SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN ASPEK EARNING DALAM RASIO CAMEL PADA PT. BANK MUAMALAT
ADE IRWAN 10573 04307 13
PROGRAM STUDY AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
ADE IRWAN 10573 04307 13
Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDY AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Kesuksesan adalah buah dari usaha-usaha kecil
yang diulang hari demi hari”
“Jangan liat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula liat
masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan
kesadaran”
Kupersembahkan skripsi ini buat:
Kedua orang tuaku yang telah ikhlas,
mendoakan, dan selalu sabar dalam
v
dengan menggunakan metode CAMEL. Penelitian ini disusun seiring dengan makin pesatnya pertumbuhan bank-bank akhir-akhir ini. Adapun kategorinya adalah sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Muamalat. Data yang dikumpulkan adalah laporan neraca dan laporan laba rugi. Analisis CAMEL memiliki lima aspek, dalam kesempatan ini penulis memili aspek earning menggunakan rasio ROA (Return On Assets) dan BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional).
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan pada PT Bank Muamalat nilai CAMEL berdasarkan aspek earning menggunakan rasio ROA pada tahun pada tahun 2013 sebesar 0,44%, tahun 2014 sebesar 0,15%, dan pada tahun 2015 sebesar 0,19% sehinggah dikategorikan dalam kelompok Tidak Sehat. Sedangkan menggunakan rasio BOPO pada tahun 2013 sampai 2015 selalu berada di bawah 93,52% sehinggah dikategorikan dalam kelompok Sehat.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualakum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang serta Nabi Muhammad SAW yang senantiasa menjadi panutan kami.Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya skripsi yang berjudul “ANALISIS
TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN ASPEK EARNING
DALAM RASIO CAMEL PADA PT. BANK MUAMALAT” dapat diselesaikan.
Semoga skripsi sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya khususnya pada lingkungan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ismail Rasulong, SE, MM selaku Dekan beserta seluruh Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
3. Bapak Ismail Badollahi, SE.,M.Si,Ak.CA selaku Ketua Jurusan beserta seluruh Dosen Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
5. Bapak Dr. H. Ansyarif Khalid,SE,M.Si,Ak,CA dan Bapak ChairulIchsan,SE,M.Ak selaku Dosen pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Keluarga, atas doa dan dukungannya selama penulisan proposal ini. 7. Serta semua pihak tanpa terkecuali yang turut membantu penulis
selama ini namun tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan proposal ini di waktu yang akan dating.
Makassar, Oktober 2017 Penulis,
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank ... 6
B. Laporan Keuangan ... 9
C. Analisis CAMEL Berdasarkan aspek Earning (ROA dan BOPO)... 13
D. Tingkat Kesehatan Bank ... 19
E. Penelitian Terdahulu ... 26
ix
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 31
B. Jenis Dan Sumber Data ... 31
C. Teknik Pengumpulan Data... 32
D. Metode Analisis ... 32
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk ... 35
B. Visi dan Misi Organisasi ... 37
C. Tujuan Berdiri Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 38
D. Struktur Organisasi ... 39
E. Kegiatan Usaha PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. ... 40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kinerja Keuangan... 45
B. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Aspek Earning Dalam Rasio CAMEL... 47
1. Return On Assets (ROA)... 47
2. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 49 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 53
x
B. Saran... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
xi
2.1 Peringkat Komposit...21
2.2 Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank ...22
2.3 Matriks Penetapan Tingkat Resiko Inheren Untuk Resiko Kredit...22
2.4 Matriks Peringkat Faktor Rentabilitas ...24
2.5 Matriks Peringkat Faktor Permodalan ...25
2.6 Penelitian Terdahulu ...27
3.1 Predikat Kesehatan Return on Asset (ROA) ...33
3.2 Predikat Kesehatan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ...34
5.1 Kinerja Keuangan Bank Muamalat ...45
5.2 PT Bank Muamalat Data Laba Sebelum Pajak dan Total Aktiva ...47
5.3 Hasil Perhitungan ROA dan Besarnya Nilai Kredit ROA ...48
5.4 PT Bank Muamalat Data Beban Operasional dan Pendapatan Operasional49 5.5 Hasil Perhitungan BOPO dan Besarnya Nilai Kredit BOPO...52
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal.
2.1 Kerangka pikir...18 4.1 Struktur Organisasi Bank Muamalat ...31
1
Salah satu hal yang ikut serta menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi adalah stabilnya sektor perbankan. Berdasarkan fungsi dasarnya sebagai penghimpun dan juga penyalur atas dana, maka bank akan selalu berkepentingan dengan pihak-pihak yang kelebihan dana dan juga pihak-pihak yang kekurangan atau membutuhkan dana, yang sering disebut dengan kreditur. Ini yang dinamakan fungsi intermediasi yang dapat dikatakan bahwa bank merupakan penyalur dana dari unit-unit ekonomi yang mempunyai kelebihan dana kepada unit-unit yang kekurangan dana (Sinungan 1993:3). Dengan proses intermediasi seperti ini, bank sebagai lembaga intermediasi berperan penting dalam mobilisasi dana-dana masyarakat untuk diputar sebagai salah satu sumber pembiayaan utama bagi dunia usaha, baik untuk investasi maupun produksi, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan fungsi dan peranan bank tersebut, setiap negara senantiasa berupaya agar lembaga perbankan selalu berada dalam kondisi yang sehat, aman, dan stabil. Kesehatan suatu bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat akan menyebabkan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi tidak akan berfungsi dengan optimal.
2
Terganggunya fugsi intermediasi maka alokasi dan penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi dan membiayai sektor-sektor yang produktif dalam perekonomian menjadi terbatas.
Sistem perbankan yang tidak sehat juga akan mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang dilakukan oleh sistem perbankan tidak lancar dan efisien, selain itu sistem perbankan yang tidak sehat juga akan menghambat efektivitas kebijakan moneter. Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat, pengguna jasa bank dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank. Faktor kepercayaan dari masyarakat juga merupakan faktor yang utama dalam menjalankan bisnis perbankan, sehingga bank dituntut untuk mempunyai kemampuan mengelola kinerja keuangan dengan baik agar dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Akhir-akhir ini istilah bank sehat atau tidak sehat semakin populer. Berbagai kejadian aktual, tentang perbankan seperti merger dan likuidasi selalu dikaitkan dengan kesehatan bank.
Menyadari pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prisip kehati-hatian atau prudential banking dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu menetapkan aturan kesehatan bank.
Dengan adanya aturan kesehatan bank, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga bank tidak akan merugikan masyarakat. Oleh karenanya sebuah bank tentunya memerlukan suatu analisis untuk mengetahui kondisinya setelah melakukan kegiatan operasionalnya dalam jangka waktu tertentu. Analisis
yang dilakukan disini berupa penilaian tingkat kesehatan bank. Bank Indonesia dan bank-bank yang ada di Indonesia memiliki alat untuk menilai tingkat kesehatan bank. Alat ini dinamakan CAMEL, dimana alat ini menghitung rasio-rasio capital dengan menggunakan rasio-rasio capital adequacy ratio (CAR), assets dengan menggunakan non performing loan (NPL), management menggunakan rasio net profit margin (NPM), earning dengan menggunakan rasio net interest
margin (NIM), dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO),
dan liquidity dengan menggunakan rasio loan to deposit ratio (LDR) yang pada akhirnya akan terlihat kondisi kesehatan suatu bank berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.Dalam Surat Edaran BI No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, maka predikat tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat peringkat, yaitu “Sehat”, “Cukup Sehat”, “Kurang Sehat”, dan “Tidak Sehat”.
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya tentang penelitian kesehatan bank antara lain dilakukan oleh :
Sri Pujiyanti (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode CAMEL (Studi Kasus Pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Bukopin Tbk periode 2006-2008, dengan kesimpulan bahwa PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Bukopin Tbk dapat dikatakan sebagai bank yang sehat, tetapi jika dibandingkan dengan tingkat kesehatan kedua bank tersebut, maka PT.Bank Bukopin Tbk lebih sehat dibandingkan dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Hal ini
4
dapat dilihat dari aspek Asset, Manajemen, Earning, dan Liquidity yang dimiliki PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Untuk itulah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan laporan keuangan pada PT. Bank BRI Cabang Enrekang dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Aspek Earning Dalam Rasio CAMEL Pada PT. Bank Muamalat”.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah pokok yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu bagaimana tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek earning (ROA dan BOPO) dalam rasio CAMEL pada PT. Bank Muamalat (Periode 2013-2015) ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek earning dalam rasio CAMEL pada PT. Bank Muamalat (Periode 2013-2015).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis
Adalah untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai kesehatan perusahaan perbankan yang dinilai dengan rasio CAMEL.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya mengenai kesehatan perusahaan perbankan.
3. Bagi Perusahaan
Menjadi bahan masukan bagi PT. Bank Muamalat untuk dalam melakukan kegiatan operasionalnya dengan mengelola asetnya secara baik agar laba yang dihasilkan PT. Bank Muamalat dapat meningkat sehingga bisa meningkatkan kondisi tingkat kesehatan bank pada aspek earning dalam kriteria yang baik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank
Berbagai definisi mengenai bank telah dikemukakan oleh berbagai kalangan dan ahli. Berikut ini beberapa pengertian bank antara lain :
a. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
b. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :
“bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang perbankan yang berlaku.”
“Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya.”
d. Abdullah (2005) mendefinisikan bank sebaga berikut :
“bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang kekurangan dana.”
e. Dalam id.wikipedia.org bank adalah
“sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.”
Dari beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa bank merupakan lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman berupa kredit dan bekerja atas dasar kepercayaan yang diperoleh dari mayarakat.
Jenis Bank
Dalam praktik perbankan di Indonesia terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya. Adapun jenis bank diantaranya:
8
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini bahwa kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.
Di samping kedua jenis bank tersebut dalam praktiknya masih terdapat satu lagi jenis bank yang ada di Indonesia yaitu Bank Sentral. Bank Sentral tidak bersifat komersial seperti halnya Bank Umum dan BPR, dan di Indonesia fungsi Bank Sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Fungsi Bank Sentral diatur oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Tugas-tugas Bank Sentral antara lain :
1) Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter 2) Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
3) Mengatur dan Mengawasi Ban
B. Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir 1995). Laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil yang telah dicapai (Munawir, 1995). Laporan keuangan yang lengkap biasa nya meliputi : neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan (Pernyataan Standar akuntansi Keuangan Nomor 1 tahun 2007). Neraca dan laporan laba rugisangat penting bagi perusahaan, sedangkan laporan perubahan posisi keuangan umumnya diperlukan bagi para pemegang saham atau pemilik.
Dalam Pernyataan Standar akuntansi keuangan (PSAK) Nomor 1 tentang Kerangka Dasar Penyususnan dan Penyajian Laporan Keuangan disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini tidak berbeda dengan yang dikemukakan Most (dalam Toha, 2007) tentang tujuan utama penyususnan laporan keuangan yaitu bahwa : “financial reporting is intended to provide information that is usefull in making business and economic decision – for making reasoned choices among alternative ses of scare resources.”Dengan demikian laporan keuangan harus menyajikan informasi yang
10
berguna tidak hanya untuk pengambilan keputusan ekonomi para pemakainya tapi juga untuk pengambilan keputusan bisnis. Selain dipergunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipecayakan kepadanya (PSAK Nomor 1, 1994).
Laba
1. Defenisi Laba
Dalam laporan keuangan yaitu laporan laba rugi terdapat komponen yang disebut income atau earnings. Menurut Syafriadi (2000) earnings adalah pendapatan yang menyangkut keuangan perusahaan yang disajikan dalam laporan keuangan yang diperoleh dari kegiatan operasional.
Pengertian earnings atau laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat tergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva dan hutang (Chariri dan Ghozali, 2007).
Tidak adanya persamaan pendapat dalam mendefinisikan laba secara tepat disebabkan oleh perbedaan perspektif dalam melihat konsep laba. Para pemakai laporan keuangan mempunyai konsep laba sendiri yang dianggap paling cocok untuk pengambilan keputusan mereka. Fisher (1912) dan Bedford (1965) dalam Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep
laba yang umum dibicarakan dan digunakan dalam ekonomi. Konsep laba tersebut adalah:
a. Physic income, yang menunjukkan konsumsi barang/jasa yang dapat memnuhi kepuasan dan keinginan individu.
b. Real income,yang menunjukkan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukkan oleh kenaikan cost of living.
c. Money income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumbersumber ekonomi yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya hidup (cost of living).
Disisi lain, akuntan mendefinisikan laba dari sudut pandang perusahaan sebagai satu kesatuan. Laba akuntansi (accounting income) secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Belkaoui (1993) dalam Chariri dan Ghozali (2007) menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima karakteristik sebagai berikut:
a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi actual terutama yang berasal dari penjualan barang/jasa.
b. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu.
c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
12
d. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tenta ng biaya (expenses) dalam bentuk cost historis.
e. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
2. Tujuan Pelaporan Laba
Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan konsep yang selama ini digunakan diharapkan para pemakai laporan dapat mengambil keputusan ekonomi yang tepat sesuai dengan kepentingannya. Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan :
a. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat ke mbalian (rate of return on invested capital ).
b. Sebagai pengukur prestasi manajemen.
c. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d. Sebagai alat pengendalian aloksai sumber daya ekonomi suatu Negara. e. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus
f. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. g. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran.
3. Jenis-Jenis Laba
Dalam laporan laba rugi, laba dapat dikelompokkan dalam beberapa elemen, yaitu:
a. Laba kotor, yaitu selisih lebih penjualan bersih terhadap harga pokok barang dagang yang dijual.
b. Laba usaha, yaitu selisih antara laba kotor dengan total biaya usaha.
c. Laba bersih sebelum pajak, yaitu penambahan atau pengurangan laba usaha dengan pendapatan dari beban di luar usaha.
Laba bersih setelah pajak, yaitu laba setelah dikurangi pajak penghasilan yang merupakan angka terakhir dalam laporan laba rugi dan merupakan kenaikan bersih terhadap ekuitas pemilik dari aktivitas penciptaan laba selama periode bersangkutan.
C. Analisis CAMEL Berdasarkan Aspek Earning ( ROA dan BOPO )
1. Definisi CAMEL
Dalam kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia), edisi kedua tahun 1999: CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank, CAMEL merupakan tolok ukur yang menjadi obyek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. CAMEL terdiri atas lima criteria yaitu modal, aktiva, manajemen, pendapatan dan likuiditas.
Berdasarkan kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia), edisi kedua tahun 1999, peringkat CAMEL dibawah 81 memperlihatkan kondisi keuangan yang
14
lemah yang ditunjukan oleh neraca bank, seperti rasio kredit tak lancar terhadap total aktiva yang meningkat, apabila hal tersebut tidak diatasi akan mengganggu kelangsungan usaha bank, bank yang terdaftar pada pengawasan dianggap sebagai bank bermasalah dan diperiksa lebih sering oleh pengawas bank jika dibandingkan dengan bank yang tidak bermasalah. Bank dengan peringkat CAMEL diatas 81 adalah bank dengan pendapatan yang kuat dan aktiva tak lancar sedikit, peringkat CAMEL tidak pernah diinformasikan secara luas.
2. Rasio CAMEL
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Bank Umum, berikut ini adalah perincian dari setiap variabel yang akan dianalisis dalam analisis rasio CAMEL yaitu:
a. Capital ( Permodalan)
Analisis capital merupakan alat untuk mengukur kecukupan modal bank dengan membandingkan modal (capital) dengan asset beresiko. Pada dasarnya Capital Adequency Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko.
Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri dari modal inti (primary capital) dan modal pelengkap (secondary capital).
b. Asset Quality (Kualitas aktiva)
Penilaian didasarkan pada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Rasio yang diukur ada dua macam yaitu rasio aktiva produktif dan rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan ( APYD ) adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian yang besarnya ditetapkan sebagai berikut berdasarkan ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 8/24/PBI/2006 :
1) 0,5% dari kredit yang digolongkan kredit Lancar
2) 10% dari kredit yang digolongkan Kurang Lancar ( Substandard ) 3) 50% dari kredit yang digolongkan Diragukan ( Doubtfull)
4) 100% dari kredit yang digolongkan Macet ( Loss ) yang masih tercatat dalam pembukuan bank dan surat berharga yang digolongkan macet.
c. Management (Manajemen)
Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, aktiva, rentabilitas, likuiditas, dan umum.
d. Earnings (Pendapatan)
Earnings (pendapatan) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba setiap periode. Rasio earnings sering disebut rasio rentabilitas atau profitabilitas.
16
e. Liquidity (Likuiditas)
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja bank antara lain:
cash ratio, reserve requirement, loan to deposit ratio, loan to asset ratio,dan rasio kewajiban bersih call money (Dendawijaya,2001).
1) Cash Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya.
2) Reserve Requirement atau lebih dikenal juga dengan likuiditas wajib minimum adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua bank.
3) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Menurut O.P Simorangkir (2004), LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima, tidak termasuk pinjaman subordinasi. Loan to Deposit Ratio (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
4) Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank.
5) Rasio kewajiban bersih call money, persentase dari rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap asset lancar atau asset yang paling likuid dari bank.
3. Earnings (Pendapatan)
Earnings (pendapatan) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba setiap periode. Rasio earnings sering disebut rasio rentabilitas atau profitabilitas. Rasio rentabilitas dilakukan untuk megetahui kemampuan bank dalam mendapatkan keuntungan. Rasio rentabilitas terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Return On Asset (ROA)
Rasio ini merupakan salah satu dari rasio yang digunakan untuk menilai aspek earning. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS tahun 2007 diakses dari http://www.bi.go.id, tujuan dari rasio ROA adalah untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ROA,
18
menunjukkan semakin buruk manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
Altman (1986) menyatakan bahwa rasio ROA berpengaruh signifikan terhadap kebangkrutan bank. Riyadi (dalam Mulyaningrum, 2008) menyatakan semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :
b. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini merupakan perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan operasional. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasi lainnya. Sedangkan pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya (Riyadi, 2006). Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan laba bank akan semakin meningkat (negatif). Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus :
(Dendawijaya, 2009)
D. Tingkat Kesehatan Bank
Budi santoso dan Triandaru (2006:51) mengartikan kesehatan bank sebagai “kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.” Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Pada umumnya, jauh sebelum perusahaan mengalami kegagalan, tanda-tanda awal yang menunjukkan ke arah kecenderungan yang kurang menguntungkan itu telah kelihatan, tetapi sering kali manajemen tidak mengindahkan bahkan tidak memperhatikan sama sekali. Manajemen juga terkadang menganggap bahwa tanda-tanda yang menunjukkan tidak sehatnya perusahaan merupakan gejala temporer yang akan hilang dengan sendirinya, tanpa perlu adanya investasi manajemen. Anggapan ini mengakibatkan pihak manajemen terlambat melakukan tindakan antisipasi maupun proses perbaikan terhadap kinerja perusahaan.
20
Pentingnya arti tingkat kesehatan bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia perlu menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Di Indonesia, kinerja perbankan diukur sesuai dengan tata cara penilaian kesehatan bank yang mengacu pada Bank for International Settlement (BIS) yang dikeluarkan o leh Komisi Basic Swiss. Ada lima aspek yang dinilai yaitu capital, asset, management, earning, liquidity,dan sensitivity (CAMELS). Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum mencakup penilaian terhadap faktor- faktor CAMEL yang terdiri dari :
1. Permodalan (Capital), untuk rasio kecukupan modal 2. Aset (Asset), untuk rasio kualitas aktiva
3. Manajemen (Management), untuk menilai kualitas manajemen 4. Rentabilitas (Earning), untuk rasio rentabilitas bank
5. Likuiditas (Liquidity), untuk rasio likuiditas bank 6. Sensitivitas terhadap resiko pasar
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 13/I/PBI tanggal 01 Juli 2011 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, kriteria penetapan peringkat komposit dapat digolongkan menjadi 5 peringkat komposit yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Peringkat Komposit
Peringkat komposit
Keterangan
1 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya.
2 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
3 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya.
4 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya.
5 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya.
Sumber : Peraturan Bank Indonesia No. 13 / I / PBI / 2011
Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu : sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem pemberian nilai dalam menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan pada “reward system” dengan nilai kredit antara 0 sampai dengan 100, yakni sebagai berikut :
22
Tabel 2.2
Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank
Nilai Kredit Predikat
81 – 100 Sehat
66 – <81 Cukup Sehat 51 – <66 Kurang Sehat 0 <51 Tidak Sehat
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
Dalam rangka penerapan ketentuan yang memerlukan persyaratan tingkat kesehatan bank, maka predikat Tingkat Kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 sebagai berikut :
Tabel 2.3
Matriks Penetapan Tingkat Resiko Inheren Untuk Resiko Kredit
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari resiko kredit tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa dating.Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain :
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur kredit yang sangat rendah
Eksposur penyediaan dana terdiverifikasi sangat baik Strategi penyediaan dana tergolong stabil
perubahan faktor eksternal Low to
Moderate (2)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari resiko kredit tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa dating.Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain :
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur kredit yang rendah
Eksposur penyediaan dana terdiverifikasi baik Strategi penyediaan dana relatif stabil
Portofolio penyediaan dana kurang terpengaruh dengan perubahan faktor eksternal
Moderate (3)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari resiko kredit tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa dating.Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain :
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur kredit yang moderat
Terdapat konsentrasi penyediaan dana yang cukup signifikan Strategi penyediaan dana relatif stabil
Portofolio penyediaan dana cukup terpengaruh dengan perubahan faktor eksternal
Moderate to High (4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari resiko kredit tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa dating.Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain :
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur kredit yang tinggi
24
Terdapat konsentrasi penyediaan dana yang signifikan Strategi penyediaan dana yang kurang baik
Portofolio penyediaan dana terpengaruh dengan perubahan factor eksternal
High (5)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari resiko kredit tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain :
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur kredit yang sangat tinggi
Terdapat konsentrasi penyediaan dana yang sangat signifikan
Penyediaan dana memiliki kualitas buruk
Portofolio penyediaan dana sangat terpengaruh dengan perubahan factor eksternal
SE BI Nomor : 13 / 24 / DPNP tanggal 25 Oktober 2011
Tabel 2.4
Matriks Peringkat Faktor Rentabilitas
Peringkat Definisi Peringkat
1 Rentabilitas sangat me madai, laba melebihi target dan mendukung pertumbuhan permodalan Bank.
2 Rentabilitas me madai, laba melebihi target dan mendukung pertumbuhan permodalan Bank.
3 Rentabilitas cukup me madai, laba melebihi target, namun terdapat tekanan terhadap kinerja laba yang dapat menyebabkan penurunan laba namun cukup dapat mendukung pertumbuhan permodalan Bank.
4 Rentabilitas kurang memadai, laba tidak memenuhi target, dan diperkirakan akan tetap seperti kondisi tersebut di masa dating sehingga kurang dapat mendukung pertumbuhan permodalan Bank dan kelangsungan usaha Bank.
5 Rentabilitas tidak me madai, laba tidak target, dan tidak dapat diandalkan serta memerlukan peningkatan kinerja laba segera untuk memastikan kelangsungan usaha Bank.
SE BI Nomor : 13 / 24 / DPNP tanggal 25 Oktober 2011
Tabel 2.5
Matriks Peringkat Faktor Permodalan
Peringkat Definisi Peringkat
1 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang sangat
me madai relatif terhadap profil resikonya, yang disertai dengan
penglolaan permodalan yanga sangat kuat sesuai karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha Bank.
2 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang me madai relatif terhadap profil resikonya, yang disertai dengan penglolaan permodalan yanga sangat kuat sesuai karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha Bank.
3 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang cukup
me madai relatif terhadap profil resikonya, yang disertai dengan
penglolaan permodalan yanga sangat kuat sesuai karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha Bank.
4 Bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang kurang
me madai relatif terhadap profil resikonya, yang disertai dengan
penglolaan permodalan yanga sangat kuat sesuai karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha Bank.
26
me madai relatif terhadap profil resikonya, yang disertai dengan
penglolaan permodalan yanga sangat kuat sesuai karakteristik, skala usaha, dan kompleksitas usaha Bank.
SE BI Nomor : 13 / 24 / DPNP tanggal 25 Oktober 2011
E. Penelitian Terdahulu Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu NO Nama (Tahun) Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian 1 Wandani
Okti Khaira (2013)
Analisis CAMEL Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011 Kuantitatif, Data Sekunder
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa rasio keuangan CAR, NPL, NPM, NIM, BOPO, dan LDR memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan. 2 Anggi Marlyn Munthe (2013) Analisis Rasio Keuangan Menggunakan Metode CAMEL Untuk Menilai Efektivitas Dan
Pertumbuhan Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011
Kuantitatif, Data Sekunder
Hasil penelitian dengan uji-t menunjukkan NPL dan BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA sedangkan LDR dan CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. NIM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Sedangkan hasil uji-F, NPL, LDR, CAR, BOPO dan NIM berpengaruh signifikan secara simultan terhadap ROA.
3 Rizki Ludy Wicaksana (2011) Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kondisi Bermasalah Pada Sektor Perbankan Di Indonesia Kuantitatif, Data Sekunder
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa rasio keuangan CAR, NPL, ROA,
ROE, NIM, BOPO, dan LDR memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan. 4 Ardea Frandiko (2011) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Konvensional Di Indonesia Dengan Menggunakan Analisis CAMELS Periode 2005 – 2010 Kuantitatif, Data Sekunder Hasil penelitian
menunjukan bahwa pada Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia (BCA) dan Bank CIMB Niaga, pengaruh perubahan nilai tukar mata uang serta perubahan variabel
makroekonomi lainya terhadap kinerja keuangan bank objek adalah tidak sama untuk setiap bank. 5 Fienta Rahayu Idham (2012) Analisis Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Pendekatan CAMELS Dan Model ALTMAN Untuk Memprediksi Kegagalan Usaha Bank
Kuantitatif, Data Sekunder
Hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan CAMELS menunjukkan peningkatan indikator “sehat” pada bank dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Sementara itu, dari perhitungan prediksi kebangkrutan dengan model Altman beberapa bank diprediksi tidak aman. 6 Khaerunnisa Said Analisis Tingkat Kesehatan Bank Kuantitatif, Data
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan pada
28
(2012) Dengan Menggunakan Metode CAMEL Pada PT. Bank Syariah Mandiri
(Periode 2001-2010)
Sekunder PT Bank Syariah Mandiri nilai CAMEL pada tahun 2001 sampaI 2010 adalah CUKUP SEHAT. 7 Meita Yunita Sari (2014) Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kinerja Bank (Studi Pada Bank Swasta Devisa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012) Kuantitatif, Data Sekunder Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, KAP, NPM, BOPO dan LDR secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan secara parsial menunjukan CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, KAP dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan NPM dan LDR berpengruh positif dan tidak sigifikan terhadap ROA. 8 Anggraini Nur Dina Fahma (2012) Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Probabilitas Kebangkrutan Bank (Studi Pada Bank Umum Swasta Nasional Periode 2003-2009) Kuantitatif, Data Sekunder Hasil penelitian memperlihatkan bahwa CAR, PPAP, NPM, dan ROA berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap probabilitas kebangkrutan bank,
sedangkan BOPO dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap probabilitas kebangkrutan bank. 9 Melissa Rizky (2012) Analisis Kienrja Keuangan Dengan Menggunakan Metode CAMEL (Studi Kasus Pada PT. Bank Sulselbar Tahun 2008-2010)
Kuantitatif, Data Sekunder
Dari hasil penilaian kinerja keuangan dan kaitannya dengan rasio CAMEL, maka dapatlah dikatakan bahwa selama 3 tahun terakhir (tahun 2008-2010) yang menunjukkan bahwa
kinerja keuangan yang dicapai oleh PT. Bank Sulselbar berada pada predikat sehat. 10 Dea Septian (2013) Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Tingkat Kesehatan Bank Pada Bank Umum Swasta Nasional Di Indonesia Periode 2007-2011
Kuantitatif, Data Sekunder
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ROA dan NIM
berpengaruh positif
signifikan terhadap tingkat kesehatan bank dengan nilai signifikansi ROA 0,000 dan NIM 0,008. sementara hasil rasio CAR, NPL, ROE, BOPO, dan LDR tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat kesehatan bank.
F. Kerangka Penelitian
Tingkat kesehatan bank merupakan cerminan dari kondisi suatu bank yang dilihat dari laporan keuangan. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum diatur pada Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13 / I / PBI / 2011 tentang Penilaiaan Tingkat Kesehatan Bank Umum. Bank yang sudah go public wajib menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan untuk umum.
Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank adalah metode CAMEL, dimana pada penelitian ini penulis dibatasi pada penilaian terhadap Return On Asset (ROA) dan Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
30 Gambar 3.1 Kerangka Pikir G. Hipotesis
Diduga tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek Earning (ROA dan BOPO) dalam rasio CAMEL pada PT. Bank Muamalat (Periode 2013-2015) dapat dikategorikan dalam kelompok Sehat. Dan diduga tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek Earning (ROA dan BOPO) dalam rasio CAMEL pada PT. Bank Muamalat (Periode 2013-2015) dapat dikategorikan dalam kelompok Tidak
Sehat.
Tingkat Kesehatan Bank
BOPO
ROA
Laporan Keuangan
PT BANK MUAMALAT
31
Adapun yang menjadi lokasi penelitian untuk memperoleh data adalah PT. Bank Muamalat. Penelitian ini diperkirakan dalam jangka waktu kurang lebih dua bulan, mulai dari bulan September sampai bulan Oktober 2017.
B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka dalam laporan keuangan tahunan. Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diambil dari laporan keuangan perusahaan di PT. Bank Muamalat.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan sumber yang sudah ada, yaitu data dari laporan keuangan PT. Bank Muamalat secara berkala dari waktu ke waktu. Data laporan keuangan selama 3 tahun terakhir sejak tahun 2013 sampai dengan 2015. Kemudian dianalisa dengan menggunakan metode CAMEL dalam aspek Earning dan diinpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi tingkat kesehatan bank.
32
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik dokumentasi. Dimana teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa laporan keuangan pada PT. Bank Muamalat periode 2013-2015.
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu pengolahan data secara manual untuk menghitung besarnya ROA dan BOPO. Kemudian hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk-bentuk tabel yang mencerminkan penghitungan dan dijelaskan dengan kalimat. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif kuantitatif yaitu hasil penelitian berupa perhitungan yang kemudian di uraikan atau digambarkan dalam bentuk narasi dan ditarik suatu kesimpulan.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode CAMEL berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehetan Umum. Adapun tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing variabel, yaitu dengan menentukan hasil penelitian yang digolongkan menjadi peringkat kesehatan bank. Hasil akhir penilaian tingkat
kesehatan bank terhadap masing-masing faktor atau komponen dalam CAMEL berdasrkan Aspek Earning.
Perhitungan rentabilitas menggunakan 2 rasio, yaitu :
1. Rasio Laba Kotor terhadap Volume Usaha (Return on Asset / ROA). Kemudian mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai berikut :
Return On Asset (ROA) = x100%
Nilai Kredit = x 1 Tabel 3.4
Predikat Kesehatan Return on Asset (ROA)
Nilai Kredit Predikat
> 1,22 % Sehat
0,99 – 1,21 % Cukup Sehat 0,77 – 0,98 % Kurang Sehat
< 0,76 % Tidak Sehat
(Sumber: Taswan, 2006:363)
2. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Kemudian mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai berikut :
BOPO = x100%
34
Tabel 3.5
Predikat Kesehatan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Nilai Kredit Predikat
< 93,52 % Sehat
93,52 – 94,73 % Cukup Sehat 94,73 – 95,92 % Kurang Sehat
> 95,92 % Tidak Sehat
35
PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp.84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tesebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembayaran macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.
36
Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development
Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21
Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setipa Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Saat ini Bank Muamalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesi, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satuya cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Selain itu Bank Muamalat memiliki produk shar-e gold dengan teknologi chip pertama di Indonesia yang dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya diseluruh
berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan iternasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh
Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).
B. Visi dan Misi Organisasi 1. Visi
“ The Best Islamic Bank And Top 10 Bank in Indonesia With
Strong Regional Presence”.
2. Misi
Membangun lembaga keuangan syariah yang unggul dan berkesinambungan dengan penekanan pada semangat kewirausahaan berdasarkan prinsip kehati-hatian, keunggulan sumber daya manusia yang islami dan professional serta orientasi investasi yang inovatif, untuk memaksimalkan nilai kepada seluruh pemangku kepentingan.
C. Tujuan Berdiri Bank Muamalat Indonesia, Tbk
38
1. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, sehingga semakin berkurang kesenjangan sosial ekonomi, dan dengan demikian akan melestarikan pembangunan nasional, antara lain melalui:
a. Meningkatkan kualitas dan kualitas kegiatan usaha. b. Meningkatkan kesempatan kerja.
c. Meningkatkan penghasilan masyarakat banyak.
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan terutama dalam bidang ekonomi keuangan, yang selama ini masih cukup banyak masyarakat yang enggan berhubungan dengan bank karena masih menganggap bahwa bunga bank itu riba.
3. Mengembangkan lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan, mampu meningkatkan partisipasi masyarakat bahwa sehingga menggalakkan usaha-usaha ekonomi rakyat anatara lain memperluas jaringan lembaga perbankan ke daerah-daerah terpencil.
4. Mendidik dan bimbingan masyarakat untuk berpikir secara ekonomi, berperilaku bisnis dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
D. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
PT. BANK MUAMALAT,TBK. CABANG MAKASSAR.
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Branch Manager Sekretaris Operational Manager Funding Team Leader Financing Team Leader Supervisi Operational Relationship Manager Financing Relationship Manager Funding Legal Back Office Head Teller Unit Support Pembiayaan Head CS Asistant Relationship Manager Tellers Customer Service
40
E. Kegiatan Usaha PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. pada dasarnya melakukan kegiatan usaha yang sama dengan Bank Konvensional, yaitu melakukan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat di samping penyediaan jasa keuangan lainnya. Perbedaannya adalah seluruh kegiatan usaha PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk. Didasarkan pada prinsip syariah. Implikasinya, di samping harus selalu sesuai dengan prinsip hukum Islam juga adalah karena dalam prinsip syariah memiliki berbagai variasi akad yang akan menimbulkan variasi produk yang lebih banyak dibandingkan produk Bank Konvensional. Adapun kegiatan usaha yang dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. diantaranya adalah.
1. Pendanaan, terdiri dari.
a. Giro Wadiah yang terdiri dari giro perorangan dan giro institusi. b. Tabungan, yang terdiri dari:
1. Tabungan Muamalat Reguler merupakan tabungan syariah dalam mata uang rupiah, dengan akad mudharabah mutlaqah (bagi hasil).
2. Tabungan E-Gold Debit merupakan tabungan syariah dalam mata uang rupiah, dengan akad mudharabah mutlaqah (bagi hasil).
3. Tabungan Muamalat Prima tabungan prioritas yang di desain bagi nasabah yang ingin mendapatkan bagi hasil yang tinggi bahkan setara dengan Deposito.
4. Tabungan Wisata merupakan sebuah tabungan rencana yang didesain untuk memenuhi keinginan nasabah yang memiliki rencana untuk berwisata sehingga nasabah dapat merencanakan keinginannya tersebut sesuai dengan kemampuannya.
5. Tabungan Haji Arafah Plus merupakan Tabungan Haji dalam mata uang Rupiah yang dikhususkan bagi masyarakat Muslim Indonesia yang berencana menunaikan ibadah Haji secara regular maupun plus.
6. Tabungan Muamalat Umroh merupakan tabungan berencana dalam mata uang Rupiah yang akan membantu mewujudkan impian untuk berangkat beribadah Umroh.
c. Deposito yang terdiri dari:
1. Deposito Mudharabah merupakan Deposito syariah dalam mata uang Rupiah dan US Dollar yang fleksibel dan memberikan hasil investasi yang optimal.
2. Deposito Fulinves merupakan Deposito syariah dalam mata uang Rupiah dan US dollar yang fleksibel dan memberikan hasil investasi yang optimal serta perlindungan asuransi jiwa gratis.
2. Pembiayaan, terdiri dari:
a. Konsumen yang terdiri dari.
1. Pembiayaan Hunian Syariah merupakan produk pembiayaan yang menggunakan prinsip syariah dengan dua pilihan yaitu
42
akad Murabahah (jual-beli) atau Mutanaqishah (kerjasama
sewa).
2. AutoMuamalat adalah produk pembiayaan yang akan membantu konsumen untuk memiliki kendaraan bermotor dengan menggunakan prinsip syariah murabahah (jual-beli). 3. Dana Talangan Porsi Haji adalah pinjaman yang ditujukan
untuk membantu konsumen mendapatkan porsi keberangkatan haji lebih awal, meskipun saldo tabungan haji belum mencapai syarat pendaftaran porsi. Produk ini berdasarkan prinsip syariah dengan akad al-qardh (pinjaman).
4. Pembiayaan Muamalat Umroh adalah produk pembiayaan yang akan membantu mewujudkan impian untuk beribadah Umroh dalam waktu yang segera. Produk ini berdasarkan prinsip syariah dengan akad ijarah (sewa jasa).
5. Pembiayaan Anggota Koperasi adalah produk pembiayaan konsumtif yang diperuntukkan bagi beragam jenis pembelian konsumtif kepada karyawan/ guru/ PNS (selaku end user) melalui koperasi. Produk ini berdasarkan prinsip syariah
dengan akad mudharabah (bagi hasil) antara Bank dengan koperasi atas pendapatan marjin pembiayaan murabahah (jual beli) dari yang disalurkan kepada anggota.
b. Investasi yang terdiri dari.
1. Pembiayaan Investasi merupakan produk pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah dengan akad murabahah atau
ijarah sesuai dengan spesifikasi kebutuhan investasi.
2. Pembiayaan Hunian Syariah Bisnis merupakan produk pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah dengan dua pilihan yaitu akad murabahah (jual-beli) atau musyarakah
mutanaqishah (kerjasama sewa).
c. Modal kerja yang terdiri dari.
1. Pembiayaan Modal Kerja berdasarkan prinsip syariah dengan pilihan akad musyarakah, mudharabah, atau murabahah sesuai dengan spesifikasi kebutuhan modal kerja.
2. Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah produk pembiayaan yang ditujukan untuk LKMS (BPRS/ BMT/ Koperasi) yang hendak meningkatkan pendapatan dengan memperbesar portofolio pembiayaannya kepada nasabah atau anggotanya (end-user). Produk ini
menggunakan prinsip syariah dengan akad mudharabah atau
musyarakah.
3. Pembiayaan Rekening Koran Syariah adalah produk pembiayaan khusus modal kerja yang akan meringankan usaha dalam mencairkan dan melunasi pembiayaan sesuai kebutuhan
44
dan kemampuan. Produk ini menggunakan prinsip syariah dengan akad musyarakah dan skema revolving.
3. Layanan, terdiri dari.
a. International Banking, terdiri dari:
1. Remittance yang mencakup Remittance BMI – Bank, BMI – BMMB, BMI – NCB, dan Tabungan Nusantara.
2. Trade Finance yang mencakup Bank Garansi, Ekspor, Impor, Ekspor Impor Non LC Financing, SKBDN, Letter of Credit,
Standby LC.
3. Investment Service. b. Transfer
c. Layanan 24 jam, terdiri dari:
1. SMS Banking 2. SalaMualamat 3. MuamalatMobile 4. Internet Banking 5. PC Banking
45
Kinerja Keuangan PT. Bank Muamalat selama tahun 2013-2015 yang termasuk tolak ukur dalam menganalisis aspek Earning (ROA dan BOPO).
Tabel 5.1
Kinerja Keuangan PT. Bank Muamalat
Tahun Laba Sebelum Pajak (Dalam ribuan rupiah) Total Aset (Dalam ribuan rupiah) Beban Operasional (Dalam ribuan rupiah) Pendapatan Operasional (Dalam ribuan rupiah) 2013 239.000. 000 53.707.000. 000 1.656.000.000 2.622.000.000 2014 99.000.000 62.410.000. 000 1.853.000.000 2.177.000.000 2015 109.000. 000 57.141.000. 000 2.011.000.000 2.407.000.000
Sumber: hasil olahan data
Berdasarkan kinerja keuangan PT. Bank Muamalat selama tahun 2013-2015, dapat jelaskan bahwa:
1. Laba sebelum pajak
Laba sebelum pajak adalah jumlah laba sebelum pajak penghasilan yang telah ditentukan. Saldo laba sebelum pajak pada laporan keuangan PT. Bank Muamalat tahun 2013 sebesar Rp.239.000.000.000, tahun 2014 sebesar Rp. 99.000.000.000, dan tahun 2015 sebesar Rp. 109.000.000.000. Pertumbuhan saldo laba sebelum pajak dari tahun 2013-2014 yaitu mengalami penurunan sebesar 41,422 %, dan dari tahun 2014- 2015 yaitu mengalami peningkatan sebesar 101,101 %.
46
2. Total aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari kegitatan pokok perusahaan. Saldo total aset pada laporan keuangan PT. Bank Muamalat tahun 2013 sebesar Rp. 53.707.000.000.000, tahun 2014 sebesar Rp. 62.410.000.000.000, dan tahun 2015 sebesar Rp. 57.141.000.000.000. Pertumbuhan saldo total aset dari tahun 2013-2014 yaitu mengalami peningkatan sebesar 16,204 %, dan dari tahun 2014-2015 yaitu mengalami penurunan sebesar 8,442 %.
3. Beban operasional
Biaya Operasional adalah biaya berupa pengeluaran uang untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Saldo beban operasional pada laporan keuangan PT. Bank Muamalat tahun 2013 sebesar Rp.1.656.000.000.000, tahun 2014 sebesar Rp. 1.853.000.000.000, dan tahun 2015 sebesar Rp. 2.011.000.000.000. Pertumbuhan saldo beban operasional dari tahun 2013-2014 yaitu mengalami peningkatan sebesar 11,896 %, dan dari tahun 2014-2015 yaitu mengalami peningkatan sebesar 8,527 %.
4. Pendapatan operasional
Pendapatan Operasional adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan sebagai hasil dari usaha pokok perusahaan. Saldo pendapatan operasional pada laporan keuangan PT. Bank Muamalat tahun 2013 sebesar Rp.2.622.000.000.000, tahun 2014 sebesar Rp. 2.177.000.000.000, dan tahun 2015 sebesar Rp. 2.407.000.000.000. Pertumbuhan saldo pendapatan operasional dari tahun 2013- 2014 yaitu mengalami penurunan sebesar 16,972 %, dan dari tahun 2014-2015 yaitu mengalami peningkatan sebesar 10,565 %.
B. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan As pek Earning Dalam Rasio CAMEL
Rasio rentabilitas/earning dilakukan untuk megetahui kemampuan bank dalam mendapatkan keuntungan. Rasio rentabilitas terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Return On Assets (ROA)
Analisis ROA (Return On Asset) pada PT. Bank Muamalat untuk tahun 2013 sampai 2015. Besarnya nilai ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Return On Asset (ROA) =
x100%
Sebelum dilakukan perhitungan ROA (Return On Asset) maka terlebih dahulu akan disajikan laba sebelum pajak dan total aktiva untuk tahun 2013 sampai 2015 yang dapat disajikan melaui tabel berikut ini:
Tabel 5.2
PT. Bank Muamalat Data Laba Sebelum Pajak dan Total Aset Tahun Laba Sebelum Pajak Total Aset
(Dalam Ribuan Rupiah) (Dalam Ribuan Rupiah) 2013 239.000. 000 53.707.000. 000 2014 99.000.000 62.410.000. 000 2015 109.000. 000 57.141.000. 000
Sumber: hasil olahan data
Bedasarkan tabel 5.2 Data laba sebelum pajak dan total aktiva, maka besarnya ROA PT. Bank Muamalat untuk tahun 2013 sampai 2015 adalah sebagai berikut:
48 a. ROA 2013 ROA = x100% = 0,44 % Nilai Kredit = x 1 = 29,33 %
Nilai kredit ROA PT. Bank Muamalat pada tahun 2013 sebesar 0,44%. Dan nilai kredit ROA PT. Bank Muamalat tahun 2013 sebesar 29,33. b. ROA 2014 ROA = x100% = 0,15 % Nilai Kredit = x 1 = 10 %
Nilai kredit ROA PT. Bank Muamalat pada tahun 2014 sebesar 0,15%. Dan nilai kredit ROA PT. Bank Muamalat tahun 2014 sebesar 10. c. ROA 2015 ROA = x100% = 0,19% Nilai Kredit = x 1 = 12,66