak jelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran yang diajarkan.

Peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan esensi tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus terus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media pembelajaran.

(5)

Dalam proses belajar mengajar, fungsi dan peran media dalam pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2006:170) bahwa fungsi media dalam pembelajaran terbagi menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut:

1. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu 2. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu 3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa

2.1.3.3 Jenis-jenis Media

Media cukup banyak jenis dan bentuknya, dari yang sederhana sampai yang berteknologi tinggi, dari yang mudah dan yang susah ada secara natural sampai kepada media yang harus dirancang guru itu sendiri.

Dilihat dari jenisnya, Menurut Wina Sanjaya (2006:172) media dibagi kedalam media auditif, visual dan media audiovisual. Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassete recorder. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak film strip (film bingkai), grafik, diagram, poster, foto, gambar atau lukisan. Sedangkan media audio visual merupakan media yang mempunyai dua unsur yakni unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media audial dan media visual. 2.1.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pemilihan Media Pembelajaran.

Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas atas dasar pertimbangan antara lain (a)ia merasa sudah akrab dengan media itu, papan tulis atau proyektor transparansi, (b)ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri, misalnya diagram flip chart, atau (c)media yang terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan. Adapun faktor-faktor yang diperhatikan dalam memilih media, antara lain:

1. Objektifitas. Unsur subjektifitas guru dalam memilih media pengajaran harus dihindarkan. Artinya guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas dasar kesenangan pribadi. Untuk menghindari pengaruh unsur subjektifitas guru, alangkah baiknya dalam memilih media pengajaran itu guru meminta pandangan atau saran dari teman sejawat, dan/atau melibatkan siswa.

2. Program pengajaran. Program pengajaran yang akan disampaikan kepada abak didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya.

3. Sasaran program. Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akan menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran. Pada tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu anak didik mempunyai kemampuan tertentu pula, baik cara berpikirnya, daya imajinasinya, kebutuhannya, maupun daya tahan dalam belajarnya.

4. Situasi dan kondisi. Situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapat perhatian dalam menentukan pilihan media pengajaran yang akan digunakan. Situasi dan kondisi yang dimaksud meliputi : (1)situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya, (2)situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran mengenai jumlahnya, motivasi, dan kegairahannya.

5. Kualitas teknik. Dari segi teknik media pengajaran yang akan digunakan perlu diprehatikan, apakah sudah memenuhi syarat. Barangkali ada rekaman audionya atau gambar-gambar atau alat-alat bantunya yang kurang jelas dan kurang lengkap, sehingga perlu penyempurnaan sebelum digunakan.

6. Kefektifan dan Efisiensi Penggunaan. Kefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Keefektifan d.alam penggunaan media meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh anak-anak didik dengan optimal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah lakunya. Sedangkan efisiensi meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedikit mungkin.

2.1.3.5 Pemilihan Media yang Efektif dan Menyenangkan bagi Proses Pembelajaran.

Peran guru dalam inovasi dan pengembangan media pengajaran sangat diperlukan mengingat guru dapat dikatakan sebagai pelaku yang sangat berperan dalam proses belajar mengajar di kelas, yang hendaknya dapat mengolah kemampuannya untuk membuat media pengajaran lebih efektif dan efisien.

Dari segi teori belajar, berbagai kondisin dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dan penggunaan media adalah sebagai berikut :

(6)

1.

Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan

2.

Perbedaan Individual. Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar.

3.

Tujuan pembelajaran. Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar.

4.

Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna. Dalam hal ini siswa akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut-urutkan secara teratur.

5.

Persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai baik secara pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.

6.

Emosi. Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Oleh karena itu media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional seperti takut, cemas, emapati, cinta kasih, dan kesenangan.

7.

Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang siswa harus menginternalisasi informasi, tidak sekedar diberitahukan kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memelukan kegiatan.

8.

Umpan balik. Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala siswa diinformasikan

kemajuan belajarnya.

9.

Penguatan (reinforcement). Apabila siswa berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perikalu di masa-masa yang akan datang.

10.

Latihan dan pengulangan. Sesuatu hal baru jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya

dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks.

11.

Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip, atau kaidah) yang berkaitan dengan tugas. adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru.

Menurut Abdul Karim (2008: 56) Ada tiga fungsi yang bergerak bersama dalam keberadaan media. Pertama¸ fungsi stimulasi yang menimbulkan ketertarikan untuk mempelajari dan mengetahui lebih lanjut segala hal yang ada pada media. Kedua, fungsi mediasi yang merupakan perantara antara guru dan siswa. Dalam hal ini, media menjembatani komunikasi antara guru dan siswa. Ketiga, fungsi informasi yang menampilkan penjelasan yang ingin disampaikan guru. Dengan keberadaan media, siswa dapat menangkap keterangan atau penjelasan yang dibutuhkannya atau yang ingin disampaikan oleh guru.

Fungsi stimulasi yang melekat pada media dapat dimanfaatkan guru untuk membuat proses pembelajaran yang menyenagkan dan tidak membosankan. Kondisi ini dapat terjadi jika media yang ditampilkan oleh guru adalah sesuatu yang baru dan belum pernah diketahui oleh siswa baik tampilan fisik maupun yang non-fisik. Selain itu, isi pesan pada media tersebut hendaknya juga merupakan suatu hal yang baru dan atraktif, misalnya dari segi warna maupun desainnya. Semakin atraktif bentuk dan isi media, semakin besar pula keinginan siswa untuk lebih jauh mengetahui apa yang ingin disampaikan guru atau bahkan timbul keinginan untuk berinteraksi dengan media tersebut. Dalam hal ini setiap guru masih juga mendapatkan namanya supervisi dalam menentukan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik Wiles dalam Hamzah B. Uno (2009: 171) Jika siswa mendapatkan suatu informasi atau pengalaman berharga dari media tersebut, di sinilah titik sentral terjadinya belajar.

2.1.3.6 Langkah-langkah Mempergunakan Media dalam Mengajar

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, ada enam langkah yang bisa ditempuh guru dalam mengajar dengan mempergunakan media, yakni antara lain:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media.

2. Persiapan guru dengan cara memilih dan menetapkan media mana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(7)

3. Persiapan kelas. Siswa dan kelas dipersiapkan sebelum pelajaran bermedia dimulai. Guru harus dapat memotivasi mereka agar dapat menilai, menganalisis, menghayati pelajaran dengan menggunakan media pengajaran.

4. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Media diperankan guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran.

5. Langkah kegiatan belajar siswa. Pemanfaatan media oleh siswa sendiri dengan mempraktekkannya atau oleh guru langsung baik di kelas ataupun di luar kelas.

6. Langkah evaluasi pengajaran. Sampai sejauhmana tujuan pengajaran tercapai, sekaligus dapat dinilai sejauhmana penggunaan media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa.

2.1.4 Media Audio Visual

2.1.4.1 Pengertian Media Audio Visual

Menurut Haryanto (dalam Ramendra, dkk 2007:80) bahwa media audio visual adalah alat pandang dengar yang berupa benda-benda atau apa saja yang dapat dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, yang kita pakai dalam membantu menjelaskan dalam pengajaran.

Menurut Wina Sanjaya (2006:172) bahwa media Audio Visual yaitu merupakan sesuatu mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya dengan adanya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan sebagainya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media audio visual adalah alat bantu dalam pembelajaran berupa alat pandang-dengar yang dipergunakan untuk menjelaskan berbagai materi mata pelajaran sehingga akan menimbulkan kebermaknaan dalam pembelajaran.

2.1.4.2 Jenis-jenis Media Audio Visual

Media audio visual terdiri atas audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara. Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan VCD/video cassete.

Dilihat dari segi keadaannya, media audio visual dibagi menjadi audio visual murni yaitu unsur suara maupun unsur gambar berasal dari suatu sumber seperti film audio-cassete. Sedangkan audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slide proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.

2.1.4.3 Media Audio Visual Sebagai Salah Satu Media Pembelajaran

Dalam pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing media mempunyai peran penting karena terdapat beberapa alasan diantaranya media pembelajaran membantu guru dalam mengatur proses pengajarannya serta penggunaan waktu di kelas dengan bijak. Media pembelajaran yang biasa digunakan meliputi permainan, video, CD, VCD, tape, dan lain sebagainya. Ketersediaan media di suatu kelas akan mempengaruhi pembelajaran siswa dimana penempatan media yang sesuai akan mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri.

2.1.5 Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Peningkatan Kosakata Siswa pada Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar.

Scott dan Ytreberg dalam Ramendra, dkk (2007: 80) mengungkapkan bahwa cara yang utama menyampaikan makna dalam proses pembelajaran bahasa asing kepada anak-anak adalah melalui berbagai variasi alat bantu pembelajaran. Pelajaran akan jauh lebih mudah dan lebih menarik bagi anak-anak jika guru dengan sepenuhnya memanfaatkan benda-benda atau objek serta bahasa untuk menyampaikan makna.

Lebih lanjut Shin dalam Ramendra, dkk (2007: 81) mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan perhatian dan keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar diperlukan adanya alat pendukung berupa alat-alat bantu visual, mainan, boneka ataupun objek-objek lain yang berwarna-warni, yang sesuai dengan cerita atau lagu yang digunakan dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar terutama keterampilan berbicara pemanfaatan media audio visual cenderung sangat diperlukan. Hal ini disebabkan oleh cara belajar anak-anak yang lebih cocok untuk mengaktualisasikan bahasa yang dipelajari dalam bentuk benda nyata. Bagi kebanyakan anak-anak dalam mempelajari kata-kata atau ekspresi bahasa Inggris akan sangat sulit kalau hal itu hanya diomongkan atau diajarkan dalam bentuk verbal yang bersifat abstrak. Mereka akan lebih mudah mempelajari kata-kata tertentu apabila dibantu dengan alat pandang dengar yang nyata, umpamanya berupa gambar, realita atau benda orisinal, flash cards, atau benda lainnya.

Haryanto dalam Ramendra, dkk (2007: 81) audio visual sangat bermanfaat dalam proses belajar mengajar oleh karena (1)dapat memfokuskan perhatian siswa terhadap makna suatu kosakata dengan lebih jelas dan langsung sehingga pengajaran bahasa bisa lebih hidup, dan

(8)

(2)dapat menarik perhatian siswa ke dalam proses pembelajaran oleh karena ada sesuatu yang menarik untuk dilihat atau didengar.

Dengan demikian bahwa penggunaan media audio visual dalam pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar terutama menyangkut keterampilan berbicara sangat berperan signifikan untuk mengurangi kesan verbalistik dalam pembelajaran. Disamping itu pula motivasi belajar siswa lebih terdorong karena siswa melihat dan mendengar langsung apa yang mereka pelajari baik cara melafalkan, intonasi, maupun kelancaran berbicara dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Strategi pemanfaatan media audio visual untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa Inggris dapat dilaksanakan dengan berbagai variasi kegiatan. Menurut Ahmad (1997: 7) bahwa media pembelajaran terutama audio visual berfungsi sebagai berikut : (1)membangkitkan motivasi belajar, (2)mengulangi apa yang telah dipelajari, (3)menyediakan stimulus belajar, (4)mengaktifkan stimulus belajar, (5)memberikan balikan dengan segera, (6)menggalakkan latihan yang serasi.

2.2 Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah ”Jika guru menggunakan media audio visual dalam pembelajaran bahasa Inggris, maka kosakata siswa kelas V SDN No. 30 Kota Selatan meningkat.

2.3 Indikator Kinerja

Adapun indikator kinerja dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Jika hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa telah mencapai minimal 70% dari seluruh aspek kegiatan yang diamati mencapai target maka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil.

2. Untuk siswa yang dikenakan tindakan minimal memperoleh nilai 71 ke atas dengan daya serap rata-rata 75%, maka tindakan dinyatakan berhasil.

III. SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bahwa penggunaan media audio visual pada pembelajaran bahasa Inggris khususnya tentang penggunaan kosakata, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat terpenuhinya indikator kinerja yang telah ditetapkan.

a) Minimal dari jumlah 22 orang siswa kelas V mencapai indikator 75% dengan perolehan sebagai berikut: siklus I memperoleh 63,73% dan siklus II meningkat menjadi 75,22%. 2. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan II siklus karena pada siklus I belum mencapai

indikator yang ditetapkan. Setelah diadakan refleksi proses pembelajaran yang disempurnakan pada siklus II dengan meningkatkan kosakata siswa melalui penggunaan media audio visual pada mata pelajaran bahasa Inggris.

3.2 Saran

Dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, terutama pada pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar, maka perlu ditempuh berbagai upaya untuk mengatasi berbagai macam permasalahan yang ditemui pada proses pembelajaran. Upaya-upaya tersebut dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai media atau metode pembelajaran yang cocok dengan karakteristik materi pembelajaran yang diajarkan.

Pembelajaran bahasa Inggris sebagian besar, hanya dilaksanakan oleh sekolah-sekolah tertentu dan bahkan bukan merupakan mata pelajaran yang wajib, sehingga kemampuan siswa sekolah dasar pada mata pelajaran bahasa Inggris dibawah dibanding dengan sekolah-sekolah lain yang melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris yang didukung oleh media pembelajaran yang memadai.

Berdasarkan pada pembahasan maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Untuk peningkatan kosakata siswa perlu menyediakan hal-hal yang baru atau alat bantu yang

menyenangkan untuk menarik perhatian siswa, agar siswa tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran dan memotivasi siswa dalam menerima pelajaran kususnya bahasa Inggris.

2. Memperhatikan kelemahan-kelemahan yang mengakibatkan aktivitas belajar siswa menurun yang berpengaruh pada hasil belajar siswa.

3. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar diupayakan dengan memanfaatkan media pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga kemampuan siswa dapat meningkat.

(9)

4. Kretifitas dan inovasi seorang guru perlu dikembangkan dalam rangka mengelola pembelajaran sebaik mungkin sehingga permasalahan-permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran dapat teratasi.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mutlak dilaksanakan pada semua mata pelajaran, sebab dengan selalu melakukan penelitian tindakan kelas, proses belajar mengajar di kelas akan lebih meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Prenada Media Group

Hasley(2006). http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/22/uraian-penelitian-tindkan-kelas-kd-1/ diakses pada tanggal 13 maret

Hornby, (1995) http://www.scribd.com/doc/8553045/Ilmu-Bahasa-Linguistik diakses pada tanggal 14 maret

Karim, Abdul. 2008. Desain Pembelajaran. Gorontalo : BMT Nurul Jannah

McNiff(2002),http://oviarema.multiply.com/journal/item/47/KONSEP_DASAR_DALAM_PENELI TIAN_TINDAKAN_KELAS. diakses tanggal 13 maret

Pateda, Mansoer. 1995. Kosakata Dan Pengejarannya. Flores NTT : Nusa Indah Rahman, Asfah. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Ramendra, dkk. 2007. Pemanfaatan Audio Visual Aids ( Media Audio Visual) dalam Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa Inngris di sekolah Dasar. JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha

Sanjaya, Wina.2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Teknik Ketrampilan Pengajaran Bahasa. Bandung : Angkasa Uno B, Hamzah. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Uno B, Hamzah.2008. Desain Pembelajaran. Gorontalo : BMT Nurul Jannah

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran dalam perencanaan supervisi akademik kepala sekolah adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil

Ceramah, Diskusi, Tugas, Simulasi praktikum, latihan, praktek bengkel3. 150

Menjelaskan penggunaan aplikasi OpenOffice Calc untuk membuat dokumen yang menggunakan fungsi-fungsi HLOOKUP, VLOOKUP, dan IF..

Hal inilah yang menjadi suatu ketertarikan sendiri bagi penulis untuk menelusuri masalah ini, sehingga penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur tanaman terhadap produksi TBS (Tandan Buah Segar) perkebunan kelapa sawit rakyat di

This study concerned with developing instructional listening materials for the eighth grade students of SMP N 3 Sleman using animated movies to offer variation of listening lesson

[r]

Dengan melakukan peninjuan beberapa aspek diatas, dapat disimpulkan perlunya suatu rencana tindak ( action plan ) yang meliputi, (1) melakukan pengenalan karekteristik sampah