HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG
LUKA DIABETIK DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN LUKA PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RUANG DAHLIA RSUD PASAR REBO
Aan Sutandi*, Novia Puspitasary
*Staf Pengajar Program Ilmu Keperawatan STIKes Binawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Binawan
E-mail Korespodensi: aan@binawan-ihs.ac.id
ABSTRAK
Pendahuluan Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang kebanyakan herediter
sebagai akibat dari kurangnya produksi insulin (Diabetes Melitus Tipe 1) atau kurangnya reseptor insulin pada sel (Diabetes Melitus Tipe 2). Penyakit DM adalah penyakit seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan, akan tetapi kadar glukosa darah dapat dikendalikan dalam batas normal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Pasien Tentang Luka Diabetik dengan Tindakan Pencegahan Luka pada Penderita Diabetes Mellitus di Ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo. Metode: Dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada 42 responden yang diambil dengan menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner demografi, kuisioner tingkat pengetahuan, dan kuisioner tindakan pencegahan luka. Hasil: Didapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan pasien dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo(p: 0,000 <0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan pasien dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo(p: 0,000 <0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo (p: 0,000 <0,05). Dari hasil penelitian tersebut penulis menyarankan Institusi Rumah Sakit dapat menggalakkan program-progam discharge planning, seperti: penyuluhan kesehatan tentang pencegahan dan perawatan luka diabetik pada pasien diabetes mellitus yang berkunjung di poklinik maupun yang dirawat di ruang perawatan.
Kata kunci: Tingkat Pengetahuan, Luka Diabetik, Tindakan Pencegahan Luka Diabetik
THE RELATIONSHIP OF CHARACTERISTICS AND PATIENTS’ KNOWLEDGE ABOUT DIABETIC WOUNDS WITH THE WOUND PREVENTION MEASURES IN PATIENTS
WITH DIABETES MELLITUS IN DAHLIA ROOM PASAR REBO HOSPITAL
ABSTRACT
Introduction Diabetes Mellitus (DM) is a mostly hereditary metabolic disease as a result of lack of
insulin production (Type 1 Diabetes mellitus) or lack of insulin receptors in cells (Type 2 Diabetes Mellitus). DM disease is a lifelong disease and cannot be cured, but blood glucose levels can be controlled within normal limits. This study aims to obtain the relationship between characteristics and patients’ knowledge about diabetic wounds with the wound prevention Measures in patients with diabetes mellitus in Dahlia Room Pasar Rebo General Hospital in 2015. Method: This research used descriptive correlative design with cross sectional approach. The research was conducted on 42 respondents taken by simple random sampling. Data were collected using a demographic questionnaire, a knowledge level questionnaire, and a wound prevention questionnaire. Results: There was a significant correlation between the work of the patient and the wound prevention of diabetes mellitus (p: 0.000 <0,05), between the education of the patient and the wound prevention in people with diabetes mellitus (p: 0.000 <0,05), and between patients’ knowledge level and wound prevention in people with diabetes (p: 0,000 <0,05). From the results of this study the authors suggest that the Hospital Institution can promote discharge planning programs, such as: health counseling about prevention and care of diabetic injuries in patients with diabetes mellitus who visit in poklinik and who are treated in the treatment room.
PENDAHULUAN
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Menurut Brunner & Suddarth (2001), Diabetes Melitus adalah penyakit dimana kadar atau jumlah gula dalam darah meningkat yaitu lebih dari 200 mg/dl (gula darah sewaktu) dan lebih dari 140 mg/dl (gula darah puasa). Lebih lanjut lagi Price (2006) menjelaskan diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang kebanyakan herediter sebagai akibat dari kurangnya produksi insulin (Diabetes Melitus Tipe 1) atau kurangnya reseptor insulin pada sel (Diabetes Melitus Tipe 2), dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria.
Penyakit DM adalah penyakit seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan, akan
tetapi kadar glukosa darah dapat
dikendalikan sedemikian rupa sehingga selalu sama dengan kadar glukosa orang normal atau dalam batas normal. Kadar glukosa yang tidak terkendali dan tidak ditangani dengan baik bias mengakibatkan berbagai komplikasi. Peningkatan jumlah penderita dibetes sebagian besar dipengaruhi
gaya hidup masyakat. Diabetes juga
memberikan pengaruh beban ekonomi yang besar untuk pengobatannya (Tandra, 2007).
Prevalensi diabetes mellitus di dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Data statistic organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000 menunjukkan jumlah penderita diabetes di dunia sekitar 171 juta dan diprediksikan akan mencapai 366 juta tahun 2030. Di Asia Tenggara terdapat 46 juta dan diperkirakan meningkat hingga 119 juta jiwa. Di Indonesia dari 8,4 juta pada 2000 diperkirakan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Diabetes Melitus menjadi penyebab kematian keempat terbesar di dunia. setiap tahunnya ada 3,2 juta kematian yang diakibatkan langsung oleh diabetes (Tandra, 2008). Diabetes juga sering membunuh
penderitanya dengan mengikutsertakan
penyakit-penyakit lainnya, Diabetes dapat menyebabkan komplikasi akut dan kronik.
Komplikasi akut merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi (Nabil, 2009).
Pada periode tahun 1990-an angka kematian komplikasi akut yaitu ketoasidosis (24,9%) dan hipoglikemi (10%) (Santoso, 2004). Sedangkan komplikasi kronik dapat berupa komplikasi makrovaskular seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Dari data statistic terbaru yang diperoleh diabetes merupakan penyebab utama kebutaan bagi orang dewasa. Setiap 90 menit ada satu orang di dunia yang buta akibat komplikasi diabetes. Penyakit jantung dan kerusakan pembuluh darah menjadi 2-4 kali lipat lebih besar akibat diabetes, setiap 19 menit ada satu orang di dunia yang terkena stroke akibat komplikasi diabetes, dan setiap 90 menit juga ada satu orang di dunia yang harus cuci darah akibat komplikasi diabetes (Nabil, 2009).
Peningkatan angka kejadian penderita diabetes mellitus dipengaruhi oleh umur, obesitas, kurangnya pengetahuan, kebiasaan hidup yang kurang sehat. Sebenarnya 95% kesembuhan diabetes tergantung pada pasien diabetes. Pasien yang memiliki pengetahuan tentang diabetes dan komplikasinya akan berhasil melawan dibetes (Tandra, 2008).
Usaha untuk menjaga agar gula darah tetap mendekati normal dan mencegah terjadinya ulkus, tergantung dari motivasi
serta pengetahuan penderita mengenali
penyakitnya.
Terbentuk suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan akan terbentuk dalam sikap maupun tindakan.
Pentingnya penderita diabetes mellitus mengetahui cara mencegah komplikasi yakni
pertama guna mencegah munculnya
komplikasi diabetes. Penderita diabetes juga harus rajin merawat dan memeriksakan kaki, guna menghindari terjadinya kaki diabetic dan kecacatan yang mungkin akan muncul. Kedua peningkatan pengetahuan penderita mengenai cara mencegah komplikasi juga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes sehingga penderita dapat menikmati hidup seperti orang normal pada umumnya yang tidak menderita diabetes melitus, serta penderita tidak perlu mengeluar kanuang
secara berlebihan untuk pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan (Maulana,2008).
Dari data yang penulis dapatkan dari Rekam Medis RS Pasar Rebo, pasien diabetes mellitus yang dirawat inap pada tahun 2013 sebanyak 442 pasien dan tahun 2014 sebanyak 585 pasien dan beberapa telah
mengalami komplikasi. Salah satu
komplikasi yang terjadi pada pasien Diabetes Militus adalah adanya luka kaki diabetik. Kaki diabetic merupakan komplikasi kronik
yang paling ditakuti karena tindakan
amputasinya. Dari penelitian di Indonesia, angka kematian akibat ulkus atau gangrene berkisar 17-23 %, sedangkan angka amputasi sekitar 15-30% dari penderita ganggren. Angka kematian satu tahun pasca amputasi sekitar 14,8% dan jumlah ini meningkat pada tahun ketiga menjadi 37%.Dari rata-rata umur pasien hanya 23,8 bulan pasca amputasi. Dari data diatas dapat dikatakan bahwa masalah penyakit diabetes mellitus masih menjadi masalah kesehatan yang harus diperhatikan.
Adanya pemahaman yang baik dari keluarga tentang Diabetes Millitus dan segala komplikasi kroniknya serta perawatan luka yang adekuat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan terapi bahkan
pencegahan luka ataupun kecacatan.
Keterampilan perawatan luka yang
baikdapatmembantu proses penyembuhan luka dan memperpendek masa sakit dan masa perawatan.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui “Hubungan
Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan
Pasien Tentang Luka Diabetik Terhadap Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Melitus”.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif korelatif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami Diabetes Mellitus yang belum mengalami komplikasi gangrene di ruang
dahlia RSUD Pasar Rebo. Dalam
pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik simple random sampel dengan jumlah sampel yang digunakan adalah 39 responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Hubungan Karakteristik dan Tingkat
Pengetahuan Pasien Tentang Luka Diabetik Terhadap Tindakan Pencegahan Luka Pada
Penderita Diabetes Melitus
HASIL
DATA UNIVARIAT
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur
Umur Frekuensi Persentase
>45 tahun 6 15,4
45-54 tahun 11 28,2
55-64 tahun 18 46,2
>65 tahun 4 10,3
Total 39 100,0
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan
hasil penyebaran kuisioner didapatkan
responden dengan umur >45 tahun sebanyak 6 responden (15,4%), umur 45-54 tahun
sebanyak 11 responden (28,2%), umur 55-64 tahun sebanyak 18 responden (46,2%), dan umur >65 tahun sebanyak 4 responden (10,3%).
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase
PNS 3 7,7
Swasta 19 48,7
Wirausaha 10 25,7
Tidak Bekerja 7 17,9
Total 39 100,0
Berdasarkan tabel 2 diatas didapatkan responden dengan pekerjaan PNS sebanyak 3
responden (7,7%), responden dengan
pekerjaan swasta sebanyak 19 responden
(48,7%), responden dengan pekerjaan
wirausaha sebanyak 10 responden (25,7%), dan responden yang tidak bekerja7 responden (17,9%).
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
SD 17 43,6
SMP 8 20,5
SMA 9 23,1
Perguruan Tinggi 5 12,8
Total 39 100,0
Berdasarkan tabel 3 diatas didapatkan responden dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 17 responden (43,6%), responden dengan pendidikan terakhir SMP sebanyak 8
responden (20,5%), responden dengan
pendidikan terakhir SMA sebanyak 9 responden (23,1%), dan responden dengan
pendidikan terakhir Perguruan Tinggi
sebanyak 5 responden (12,8%).
Tabel 4. Gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang luka diabetik
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
Kurang 7 17,9
Cukup 11 28,2
Baik 21 53,8
Total 39 100,0
Berdasarkan tabel 4 diatas didapatkan
responden dengan tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 7 responden (17,9%), responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 11 responden (28,2%), dan
responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 21 responden (53,8%). Rata-rata nilai tingkat pengetahuan dari keseluruhan responden adalah 75,73 yang merupakan
tingkat pengetahuan tinggi
Tabel 5. Gambaran tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes
Tindakan Pencegahan
Luka Frekuensi Persentase
Buruk 8 20,5
Cukup baik 29 74,4
Baik 2 5,1
Total 39 100,0
Berdasarkan tabel 5 diatas didapatkan responden dengan tindakan pencegahan luka buruk sebanyak 8 responden (20,5%), responden dengan tindakan pencegahan luka cukup baik sebanyak 29 responden (74,4%),
dan responden dengan tindakan pencegahan luka baik sebanyak 2 responden (5,1%). Rata-rata tindakan pencegahan luka pada responden adalah 64,16 yang merupakan
DATA BIVARIAT
Tabel 6. Hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus
Pekerjaan pasien Tindakan_pencegahan Total p value
Buruk Cukup Baik Baik
Tidak Bekerja 7 100% 0 0% 0 0% 7 100,0% 0,000 Wirausaha 1 10% 9 90% 0 0% 10 100,0% Swasta 0 0% 19 100% 0 0% 19 100,0% PNS 0 0% 1 33.3% 2 66.7% 3 100,0% Total 8 20.5% 29 74.4% 2 5.1% 39 100,0%
Berdasarkan tabel 5.6. didapatkan
mayoritas responden yang tidak bekerja melakukan tindakan pencegahan luka buruk
sebanyak 7 responden (100%). Pada
responden yang memiliki pekerjaan
wirausaha mayoritas melakukan tindakan
pencegahan cukup baik sebanyak 9
responden (90%), tindakan pencegahan luka buruk sebanyak 1 responden (10%). Pada
responden yang memiliki pekerjaan swasta keseluruhan melakukan tindakan pencegahan luka cukup baik sebanyak 19 responden (100%). Pada responden dengan pekerjaan PNS melakukan pencegahan luka baik sebanyak 2 responden (66,%) dan cukup baik sebanyak 1 responden (33,3%). Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan spearman rho didapatkan p value: 0,000
Tabel 7. Hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus
Pendidikan Tindakan Pencegahan Luka Total p value
Buruk Cukup Baik Baik
SD 8 47.1% 9 52.9% 0 0% 17 100,0% 0,000 SMP 0 0% 8 100% 0 0% 8 100,0% SMA 0 0% 9 100% 0 0% 9 100,0% Perguruan Tinggi 0 0% 3 60% 2 40% 5 100,0% Total 8 20.5% 29 74.4% 2 5.1% 39 100,0% Berdasarkan tabel 7 diatas didapatkan
mayoritas responden yang pendidikan SD melakukan tindakan pencegahan luka buruk sebanyak 8 responden (47,1%), cukup baik
sebanyak 9 responden (52,9%). Pada
responden yang pendidikan SMP keseluruhan melakukan tindakan pencegahan cukup baik
sebanyak 8 responden (100%). Pada
responden yang memiliki pendidikan SMA keseluruhan melakukan tindakan pencegahan luka cukup baik sebanyak 9 responden (100%). Pada responden dengan pendidikan Perguruan Tinggi melakukan pencegahan luka cukup baik sebanyak 3 responden (60%), dan baik sebanyak 2 responden (40%). Berdasarkan hasil uji hipotesis
dengan spearman rho didapatkan p value: 0,000
Tabel 8. Hubungan pengetahuan pasien tentang luka diabetik dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus
Tingkat Pengetahuan
Tindakan Pencegahan Luka
Total p value
Buruk Cukup baik Baik
Kurang 6 85,7% 1 14,3% 0 0% 7 100,0% 0,000 Cukup 1 9,1% 10 90,9% 0 0% 11 100,0% Baik 1 4,8% 18 85,7% 2 9,5% 21 100,0% Total 8 20,5% 29 74,4% 2 5,1% 39 100,0% Berdasarkan tabel 8 diatas didapatkan
mayoritas responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang melakukan tindakan
pencegahan luka buruk sebanyak 6
responden (85,7%), tindakan pencegahan cukup baik sebanyak 1 responden (14,3%), dan pencegahan luka baik tidak ada (0%). Pada responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup mayoritas melakukan tindakan pencegahan cukup baik sebanyak 10 responden (90,9%), tindakan pencegahan luka buruk sebanyak 1 responden (9,1%), dan
tindakan pencegahan baik tidak ada (0%). Pada responden dengan tingkat pengetahuan
baik mayoritas melakukan tindakan
pencegahan luka cukup baik sebanyak 18
responden (85,7%), yang melakukan
tindakan pencegahan luka dengan baik sebanyak 2 responden (9,5%), dan yang
melakukan tindakan pencegahan buruk
sebanyak 1 responden (4,8%). Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan spearman rho
didapatkan p value: 0,000.
PEMBAHASAN
Hubungan Pekerjaan Pasien dengan Tindakan Pencegahan Luka pada Penderita Diabetes Mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden yang tidak bekerja melakukan tindakan pencegahan luka buruk
sebanyak 7 responden (100%). Pada
responden yang memiliki pekerjaan
wirausaha mayoritas melakukan tindakan
pencegahan cukup baik sebanyak 9
responden (90%), tindakan pencegahan luka buruk sebanyak 1 responden (10%). Pada responden yang memiliki pekerjaan swasta keseluruhan melakukan tindakan pencegahan luka cukup baik sebanyak 19 responden (100%). Pada responden dengan pekerjaan PNS melakukan pencegahan luka baik sebanyak 2 responden (66,%) dan cukup baik sebanyak 1 responden (33,3%). Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan spearman rho didapatkan p value: 0,000, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
pekerjaan pasien dengan tindakan
pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo.
Pada predisposisi terwujud dalam diri individu yang bersangkutan, yang tercermin
dari karakteristik individu tersebut
(pendidikan, kepercayaan, nilai-nilai lain). Pada pemungkin terwujud dalam lingkungan fisik dimana responden tinggal atau bekerja dan ketersediaan informasi, alat kesehatan untuk melakukan pencegahan luka diabetik. Pada faktor pendorong adalah perilaku dari petugas kesehatan yang memberikan dampak pada perilaku responden. Faktor pemungkin pada penelitian ini adalah pekerjaan pasien yang akan memberikan informsi terkait dengan pencegahan luka diabetes dan akan mempengaruhi tindakan pencegahan luka pada responden. Pada tabel 2. sebagian besar responden memiliki pekerjaan dengan 82,1% baik sebagai PNS, Swasta, dan wirausaha. Sehingga informasi yang didapatkan dari lingkungan pekerjaan akan memungkinkan
pasien untuk melakukan tindakan
pencegahan luka. Ditambah lagi dari faktor pendorong yang ada yaitu dari petugas kesehatan, lingkungan yang ada di ruang perawatan akan berbeda dengan lingkungan yang ada di rawat jalan atau Puskesmas. Sehingga mempengaruhi informasi kesehatan yang didapatkan pula.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sihombing, dkk (2012) tentang Gambaran perawatan kaki dan sensasi sendorik kaki pada pasien diabetes mellitus tipe 2 RSUD Sumedang, dengan hasil mayoritas pasien melakukan perawatan kaki
dengan baik sebanyak 66 responden
(71,74%) dan buruk sebanyak 26 responden (28,26%). Dalam hal ini perawatan kaki dimaksudkan sebagai perilaku responden. Hasil ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana pasien dirawat, usia, dan lama perawatan. Pada penelitian Sihombing, dkk mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik penelitian ini, sehingga
hasil penelitian ini dengan penelitian
Sihombing, dkk hampir sama. Berdasarkan
uraian pembahasan diatas peneliti
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan pasien dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo, dengan nilai p: 0,000 (<0,05).
Hubungan Pendidikan Pasien dengan Tindakan Pencegahan Luka pada Penderita Diabetes Mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden yang pendidikan SD melakukan tindakan pencegahan luka buruk sebanyak 8 responden (47,1%), cukup baik
sebanyak 9 responden (52,9%). Pada
responden yang pendidikan SMP keseluruhan melakukan tindakan pencegahan cukup baik
sebanyak 8 responden (100%). Pada
responden yang memiliki pendidikan SMA keseluruhan melakukan tindakan pencegahan luka cukup baik sebanyak 9 responden (100%). Pada responden dengan pendidikan Perguruan Tinggi melakukan pencegahan luka cukup baik sebanyak 3 responden (60%), dan baik sebanyak 2 responden (40%). Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan spearman rho didapatkan p value: 0,000, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo.
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2010), salah satu faktor terbentuknya perilaku pencegahan luka pada pasien diabetes adalah predisposisi, dalam penelitian ini adalah pendidikan. Dimana individu yang
memiliki pengetahuan baik akan
menunjukkan pengetahuan yang baik pula, sehingga perilaku yang ditunjukkan akan baik pula. Dalam penelitian ini perilaku yang ditunjukkan adalah perilaku pencegahan luka diabetic.
Berdasarkan uraian pembahasan diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo, dengan nilai p:0,000.
Hubungan Pengetahuan Pasien tentang Luka Diabetik dengan Tindakan Pencegahan Luka pada Penderita Diabetes Mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo
Berdasarkan hasil penelitin didapatkan mayoritas responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang melakukan tindakan
pencegahan luka buruk sebanyak 6
responden (85,7%), tindakan pencegahan cukup baik sebanyak 1 responden (14,3%), dan pencegahan luka baik tidak ada (0%). Pada responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup mayoritas melakukan tindakan pencegahan cukup baik sebanyak 10 responden (90,9%), tindakan pencegahan luka buruk sebanyak 1 responden (9,1%), dan tindakan pencegahan baik tidak ada (0%). Pada responden dengan tingkat pengetahuan
baik mayoritas melakukan tindakan
pencegahan luka cukup baik sebanyak 18
responden (85,7%), yang melakukan
tindakan pencegahan luka dengan baik sebanyak 2 responden (9,5%), dan yang
melakukan tindakan pencegahan buruk
sebanyak 1 responden (4,8%). Hal ini menunjukkan responden yang memiliki
tingkat pengetahuan kurang memiliki
kecenderungan melakukan tindakan
pencegahan luka buruk, responden yang
memiliki tinkat pengetahuan cukup
melakukan tindakan pencegahan cukup baik, dan responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik melakukan tindakan
pencegahan cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan akan mempengaruhi tindakan pencegahan luka kearah semakin baik. Dari hasil uji hipotesis didapatkan nilai p: 0,000 (<0,05)
yang berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan pasien tentang luka diabetik dengan tindakan pencegahan
luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo.
Perilaku adalah suatu keinginan atau aktivitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu mahluk hidup termasuk manusia memiliki aktivitas
masing-masing (Notoatmodjo, 2010). Perilaku
manusia dijabarkan dalam tiga ranah yaitu: pengetahuan, sikap, dan tindakan atau praktik (Bloom dalam Notoatmodjo, 2010). Sehingga pengetahuan individu akan mempengaruhi perilaku atau praktik dari individu tersebut dalam suatu kegiatan. Dengan kata lain semakin baik pengetahuan seseorang, akan semakin baik pula praktik yang ditunjukkan
orang tersebut. Dalam penelitian ini
pengetahuan yang dimaksud adalah
pengetahuan tentang luka diabetik dan praktik yang dimaksud adalah praktik pencegahan luka.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Nurholipah (2013) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang luka diateik dengan tindakan pencegahan luka pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat, dengan hasil uji hipotesis didapatkan nilai p: 0,003 (<0,05). Pada penelitian Nurholipah didapatkan pada
responden dengan tingkat pengetahuan
kurang yang mempunyai pencegahan luka buruk sebanyak 25 responden (51%), pencegahan luka baik sebanyak 2 responden (4,1%). Pada responden dengan tingkat
pengetahuan baik yang melakukan
pencegahan luka dengan buruk sebanyak 4 responden (8,2%), pencegahan luka baik sebanyak 18 responden (36,7%).
Hasil yang sama juga dijelaskan oleh Diani, dkk (2009) dalam penelitiannya yang berjudul pengetahuan klien tentang diabetes
mellitus tipe 2 berpengaruh terhadap
kemampuan klien merawat kaki. Didalam penelitiannya Diani mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes mellitus tipe 2, dengan nilai p: 0,04 (<0,05). Berdasarkan pembahasan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara
pengetahuan pasien tentang luka diabetik dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Tingkat pengetahuan pasien tentang luka diabetik di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo adalah tingkat pengetahuan baik dengan 21 responden (53,8%). Tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo adalah cukup baik dengan 29 responden (74,4%). Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan pasien dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo, dengan nilai p: 0,000 (<0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan pasien dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo, dengan nilai p: 0,000 (<0,05). Terdapat
hubungan yang signifikan antara
pengetahuan pasien tentang luka diabetik dengan tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes mellitus di ruang Dahlia RSUD Pasar Rebo, dengan nilai p: 0,000 (<0,05).
Saran
Diharapkan institusi Rumah Sakit dapat menggalakkan program-progam discharge
planning, seperti: penyuluhan kesehatan
tentang pencegahan dan perawatan luka diabetik pada pasien diabetes mellitus yang berkunjung di poklinik maupun yang dirawat di ruang perawatan, sehingga pasien dapat mengaplikasikan perawatan secara mandiri saat berada di rumah.
KEPUSTAKAAN
Brunner & Suddarth. (2001). Buku ajar
keperawatan medikal bedah. Edisi 2. Vol 2. Jakarta: EGC
Diani, dkk. (2009). Pengetahuan klien
tentang diabetes mellitus tipe 2 berpengaruh terhadap kemampuan klien merawat kaki. Depok: FKUI.
Skripsi tidak diterbitkan
Maulana. (2008). Artikel Diabetes Mellitus.
Jakarta: Tempo
Nabil. (2009). Diabetes Militus Kencing
Manis Sakit Gula. Jakarta:FKUI.
Notoatmodjo ,S, (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurholipah. (2013). Hubungan tingkat
pengetahuan tentang luka diabetik dengan tindakan pencegahan luka
pada pasien diabetes mellitus di puskesmas kecamatan kebon jeruk jakarta barat. Jakarta: Esa Unggul.
Skripsi tidak diterbitkan
Price, Sylvia Anderson. (2006).
Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit. Jilid 2. Ed. 4. Jakarta: EGC
Santoso. (2004). Pengantar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Salemba Medika
Sihombing, dkk. (2012). Gambaran
perawatan kaki dan sensasi sensorik kaki pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik DM RSUD. Bandung:
Unpad. Skripsi tidak diterbitkan
Tandra. (2007). Diabetes Mellitus
Klasifikasi,Diagnosis dan Terapi.